Uji statistik yang digunakan (B3, B4, B10, B14 dan B15) pewarnaannya
adalah T-test dengan nilai rata-rata yang bersifat hipokromik, 3 responden (B1, B7
didapatkan dari kelompok remaja putri dan B9) pewarnaannya bersifat hiperkromik
sebelum menstruasi adalah 13.2 g% dan dan 7 responden lainnya pewarnaannya
nilai rata-rata yang didapatkan dari bersifat normokromik.
kelompok remaja putri setelah menstruasi
adalah 7.9 g%. Berikut adalah hasil uji Pembahasan
statistiknya: Hasil pemeriksaan urine metode
carik celup pada parameter glukosa,
Dari uji statistik yang telah dilakukan leukosit esterase, nitrit, dan eritrosit
didapatkan nilai signifikan (p=0.032) adalah adalah sebagai berikut: 1.Kadar
lebih kecil dari pada nilai alpha (A=0.05). Hemoglobin.
Hal ini menunjukka bahwa Ha diterima dan Berdasarkan tabel 4.1 mengenai
Ho ditolak artinya adanya perbedaan kadar distribusi kadar hemoglobin sebelum
hemoglobin sebelum menstruasi dan setelah menstruasi didapatkan 12 responden
menstruasi. dengan persentase 80% memiliki kadar
hemoglobin normal dan 3 responden
Berdasarkan tabel 4.4 tentang dengan persentase 20% memiliki kadar
morfologi eritrosit sebelum menstruasi yang hemoglobin yang rendah. Dari data
diamati dengan memperhatikan 3 komponen kadar hemoglobin yang ada pada tabel
diantaranya yaitu Shape (bentuk), Size 4.7, diperoleh nilai tertinggi dari 15
(ukuran), dan Staining (pewarnaan), responden yaitu 16.1 g% dan nilai
diperoleh seluruh responden sebelum terendah dari 15 responden yaitu 11.4
menstruasi sebanyak 15 responden rata-rata g% dengan total rerata seluruhnya adalah
ditemukan Shape (bentuk) eritrosit yang 13.2 g%.
abnormal diantaranya yaitu Eliptosit, Distribusi kadar hemoglobin setelah
Stomatosit, Burr sell dan Sel target (sel menstruasi pada tabel 4.2 didapatkan
sasaran) sedangkan ditinjau dari Size sebanyak 9 responden dengan persentase
(ukuran), 4 responden (A3, A4, A6, dan 60% memiliki kadar hemoglobin normal
A12) memiliki ukuran kecil (mikrositik) dan dan 6 responden lainnya dengan
11 responden lainnya memiliki ukuran yang persentase 40% memiliki kadar
normal (normositik). Dari segi staining hemoglobin yang rendah. Dilihat dari
(pewarnaan), 4 responden (A3, A4, A6, dan data kadar hemoglobin setelah mentruasi
A9) pewarnaannya bersifat hipokromik, 2 yang terdapat pada tabel 4.7, diperoleh
responden (A2 dan A15) pewarnaannya nilai tertinggi dari 15 responden yaitu
bersifat hiperkromik dan 9 responden 13.6 g% dan nilai terendah dari 15
lainnya pewarnaannya bersifat responden yaitu 7.9 g% dengan total
normokromik. rerata seluruhnya adalah 11.8 g%.
Berdasarkan tabel 4.5 tentang Berdasarkan hasil uji statistik
morfologi eritrosit setelah menstruasi yang didapatkan nilai signifikan (p=0.032)
diamati dengan memperhatikan 3 komponen yang lebih kecil dari nilai alpha
diantaranya yaitu Shape (bentuk), Size (A=0.05) yang berarti terdapat
(ukuran), dan Staining (pewarnaan), perbedaan kadar hemoglobin sebelum
diperoleh seluruh responden setelah menstruasi dengan kadar hemoglobin
menstruasi sebanyak 15 responden rata-rata setelah menstruasi dimana nilai total
ditemukan Shape (bentuk) eritrosit yang rerata kadar hemoglobin setelah
abnormal diantaranya yaitu Eliptosit, menstruasi lebih rendah dari nilai total
Stomatosit, Burr sell dan Sel target (sel rerata kadar hemoglobin sebelum
sasaran) sedangkan ditinjau dari Size menstruasi dengan selisih 1.37.
(ukuran), 6 responden (B3, B4, B7, B8, B10, Menurut peneliti, total rerata nilai
B14 dan B15) memiliki ukuran kecil kadar hemoglobin setelah menstruasi
(mikrositik) dan 9 responden lainnya lebih rendah dari total rerata nilai kadar
memiliki ukuran yang normal (normositik). hemoglobin sebelum menstruasi dan
Dari segi staining (pewarnaan), 5 responden berdasarkan penelitian sebelumnya oleh
Nugrahani Ika (2013) terdapat perbedaan
82 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)
kadar Hemoglobin sebelum dan sesudah Pondok Pesantren Nurul Hakim penyediaan
Menstruasi pada mahasiswa DIII makanan hewani sangat jarang hampir bisa
Keperawatan Universtas Muhamadiyah dipastikan penyediaan makanan hewani
Surakarta, yaitu kadar hemoglobin dilakukan hanya saat hari-hari besar saja
sesudah menstruasi lebih rendah misalnya ketika hari raya qurban dan hari-
dibandingkan sebelum menstruasi. hari besar lainnya. Menu makanan yang
Briawan (2013) mengemukakan bahwa paling sering bahkan dapat dikatakan menu
pada saat mulai menstruasi remaja putri wajib ketika makan adalah menu olahan dari
akan kehilangan banyak darah, rata-rata tempe, penyediaan makanan yang kurang
kehilangan darah pada saat menstruasi 84 bervariasi dan cara pengolahan yang kurang
ml, dengan asumsi kehilangan Hb 133 g/l, maksimal menyebabkan banyak santriwati
sehingga remaja putri membutuhkkan yang tidak mau makan sehingga tidak
tambahan zat besi 0.56 mg/hari. Zat besi memperhatikan pola makan terutama pola
memiliki peranan penting di dalam tubuh asupan zat besi. Walaupun pada makanan
diantaranya yaitu untuk memproduksi nabati kandungan zat besinya sedikit akan
hemoglobin dan sel darah merah dan tetapi penting bagi remaja putri untuk
membantu berbagai proses metabolisme. mengkonsumsi olahan tempe yang
Sebenarnya , darah mengandung zat besi disediakan. Untuk membantu sebagian kecil
yang dapat didaur ulang. Akan tetapi kebutuhan zat besi apalagi saat menstruasi.
kehilangan darah yang cukup banyak, Protein pada tempe tergolong mudah dicerna
seperti saat menstruasi dapat menghilangkan sehingga protein dapat digunakan untuk
zat besi dari dalam tubuh. membentuk hemoglobin bersama dengan
Jumlah zat besi yang cenderung sedikit besi atau senyawa lain. Proses
di dalam tubuh hanya sekitar (3-5 g) pembentukan hemoglobin dalam sumsum
(Briawan, 2013). Sedangkan kebutuhan tulang belakang juga memerlukan vitamin
yang cukup banyak pada saat menstruasi B12, asam folat, protein, zat besi, Cu dan
menyebabkan remaja putri banyak yang Zn, yang semuanya terdapat dalam tempe
mengalami defisiensi besi akibatnya kadar (Astuti, Aminah and Syamsianah, 2014).
hemoglobin akan menurun dan akan terjadi
anemia defisiensi besi. Jika ditinjau dari Zat besi yang bersumber dari
masing-masing responden terdapat sekitar 3 makanan belum cukup untuk memenuhi
responden dengan persentase 20% dari kekurangan zat besi ketika menstruasi, oleh
kelompok remaja putri sebelum menstruasi karena itu disarankan agar remaja putri
dan 6 responden dengan persentase 40% dari mengkonsumsi tablet Fe yang disediakan
kelompok remaja putri setelah menstruasi dari puskesmas setempat. Faktor lain
memiliki kadar HB yang yang cukup rendah. penyebab penurunan kadar Hb antara lain
Kadar hemoglobin yang rendah pada malabsorpsi zat besi pada saluran cerna
umumnya disebabkan karena beberapa akibat gastritis, ulkus peptikum, diare, dan
faktor diantaranya menurut Fithra di dalam adanya parasit cacing tambang. Infeksi
buku “Permasalahan Gizi Pada Remaja akibat penyakit kronis maupun sistemik
Putri” (2014) secara umum faktor penyebab misalnya HIV dan AIDS serta penyakit lain
penurunan kadar Hb yang merupakan seperti malaria juga merupakan faktor
diagnose awal anemia diantaranya yaitu penyebab lainnya.(Briawan, 2013)
kurangnya asupan zat besi (Fe) dan protein. Berdasarkan hasil penelitian yang
Kandungan zat besi pada makanan hewani dilakukan tentang morfologi eritrosit
lebih banyak daripada kandungan zat besi sebelum menstruasi dan setelah menstruasi
pada makanan nabati. Berdasarkan hasil yang diamati dengan memperhatikan 3
penelitian di Vietnam menyatakan bahwa komponen, diantaranya yaitu Shape
ada hubungan antara peningkatan kadar (bentuk), Size (ukuran), dan Staining
hemoglobin seiring dengan frekuensi (pewarnaan), diperoleh seluruh responden
konsumsi protein yang bersumber dari sebelum menstruasi sebanyak 15 responden
asupan makanan hewani. dan 15 responden setelah menstruasi rata-
Jika dilihat dari kehidupan rata ditemukan Shape (bentuk) eritrosit yang
santriwati atau remaja putri di lingkungan abnormal diantaranya yaitu Eliptosit,
83 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)
Stomatosit, Burr sell dan Sel target (sel Hasil pengamatan berdasarkan
sasaran) Size (ukuran), pada kelompok remaja putri
Istilah umum untuk eritrosit sebelum menstruasi ditemukan 4 responden
dewasa yang memiliki variasi bentuk (A3, A4, A6, dan A12) memiliki ukuran
eritrosit selain bentuk normal, dalam apusan kecil (mikrositik) dan
darah tepi disebut poikilositosis. Deviasi 11 responden lainnya memiliki ukuran yang
bentuk eritrosit merupakan suatu perubahan normal (normositik). Sedangkan pada
kimia atau fisik baik pada membran sel kelompok remaja putri setelah menstruasi
ataupun sitoplasma. Dalam beberapa kasus didapatkan 6 responden (B3, B4, B7, B8,
mekanismenya belum diketahui. Namun, B10, B14 dan B15) memiliki ukuran kecil
penelitian terakhir dalam biologi sel telah (mikrositik) dan 9 responden lainnya
memberikan kontribusi terhadap memiliki ukuran yang normal (normositik).
peningkatan pengetahuan dari mekanisme Kiswari (2014) pada bukunya
ini. Setiap poikilosit dapat ditemukan dalam yang berjudul “Hematologi dan Transfusi”
jumlah yang meningkat pada gangguan menyebutkan bahwa eritrosit normal
hematologi spesifik maupun non- memiliki diameter rata-rata 7,2 mm dengan
hematologi (Kiswari, 2014). variasi 6,8-7,5 mm. ukuran eritrosit normal
Bedasarkan hasil penelitian disebut normositik. Adapun ukuran yang
ditemukan kelainan bentuk eritrosit yaitu lebih kecil dari normal disebut mikrositik.
Pertama, Eliptosit merupakan eritrosit yang Variasi ukuran yang ditemukan pada
berbentuk memanjang, seperti batang, penelitian ini adalah normositik dan
cerutu, atau sosis. Eliptosit merupakan cacat mikrositik. Ukuran yang lebih kecil dari
membran. Terjadi peningkatan apabila ukuran normal atau disebut mikrositik
terdapat gangguan klinis yang terkait dikaitkan dengan penurunan sintesis
termasuk eliptositosis herediter, anemia hemoglobin. Penurunan hemoglobin dapat
terkait dengan keganasan, penyakit disebabkan oleh defisiensi besi baik karena
hemoglobin C (HbC), anemia hemolitik menstruasi maupun kurangnya asupan zat
(kadang-kadang), anemia defisiensi besi, besi, gangguan sintesis globulin, atau
anemia pernisiosa, anemia sel sabit dan kelainan mitokondria yang mempengaruhi
talasemia. Kedua yaitu Burr sell (sel burr) sintesis heme pada molekul hemoglobin.
merupakan eritrosit yang menunjukkan Adapun gangguan yang dapat menyebabkan
tonjolan-tonjolan pendek pada membrane mikrositosis meliputi sindrom malabsorbsi,
sel. Sel-sel ini sering memanjang tidak anemia defisiensi besi, variasi jenis
teratur. Secara klinis sel burr meningkat hemoglobin, yaitu pada hemoglobinopati.
dalam berbagai jenis anemia, perdarahan Berdasarkan hasil penelitian ditinjau
ulkus lambung, karsinoma lambung, tukak dari segi staining (pewarnaan), dari 15
lambung, inusufiensi ginjal, defisiensi responden pada kelompok remaja putri
piruvat kinase, dan uremia (Kiswari, 2014). sebelum menstruasi didapatkan 4 responden
Variasi bentuk eritrosit yang (A3, A4, A6, dan A9) pewarnaannya bersifat
lain yang ditemukan yaitu Sel target (sel hipokromik, 2 responden (A2 dan A15)
sasaran) merupakan sel eritrosit pewarnaannya bersifat hiperkromik dan 9
abnormal yang berbentuk seperti responden lainnya pewarnaannya bersifat
lonceng yang meningkat pada penderita normokromik. Sedangkan dari 15 responden
talasemia sel sabit, hemoglobinopati pada kelompok remaja putri setelah
(HbC), anemia hemolitik dan penyakit menstruasi didapatkan 5 responden (B3, B4,
hati. Selanjutnya yaitu Stomatosit B10, B14 dan B15) pewarnaannya bersifat
merupakan sel eritrosit abnormal yang hipokromik, 3 responden (B1, B7 dan B9)
tampak sebagai eritrosit dengan bagian pewarnaannya bersifat hiperkromik dan 7
pucatnya sebagai celah (tidak bundar) responden lainnya pewarnaannya bersifat
Ditemukan pada penderita alkoholisme normokromik.
akut, alkoholisme sirosis, defisiensi
glutation, keracunan logam berat, Kesimpulan
keganasan dan talasemia mayor Eritrosit normal memiliki
(Kiswari, 2014). penampilan berwarna merah dengan bagian
84 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)
pusat berwarna leih terang (pucat) ketika Program Studi Kesehatan Masyarakat,
diwarnai dengan pewarnaan konvensional. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah Semarang, 34(2), pp. 151–
Warna merah merupakan refleksi banyaknya 159.
hemoglobin dalam sel. Warna pucat Briawan, D. (2013) Briawan, D. Jakarta: Buku
ditengah merupakan bagian yang tipis dari Kedokteran EGC.
sel, diameter normal tidak kurang dari Depkes, R. (2008) „Pedoman Praktik Laboratorium
Kesehatan yang Benar‟. Jakarta: Katalog
sepertiga dan juga tidak melebihi sepertiga dalam terbitan (KDT), p. 14.
dari diameter keseluruhan sel dan disebut Dieny, F. F. (2014). Permasalahan Gizi Pada Remaja
sebagai central pallor. Eitrosit yang normal Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Evelyn, C.
itu disebut normokromik. Variasi warna (2009) Anatomi dan Fisiologis untuk
normal atau abnormal menunjukkan Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Fatimah Siti (2009) „Studi Kadar Klorofil Dan Zat
kandungan sitoplasmanya. Istilah umum Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam
untuk variasi warna adalah anisokromia. Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih ( Rattus
Hipokromik terjadi karena cadangan besi Norvegicus ) Anemia‟, Jurusan Biologi
tidak memadai, sehingga menyebabkan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim
penurunan sintesis hemoglobin. Eritrosit Malang Malang.
akan tampak pucat pada penderita defisiensi Felicia, Hutagaol, E. and Kundre, R. (2015)
hemoglobin, Hipokrom terkait dengan „Hubungan Status Gizi dengan Siklus
anemia defisiensi besi. Adapun hiperkromik Menstruasi pada Remaja Putri di PSIK
terjadi karena konsentrasi hemoglobinnya UNSRAT Manado‟, Jurnal Keperawatan (e-
Kp), 3(1), pp. 1–7.
lebih dari normal atau terjadi Fithra, F. (2014) Permasalahan Gizi pada Remaja
ketidakseimbangan sel (Kiswari, 2014). Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu Gandasoebrata,
Pewarnaan yang bersifat hipokromik R. (2010) Penuntun Laboratorium Klinik. 16th
ditandai dengan daerah tepi yang terisi lebih edn. Jakarta: Dian Rakyat.
Gunadi Valerie I. R, Mewo Yanti M, dan Tiho
banyak hemoglobin (warna merah) menjadi Murniati, (2016). Gambaran Kadar
lebih tipis daripada sel normokromik Hemoglobin pada Pekerja Bangunan, Fakultas
(Kokasih E.N. dan A.S Kosasih, 2005). Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado, Volume 4, Nomor 2.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Hariwibowo, H. dan (2008) Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem
disimpulkan bahwa rerata kadar hemoglobin Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
mahasiswa sebelum menstruasi 13.2 g% dan Kandou, P. R. D., Tombokan, K. C. and Pangemanan,
setelah menstruasi 11.8 g%. Setelah D. H. C. (2017) „Hubungan antara stres dan
dilakukan uji T- test terdapat perbedaan pola siklus menstruasi pada mahasiswa
Kepaniteraan Klinik Madya ( co-assistant )‟, di
rerata kadar Hemoglobin sebelum dan rerata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
kadar Hemoglobin setelah Menstruasi pada Fakultas Kedokteran Universitas Sam
remaja putri yaitu kadar hemoglobin sesudah Ratulangi Manado,Volume 5, Nomor 1.
menstruasi lebih rendah dibandingkan Kiswari, R. (2014) Hematologi dan Transfusi.
sebelum menstruasi. Morfologi eritrosit Edited by R. Carolin, S dan Astikawati.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
sebelum menstruasi dan setelah menstruasi Kosasih, E. N. and Kokasih, A. S. (2005). Tafsiran
rata-rata ditemukan Shape (bentuk) eritrosit Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik.
yang abnormal sedangkan ditinjau dari Size Tangerang: KARISMA Publishing Group.
(ukuran), 25% memiliki ukuran kecil Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Pustaka Setia. Notoatmodjo, S.
(mikrositik) dan dari segi staining 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.
(pewarnaan), 47% pewarnaannya bersifat Rineka Cipta, Jakarta
anormal. Nugrahani, I., 2013 Perbedaan kadar hemoglobin
sebelum dan sesudah menstruasi pada
Daftar Pustaka mahasiswa diii keperawatan universitas
muhamadiyah surakarta, Fakultas Ilmu
Arief, M. (2007) Histologi Umum Kedokteran. Cet I. Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta: LPP UNI dan UNS Press. Baron. Surakarta.
Arisman. (2007). Gizi dalam Daur Hidup. Nuraini, S. 2018 Perbedaan Kadar Hemoglobin
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.\ Sebelum Menstruasi Dan Pasca Menstruasi,
Astuti, R., Aminah, S. and Syamsianah, A. (2014) STIKES ICMe Jombang Prodi DIII Analis
„Komposisi Zat Gizi Tempe Yang Difortifikasi Kesehatan
Zat Besi Nutritional Composition Of Soyben Prastika, D. A. 2011. Hubungan Lama Menstruasi
Tempeh Fortified With Iron And Vitamin A Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja
On Uncook And Cook Soyben Tempeh‟,
85 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)