Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL EVALUASI BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH

(BIAS) DAN IMUNISASI CAMPAK DI SDS BABARSARI, PANCUR BATU


MATA KULIAH PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
(P2M)

RISA RAMADHANI LAOLI


1803011

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Campak merupakan penyakit menular yang banyak ditemukan didunia


dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan.
Gejala awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik kecil
dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar
kemerahan di daerah pipi. Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari
ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian meneluruh,
berlangsung sekitar 4-7 hari, dan terkadang berakhir dengan pengelupasan kulit
berwarna kecoklatan (Enrisyu, 2012).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus campak atau measles. Bagi
penderita campak, virus campak ada di dalam percikan cairan yang dikeluarkan saat
mereka bersin dan batuk. Virus campak akan menulari siapa pun yang menghirup
percikan cairan tersebut. Virus campak bisa bertahan di permukaan selama beberapa
jam, akibatnya, virus ini bisa bertahan menempel pada benda- benda. Saat
menyentuh benda yang sudah terkena percikan virus campak, lalu menempelkan
tangan ke hidung atau mulut, orang lain bisa ikut terinfeksi.
Campak lebih sering menimpa anak-anak berusia di bawah lima tahun. Tetapi
pada dasarnya semua orang bisa terinfeksi virus ini, terutama yang belum pernah
terkena campak atau yang belum mendapat vaksinasi campak. Maka dari itu,
memungkinkan virus campak juga menyerang orang dewasa.
Prof.dr.M Juffrie, Ph.D.,Sp.A(K), dosen bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UGM, menyebutkan bahwa vaksinasi campak merupakan cara
paling efektif untuk mencegah penularan virus measles penyebab campak. Imunisasi
diberikan dengan cara memberikan vaksin (bahan antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah
atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme) kedalam tubuh seseorang
untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit (Nugroho,
2009).
Selain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kedokteran yang memiliki peranan penting dalam mencegah penyebaran penyakit ini
agar tidak meluas melalui vaksinasi. Matematika juga memberikan peranan penting
dalam mencegah mewabahnya suatu penyakit dengan pengaruh vaksinasi. Peranan
matematika ini berupa model matematika yang disebut SEIR (Susceptible-
Exposed-Infected-Recovered). Model ini digunakan untuk menganalisis penyebaran
penyakit dengan pengaruh vaksinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Campak
2.1.1 Definisi

Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini
ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki
masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk,
pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada
kulit (rash). Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai
akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom radang otak pada
anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah sakit campak
berat.

2.1.2 Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara terutama di
negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per
10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan
di negara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika
serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun. Mulai tahun 1963
kasus campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus pada
1998. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit
utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporn SKRT tahun
1985/1986. KLB masih terus dilaporkan. Dilaporkan terjadi KLB di pulau Bangka
pada tahun 1971 dengan angka kematian sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa
Barat pada tahun 1981 (CFR=15%), dan KLB di Palembang, Lampung, dan
Bengkulu pada tahun 1998. Pada tahun 2003, di Semarang masih tercatat terdapat
104 kasus campak dengan CFR 0%.

2.2 Imunisasi Campak


2.2.1 Jadwal Imunisasi campak
Vaksin Campak diberikan pada bayi berusia 9 bulan secara subkutan
maupun intramuskular di otot deltoid lengan atas dan dilanjutkan pemberian vaksin
kembali pada saat anak masuk SD (program BIAS) . Selain itu vaksinasi campak
juga dapat diberikan pada kesempatan kedua sesuai dengan crash program campak
yaitu pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 1-6. Apabila anak telah mendapat
imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan imunisasi pada umur 6
tahun maka ulangan campak pada saat masuk SD tidak diperlukan.

2.2.2 Cakupan imunisasi campak


Salah satu tujuan imunisasi adalah menurunkan angka kematian dan
kesakitan yang ditimbulkan oleh penyakit. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
pelaksanaan program imunisasi rutin dan kegiatan tambahan imunisasi.
Menurut RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2004-2009,
peningkatan cakupan imunisasi menjadi prioritas utama dalam program pencegahan
dan pengendalian penyakit.

2.2.3 Hambatan imunisasi campak


Dalam pelaksanaan imunisasi campak tentu saja banyak ditemukan –
hambatan yang mengganggu berjalannya program imunisasi campak dengan baik.
Salah satunya adalah pemberian imunisasi campak harus menuungu hingga
antibodi maternal hilang supaya imunisasi campak tidak ternetralisasi oleh antibodi
maternal tersebut.
Hambatan lain yang sering ditemukan juga adalah kerusakan vaksin yang
diakibatkan penyimpanan yang kurang tepat karena vaksin campak sendiri adalah
virus hidup yang dilemahkan sehingga tidak boleh terkena sinar matahari secara
langsung serta harus disimpan dalam keadaan beku.
2.2.5 Program surveilans campak
Peranan surveilans dalam program reduksi campak sangat penting, surveilans
dapat menilai perkembangan program pemberantasan campak serta dapat membantu
menentukan strategi pemberantasannya di setiap daerah, terutama untuk
perencanaan, pengendalian dan evaluasi program pemberantasan campak di
Indonesia.

2.2.5.1. Tujuan surveilans campak


Tujuan Surveilans campak adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perubahan epidemiologi campak
2. Mengidentifikasi populasi risiko tinggi
3. Memprediksi dan mencegah terjadinya KLB campak
4. Penyelidikan epidemiologi setiap KLB campak.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil
1. SD Swasta Babarsari, Pancur Batu merupakan salah satu sekolah dasar yang
masuk dalan wilayah kerja puskesmas Pancur Batu.

2. SD Swasta Babarsari, Pancur Batu memiliki Unit Kesehatan Sekolah yang


tangani oleh Ibu Noveryanti dan BIAS merupakan salah satu bagian yang
masuk dalam UKS.

3. Pihak puskesmas menghubungi pihak sekolah biasanya paling lambat sehari


atau dua hari sebelum pelaksanaan BIAS di sekolah dan sebagai tindak lanjut
nya pihak sekolah mengirimkan surat pernyataan kepada orang tua murid
bahwa akan ada pelaksanaan imunisasi oleh pihak puskesmas kepada murid.

Didalam surat pernyataan tersebut akan dimuat beberapa pernyataan


misalnya, bila nanti surat tidak kembali berarti orang tua murid setuju
anaknya untuk di imunisasi dan bila kembali berarti orang tuanya tidak setuju
anaknya untuk di imunisasi. Bila ada surat yang kembali ke sekolah maka
pihak sekolah menghubungi orang tua murid serta menanyakan alasan tidak
ikut imunisasi.

4. Pengadaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dilakukan oleh Petugas


Puskemas Pancur Batu.
5. Menurut Buku Tamu Sekolah, pelaksanaan BIAS dua kali terakhir diadakan
pada tanggal:
a. Kamis, 22 November 2018, BIAS DT dan TD
Siswa/i Kelas I dan II SD.
oleh Ibu Duma Roslaini dan Ibu Desmawati.

b. Kamis, 21November 2019, BIAS DT dan TD


Siswa/i Kelas I. II dan V SD
oleh Ibu Zairul Hafni dan Ibu Febrinawati

6. Pelaksanaan BIAS di SD Swasta Babarsari, Pancur Batu selalu mencapai


angka 95-97 % siswa/i terimunisasi dari kelas-kelas yang menjadi sasaran.
Hal ini disebabkan karena:

a. Orang tua murid sangat antusias dengan adanya BIAS di sekolah. Mereka
banyak berterimakasih kepada petugas kesehatan yang telah menimunisasi
anaknya. Mereka merasa bahwa tanggung jawab pemerintah terhadap
kesehatan anaknya itu terbukti lewat imunisasi. Disisi lain, orang tua
murid rata-rata sebagai pekerja/Ibu rumah tangga (sibuk) yang hanya
memiliki sedikit waktu untuk bisa mengimunisasi anak nya di fasilatas
layanan kesehatan (Misalnya, puskemas).

b. Himbauan dan dorongan pihak guru ke orang tua supaya anaknya di


imunisasi.
Dari sekian banyak jumlah murid yang terimunisasi, hanya 3-5 % saja atau
kurang lebih 2-3 murid per kelas yang orang tuanya tidak ingin anaknya
diimunisasi. Hal ini disebabkan oleh dua faktor:

a. Anak dari orang tua tersebut telah medapat imunisasi di luar BIAS.
Misalnya imunisasi di dokter spesialis anak, rumah sakit, puskesmas
atan klinik tertentu. Jadi, anaknya tidak di ikutkan untuk imunisasi.
b. Anak tersebut memiliki gejala demam. Jadi, orang tuanya tidak
mengizinkan anaknya untuk di imunisasi.

D. PENUTUP

a. Campak merupakan penyakit menular yang banyak ditemukan didunia


dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus
diselesaikan. Gejala awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk
dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih
kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah pipi. Tanda khas bercak
kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di
daerah muka, kemudian meneluruh, berlangsung sekitar 4-7 hari, dan
terkadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan (Enrisyu,
2012).
b. Bedasarkan jenis imunisasi,BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) termaksud
dalam imunisasi,berjenis imunisasi lanjutan yang didalam nya menjadikan
Anak Sekolah Dasar sebagai sasaran imunisasi.
c. Ada dua faktor penyebab orang tua murid tidak mengijin kan anak nya
imunisasi yaitu: karena anak nya mendapat imunisasi diluar dan karena anak
nya memiliki gejala demam. Solusinya: tidak ada masalah bila anak dari
orang tua tidak ikut BIAS,asal mendapat kan imunisasi diluar. Pemberi
imunisasi campak tidak boleh dilakukan pada anak yang menderita defisiensi
imunitas. Namun, jika ada keraguan,misalnya sedang menderita diare,maka
dosis ulang dapat diberikan setelah sembuh.
d. Tentunya dalam menjalan kan BIAS membutuh kan kerja sama,baik
koordinasi antara petugas kesehatan dengan pihak sekolah maupun antara
guru dan orang tua untuk mendapat kan cakupan imunisasi yang memuaskan
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai