Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap organisasi dan kegiatan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk
mencapainya maka diperlukan adanya kegiatan manajemen sehingga tujuan yang
dicapai secara efektif dan efesien. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu
organisasi yang ada di dalam sekolah yang juga memerlukan adanya manajemen
agar dapat mencapai tujuannya. Untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan
mencapai tujuan itu maka dibutuhkan upaya untuk mengumpulkan bukti berupa
data yang mengindikasikan keberhasilan itu untuk di analisis dan ditafsirakn.
Upaya inilah yang disebut dengan evaluasi.
Dengan kata lain, evaluasi pelaksanaan bimbingan dan koseling merupakan
upaya menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah pada khususnya dan program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh
staff BK pada umumnya.
Evaluasi juga disebut sebagai suatu proses pengumpulan data untuk
mengetahui keterlaksananya dan ketercapaian kegiatan yang telah di laksanakan
dalam upaya mengambil keputusan.evaluasi mengetengahkan pemahaman bahwa
kegiatan penilaian merupakan komposisi dari kegiatan mengukur, mengasesment,
dan mengevaluasi. Namun, mengingat kedudukan BK dalam aplikasinya bukan
berfungsi sebagai pemberi nilai yang sifatnya formal seperti guru bidang study
maka istilah evaluasi dalam BK akan lebih tepat jika ditekankan pada konsep
evaluasi. Tujuan evaluasi BK ialah kegiatan yang berkesinambungan yang terkait
satu sama lain mengikuti kegiatan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan
tindak lanjut. Asesment dalam setiap kegiatan itu akan memberikan berbagai
informasi sebagai tujuan dalam menentukan berbagai alternatif peningkatan
kualitas pendidikan.
Dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan dan konseling, evaluasi
dilakukan terhadap program dan implementasinya. Cakupan evaluasi pelayanan
bimbingan dann konseling sesuai dengan program yang dirumuskan. Evaluasi
program bimbingan dan konseling juga dilakukan untuk mengetahui apakah
program bimbingan dan konseling yang dirumuskan telah membawa dampak atau

1
hasil-hasil tertentu terhadap konseli atau belum. Dengan kata lain, evaluasi
program bimbingan dan konseling dilakukan untuk mengetahui keberhasilan
program itu sendiri. Evaluasi terhadap program pelayanan selain untuk mengetahui
keberhasilan proses, pencapaian tujuan, juga untuk melakukan follow up misalnya
untuk perbaikan program bimbingan dan konseling sehingga gilirannya akan dapat
meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan bimbingan konseling itu sendiri.
Berdasarkan pada uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik membahas
makalah dengan judul “Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling”.

B. Rumusan Masalah
Dari Uraian Latar Belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:

1. Apa dan Bagaimana prinsip dan tujuan evaluasi BK ?


2. Apa kriteria tehnik dalam evaluasi BK ?
3. Usaha apa yang digunakan dalam perubahan program BK ?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, tujuan penulisan makalah yaitu
sebagai berikut :

1. Untuk memahami apa saja serta bagaimana prinsip dan tujuan evaluasi BK
2. Untuk mengetahui kriteria dalam tehnik evaluasi BK
3. Untuk mengetahui usaha apa saja dalam meningkatkan program BK

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip dan Tujuan Evaluasi BK


Evaluasi merupakan langkah penting dalam menejemen program
bimbingan. Tanpa evaluasi tidak mungkin kita akan mengetahui dan
mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah kita
rencanakan. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi
untuk mengetahui evektifitas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam upaya
mengambil keputusan.1
Evaluasi dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data)
untuk mengetahui efektifitas (keterlaksanaan dan ketercapaian kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari
evaluasi ini adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara
berkala, bekesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan para siswa
melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau
proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan yang berkaitan dengan
pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriterteria atau
patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.

Konsep evaluasi bimbingan konseling merupakan kegiatan yang


berkesinambungan dan terkait satu sama lainnya meliputi kegiatan dalam
perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan tindak lanjut. Asesment dalam setiap
kegiatan itu akan memberikan berbagai informasi sebagai tujuan dalam berbagai
alternative keputusan. Evaluasi dalam keterkaitan bimbingan konseling yang akan
melahirkan berbagai keputusan baik terhadap bimbingan konseling, guru
pembimbing, maupun terhadap program kerja dan layanan itu sendiri

1
M.Bahri Mustofa,M.Pd.I, Bimbingan Konseling DIsekolah, (Surabaya: PT. Putra Media
Nusantara),2004.

3
Prinsip berasal dari kata “PRINSIPRA” yang artinya merupakan suatu cara
tertentu yang melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula
itu, prinsip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan
yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang
dimaksudkan.
Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar
pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang
harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah.
Prayitno mengatakan: ” Bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan
telah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling merupakan merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan
praktik yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus pedoman sekaligus
dasar bagi penyelengara pelayanan.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip yang digunakan
bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman praktis tentang
hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial
budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan prosesnya, penyelenggaraan bimbingan
dan konseling.
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya :
1) Hendaknya bimbingan bertitik tolak ( berfokus ) pada individu yang diambil.
2) Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki karakteristik
tersendiri.
3) Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing dilingkungan lembah
hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang
menyelesaikannya.
4) Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu
yang akan dibimbing.
5) Bimbingan harus luves dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat.
6) Program pendidikan dilingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai
dengan program pendidikan pada lebaga yang bersangkutan.

4
7) Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerjasama dan menggunakan
sumber-sumber yang relavan yang berada didalam ataupun di luar lembaga
penyelenggara pendidikan.
8) Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui
hasil dan pelaksanaan program.
Meski terlihat mudah, akan tetapi pada pelaksanaannya evaluasi seringkali
tidak memperbaiki program, bahkan membuat masalah menjadi bertambah.2
Sementara itu pendapat lain tentang prinsip evaluasi BK yaitu dalam
menjaga tujuannya untuk melakukan perbaikan, maka ketika evaluasi dilakukan,
maka evaluator harus memegang erat tujuh prinsip dasar dalam evaluasi program
bimbingan dan konseling. Ketujuh prinsip dasar ini harus menjadi pedoman bagi
evaluator dalam melaksanakan evaluasi program BK. Ketuju prinsip dasar tersebut
meliputi:
1) Evaluasi yang efektif membutuhkan pengenalan atas tujuan-tujuan program.
2) Evaluasi yang evektif membutuhkan kriteria pengukuran yang valid.
3) Evaluasi yang evektif tergantung pada pelaksanaan pengukuran yang valid
terhadap kriteria.
4) Program evaluasi harus melibatkan semua yang berpengaruh.
5) Evaluasi yang bermakna membutuhkan umpan balik.
6) Evaluasi harus direncanakan, dan terus menerus sebagai proses.
7) Evaluasi menekankan pada kepositifan.

B. Kriteria Teknik Evaluasi BK

Penetapan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program bimbingan dan


konseling sudah lama merupakan persoalan yang belum terpecahkan secara tuntas.
Kriteria sebagai patokan untuk menevaluasi keberhasilan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi tidaknya
kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung, berperan membantu peserta didik memperoleh
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
2
Aip Badrujaman, M.Pd, Teori dan Aplikasi evaluasi program Bimbingan konseling, (Jakarta: PT,
Indeks), 20.

5
Selain itu kriteria keberhasilan program pelayanan bimbingan dan
konseling disekolah dan madrasah juga bisa ditentukan dengan:
1) Taraf keberhasilan siswa dalam belajar pada tingkat satuan pendidikan yang
lebih tinggi.
2) Perasaan puas dalam memangku jabatan di masyarakat.
3) Aspirasi yang realistik dalam menyusun rencana masa depan.
4) Frekuensi pengungkapan masalah yang mengganggu ketenangan hidup siswa
berkurang.
5) Hasil belajar di sekolah atau madrasah lebih baik ( meningkat ).
6) Keterlibatan siswa dalam akademik meningkat.
7) Jumlah siswa yang menimbulkan kasus problematika berkurang.
8) Lebih banyak siswa yang memanfaatkan layanan-layanan bimbingan yang
disediakan sekolah dan madrasah, misalnya layanan konseling.3

C. Usaha Perubahan dalam BK

1. Fase persiapan
Pada fase persiapan ini terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi.
Dalam kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi ini langkah-langkah yg dilalui
adalah:
a. Langkah pertama penetapan aspek-aspek yang dievaluasi baik evaluasi proses
maupun evaluasi hasil, meliputi kesesuaian antara program dengan
pelaksanaan
1) keterlaksanaan program,hambatan yang dijumpai,
2) dampak terhadap KBM,
3) respon konseli, sekolah, orang tua, masyarakat
4) perubahan kemajuan dilihat dari capaian tujuan layanan, capaian tugas
perkembangan dan hasil relajar, keberhasilan lulusan.
b. Langkah-langkah kedua penetapan kriteria keberhasilan evaluasi.
Misalnya, bila proses aspek kegiatan yang akan dievaluasi maka kriteria yang
dapat dievaluasi ditinjau dari: lingkungan bimbingan, sarana yang ada, dan
situasi daerah.

3
Iim. Moutz. Blogspot.com/evaluasi-program-bk-disekolah.html./ 05 April 2017

6
c. Langkah ketiga penetapan alat-alat/ instrument evaluasi
Misalnya aspek proses kegiatn yang hendak dievaluasi dengan kriteria bagian
b di atas, maka instrument yang harus digunakan ialah: ceklis, observasi
kegiatan, tes situsasi, wawancara, dan angket
d. Langkah keempat penetapan prosedur evalusi
Seperti contoh pada butir b dan c di atas, maka prosedur evaluasinya mlalui:
penelaahan, kegiatan, penelaahan hasil kerja, konfrensi kasus, dan lokakarya
e. Langkah kelima penetapan tim penilaian atau evaluator
Berkaitan dengan contoh diatas, maka yang harus menjadi evaluator dalam
penilaian proses kegiatan ialah: ketua bimbingan dan konseling, kepala
sekolah, tim bimbingan dan konseling, dan konselor

2. Fase persiapan alat / instrument evaluasi


Dalam fase kedua ini dilakukan kegiatan diantaranya:
a. Memilih alat-alat/instumen evaluasi yang ada atau menyusun dan
mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan.
b. Pengadaan alat-alat instrument evaluasi yang akan digunakan

3. Fase pelaksanaan kegiatan evaluasi


Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu:
a. Persiapan pelaksanaan kegiatan evaluasi;
b. Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

4. Fase menganalisis hasil evaluasi


Dalam fase analisis hasil evaluAsi dan pengolahan data hasil evaluasi ini
dilakukan mengacu kepada jenis datanya. Data-data itu, diantarnya:
a. Tabulasi data;
b. Analisis hasil pengumpulan data melalui statistik atau non-statistik

5. Fase penafsiran atau interprestasi dan pelaporan hasil evaluasi


Pada fase ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan
kriteria penilaian keberhasilan & kemudian diinterprestasikan dng memakai

7
kode-kode tertentu, untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka
perbaikan dan atau pengembangan program layanan Bimbingan Konseling.

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terencana


berdasarkan pengukuran kebutuhan (need asessment) yang diwujudkan dalam
bentuk program bimbingan dan konseling.Program bimbingan dan konseling di
sekolah dapat disusun secara makro untuk 3 (tiga) tahun, meso 1 (satu) tahun dan
mikro sebagai kegiatan operasional dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan
khusus.Program menjadi landasan yang jelas terukur layanan profesional yang
diberikan oleh konselor di sekolah. Program bimbingan dan konseling disusun
berdasarkan struktur program dan bimbingan dan konseling perkembangan.4
Evaluasi terhadap program bimbingan yang bersumber pada data kuantitatif
dan kualitatif menghasilkan suatu deskripsi evaluatif tentang program yang sedang
berlangsung. Mengingat hasil evaluasi biasanya menunjukan beberapa kelebihan
dan kekurangan/kelemahan, masih perlu dipikirkan langkah-langkah konkret yang
diperlukan untuk menghilangkan kelemahan yang nyata itu dengan mengadakan
sejumlah perubahan dalam program bimbingan. Merencanakan dan
mengimplementasikan perubahan/perbaikan demi pengembangan dan
peningkatkan mutu program bimbingan bukan hal yang serba mudah karena
perubahan/perbaikan itu tidak hanya menyangkut penggunaan beberapa teknik
yang dianggap lebih modern. Menciptakan perubahan dalam program bimbingan
tidak jarang menuntut perencanaan baru, reorganisasi dalam pengelolaan program,
pengadaan beberapa kegiatan baru dan berbagai sarana baru, modifikasi terhadap
kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, dan pembagian tugas di antara unsur
tenaga bimbingan yang lain dari sebelumnya. Perencanaan dan pengolahan suatu
program bimbingan bersifat cukup kompleks karena banyaknya aspek yang harus
ditinjau.Oleh karena itu, perubahan dalam program bimbingan bersifat kompleks
pula.
Di samping itu, laju perubahan dalam bentuk dan isi seluruh kegiatan
bimbingan di institusi pendidikan cenderung mengikuti laju perkembangan dalam
dunia pendidikan, yang pada umumnya lambat dan makan waktu lama. Ada

4
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/pengembangan-program-bimbingan-dan-
konseling-di-sekolah/ 05 April 2017

8
pendapat yang menyatakan bahwa para pendidik di suatu lembaga persekolahan
cenderung menentang perubahan dalam tata cara bekerjanya, karena perubahan itu
akan menggoncangkan kebiasaan dan pola berpikir serta bertindak yang sudah
lama di pegang. Biarpun atas prakarsa beberapa tokoh masyarakat atau sejumlah
pakar di badan-badan pemerintah yang mengurus pengelolaan lembaga institusi
pendidikan, para pendidik di lapangaan mengakui bahwa beberapa perubahan
sebenarnya diperlukan, namun realisasi, koordinasi dan implememtasi dari
perubahan itu biasanya tidak berjalan secepat yang diharapkan.Selain beraneka
kesukaran praktis, juga sikap defensif dan rasa takut untuk berubah diri kerap
menjadi sumber hambatan. Lebih-lebih seorang tenaga pendidik yang sudah
bertugas lama, termasuk konselor sekolah, cenderung mudah untuk
mempertahankan berbagai praktek yang sudah mereka kuasai daripada
melepaskannya dan menciptakan cara pendekatan baru. Namun, harus diakui
bahwa sumber hambatan tidak selalu semata-mata terletak pada unsur tenaga
pendidik di lapangan.
Sikap masyarakat umum juga dapat menghambat pelaksanaan perubahan
dalam dunia pendidikan, karena masyarakat belum bersedia melepaskan beraneka
keinginan,dambaan dan harapannya yang ditimpakan pada institusi-institusi
pendidikan. Dalam keadaan ini bukanlah institusi pendidikan yang berhasil
mengusahakan perubahan terhadap cara/pola berpikir dan bertindak dalam
masyarakat, melainkan masyarakatlah yang menuntut supaya institusi pendidikan
memenuhi keinginan dan tuntutan.Padahal, belum tentu bahwa keinginan
mayarakat pada saat tertentu akhirnya paling menopang kesejahteraan masyarakat
dan realitas kebutuhan yang obyektif. Misalnya, selama masyarakat mengejar
gengsi yang melekat pada gelar sarjana dan bukan taraf keilmuan yang seharusnya
dimiliki oleh seorang bergelar sarjana, segala perubahan di institusi pendidikan
yang mengusahakan peningkatan taraf ilmu akan mendapat pertentangan dari
masyarakat, kalau perubahan membawa akibat jumlah lulusan sarjana berkurang.
Mengingat kenyataan ini, pengadaan perubahan mendasar dalam program
bimbingan tidak terselesaikan dalam sekali berapat dinas dan kemudian mulai
dilaksakan. Tidak ada car terbaik untuk mengadakan perubahan yang dapat
diterapkan di mana-mana sebagai resep instant. Paling-paling dapat ditunjuk
sejumlah langkah yang berguna dalam mengadakan beberapa perubahan yang

9
diperlukan. Dalam bukunya Fundamentals of guidance (1981), Shertzer dan Stone
menunjukan suatu rangkaian langkah kerja, sebagai berikut5 :
1) Memperoleh kesepakatan di antara seluruh anggota staf bimbingan bahwa akan
di usahakan perubahan dalam program bim bingan kalau hasil evaluasi formal
menunjukkan beberapa kelemahan tertentu.
2) Menentukan dalam hal-hal apa dibutuhkan perubahan yang paling mendesak
sesuai dengan hasil evaluasi produk dan hasil valuasi proses, dan perubahan
apa saja yang lebih mudah dapat direalisasikan, mengingat sarana personil dan
sarana material serta teknis yang tersedia. Dengan kata lain, ditentukan urutan
prioritas dalam hal kebutuhan serta alternatif kemungkinan yang ada.
3) Menganalisis keseluruhan situasi dan kondisi sekolah untuk mengetahui di
mana letak faktor penyebab hambatan yang utama, yang menentang
implementasi dari rangkaian perubahan yang sedang dipikirkan.
4) Menjelaskan keadaan sekarang kepada semua pihak yang terlibat dalam
perencanaan dan pelaksanaan perubahan terhadap program bimbingan dan
menggambarkan keadaan yang lebih ideal yang dicita-citakan. Dengan
demikian, ditunjukkan perbedaan antara yang dalam kenyataan ada dan yang
seharusnya ada. Dalam hal ini koordinator bimbingan akan berperan sekali.
5) Memperoleh dukungan dari jajaran pejabat struktural dilembaga sekolah yang
sebaiknya atau seharusnya mengetahui tentang rangkaian perubahan itu tidak
harus membawa dampak terhadap penyediaan dana personali, namun
mengadaan perubahan yang cukup berarti umumnya tidak akan membawa hasil
yang diharapkan kalau jajaran pejabat struktural yang berkepentingan tidak
megetahuinya dan kurang mendukungnya.
6) Memperoleh dukungan dari staf pengajar terhadap berbagai perubahan yang
direncanakan, lebih-lebih bila perubahan itu dengan satu atau lain cara
melibatkan banyak guru dan wali kelas. Staf pengajar yang memahami dan
menyetujui, memberikan dukungan moral kepada staf pembimbing dan dapat
memberikan penjelaskan positif kepada para siswa seandainya ditanyai.

5
Ws, Winkel dan M.m Sri Hastuti. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan.Yogyakarta :
Media Abadi

10
7) Mempeoleh dukungan dari wakil-wakil orangtua siswa, seandainya di
sekolahan terdapat badan perwakilan orangtua yang diikutsertakan dalam
penentuan kebijaksanaan pendidikan dasar.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar


pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang
harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah.
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya :
a. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang diambil.
b. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki karakteristik
tersendiri.
c. Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing dilingkungan
lembah hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang
menyelesaikannya.
d. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang akan dibimbing.
e. Bimbingan harus luves dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat.
2. Kriteria Teknik Evaluasi BK
Penetapan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program bimbingan dan
konseling sudah lama merupakan persoalan yang belum terpecahkan secara
tuntas. Kriteria sebagai patokan untuk menevaluasi keberhasilan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi
tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik
secara langsung maupun tidak langsung, berperan membantu peserta didik
memperoleh perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
3. Merencanakan dan mengimplementasikan perubahan/perbaikan demi
pengembangan dan peningkatkan mutu program bimbingan bukan hal yang
serba mudah karena perubahan/perbaikan itu tidak hanya menyangkut
penggunaan beberapa teknik yang dianggap lebih modern. Menciptakan
perubahan dalam program bimbingan tidak jarang menuntut perencanaan baru,
reorganisasi dalam pengelolaan program, pengadaan beberapa kegiatan baru

12
dan berbagai sarana baru, modifikasi terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang
berjalan, dan pembagian tugas di antara unsur tenaga bimbingan yang lain dari
sebelumnya. Perencanaan dan pengolahan suatu program bimbingan bersifat
cukup kompleks karena banyaknya aspek yang harus ditinjau.Oleh karena itu,
perubahan dalam program bimbingan bersifat kompleks pula.

13
Daftar Pustaka

Ws, Winkel dan M.m Sri Hastuti. 2010. Bimbingan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi

M.Bahri Mustofa,M.Pd.I, 2004.Bimbingan Konseling Disekolah, Surabaya: PT.


Putra Media Nusantara

Aip Badrujaman, M.pd,2010.Teori dan Aplikasi evaluasi program Bimbingan dan


Konseling, Jakarta :PT. Indeks

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/pengembangan-program-bimbingan-dan-
konseling-di-sekolah.

Iim. Moutz. Blogspot.com/2011/05/evaluasi-program-bk-disekolah.html.

14

Anda mungkin juga menyukai