Anda di halaman 1dari 8

78 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017.

e ISSN 2655-2434 (online)

Perbedaan Kadar Hemoglobin dan Morfologi Eritrosit Sebelum


Menstruasi dan Setelah Menstruasi Remaja Putri
Risma Ayu Asfaraini, Siti Zaetun, Rohmi
Department of Health Analyst, Health Polytechnic of the Ministry of Health of Mataram, Indonesia
Email: ayurisma@yahoo.com

ABSTRAK study used an observational analytic study


Masa remaja ditandai dengan berfungsinya organ design. The population was 185 people and a
reproduksi seperti menstruasi. Sepanjang usia sample of 30 people. The sampling technique
reproduktif, wanita akan mengalami kehilangan uses non random accidental sampling. Analysis
darah akibat peristiwa haid. Dengan demikian of the data used is bivariate data analysis using
hilangnya zat besi akan menyebabkan independent T-Test statistical test analysis.
menurunnya kadar hemoglobin dalam darah dan Erythrocyte morphology is analyzed in a
akan menyebabkan keadaan anemia. Tujuan descriptive manner. The results showed that the
penelitian ini adalah untuk mengetahui average hemoglobin level of students before
perbedaan kadar hemoglobin dan gambaran menstruation was 13.2 g% and after
morfologi eritrosit sebelum dan setelah menstruation 11.8 g%. Morphology of
menstruasi pada remaja putri di Pondok erythrocytes before menstruation and after
Pesantren Nurul Hakim Kediri. Penelitian ini menstruation on average found abnormal
menggunakan rancangan observasional analitik. erythrocyte Shape (shape) while in terms of Size
Populasi sejumlah 185 orang dan sampel (size), 25% have small size (microcytic) and in
sejumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel terms of staining (staining), 47% of the coloring
menggunakan non random accidental sampling. is abnormal. Conclusion after the T-test, there
Analisis data yang digunakan adalah analisis data was a difference in the mean Hemoglobin level
bivariet yang menggunakan analisis uji statistik before and the mean Hemoglobin level after
independent T-Test. Morfologi eritrosit dianalisa Menstruation in young women namely the
secara deskribtif. Hasil penelitian didapatkan hemoglobin level was lower than before
rerata kadar hemoglobin mahasiswa sebelum menstruation.
menstruasi 13.2 g% dan setelah menstruasi 11.8
g%. Morfologi eritrosit sebelum menstruasi dan Keywords : Hemoglobin Levels, Erythrocyte
setelah menstruasi rata-rata ditemukan Shape Morphology, Young Women, Menstruation
(bentuk) eritrosit yang abnormal sedangkan
ditinjau dari Size (ukuran), 25% memiliki ukuran Pendahuluan
kecil (mikrositik) dan dari segi staining Pemeriksaan laboratorium berperan
(pewarnaan), 47% pewarnaannya bersifat penting dalam membantu menegakkan
anormal. Setelah dilakukan uji T-test terdapat diagnosis suatu penyakit tertentu, dan
perbedaan rerata kadar Hemoglobin sebelum dan
adakalanya bahkan menjadi penentu
rerata kadar Hemoglobin setelah Menstruasi
pada remaja putri yaitu kadar hemoglobin diagnosis. Pemeriksaan
sesudah menstruasi lebih rendah dibandingkan laboratorium tidak hanya dilakukan bagi
sebelum menstruasi. individu yang sakit, individu sehat yang
Kata Kunci: Kadar Hemoglobin, Mofologi rutin melakukan pemeriksaan laboratorium
Eritrosit, Remaja Putri, Menstruasi akan memperoleh banyak manfaat.
Pemeriksaan laboratorium dapat berupa
ABSTRACT Medical Check Up berkala sehingga
Adolescence is characterized by the functioning individu dapat memantau terus
of reproductive organs such as menstruation. kesehatanya. Pemeriksaan laboratorium
Throughout the reproductive age, women will
meliputi pemeriksaan hematologi,
experience blood loss due to menstrual events.
Thus the loss of iron will cause a decrease in urinalisis, kimiaklinik, dan pemeriksaan
hemoglobin levels in the blood and will lainnya. Salah satu pemeriksaan yang
cause anemia. This research to determine lumrah dilakukan di laboratorium adalah
differences in hemoglobin levels and pemeriksaan hematologi yaitu mencakup
morphological features of erythrocytes before pemeriksaan yang berhubungan dengan
and after menstruation in young women in Nurul specimen darah diantaranya adalah
Hakim Kediri Islamic Boarding School. This pemeriksaan kadar hemoglobin dalam
79 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

darah. Hemoglobin adalah protein yang mengalami kehilangan darah akibat


terkonjugasi yang terdapat dalam sel darah peristiwa haid. Darah akan kehilangan zat
merah yang mengandung zat besi dan besi sebesar 12,5-15 mg/bulan, atau kira-kira
berfungsi sebagai pengangkutan oksigen sama dengan 0,4- 0,5 mg/hari. Dengan
dari paru-paru ke semua sel jaringan demikian hilangnya zat besi akan
tubuh.Hemoglobin terdiri dari heme dan menyebabkan menurunnya kadar
globin. Heme adalah gugus prostetik yang hemoglobin dalam darah dan akan
terdiridari atom besi, sedangkan globin menyebabkan keadaan anemia (Arisman,
adalah protein yang dipecah menjadi asam 2007). Oleh karena itu penting bagi remaja
(Kiswari, 2014). Kadar hemoglobin dalam untuk memperhatikan asupan zat gizi
darah merupakan salah satu pemeriksaan terutama zat besi. Zat besi sangat diperlukan
skrining yang dilakukan untuk menentukan untuk memenuhi zat besi yang hilang pada
apakah seorang mengalami anemia atau saat menstruasi. Zat besi berfungsi untuk
tidak. Dalam pemeriksaan hemoglobin memproduksi hemoglobin dan sel darah
darah ada beberapa metode yang digunakan merah yang diperoleh dari makanan sehari-
diantaranya yaitu metode sahli, metode stik, hari (Briawan, 2013). Faktanya
metode analyzer, metode cyanmet dan dilingkungan pondok pesantren,
lainnya. santriwati kurang memperhatikan pola
Apabila kadar hemoglobin yang makan. Dikarenakan makanan yang
diperiksa dalam darah berada di bawah disediakan setiap harinya kurang bervariasi,
normal (batas normal kadar hemoglobin sehingga tak jarang ditemukan santriwati
yaitu sekitar 12-13 g%), seseorang belum yang memiliki pola makan yang tidak
dapat dipastikan mengalami anemia. Namun teratur. Menu yang paling sering disediakan
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang tiap harinya adalah tempe, padahal protein
lainnya seperti melihat morfologi eritrosit pada tempe tergolong mudah dicerna
pada apusan darah tepi untuk memastikan sehingga protein dapat digunakan untuk
adanya kelainan eritrosit atau tidak dalam membentuk hemoglobin bersama dengan
rangka menunjang diagnose hasil uji besi atau senyawa lain. Proses pembentukan
skrining. Diperkirakan prevalensi anemia hemoglobin dalam sumsum tulang belakang
secara global sekitar 51%. Sedangkan juga memerlukan vitamin B12, asam folat,
perbandingan prevalensi untuk anak balita protein, zat besi, Cu dan Zn, yang semuanya
sekitar 43%, anak sekolah 37%, laki-laki terdapat dalam tempe (Astuti, Aminah and
dewasa hanya 18%, dan prevalensi anemia Syamsianah, 2014). Kurangnya
pada wanita berkisar 13,4-87,5%. Hal ini pengetahuan tentang kebutuhan zat besi dan
meunjukkan prevalensi anemia yang cukup kandungan zat besi pada makanan, hal inilah
tinggi pada wanita terutama pada wanita yang menyebabkan banyak santriwati yang
yang menginjak masa remaja enggan untuk memperhatikan pola makan
(Wahyuningsih and Astuti, 2012). terutama pola asupan zat besi.
Berdasarkan latar belakang
Remaja merupakan masa peralihan
pemikiran tersebut diatas, penulis ingin
dari anak-anak ke masa dewasa. Kategori
meneliti tentang “Perbedaan Kadar
masa remaja dari berbagai referensi berbeda-
Hemoglobin dan Morfologi Eritrosit
beda, namun WHO menetapkan remaja
Sebelum Menstruasi dengan Setelah
(adolescent) berusia antara 10-19 tahun
Menstruasi Pada Remaja Putri di Pondok
(Briawan, 2013). Masa remaja ditandai
Pesantren Nurul Hakim Kediri”..
dengan perubahan baik fisiologi maupun
psikologi. Perubahan fisiologi diantaranya
Tabel 4.2 Distribusi kelompok nilai
ditandai dengan berfungsinya organ
reproduksi seperti menstruasi. Lamanya kadar hemoglobin sebelum menstruasi
menstruasi berkisar 3-5 hari, atau dengan
variasi yang berbeda, banyaknya darah yang
keluar dalam satu periode menstruasi
berkisar rata-rata 50 ml. Jika lebih dari
80 ml maka dianggap patologis.
Sepanjang usia reproduktif, wanita akan
80 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

Tujuan penelitian ini adalah untuk


mengetahui perbedaan kadar hemoglobin Tabel 4.2 Distribusi kelompok nilai
dan morfologi eritrosit sebelum menstruasi kadar hemoglobin setelah menstruasi.
dengan setelah menstruasi pada remaja putri Berdasarkan tabel 4.2 tentang kadar
di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri. hemoglobin setelah menstruasi, diperoleh
Metode Penelitian sebanyak 9 responden dengan persentase
Penelitian ini merupakan penelitian 60% memiliki nilai kadar hemoglobin yang
yang menggunakan rancangan observasional normal dan 6 responden lainnya dengan
analitik. Populasi dalam penelitian ini persentase 40% memiliki nilai kadar
sejumlah 185 orang dengan sampel sejumlah hemoglobin yang rendah.
30 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan non random accidental
sampling. Sampel diambil dari dua
kelompok yaitu kelompok pertama,
pengambilan sampel dilakukan 7 hari
sebelum menstruasi dan kelompok kedua,
pengambilan sampel dilakukan 7 hari setelah
menstruasi setelah itu semua sampel 2. Analisa Bivariat
diperiksa kadar hemoglobinnya Berdasarkan tabel 4.7 tentang hasil
menggunakan metode Strip Hb meter perbedaan kadar hemoglobin sebelum
kemudian dilakukan pemeriksaan morfologi menstruasi dengan kadar hemoglobin setelah
eritrosit yang diperiksa dari pengamatan menstruasi dari 15 responden kelompok
apusan darah tepi. Hasil pemeriksaan sebelum menstruasi yang diberikan kode A
disajikan dalam bentuk tabel kemudian data dan 15 responden untuk kelompok setelah
yang diperoleh di analisis menggunakan menstruasi yang diberikan kode B. Pada
analisis data bivariet untuk pemeriksaan pemeriksaan kadar hemoglobin sebelum
hemoglobin yang menggunakan analisis uji mentruasi diperoleh nilai hemoglobin
statistik independent t-Test dengan tertinggi yaitu 16.1 g% dan nilai hemoglobin
membandingkan kadar hemoglobin sebelum
menstruasi dan setelah menstruasi,
sedangkan morfologi eritrosit dianalisa
secara deskribtif

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan didapatkan nilai kadar
hemoblobin dan morfologi eritrosit dimana
spesimen darah kapiler diambil 7 hari
sebelum menstruasi dan 7 hari setelah
menstruasi pada remaja putri di pondok
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi kelompok nilai kadar


hemoglobin sebelum menstruasi. terendah yaitu 11.4 g% dengan nilai rata-rata
adalah 13.2 g%. Sedangkan nilai tertinggi
Berdasarkan tabel 4.1 tentang kadar dari pemeriksaan kadar hemoglobin setelah
hemoglobin sebelum menstruasi, sebagian menstruasi yaitu 13.6 g% dan nilai
besar responden memiliki nilai kadar terendahnya adalah 7.9 g%. dengan nilai
hemoglobin normal yaitu sebanyak 12 rata-rata adalah 11.8 g%. Hasil uji statistic
responden dengan persentase 80% dan T-test yang didapatkan adalah p=0.032
sisanya yaitu 3 responden dengan persentase (p<0.05)
20% memiliki nilai kadar hemoglobin yang
cenderung rendah.
81 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

Uji statistik yang digunakan (B3, B4, B10, B14 dan B15) pewarnaannya
adalah T-test dengan nilai rata-rata yang bersifat hipokromik, 3 responden (B1, B7
didapatkan dari kelompok remaja putri dan B9) pewarnaannya bersifat hiperkromik
sebelum menstruasi adalah 13.2 g% dan dan 7 responden lainnya pewarnaannya
nilai rata-rata yang didapatkan dari bersifat normokromik.
kelompok remaja putri setelah menstruasi
adalah 7.9 g%. Berikut adalah hasil uji Pembahasan
statistiknya: Hasil pemeriksaan urine metode
carik celup pada parameter glukosa,
Dari uji statistik yang telah dilakukan leukosit esterase, nitrit, dan eritrosit
didapatkan nilai signifikan (p=0.032) adalah adalah sebagai berikut: 1.Kadar
lebih kecil dari pada nilai alpha (A=0.05). Hemoglobin.
Hal ini menunjukka bahwa Ha diterima dan Berdasarkan tabel 4.1 mengenai
Ho ditolak artinya adanya perbedaan kadar distribusi kadar hemoglobin sebelum
hemoglobin sebelum menstruasi dan setelah menstruasi didapatkan 12 responden
menstruasi. dengan persentase 80% memiliki kadar
hemoglobin normal dan 3 responden
Berdasarkan tabel 4.4 tentang dengan persentase 20% memiliki kadar
morfologi eritrosit sebelum menstruasi yang hemoglobin yang rendah. Dari data
diamati dengan memperhatikan 3 komponen kadar hemoglobin yang ada pada tabel
diantaranya yaitu Shape (bentuk), Size 4.7, diperoleh nilai tertinggi dari 15
(ukuran), dan Staining (pewarnaan), responden yaitu 16.1 g% dan nilai
diperoleh seluruh responden sebelum terendah dari 15 responden yaitu 11.4
menstruasi sebanyak 15 responden rata-rata g% dengan total rerata seluruhnya adalah
ditemukan Shape (bentuk) eritrosit yang 13.2 g%.
abnormal diantaranya yaitu Eliptosit, Distribusi kadar hemoglobin setelah
Stomatosit, Burr sell dan Sel target (sel menstruasi pada tabel 4.2 didapatkan
sasaran) sedangkan ditinjau dari Size sebanyak 9 responden dengan persentase
(ukuran), 4 responden (A3, A4, A6, dan 60% memiliki kadar hemoglobin normal
A12) memiliki ukuran kecil (mikrositik) dan dan 6 responden lainnya dengan
11 responden lainnya memiliki ukuran yang persentase 40% memiliki kadar
normal (normositik). Dari segi staining hemoglobin yang rendah. Dilihat dari
(pewarnaan), 4 responden (A3, A4, A6, dan data kadar hemoglobin setelah mentruasi
A9) pewarnaannya bersifat hipokromik, 2 yang terdapat pada tabel 4.7, diperoleh
responden (A2 dan A15) pewarnaannya nilai tertinggi dari 15 responden yaitu
bersifat hiperkromik dan 9 responden 13.6 g% dan nilai terendah dari 15
lainnya pewarnaannya bersifat responden yaitu 7.9 g% dengan total
normokromik. rerata seluruhnya adalah 11.8 g%.
Berdasarkan tabel 4.5 tentang Berdasarkan hasil uji statistik
morfologi eritrosit setelah menstruasi yang didapatkan nilai signifikan (p=0.032)
diamati dengan memperhatikan 3 komponen yang lebih kecil dari nilai alpha
diantaranya yaitu Shape (bentuk), Size (A=0.05) yang berarti terdapat
(ukuran), dan Staining (pewarnaan), perbedaan kadar hemoglobin sebelum
diperoleh seluruh responden setelah menstruasi dengan kadar hemoglobin
menstruasi sebanyak 15 responden rata-rata setelah menstruasi dimana nilai total
ditemukan Shape (bentuk) eritrosit yang rerata kadar hemoglobin setelah
abnormal diantaranya yaitu Eliptosit, menstruasi lebih rendah dari nilai total
Stomatosit, Burr sell dan Sel target (sel rerata kadar hemoglobin sebelum
sasaran) sedangkan ditinjau dari Size menstruasi dengan selisih 1.37.
(ukuran), 6 responden (B3, B4, B7, B8, B10, Menurut peneliti, total rerata nilai
B14 dan B15) memiliki ukuran kecil kadar hemoglobin setelah menstruasi
(mikrositik) dan 9 responden lainnya lebih rendah dari total rerata nilai kadar
memiliki ukuran yang normal (normositik). hemoglobin sebelum menstruasi dan
Dari segi staining (pewarnaan), 5 responden berdasarkan penelitian sebelumnya oleh
Nugrahani Ika (2013) terdapat perbedaan
82 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

kadar Hemoglobin sebelum dan sesudah Pondok Pesantren Nurul Hakim penyediaan
Menstruasi pada mahasiswa DIII makanan hewani sangat jarang hampir bisa
Keperawatan Universtas Muhamadiyah dipastikan penyediaan makanan hewani
Surakarta, yaitu kadar hemoglobin dilakukan hanya saat hari-hari besar saja
sesudah menstruasi lebih rendah misalnya ketika hari raya qurban dan hari-
dibandingkan sebelum menstruasi. hari besar lainnya. Menu makanan yang
Briawan (2013) mengemukakan bahwa paling sering bahkan dapat dikatakan menu
pada saat mulai menstruasi remaja putri wajib ketika makan adalah menu olahan dari
akan kehilangan banyak darah, rata-rata tempe, penyediaan makanan yang kurang
kehilangan darah pada saat menstruasi 84 bervariasi dan cara pengolahan yang kurang
ml, dengan asumsi kehilangan Hb 133 g/l, maksimal menyebabkan banyak santriwati
sehingga remaja putri membutuhkkan yang tidak mau makan sehingga tidak
tambahan zat besi 0.56 mg/hari. Zat besi memperhatikan pola makan terutama pola
memiliki peranan penting di dalam tubuh asupan zat besi. Walaupun pada makanan
diantaranya yaitu untuk memproduksi nabati kandungan zat besinya sedikit akan
hemoglobin dan sel darah merah dan tetapi penting bagi remaja putri untuk
membantu berbagai proses metabolisme. mengkonsumsi olahan tempe yang
Sebenarnya , darah mengandung zat besi disediakan. Untuk membantu sebagian kecil
yang dapat didaur ulang. Akan tetapi kebutuhan zat besi apalagi saat menstruasi.
kehilangan darah yang cukup banyak, Protein pada tempe tergolong mudah dicerna
seperti saat menstruasi dapat menghilangkan sehingga protein dapat digunakan untuk
zat besi dari dalam tubuh. membentuk hemoglobin bersama dengan
Jumlah zat besi yang cenderung sedikit besi atau senyawa lain. Proses
di dalam tubuh hanya sekitar (3-5 g) pembentukan hemoglobin dalam sumsum
(Briawan, 2013). Sedangkan kebutuhan tulang belakang juga memerlukan vitamin
yang cukup banyak pada saat menstruasi B12, asam folat, protein, zat besi, Cu dan
menyebabkan remaja putri banyak yang Zn, yang semuanya terdapat dalam tempe
mengalami defisiensi besi akibatnya kadar (Astuti, Aminah and Syamsianah, 2014).
hemoglobin akan menurun dan akan terjadi
anemia defisiensi besi. Jika ditinjau dari Zat besi yang bersumber dari
masing-masing responden terdapat sekitar 3 makanan belum cukup untuk memenuhi
responden dengan persentase 20% dari kekurangan zat besi ketika menstruasi, oleh
kelompok remaja putri sebelum menstruasi karena itu disarankan agar remaja putri
dan 6 responden dengan persentase 40% dari mengkonsumsi tablet Fe yang disediakan
kelompok remaja putri setelah menstruasi dari puskesmas setempat. Faktor lain
memiliki kadar HB yang yang cukup rendah. penyebab penurunan kadar Hb antara lain
Kadar hemoglobin yang rendah pada malabsorpsi zat besi pada saluran cerna
umumnya disebabkan karena beberapa akibat gastritis, ulkus peptikum, diare, dan
faktor diantaranya menurut Fithra di dalam adanya parasit cacing tambang. Infeksi
buku “Permasalahan Gizi Pada Remaja akibat penyakit kronis maupun sistemik
Putri” (2014) secara umum faktor penyebab misalnya HIV dan AIDS serta penyakit lain
penurunan kadar Hb yang merupakan seperti malaria juga merupakan faktor
diagnose awal anemia diantaranya yaitu penyebab lainnya.(Briawan, 2013)
kurangnya asupan zat besi (Fe) dan protein. Berdasarkan hasil penelitian yang
Kandungan zat besi pada makanan hewani dilakukan tentang morfologi eritrosit
lebih banyak daripada kandungan zat besi sebelum menstruasi dan setelah menstruasi
pada makanan nabati. Berdasarkan hasil yang diamati dengan memperhatikan 3
penelitian di Vietnam menyatakan bahwa komponen, diantaranya yaitu Shape
ada hubungan antara peningkatan kadar (bentuk), Size (ukuran), dan Staining
hemoglobin seiring dengan frekuensi (pewarnaan), diperoleh seluruh responden
konsumsi protein yang bersumber dari sebelum menstruasi sebanyak 15 responden
asupan makanan hewani. dan 15 responden setelah menstruasi rata-
Jika dilihat dari kehidupan rata ditemukan Shape (bentuk) eritrosit yang
santriwati atau remaja putri di lingkungan abnormal diantaranya yaitu Eliptosit,
83 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

Stomatosit, Burr sell dan Sel target (sel Hasil pengamatan berdasarkan
sasaran) Size (ukuran), pada kelompok remaja putri
Istilah umum untuk eritrosit sebelum menstruasi ditemukan 4 responden
dewasa yang memiliki variasi bentuk (A3, A4, A6, dan A12) memiliki ukuran
eritrosit selain bentuk normal, dalam apusan kecil (mikrositik) dan
darah tepi disebut poikilositosis. Deviasi 11 responden lainnya memiliki ukuran yang
bentuk eritrosit merupakan suatu perubahan normal (normositik). Sedangkan pada
kimia atau fisik baik pada membran sel kelompok remaja putri setelah menstruasi
ataupun sitoplasma. Dalam beberapa kasus didapatkan 6 responden (B3, B4, B7, B8,
mekanismenya belum diketahui. Namun, B10, B14 dan B15) memiliki ukuran kecil
penelitian terakhir dalam biologi sel telah (mikrositik) dan 9 responden lainnya
memberikan kontribusi terhadap memiliki ukuran yang normal (normositik).
peningkatan pengetahuan dari mekanisme Kiswari (2014) pada bukunya
ini. Setiap poikilosit dapat ditemukan dalam yang berjudul “Hematologi dan Transfusi”
jumlah yang meningkat pada gangguan menyebutkan bahwa eritrosit normal
hematologi spesifik maupun non- memiliki diameter rata-rata 7,2 mm dengan
hematologi (Kiswari, 2014). variasi 6,8-7,5 mm. ukuran eritrosit normal
Bedasarkan hasil penelitian disebut normositik. Adapun ukuran yang
ditemukan kelainan bentuk eritrosit yaitu lebih kecil dari normal disebut mikrositik.
Pertama, Eliptosit merupakan eritrosit yang Variasi ukuran yang ditemukan pada
berbentuk memanjang, seperti batang, penelitian ini adalah normositik dan
cerutu, atau sosis. Eliptosit merupakan cacat mikrositik. Ukuran yang lebih kecil dari
membran. Terjadi peningkatan apabila ukuran normal atau disebut mikrositik
terdapat gangguan klinis yang terkait dikaitkan dengan penurunan sintesis
termasuk eliptositosis herediter, anemia hemoglobin. Penurunan hemoglobin dapat
terkait dengan keganasan, penyakit disebabkan oleh defisiensi besi baik karena
hemoglobin C (HbC), anemia hemolitik menstruasi maupun kurangnya asupan zat
(kadang-kadang), anemia defisiensi besi, besi, gangguan sintesis globulin, atau
anemia pernisiosa, anemia sel sabit dan kelainan mitokondria yang mempengaruhi
talasemia. Kedua yaitu Burr sell (sel burr) sintesis heme pada molekul hemoglobin.
merupakan eritrosit yang menunjukkan Adapun gangguan yang dapat menyebabkan
tonjolan-tonjolan pendek pada membrane mikrositosis meliputi sindrom malabsorbsi,
sel. Sel-sel ini sering memanjang tidak anemia defisiensi besi, variasi jenis
teratur. Secara klinis sel burr meningkat hemoglobin, yaitu pada hemoglobinopati.
dalam berbagai jenis anemia, perdarahan Berdasarkan hasil penelitian ditinjau
ulkus lambung, karsinoma lambung, tukak dari segi staining (pewarnaan), dari 15
lambung, inusufiensi ginjal, defisiensi responden pada kelompok remaja putri
piruvat kinase, dan uremia (Kiswari, 2014). sebelum menstruasi didapatkan 4 responden
Variasi bentuk eritrosit yang (A3, A4, A6, dan A9) pewarnaannya bersifat
lain yang ditemukan yaitu Sel target (sel hipokromik, 2 responden (A2 dan A15)
sasaran) merupakan sel eritrosit pewarnaannya bersifat hiperkromik dan 9
abnormal yang berbentuk seperti responden lainnya pewarnaannya bersifat
lonceng yang meningkat pada penderita normokromik. Sedangkan dari 15 responden
talasemia sel sabit, hemoglobinopati pada kelompok remaja putri setelah
(HbC), anemia hemolitik dan penyakit menstruasi didapatkan 5 responden (B3, B4,
hati. Selanjutnya yaitu Stomatosit B10, B14 dan B15) pewarnaannya bersifat
merupakan sel eritrosit abnormal yang hipokromik, 3 responden (B1, B7 dan B9)
tampak sebagai eritrosit dengan bagian pewarnaannya bersifat hiperkromik dan 7
pucatnya sebagai celah (tidak bundar) responden lainnya pewarnaannya bersifat
Ditemukan pada penderita alkoholisme normokromik.
akut, alkoholisme sirosis, defisiensi
glutation, keracunan logam berat, Kesimpulan
keganasan dan talasemia mayor Eritrosit normal memiliki
(Kiswari, 2014). penampilan berwarna merah dengan bagian
84 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

pusat berwarna leih terang (pucat) ketika Program Studi Kesehatan Masyarakat,
diwarnai dengan pewarnaan konvensional. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah Semarang, 34(2), pp. 151–
Warna merah merupakan refleksi banyaknya 159.
hemoglobin dalam sel. Warna pucat Briawan, D. (2013) Briawan, D. Jakarta: Buku
ditengah merupakan bagian yang tipis dari Kedokteran EGC.
sel, diameter normal tidak kurang dari Depkes, R. (2008) „Pedoman Praktik Laboratorium
Kesehatan yang Benar‟. Jakarta: Katalog
sepertiga dan juga tidak melebihi sepertiga dalam terbitan (KDT), p. 14.
dari diameter keseluruhan sel dan disebut Dieny, F. F. (2014). Permasalahan Gizi Pada Remaja
sebagai central pallor. Eitrosit yang normal Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Evelyn, C.
itu disebut normokromik. Variasi warna (2009) Anatomi dan Fisiologis untuk
normal atau abnormal menunjukkan Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Fatimah Siti (2009) „Studi Kadar Klorofil Dan Zat
kandungan sitoplasmanya. Istilah umum Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam
untuk variasi warna adalah anisokromia. Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih ( Rattus
Hipokromik terjadi karena cadangan besi Norvegicus ) Anemia‟, Jurusan Biologi
tidak memadai, sehingga menyebabkan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim
penurunan sintesis hemoglobin. Eritrosit Malang Malang.
akan tampak pucat pada penderita defisiensi Felicia, Hutagaol, E. and Kundre, R. (2015)
hemoglobin, Hipokrom terkait dengan „Hubungan Status Gizi dengan Siklus
anemia defisiensi besi. Adapun hiperkromik Menstruasi pada Remaja Putri di PSIK
terjadi karena konsentrasi hemoglobinnya UNSRAT Manado‟, Jurnal Keperawatan (e-
Kp), 3(1), pp. 1–7.
lebih dari normal atau terjadi Fithra, F. (2014) Permasalahan Gizi pada Remaja
ketidakseimbangan sel (Kiswari, 2014). Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu Gandasoebrata,
Pewarnaan yang bersifat hipokromik R. (2010) Penuntun Laboratorium Klinik. 16th
ditandai dengan daerah tepi yang terisi lebih edn. Jakarta: Dian Rakyat.
Gunadi Valerie I. R, Mewo Yanti M, dan Tiho
banyak hemoglobin (warna merah) menjadi Murniati, (2016). Gambaran Kadar
lebih tipis daripada sel normokromik Hemoglobin pada Pekerja Bangunan, Fakultas
(Kokasih E.N. dan A.S Kosasih, 2005). Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado, Volume 4, Nomor 2.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Hariwibowo, H. dan (2008) Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem
disimpulkan bahwa rerata kadar hemoglobin Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
mahasiswa sebelum menstruasi 13.2 g% dan Kandou, P. R. D., Tombokan, K. C. and Pangemanan,
setelah menstruasi 11.8 g%. Setelah D. H. C. (2017) „Hubungan antara stres dan
dilakukan uji T- test terdapat perbedaan pola siklus menstruasi pada mahasiswa
Kepaniteraan Klinik Madya ( co-assistant )‟, di
rerata kadar Hemoglobin sebelum dan rerata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
kadar Hemoglobin setelah Menstruasi pada Fakultas Kedokteran Universitas Sam
remaja putri yaitu kadar hemoglobin sesudah Ratulangi Manado,Volume 5, Nomor 1.
menstruasi lebih rendah dibandingkan Kiswari, R. (2014) Hematologi dan Transfusi.
sebelum menstruasi. Morfologi eritrosit Edited by R. Carolin, S dan Astikawati.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
sebelum menstruasi dan setelah menstruasi Kosasih, E. N. and Kokasih, A. S. (2005). Tafsiran
rata-rata ditemukan Shape (bentuk) eritrosit Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik.
yang abnormal sedangkan ditinjau dari Size Tangerang: KARISMA Publishing Group.
(ukuran), 25% memiliki ukuran kecil Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Pustaka Setia. Notoatmodjo, S.
(mikrositik) dan dari segi staining 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.
(pewarnaan), 47% pewarnaannya bersifat Rineka Cipta, Jakarta
anormal. Nugrahani, I., 2013 Perbedaan kadar hemoglobin
sebelum dan sesudah menstruasi pada
Daftar Pustaka mahasiswa diii keperawatan universitas
muhamadiyah surakarta, Fakultas Ilmu
Arief, M. (2007) Histologi Umum Kedokteran. Cet I. Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta: LPP UNI dan UNS Press. Baron. Surakarta.
Arisman. (2007). Gizi dalam Daur Hidup. Nuraini, S. 2018 Perbedaan Kadar Hemoglobin
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.\ Sebelum Menstruasi Dan Pasca Menstruasi,
Astuti, R., Aminah, S. and Syamsianah, A. (2014) STIKES ICMe Jombang Prodi DIII Analis
„Komposisi Zat Gizi Tempe Yang Difortifikasi Kesehatan
Zat Besi Nutritional Composition Of Soyben Prastika, D. A. 2011. Hubungan Lama Menstruasi
Tempeh Fortified With Iron And Vitamin A Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja
On Uncook And Cook Soyben Tempeh‟,
85 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

Siswi Sma N 1 Wonosari, Ilmiah Kt, Studi P,


Kebidanan Di V, Fakultas Kedokteran
Tahir, Z., Warni, E. and Suyuti, A. (2012)
„Analisa Metode Radial Basis Function
Jaringan Saraf Tiruan untuk Penentuan
Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit)
Berbasis Pengolahan Citra‟.
Wahyuningsih, A. and Astuti, S. P. (2012) „Hubungan
Kadar Hemoglobin Dengan Keteraturan Siklus
Menstruasi Pada Mahasiswi Prodi D III
Kebidanan Tingkat III Stikes Muhammadiyah
Klaten‟, Involusi Kebidanan, 2(3), pp. 34–45.
Yan, LT. : A Rapid Method of Preparing Smears from
Effusion and Solid Mass Aspirates for
Cytologic Diagnosis. Am. J. Clin Pathol
47:797-801, 1967.
Zarianis. 2006. Efek Suplementasi Besi-Vitamin C
Dan Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin
The Effect Of Iron-Vitamin C And Vitamin C.
Tesis program magister gizi masyarakat
Universitas Diponegoro Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/15967/1/zarianis.pdf.
diaksespada tanggal 16 Agustus 2010.

Anda mungkin juga menyukai