Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH AGAMA ISLAM

Idealnya, umat Islam mengenal sejarah agama mereka dengan baik. Sayangnya,
faktanya, masih banyak di antara mereka yang belum mengenal sejarah Islam dengan baik.
Kok bisa? Tentu saja bisa, karena tak sedikit umat Islam yang menganut agama Islam
lantaran faktor keturunan. Artinya, mereka menerima Islam secara taken for granted,
sehingga tidak mengenal sejarah agama Islam secara mendalam.
Nah, untuk alasan itulah, kali ini saya merasa perlu menyajikan pengetahuan dasar
tentang sejarah Islam kepada para pembaca.
Ketika membahas sejarah Islam, tentu kita tidak boleh melewati sejarah sang
pembawa ajaran Islam, yakni Nabi Muhammad SAW. Jika diibaratkan, beliau dan Islam
adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Mengapa? Sebab, lewat beliaulah Islam
diturunkan dan disebarkan ke muka bumi sebagai rahmatan lil’alamin.
Maka dari itu, untuk memahami dan mengetahui sejarah lahirnya agama Islam
(sejarah perkembangan Islam awal), maka sejarah Nabi Muhammad SAW (sejak lahir hingga
menjadi Rasul dan menyebarkan Islam) harus menjadi satu bagian penting yang perlu
diketahui.
Ada puluhan hingga ratusan buku yang membahas sejarah hidup lengkap Nabi
Muhammad SAW, yang mungkin kita koleksi sebagian darinya dan tersebar di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Dan, notabene buku-buku yang membahas sosok beliau sangatlah tebal.
Sebab, memang banyak hal yang dapat dipelajari dan dipetik hikmahnya dari sejarah hidup
orang nomor satu sepanjang masa ini (Nabi Muhammad SAW).
Oleh karena itu, pada pembahasan tentang sosok Nabi Muhammad SAW kali ini, saya
tidak akan menyajikannya selengkap dan sedetail buku-buku tersebut, tetapi hanya gambaran
umum. Dengan ungkapan lain, pembahasan mengenai sosok Nabi Muhammad SAW di sini
hanyalah garis besarnya, sehingga kita dapat mengerti jati diri beliau.
Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah di kota
Makkah, salah satu daerah di Jazirah Arab, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Beliau
sangat tampan dan tubuhnya tegap. Pada masa kecilnya, sudah tampak tanda-tanda bahwa
kelak beliau akan memiliki kepribadian yang mulia dan dinamis.
Nama “Muhammad” secara bahasa berasal dari akar kata semiotik “H-M-D” yang
dalam bahasa Arab berarti ia yang terpuji. Selain itu, di dalam salah satu ayat Al-Qur’an
(Q.S. As-Shaff/61 : 6), Muhammad juga dipanggil dengan nama “Ahmad”, yang dalam
bahasa Arab juga berarti terpuji.
Sebelum diangkat menjadi Nabi (masa kenabian), Muhammad mendapatkan dua
julukan dari suku Quraisy (suku terbesar di Makkah yang juga suku dari Muhammad), yaitu
Al-Amin (orang yang dapat dipercaya) dan Ash-Shadiq (orang yang benar).
Setelah masa kenabian, para sahabat memanggil beliau dengan gelar “Rasul Allah”,
kemudian menambah kalimat Shallahu ‘alaihi wasallam, yang berarti semoga Allah memberi
kebahagiaan dan keselamatan kepadanya; yang seringkali disingkat “SAW” setelah namanya.
Allah SWT mengangkat Nabi Muhammad SAW menjadi seorang Nabi dan Rasul
pada malam hari tanggal 17 Ramadhan, yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 611 M
ketika berusia 40 tahun. Malaikat Jibril mendatangi beliau ketika menyepi di Gua Hira,
sebuah gua sekitar 6 km sebelah timur kota Makkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal
Nur. Dengan membacakan surat Al-‘Alaq, jadilah Al-Qur’an sebagai kitab yang paling

1
sempurna sebagai pegangan bagi seluruh umat manusia, menggantikan kitab-kitab
sebelumnya.
Nabi Muhammad SAW wafat menjelang tengah hari, pada hari Senin (Legi), tanggal
12 Rabi’ul Awal tahun 11 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632 M, di kota
Madinah. Ketika wafat, beliau tidak meninggalkan uang satu dirham pun. Beliau hanya
meninggalkan seekor baghal, sebuah tombak, dan sebidang tanah di daerah Fadak. Beliau
wafat dalam keadaan baju besi (baju zirah) miliknya masih dalam keadaan tergadai di tangan
seorang Yahudi untuk mendapatkan beberapa gantang gandum. Padahal, jika beliau mau,
tidak ada kesulitan apa pun untuk hidup senang dan mewah. Sebab, saat itu, kekuasaan kaum
muslim sudah hampir meliputi seluruh Jazirah Arab.
Jenazah Nabi Muhammad SAW dikebumikan pada malam Selasa, tanggal 13 Rabi’ul
Awal tahun 11 Hijriyah, atau bertepatan dengan tanggal 9 Juni 632 Masehi. Beliau
menghembuskan nafas terakhir di kediaman Aisyah.
Untuk melengkapi khazanah pengetahuan kita tentang sosok Nabi Muhammad SAW,
berikut saya informasikan istri-istri dan anak-anak beliau. Seperti kita ketahui, beliau
memiliki sejumlah putra/putri dari sejumlah istri.
Para istri Nabi Muhammad SAW adalah Siti Khadijah binti Khuwailid, Saudah binti
Zam’ah, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Zainab binti Khuzaimah, Salamah binti
Umayyah, Zainab binti Jahsy, Juwairiyah binti Al-Harits, Shafiyyah binti Huyay, Ummu
Habibah binti Abu Sufyan, Maimunah binti Al-Harits, dan Mariyah Al-Qibthiyah.
Adapun anak-anak Nabi Muhammad SAW dari Siti Khadijah adalah Abdullah,
Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah. Sedangkan satu putra beliau dari
Mariyah Al-Qibthiyah bernama Ibrahim.
*******

Setelah mengenal secara ringkas sosok Nabi Muhammad SAW, kita beralih ke sejarah
awal Islam pada masa beliau sampai sekarang. Lantas, seperti apa perkembangan Islam pada
masa beliau sampai sekarang? Inilah pertanyaan utama yang coba saya ulas dalam uraian
selanjutnya.
Islam adalah agama monoteisme terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai
rahmat bagi seluruh alam semesta. Islam adalah agama hanif, lurus, dan diyakini sebagai
penyempurna agama-agama lain. Sebab, semua ajaran yang ada dalam agama-agama
sebelumnya (Yahudi dan Kristen), juga ada dalam Islam.
Agama Islam lahir di tanah Arab (Makkah). Islam diturunkan kepada seorang
manusia biasa, yang jika dirunut ke atas (silsilahnya), masih keturunan Nabi Ismail bin
Ibrahim, yang kemudian diangkat menjadi penutup para Nabi, yakni Nabi Muhammad SAW.
Jadi membicarakan sejarah agama Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah Nabi Muhammad
SAW sebagai pembawa Islam.
Memang, mempelajari sejarah (agama Islam) yang sudah berjalan cukup panjang
akan mengalami kesulitan-kesulitan jika tidak dibagi ke dalam beberapa babak, dan setiap
babak merupakan satu komponen yang mempunyai ciri-ciri khusus sekaligus satu kebulatan
untuk satu jangka waktu. Rangkaian dari babak sejarah yang termuat dalam satu kerangka
inilah yang dinamakan periodisasi sejarah.
Secara umum, periodisasi sejarah Islam itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni
periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern.

2
A. Sejarah Islam Periode Klasik (650-1250 M)
Periode klasik sejarah Islam ini dipilah menjadi dua. Pertama, 650-1000 M
(periode ini adalah masa ekspansi, integrasi, dan keemasan Islam). Dengan demikian, ini
merupakan kemajuan Islam I. Kedua, 1000-1250 M (masa disintegrasi). Pada periode itu,
muncul dua gerakan keilmuan dalam sejarah intelektual Islam, yakni skolastik dan
humaniora.
1. Masa Kemajuan Islam I (650-1000 M)
Dalam sejarah, umat Islam mengalami kemajuan pada periode klasik (650-
1250 M). Dan, puncak kemajuan itu terjadi sekitar tahun 650-1000 M. Oleh karena
itu, masa ini disebut masa kemajuan Islam I. Ulama besar yang hidup pada masa ini
tidak sedikit jumlahnya, baik di bidang tafsir, hadits, fiqih, ilmu kalam, filsafat,
tasawuf, sejarah, maupun bidang pengetahuan lainnya. Periode klasik ini berakhir
ketika Baghdad jatuh ke tangan Hulagu Khan.
Masa kemajuan Islam I merupakan masa ekspansi, integrasi, dan keemasan
Islam. Dalam hal ekspansi, sebelum Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632
M, seluruh semenanjung Arabia telah tunduk di bawah kekuasaan Islam.
Ekspansi ke daerah-daerah di luar Arabia dimulai pada zaman khalifah
pertama, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq. Selanjutnya, saya akan menjelaskan
mengenai perkembangan dan kemajuan Islam pada periode klasik, dimulai dari masa
Khulafaur-Rasyidin, Bani Umayyah, dan Bani Abbasiyah.
Pertama, masa Khulafaur-Rasyidin. Khalifah pertama dalam Islam (pada masa
Khulafaur-Rasyidin) adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar menjadi khalifah
pada tahun 632 M, tetapi 2 tahun kemudian meninggal dunia. Masanya yang singkat
itu banyak dipergunakan untuk menyelesaikan Perang Riddah, yang ditimbulkan oleh
suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada Madinah. Mereka
menganggap bahwa perjanjian yang mereka buat dengan Nabi Muhammad SAW
dengan sendirinya tidak mengikat lagi setelah beliau wafat. Mereka selanjutnya
mengambil sikap menentang Abu Bakar. Adapun Khalid bin Walid adalah jenderal
yang banyak jasanya dalam mengatasi Perang Riddah.
Setelah perang usai, Abu Bakar mulai mengirim kekuatan-kekuatan ke luar
Arabia. Khalid bin Walid dikirim ke Irak, yang akhirnya dapat menguasai Al-Hirah
pada tahun 634 M. Selain itu, dikirim pula tentara ke Syiria di bawah pimpinan tiga
jenderal, yaitu Amr bin Ash, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah.
Untuk memperkuat tentara tersebut, Khalid bin Walid diperintahkan agar
meninggalkan Irak. Ia pun melewati gurun pasir yang jarang dilalui, lantas delapan
hari kemudian, sampailah ia di Syiria.
Pada zaman Utsman bin Affan (644-656 M), Tripoli, Ciprus, dan beberapa
daerah lain berhasil dikuasai, namun gelombang ekspansi pertama berhenti sampai di
sini. Di kalangan umat Islam, mulai terjadi perpecahan lantaran masalah
pemerintahan dan timbulnya kekacauan akibat terbunuhnya Utsman.
Sebagai pengganti Utsman, Ali bin Abi Thalib disahkan menjadi khalifah
keempat (656-661 M). Sayangnya, ia mendapat tantangan dari pihak pendukung
Utsman, terutama Mu’awiyah, Gubernur Damaskus, golongan Thalhah dan Zubair di
Makkah, serta kaum Khawarij.
Ali, sebagaimana Utsman, terbunuh, dan Mu’awiyah menjadi khalifah kelima.
Mu’awiyah selanjutnya membentuk Dinasti Bani Umayyah (661-750 M), dan
ekspansi gelombang kedua terjadi pada masa dinasti ini.

3
Kedua, masa Bani Umayyah. Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh
Mu’awiyah berumur kurang lebih 90 tahun. Khalifah-khalifah besar dari Dinasti Bani
Umayyah adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan
(685-705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715), Umar bin Abdul Aziz (717-720
M), dan Hisyam bin Abdul Malik (724-643 M).
Pada zaman Mu’awiyah, Uqbah bin Nafi’ menguasai Tunis. Di sana, ia
mendirikan kota Kairawan pada tahun 670 M, yang kemudian menjadi salah satu
pusat kebudayaan Islam. Sedangkan, Mu’awiyah dapat memperoleh daerah Kurasan
sampai Sungai Oxus dan Afganistan sampai Kabul.
Ketiga, masa Bani Abbasiyah. Walaupun Abul Abbas (750-754 M) yang
mendirikan Dinasti Abbasiyah, namun pembangun sebenarnya adalah Al-Manshur
(754-755 M). Sebagai khalifah baru, musuh-musuh ingin menjatuhkan sebelum ia
bertambah kuat, khususnya Bani Umayyah, kaum Khawarij, dan kaum Syi’ah.
Setelah mencermati bahwa Bani Abbasiyah memonopoli kekuasaan, maka kaum
Syi’ah mulai menentang. Khurasan pun diundang datang ke Baghdad, tetapi
kemudian diadili dan dijatuhi hukuman mati. Dalam usaha mempertahankan
kekuasaan Bani Abbasiyah, Al-Manshur menggunakan kekerasan.
Masa kemajuan Islam I diakui oleh para orientalis Barat. Ada beberapa
pendapat kaum orientalis mengenai periode klasik ini. Di antaranya, Christopher
Dawson berucap, “Periode kemajuan Islam ini bersamaan masanya dengan abad
kegagalan di dunia Barat (Eropa).”
H. McNeill berkata, “Kebudayaan Kristen di Eropa pada tahun 600-1000 M
mengalami masa surut yang rendah. Pada abad XI, Eropa mulai sadar terhadap
adanya peradaban Islam yang tinggi di dunia Timur. Melalui Spanyol, Sicilia,
Perang Salib peradaban itu sedikit demi sedikit dibawa ke Eropa.”
Gustave Lebon berujar, “Orang-orang Arablah yang menyebabkan kita
mempunyai peradaban. Sebab, merekalah imam kita selama enam abad.”
Romm Landayu, dari hasil penelitiannya, mengambil kesimpulan bahwa
orang-orang Barat belajar berpikir serta objektif dan logis, sekaligus belajar lapang
dada dari orang-orang Islam periode klasik.
Jacques C. Rislar juga menyatakan bahwa ilmu pengetahun dan teknik Islam
sangat mempengaruhi kebudayaan Barat.
2. Fase Disintegrasi (1000-1250 M)
Fase disintegrasi merupakan fase pemisahan diri dinasti-dinasti dari kekuasaan
pusat, yang dilanjutkan dengan perebutan kekuasaan antara dinasti-dinasti tersebut
untuk menguasai satu sama lain. Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
a. Dinasti Buwaihi yang menguasai daerah Persia dikalahkan oleh Saljuk, pimpinan
Tughril Beg (1076 M).
b. Dinasti Saljuk sewaktu dipimpin Nizamul Mulk dikalahkan oleh Dinasti
Hasysyasin, pimpinan Hasan bin Sabah. Meskipun Dinasti Saljuk masih sempat
berdiri, tetapi akhirnya dikalahkan total pada Perang Salib oleh Paus Urban II
(1096-1099 M).

B. Sejarah Islam Periode Pertengahan (1250-1800 M)


Periode pertengahan dibagi menjadi dua. Pertama, fase kemunduran (1250-1500
M). Pada masa ini, desentralisasi dan disintegrasi meningkat. Perbedaan Sunni dan
Syi’ah, demikian juga Arab dan Persia, semakin tampak jelas. Dunia Islam pada zaman
ini pun terbagi dua, yaitu Arab (yang terdiri atas Arabia, Irak, Suriah, palestina, Mesir,
dan Afrika Utara, dengan Mesir sebagai pusat) serta Persia (yang terdiri atas Balkan,
Asia Kecil, Persia, dan Asia Tengah).
4
Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500-1700 M), yang dimulai dengan zaman
kemajuan (1500-1700 M), kemudian zaman kemunduran (1700-1800 M). Tiga kerajaan
besar ini ialah Kerajaan Utsmani (Ottoman Empire) di Turki, Kerajaan Safawi di Persia,
dan Kerajaan Mughal di India.
Pada masa kemajuannya, ketiga kerajaan besar tersebut mempunyai kerajaan
masing-masing, terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Masjid-masjid dan gedung-
gedung indah yang didirikan sewaktu itu masih dapat dilihat di Istanbul, Tibriz, Isfahan,
serta kota-kota lain di Iran dan Delhi. Kemajuan umat Islam pada zaman ini lebih banyak
ketimbang periode klasik.
Sementara itu, zaman kemunduran ditandai oleh Kerajaan Utsmani terpukul di
Eropa, Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afgam, serta
daerah kekuasaan Kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan para raja India.
Kekuatan militer dan politik umat Islam menurun. Sehingga, mereka mengalami
kondisi kemunduran drastis. Akhirnya, pada tahun 1798 M, Napoleon menduduki Mesir,
sebagai salah satu pusat Islam terpenting. Jatuhnya pusat Islam ke tangan Barat
menginsafkan dunia Islam.

C. Periode Islam Periode Modern (1800-Sekarang)


Periode modern (1800-sekarang) merupakan periode kebangkitan umat Islam.
Masa modern dalam sejarah Islam ditandai oleh gerakan pembaruan dalam beragam
bidang, di antaranya ialah bidang agama, politik, dan ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, dan lain-lain.

Demikian pembahasan singkat tentang sejarah agama Islam yang dapat saya sampaikan,
tulisan ini diambil dari beberapa sumber buku Sejarah Peradaban Islam. Mohon kritik dan
saran dari para pembaca yang budiman untuk meningkatkan mutu tulisan ini di kemudian
hari. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai