Anda di halaman 1dari 6

1.

Bupivacaine

Bupivacaine merupakan obat berjenis anestetik lokal golongan amide. Obat bius ini
dapat digunakan untuk meredakan rasa sakit akut, rasa sakit pasca operasi, dan juga
untuk anestesi bedah. Bentuk sediaan bupivacaine berupa injeksi yang diberikan dengan
cara disuntikkan ke dalam tubuh. Oleh karena itu, bupivacaine termasuk kedalam obat
golongan keras yang hanya dapat digunakan dengan resep dokter.

Cara Kerja

Bupivacaine merupakan anestetik lokal yang bekerja dengan memblokade inisiasi


dan konduksi impuls saraf yang mengurangi permeabilitas membrane neuronal ke ion
Natrium, sehingga mengakibatkan penghambatan depolarisasi tanpa blockade konduksi.
Penghambatan rangsangan nyeri yang dikirimkan oleh saraf menuju otak inilah yang
digunakan untuk memberikan efek bius ketika diberikan bupivacaine secara injeksi.

Bupivacaine memiliki onset kerja yang cepat 1-17 menit (tergantung rute dan dosis)
dengan durasi 2-9 jam (tergantung rute dan dosis). Bupivacaine ini
memiliki konsentrasi plama puncak 30-45 menit, berdistribusi dengan
melintasi plasenta dan memasuki ASI (dalam jumlah keci). Bupivacaine terikat
pada protein plasma sekitar 95% dan dimetabolisme di hati melalui konjugasi dengan asam
glukoroat. Selain itu, bupivacaine dieksresikan melalui urin sebagai metabolit dan 5-6%
dieksresikan sebagai obat yang tidak berubah. Waktu paruh dari bupivacaine adalah 1,5-
5,5 jam.
Manfaat

Bupivacaine bermanfaat untuk meredakan nyeri akut

saat persalinan atau prosedur medis tertentu, memberikan efek kebas selama operasi,

dan mengatasi nyeri pasca operasi. Bupivacaine juga dapat berpotensi untuk

memberikan efek yang tidak diinginkan.

Efek samping
Efek samping yang dapat terjadi setelah penggunaan bupivacaine
adalah bengkak pada wajah, tangan, dan kaki, gangguan bicara serta penglihatan,
peningkatan detak jantung, demam,
keringat berlebihan, pusing atau pingsan, kesemutan pada tangan atau kali, kesulitas
bernapas, kelelahan dan rasa lemah yang tidak biasa, pertambahan atau penurunan berat
badan yang tidak biasa, air seni keluar sedikit atau tidak keluar sama sekali. Apabila
gejalan ini dirasakan setelah pemberian bupivacaine, segera beritahukan dokter dan
petugas medis yang menangani Anda.

Dosis

Dosis bupivacaine yang digunakan untuk mengatasi nyeri akut


Blok lumbar pada nyeri persalinan
Konsentrat cairan 0,25%: 15-30 mg
Konsentrat cairan 0,375% 22,5-45 mg
Konsentrat cairan 0,5%: 30-60 mg
Konsentrat cairan 0,1%: 10-15 mg/jam
Konsentrat cairan 0,125% 10-15 mg/jam melalui infus

Blok kaudal pada nyeri persalinan


Konsentrat cairan 0,25%: 25-50 mg
Konsentrat cairan 0,375%: 37,5-75 mg
Konsentrat cairan 0,5%: 50-100 mg

Atasi nyeri pasca operasi


Konsentrat cairan 0,1%: 4-15 mg/jam
Konsentrat cairan 0,125% 5-15 mg/jam melalui infus epidural
Bunionectomy: 106 mg sebagai dosis tunggal
Haemorrhoidectomy: 266 mg sebagai dosis tunggal
Anestesi bedah digunakan infiltrasi lokal 0,25% hingga 150 mg

Blok saraf perifer


Konsentrat cairan 0,25%:12,5 mg
Konsentrat cairan 0,5%: 25 mg; dosis hingga 150 mg juga dapat diberikan
Blok retrobulbar dalam operasi mata
Konsentrasi cairan 0,75%: 15-30 mg

Blok saraf simpatik


Konsentrasi cairan 0,25%: 50-125 mg

Blok epidural lumbar


Konsentrat cairan 0,25%: 25-50 mg
Konsentrat cairan 0,5%: 50-100 mg

Blok kaudal
Konsentrat cairan 0,25%: 37,5-75 mg
Konsentrat cairan 0,75%: 75-150 mg

Blok tulang belakang


Konsentrat cairan 0,5%: 10-20 mg

Dosis yang diberikan kepada pasien berdasarkan instruksi dari dokter. Bupivacaine
diberikan melalui suntikan di rumah sakit atau klinik gigi. Setelah itu keadaan vital
pasien akan diamati secara teliti oleh dokter atau tenaga medis, dalam hal ini keadaan
vital yang dimaksud termasuk tekanan darah dan kadar oksigen.

Interaksi
Bupivacaine dapat berinteraksi jika diberikan bersamaan dengan anastesi lokal tipe
amida (misalnya lidocaine dan mexiletine) dapat meningkatkan efek toksik sistemik
aditif. Obat anti aritmia yang diberikan bersamaan dengan bupivacaine dapat
meningkatan risiko depresi miokard. Peningkatan efek samping bupivacaine bila
digunakan secara bersamaan dengan hyaluronidase.

Penurunan bersihan ginjal dapat menghasilkan peningkatan konsentrasi plasma dengan


simetidin dan ranitidine. Peningkatan risiko efek samping bupivacaine apabila
digunakan bersamaan dengan obat golongan beta bloker (penghambat beta)
dan Calsium Channel Bloker (penghambat kalsium).
2. Catapress / Clonidin

Clonidine adalah obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi, membantu


mencegah stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal. Obat ini dapat digunakan sendiri
atau bersamaan dengan obat lain.
Clonidine termasuk ke dalam kelas obat A (agonis alpha pusat) yang bekerja pada
otak untuk menurunkan tekanan darah. Obat ini menurunkan tekanan pembuluh darah
sehingga darah dapat mengalir lebih mudah. Obat ini juga dapat digunakan untuk
gangguan perhatian defisit hiperaktif (ADHD), mengatasi hot flushes yang terjadi saat
menopause, gejala akibat penggunaan narkotika, serta membantu orang untuk berhenti
merokok.

Dosis
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti dari nasihat medis. Selalu
konsultasikan pada dokter atau apoteker Anda sebelum memulai pengobatan.

Untuk mengatasi hipertensi, dosis clonidine adalah:


 Dosis awal: 0,1 mg secara oral dua kali sehari (pagi dan sebelum tidur).
 Pemeliharaan dosis: 0,2-0,6 mg/hari diberikan dalam dosis terbagi.
Untuk mengatasi hipertensi berat, dosis clonidine adalah:
0,2 mg oral sekali. Dosis tambahan dari 0,1 mg dapat diberikan sesuai kebutuhan dan
ditoleransi setiap jam untuk mengontrol tekanan darah pasien ini. Waspadalah terhadap
risiko stroke atau serangan jantung atau masalah lain yang terkait dengan penurunan
tekanan darah yang agresif, terutama pada orang tua. Total dosis harian maksimum
yang dianjurkan untuk setiap kasus hipertensi yang muncul adalah 0,8 mg.
Beberapa dokter melaporkan efek antihipertensi clonidine pada pasien yang mengalami
cedera tulang belakang karena obat ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk
menghambat nada simpatik perifer, sehingga sistem saraf pusat dan perifer terganggu
pada pasien ini.

Bagaimana dosis Clonidine untuk anak-anak?


Untuk mengatasi Attention Deficit Disorder (ADHD), dosis clonidine adalah:
 Dosis awal: 0,05 mg diminum pada waktu menjelang tidur. Penambahan dosis
dilakukan secara bertahap setiap 3 sampai 7 hari sebesar 0,05 mg bertahap 2 kali sehari,
kemudian 3 kali sehari, kemudian 4 kali sehari.
 Dosis maksimum: 0,2 mg/hari secara oral untuk pasien dengan berat 40,5 kg ke 27; 0,3
mg/hari untuk pasien dengan berat 40,5-45 kg.

Ketersediaan obat clonidine adalah:


 Tablet
 Suspensi
 1 ampul/0,15 mcg

Efek Samping
Efek samping yang tidak begitu serius antara lain:
 Pusing
 Mengantuk
 Lelah
 Gelisah
 Mulut kering
 Mata kering atau terbakar, penglihatan kabur
 Sakit kepala
 Nyeri otot atau sendi
 Mual dan muntah
 Sembelit
 Nafsu makan menurun
 Masalah tidur (insomnia)
 Sering buang air kecil di malam hari
 Ruam kulit ringan atau gatal-gatal
 Gairah seks menurun atau impotensi
 Ruam pada kulit, perubahan warna, atau iritasi ringan di mana patch dikenakan.
Tidak semua orang mengalami efek samping tersebut. Mungkin ada beberapa efek
samping yang tidak tercantum di atas. Jika Anda mempunyai kekhawatiran tertentu
mengenai efek samping, silakan konsultasikan dengan dokter atau apoteker
Pencegahan & Peringatan
Apa saja yang harus diketahui sebelum menggunakan Clonidine?
Sebelum menggunakan obat tertentu, pertimbangkan risiko dan manfaatnya terlebih
dahulu. Ini adalah keputusan yang harus dibuat Anda dan dokter Anda. Untuk obat ini,
perhatikan hal berikut:

Interaksi
Obat-obatan apa yang mungkin berinteraksi dengan Clonidine?
Walau beberapa obat tidak boleh dikonsumsi bersamaan sama sekali, pada kasus lain
beberapa obat juga bisa digunakan bersamaan meskipun interaksi mungkin saja terjadi.
Pada kasus seperti ini, dokter mungkin akan mengganti dosisnya, atau melakukan hal-
hal pencegahan lain yang dibutuhkan. Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi
obat lain baik yang dijual bebas maupun dari resep dokter.
Mengonsumsi obat ini dengan obat-obatan berikut tidak direkomendasikan. Dokter
Anda mungkin tak akan meresepkan obat ini kepada Anda atau akan mengganti
beberapa obat yang
sudah Anda konsumsi.

 Amifampridine
Menggunakan obat ini dengan beberapa obat-obatan di bawah ini biasanya tidak
direkomendasikan, tapi pada beberapa kasus mungkin dibutuhkan. Jika kedua obat ini
diresepkan untuk Anda, dokter biasanya akan mengubah dosisnya atau menentukan
seberapa sering Anda harus mengonsumsi obat-obatan tersebut.
 Acebutolol
 Amitriptyline
 Amoxapine
 Atenolol
 Betaxolol
 Bevantolol
 Bisoprolol
 Carteolol
 Celiprolol
 Clomipramine
 Crizotinib
 Desipramine
 Dilevalol
 Diltiazem
 Dotiepin

Anda mungkin juga menyukai