b. Kejang umum dimulai apabila cetusan epileptik terjadi secara bersamaan di kedua
hemisfer serebri. Kejang umum diklasifikasikan lebih lanjut menjadi:
Kejang absans
Penderitanya terlihat seperti hanya melamun selama beberapa saat. Namun sebenarnya
saat melamun, penderita kejang tersebut tidak sadarkan diri.
Kejang mioklonik
Kejang yang terjadi berupa kedutan otot di bagian tubuh tertentu.
Kelang klonik
Pergerakan motorik ritmik dengan gangguan kesadaran.
Kejang tonik
Ekstensi atau fleksi tonik kepala, batang tubuh, dan atau ekstremitas tiba-tiba selama
beberapa detlk disertai gangguan kesadaran. Kejang seperti ini biasanya terjadi saat
mengantuk, segera setelah tidur, atau segera setelah bangun. Diasosiasikan dengan
gangguan neurologis Iain.
Kejang umum tonik-klonik primer (Grand mal)
Pada kejang ini, tubuh penderita kaku sedangkan ekstremitas atas dan bawah
berkontraksi terus menerus (kelojotan).
Kejang atonik
Kejang ditandai dengan penderita tidak sadar dan sekujur tubuhnya mendadak lunglai
Kejang
6. Apa faktor resiko dari kejang yang dialami pasien?
Peningkatan suhu tubuh dengan cepat hingga > 380 C dan kenaikan suhu
diakibatkan oleh proses ekstrakranial
Biasanya penyebabnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut dan Infeksi Saluran Cerna
yang menimbulkan demam yg memicu kejang
Kejang demam umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 5 tahun, puncaknya pada
usia 14 – 18 bulan.
Perdarahan intracranial
Tumor otak
Malaformasi otak
Trauma kepala
• Tipe kejang:
• Pada kejang demam, ditemukan perkembangan dan neurologis yang normal. Tidak
ditemukan tanda-tanda meningitis maupun ensefalitis (misalnya kaku kuduk atau
penurunan kesadaran)
b) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran, suhu tubuh: apakah terdapat
demam
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, brudzinki I dan II, kernique, laseque
Pemeriksaan nervus kranial
Tanda peningkatan tekanan intracranial : ubun-ubun besar (UBB) membonjol,
papil edema
Tanda infeksi diluar SSP: ISPA, OMA, ISK
Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologi.
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses. Pemeriksaan cairan
serebrospinal dilakukan untuk menegakan/menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Anamnesis
Alur diagnosis
1. Tanda-tanda vital
2. Rangsang meningeal
Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan motorik
4. Tanda infeksi luar
5. TTIK
Pemeriksaan Penunjang
12. Apa indikasi pasien kejang demam harus dibawa ke rumah sakit?
keluarga bahkan perlu segera membawa pasien ke dokter atau menelepon ambulans
bila ia mengalami:
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada ke-naikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
• Indikasi rawat inap pada pasien kejang demam ialah :
• Kejang demam kompleks
• Hiperpireksia
• Usia dibawah 6 bulan
• Kejang pertama kali
• Terdapat kelainan neurologis
• Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping
Antikonvulsan rumat
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat
dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, maka pengobatan rumat hanya
diberikan terhadap kasus selektif dalam jangka pendek. Indikasi pengobatan rumat :
1. Kejang fokal
2. Kejang lama > 15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang. Namun, pemakaian fenobarbital setiap hari dapat
menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan
saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasusm terutama yang berumur kurang
dari 2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam
valproat adalah 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan dilakukan selama 1 tahun,
penghentian pengobatan rumat untuk kejang demam tidak membutuhkan tapering off,
namun dilakukan pada saat anak sedang tidak demam.
16. Bagaimana tatalaksana kejang di puskesmas?
a. OAE diberikan bila:
- Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
- Pastikan faktor pencetus dapat dihindari
- Terdapat minimun 2 bangkitan dalam setahun
- Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan terhadap tujuan
pengobatan
- Penyandang dan/atau keluarganya telah diberitahu tentang kemungkinan efek
samping yang timbul dari OAE
b. Terapi dimulai dengan monoterapi menggunakan OAE pilihan sesuai dengan
jenis bangkitan dan jenis sindrom epilepsi:
Prognosis
Kecacatan/kelainan neurologis
Tidak pernah dilaporkan kecacatan
Perkembangan mental dan neurologis umumnya normal
Kematian
Tidak pernah dilaporkan
b. Four Score
FOUR Score dikembangkan untuk mengatasi berbagai keterbatasan yang dimiliki GCS.
Skala ini memberikan lebih banyak informasi dengan adanya empat komponen penilaian:
refleks batang otak, penilaian mata, respon motorik dengan spektrum luas, pola napas
abnormal serta usaha napas pada pasien yang memakai ventilator, dengan skala penilaian
0-4 untuk masing-masing komponen. FOUR score dianggap lebih baik dibandingkan
dengan skala-skala yang telah ada sebelumnya dalam mengklasifikasikan penurunan
kesadaran. FOUR score lebih sederhana dan memberikan informasi yang lebih baik,
terutama pada pasien-pasien yang terintubasi. Skala ini dapat membantu klinisi untuk
bertindak lebih cepat atas perubahan klinis pasien dan memudahkan dalam pertukaran
informasi yang lebih akurat dengan klinisi lain.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab demam,
meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit, serum kalsium, fosfor,
magnesium, ureum, kreatinin, urinalisis, biakan darah, urin dan feses, walaupun
kadang tidak menunjukan kelainan yang berarti.
Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak dibawah umur 12 bulan, dianjurkan pada
umur 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak berumur diatas 18 bulan, atau
dicurigai menderita meningitis. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan diagnosis/menyingkirkan kemungkinan meningitis. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Berdasarkan bukti-bukti
terbaru, saat ini, pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak
berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana, well-appearing,
imunisasi lengkap (termasuk HiB dan Pneumokokus).
Indikasi pungsi lumbal :
1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis
3. Dipertimbangkan pada bayi usia 6-12 bulan yang belum mendapatkan imunisasi HiB
ATAU pneumokokus ATAU yang riwayat imunisasi tidak jelas
4. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya telah
mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan
gejala meningitis.
Pemeriksaan pencitraan (CT-scan atau MRI kepala) dapat diindikasikan pada keadaan
adanya riwayat atau tanda klinis trauma kepala, dan kemungkinan lesi struktural di
otak, ditandai adanya defisit neurologi (mikrosefal, spastisitas, hemiparesis, kejang
fokal), adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, fontanel anterior membonjol, paresis saraf otak, atau edema papil).
Elektroensefalografi (EEG) ternyata kurang mempunyai nilai prognostik. EEG
abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau
kejang demam berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak dianjurkan
untuk pasien kejang demam sederhana. EEG dipertimbangkan pada keadaan kejang
demam yang bersifat fokal, kejang demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6
tahun.
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare:
Pembagian diare menurut etiologi
Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
- Absorbsi
- Gangguan sekresi.
Pembagian diare menurut lamanya diare
- Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
- Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi.
- Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang saling
tumpang tindih. Menurut mekanisme diare maka dikenal:
Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih
besar daripada kapasitas absorpsi. Disini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus,
mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus
normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon menurun atau sekresi di kolon
meningkat. Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan
imunologi.
b) Malabsoprsi umum.
Keadaan seperti short bowel syndrom, celiac, protein, peptida, tepung, asam amino
dan monosakarida mempunyai peran pada gerakan osmotik pada lumen usus. Kerusakan
sel (yang secara normal akan menyerap Na dan air) dapat disebabkan virus atau kuman,
seperti Salmonella, Shigella atau Campylobacter. Sel tersebut juga dapat rusak karena
inflammatory bowel disease idiopatik, akibat toksin atau obat-obat tertentu. Gambaran
karakteristik penyakit yang menyebabkan malabsorbsi usus halus adalah atropi villi.
Lebih lanjut, mikororganisme tertentu (bakteri tumbuh lampau, giardiasis, dan
enteroadheren E. coli) menyebabkan malabsorbsi nutrien dengan merubah faal membran
brush border tanpa merusak susunan anatomi mukosa. Maldigesti protein lengkap,
karbohidrat, dan trigliserid diakibatkan insuficiensi eksokrin pankreas menyebabkan
malabsorbsi yang signifikan dan mengakibatkan diare osmotik.
Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan
kompleks protein, karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan maldigesti,
malabsorpsi dan akhirnya menyebabkan diare osmotik. Steatorrhe berbeda dengan
malabsorpsi protein dan karbohidrat dengan asam lemak rantai panjang intraluminal,
tidak hanya menyebabkan diare osmotik, tetapi juga menyebabkan pacuan sekresi Cl-
sehingga diare tersebut dapat disebabkan malabsorpsi karbohidrat oleh karena kerusakan
difus mukosa usus, defisiensi sukrosa, isomaltosa dan defisiensi congenital laktase,
pemberian obat pencahar; laktulose, pemberian Mg hydroxide (misalnya susu Mg),
malabsorpsi karbohidrat yang berlebihan pada hipermotilitas pada kolon iritabel.
Mendapat cairan hipertonis dalam jumlah besar dan cepat, menyebabkan kekambuhan
diare. Pemberian makan/minum yang tinggi KH, setelah mengalami diare, menyebabkan
kekambuhan diare. Infeksi virus yang menyebabkan kerusakan mukosa sehingga
menyebabkan gangguan sekresi enzim laktase, menyebabkan gangguan absorpsi nutrisi
laktose.
e) Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam
pembuluh darah dan limphatic menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel
darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi
ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.
Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tight junction,
menginduksi sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktiflkan kaskade inflamasi. Efek
infeksi bakterial pada tight junction akan mempengaruhi susunan anatomis dan fungsi
absorpsi yaitu cytoskeleton dan perubahan susunan protein. Penelitian oleh Berkes J dkk.
2003 menunjukkan bahwa peranan bakteri enteral patogen pada diare terletak pada
perubahan barrier tight junction oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada
cellular cytoskeleton dan spesifik tight junction. Pengaruh itu bisa pada kedua komponen
tersebut atau salah satu komponen saja sehingga akan menyebabkan hipersekresi chlorida
yang akan diikuti natrium dan air. Sebagai contoh C. difficile akan menginduksi kerusakan
cytoskeleton maupun protein,Bacteroides fragilis menyebabkan degradasi proteolitik protein
tight junction, V cholera mempengaruhi distribusi protein tight junction, sedangkan EPEC
menyebabkan akumulasi protein cytoskeleton.
Diet BRAT
BRAT merupakan singkatan dari Banana (pisang), Rice (nasi), Applesauce (saus apel atau apel
yang dihaluskan), dan Toast (roti panggang). Pola makanan ini baik untuk pederita diare, karena
memiliki kandungan serat, protein, dan lemak yang rendah, sehingga baik bagi organ pencernaan
yang sedang bermasalah. Jenis makanan yang dikonsumsi pada pola makan BRAT lebih mudah
dicerna dan mampu memadatkan tinja untuk mengurangi diare berkelanjutan.
Selain empat makanan tersebut, terdapat makanan lain yang juga termasuk ke dalam diet BRAT,
meliputi:
Kentang rebus.
Roti pretzel.
Ayam panggang tanpa kulit dan lemak.
Sereal, oatmeal dan gandum.
Biskuit.
Menu di atas baik dikonumsi untuk orang dewasa, namun, tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-
anak karena bisa menyebabkan kekurangan gizi. Selain itu, setelah gejala diare membaik,
disarankan untuk kembali mengonsumsi pola makan gizi seimbang yang terjaga kebersihan dan
higienitasnya. Diet BRAT tidak disarankan untuk jangka panjang.
- Obat Zinc
o Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang
atau ASI.
o Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
o Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
2. Dehidrasi ringan-sedang
- Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar/oralit diberikan sebanyak 75 ml/kgBB
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10
ml/kgBB setiap diare cair.
- Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum
walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau
NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi
dievaluasi secara berkala.
o Berat badan 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
o Berat badan 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
o Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari
- Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil memberi
edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua
- Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunaka bagan penilaian, kemudian pilih
rencan terapi A, B atau C untuk, melanjutkan terapi.
o Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah
hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur.
o Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi Rencana Terapi B
o Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
o Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
- Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
o Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air
masak selama masa ini.
o Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan
oralit
- Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
o Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
o Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
3. Dehidrasi berat
5. Zinc
Zinc terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan
volume tinja sehingga menurunkan risiko terjadiinya dehidrasi pada anak. SengZink
elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare
dengan dosis :
- Umur dibawah 6 bulan : 10 mg per hari
- Umur diata 6 bulan : 20 mg per hari
6. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan
untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang.
Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh
dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedkit tapi sering (lebih kurang 6x sehari),
rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang
7. Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus,
sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh
yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang
tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik. Untuk
disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan data sensitivitas setempat, bila
tidak memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi yang dipakai saat ini,
yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama kemudian sebagai lini kedua. Bila kedua
antibiotik tersebut sudah resisten maka lini ketiga adalah sefiksim.
- Antiparasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dsis merupakan obat pilihan untuk amuba
vegetatif.
8. Edukasi
Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan bila
ditemukkan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari. Orangtua dan
pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.
Langkah promotif/preventif: (1) ASI tetap diberikan. (2) kebersihan perorang, cuci
tangan sebelum makan. (3) kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban. (4)
imunisasi campak. (5) memberikan makanan penyapihan yang benar. (6) penyediaan air
minum yang bersih. (7) selalu memasak makanan.
Ancaman paling parah yang ditimbulkan oleh diare adalah dehidrasi. Selama episode diare, air
dan elektrolit (natrium, klorida, kalium dan bikarbonat) hilang melalui tinja cair, muntah,
keringat, urin, dan pernapasan. Dehidrasi terjadi ketika kehilangan cairan tidak diganti.
27. Bagaimana edukasi untuk pencegahan dan penanganan diare pada keluarga?
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
a. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal - oral. Pemutusan
penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini.
Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar.
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
c. Penggunaan air bersih yang cukup.
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum
makan.
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga.
f. Membuang tinja bayi yang benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu ( host ).
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 th.
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang
cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
c. Imunisasi campak.
Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan oleh infeksi bakteri dan
parasit, gangguan metabolit, perdarahan dan gangguan myeloproliferative.
Neutropenia yaitu penurunan persentase neutrofil, dapat disebabkan oleh penurunan produksi
neutrofil, peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit hematologi,
gangguan hormonal dan infeksi berat
Basofilia adalah peningkatan basofi l berhubungan dengan leukemia granulositik dan
basofilik myeloid metaplasia dan reaksi alergi
Basopenia adalah penurunan basofi l berkaitan dengan infeksi akut, reaksi stres, terapi steroid
jangka panjang.
Eosinofi lia adalah peningkatan jumlah eosinofi l lebih dari 6% atau jumlah absolut lebih dari
500. Penyebabnya antara lain: respon tubuh terhadap neoplasma, penyakit Addison, reaksi
alergi, penyakit collagen vascular atau infeksi parasit.
Eosipenia adalah penurunan jumlah eosinofi l dalam sirkulasi. Eosipenia dapat terjadi pada
saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi glukokortikosteroid).
• Sumiyati (2015) → terdapat hubungan status imunisasi dengan pneumonia pada bayi usia 0-
12 bulan.
• Wantani (2008) → melaporkan anak yang tidak mendapat imunisasi memiliki risiko
mengalami Diare
31. Bagaimana hubungan sering terpapar asap rokok dengan gejala yang dialami pasien?
Hidung juga memiliki sistem pelindung dari partikel debu kasar dan bakteri, yakni
rambut halus dalam rongga hidung, silia pada mukosa dan palut lendir yang dihasilkan oleh
kelenjar mukosa dan sel-sel goblet. Gerakan silia ini, akan mendorong palut lendir ke
belakang rongga hidung dan menuju faring. Partikel pada debu atau asap akan melekat pada
palut lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan reflek bersin. Namun,
bila partikel ini tidak keluar melalui reflek bersin, maka ia akan menempel pada mukosa
hidung, mulut dan tenggorokan yang memang langsung terkena pajanan debu atau asap.
Kondisi inilah yang akan menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
Peradangan akan merangsang keluarnya sekret berlebihan, hal ini merupakan media yang
baik untuk tumbuhnya bakteri. Karena gerakan silia akan mendorong palut lendir ke
belakang rongga hidung dan menuju faring, maka debu maupun bakteri dalam hidung akan
bergerak menuju saluran pernafasan bawah. Akibat paparan debu dan asap saluran
pernafasan dapat mengalami penyempitan dan produksi lendir akan terus meningkat.
Jika hal ini sudah terjadi, maka seseorang akan sulit bernafas hingga bakteri tidak bisa
dikeluarkan, benda asing tertarik masuk ke saluran pernafasan dan terjadilah infeksi saluran
pernafasan, salah satunya ISPA. ISPA lebih mudah terjadi karena ketidakseimbangan daya
tahan tubuh (host), pola bakteri/ virus dan lain-lain penyebab penyakit (agent), serta
buruknya lingkungan (environment). Penyakit ini akan menimbulkan gejala antara lain,
hidung tersumbat atau berair, paru-paru terasa terhambat, batuk-batuk dan tenggorokan terasa
sakit, kerap merasa kelelahan, dan tubuh merasa sakit. Apabila ISPA bertambah parah, gejala
yang lebih serius akan muncul seperti kesulitan bernapas, demam tinggi dan menggigil,
tingkat oksigen dalam darah rendah, kesadaran yang menurun bahkan pingsan.
Interpretasi
6 : Tanpa dehidrasi
7-12 : dehidrasi ringan-sedang
>13 : dehidrasi berat
Penelitian yang telah dilakukan di Indonesia menunjukkan rerata asupan air pada anak
laki-laki dan perempuan usia 4-9 tahun secara berurutan adalah 1387 mL/hari dan 1394
mL/hari, sedangkan asupan air pada anak laki-laki dan perempuan usia 10-17 tahun
secara berurutan adalah 1621 mL/hari dan 1589 mL/hari. Preverensi asupan air selain
berasal dari air putih adalah susu dan derivatnya, minuman ringan (regular soft bevarge),
minuman hangat, dan jus.
Konsumsi minuman mengandung gula perlu dibatasi karena mengonsumsinya secara
teratur dalam jumlah yang berlebihan berhubungan dengan terjadinya obesitas.
B. Kebutuhan air pada anak berdasarkan berat badan dengan menggunakan formula
Holliday-Segar.
Contoh penerapan formula tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bila berat badan anak adalah 8 kg, maka kebutuhan air dalam 24 jam adalah 800 mL
2. Bila berat badan anak adalah 15 kg, maka kebutuhan air dalam 24 jam adalah 1250 mL
3. Bila berat badan anak adalah 30 kg, maka kebutuhan air dalam 24 jam adalah 1700 mL
37. Bagaimana menilai tumbuh kembang anak? Jelaskan tumbuh kembang anak sesuai
usia?
Pertumbuhan Fisik
1. Pertumbuhan janin dalam kandungan
Pertumbuhan pada masa janin merupakan pertumbuhan yang paling pesat yang dialami
seseorang dalam hidupnya. Janin tumbuh dari berat 0,0000175 gram menjadi 3700 gram, dan
panjang badan dari 0,01 menjadi 50 cm.
1. Lahir 3,25 kg
2. 3-12 bulan Umur(bulan)+9
2
3. 1-6 tahun Umur(tahun)x2+8
4. 6-12 tahun Umur (tahun)x7-5
2
Tabel 1. Perkiraan berat badan dalam kilogram (dikutip dari Behrman, 1992)
b. Tinggi Badan
Rata-rata tinggi (panjang) badan lahir + 50 cm
Panjang badan meningkat 1,5 x panjang badan pada umur 1 tahun
Penambahan panjang badan:
4 tahun 2x TB lahir
6 tahun 1,5x TB setahun
13 tahun 3x TB lahir
Dewasa 3,5x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
1. Lahir 50 cm
2. Umur 1 tahun 75 cm
3. 2-12 tahun Umur (tahun) x 6 +77
Sedangkan rumus prediksi tinggi akhir anak sesuai dengan potensi genetik berdasarkan
data tinggi badan orangtua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai dengan
potensinya, adalah sebagai beikut:
c. Lingkar Kepala
Rata-rata lingkar kepala lahir 34 cm, lingkar kepala ini lebih besar dari lingkar
dada. Pada anak umur 6 bulan lingkar kepala rata-ratanya adalah 44 cm, umur 1 tahun 47
cm, umur 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi pertambahan lingkar kepala pada 6 bulan
pertama adalah 10 cm atau sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala dari lahir sampai
dewasa terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan.
d. Erupsi gigi
Gigi pertama tumbuh pada umur 5 – 9 bulan, pada umur 1 tahun sebagian besar
anak mempunyai 6-8 gigi susu. Pada umur 2,5 tahun sudah terdapat 20 gigi susu. Erupsi
gigi tetap sebagai berikut:
- Molar pertama : 6-7 tahun
- Incisor : 7-9 tahun
- Premolar : 9-11 tahun
- Kanisius : 10-12 tahun
- Molar kedua : 12-16 tahun
- Molar ketiga : 17-25 tahun
Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. Pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan yang
normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi.
Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang mengalami
proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih sederhana dan
fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur atau waktu, organ tersebut
berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan seorang anak memberikan
gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan
zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh.
Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu
sampai umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui
periode kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”,
artinya walaupun anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya
tidak bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya.
Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier
dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis
pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan
status gizi yang dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran.
Pertumbuhan linier
Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature dan
merefleksikan pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah panjang badan,
lingkar dada dan lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan
keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau.
Ukuran linier yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan.
Pertumbuhan Massa Jaringan
Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa
tubuh adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit,
apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat
kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan.
Ukuran massa jaringan yang sering digunakan adalah berat badan.
Ciri-ciri pertumbuhan
Terdapat 4 indikator perubahan, yaitu:
1. Perubahan ukuran
Tampak jelas pada perubahan fisik, yang dengan bertambahnya umur anak akan
terjadi perubahan tinggi, berat badan, lingkar kepala, organ tubuh sesuai
kebutuhannya.
2. Perubahan proporsi
Perubahan proporsi tubuh dimulai dari usia kehamilan dua bulan sampai dewasa,
terlihat seperti gambar berikut:
Gambar menunjukan proporsi tubuh dari janin sampai dewasa (dikutip dari Behrman
1992, gambar dikutip dari Markum AH 1991)
Perkembangan Anak
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.1
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat
kuntitatif, melainkan kualitatif. Jadi perkembangan itu adalah proses terjadinya
perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam
kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia
terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke
waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya
perkembangan dan pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak
menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.
Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik,
Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial) – Periode ini merupakan kelanjutan
dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik,
motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti
oleh perubahan – perubahan yang lain.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan
perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi
penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).
BMI
BMI = =
Keterangan :
< -3 SD = Gizi buruk
≥ 3 SD sampai < 2 SD = Gizi Kurang
-2 SD sampai + 2 SD = Gizi baik
> +2 SD = Gizi lebih
Keterangan :
> -2 SD s/d +2 SD = Gizi baik
> -3 SD s/d -2 SD = Gizi kurang
< - 3 = Gizi buruk
> +2 SD = Gizi lebih
Hasil Interpretasi:
> - 2 SD s/d +2 SD = Gizi baik
Keterangan :
>-2SD = Normal
<-2SD = Pendek/stunted
Hasil:
>-2SD = Normal
.
39. Apa saja pemeriksaan reflex yang dilakukan pada pasien di scenario?
• Refleks biseps
1. Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
2. Fleksikanlah lengan bawah klien di sendi siku
3. Letakkanlah tangan klien di daerah perut di bawah umbilikus
4. Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendo biseps klien lalu ketuklah tendo tersebut palu
• Refleks triseps
1. Mintalah klien berbaring dengan santai
2. Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan
3. Letakkanlah tangan klien di daerah perut di atas umbilikus
4. Ketuklah tendo otot triseps pada fosa olekrani
• Refleks brachioradialis
1. Mintalah klien berbaring dengan santai
2. Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah fleksi dan tangan sedikit
dipronasikan
3. Mintalah klien untuk merelaksasikan lengan bawahnya sepenuhnya
4. Ketuklah pada processus styloideus
• Refleks patella
1. Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
2. Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut
3. Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut
4. Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah patella
• Refleks Achilles
1. Mintalah klien berbaring dengan santai
2. Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada ujungnya untuk
memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki
3. Ketuklah pada tendo achilles
4. Lakukan cuci tangan rutin
• Refleks Babinski
1. Mintalah klien berbaring dan istirahat dengan tungkai diluruskan.
2. Kita (pemeriksa) memegang pergelangan kaki klien supaya tetap pada tempatnya.
3. Telapak kaki klien digores dengan menggunakan ujung gagang palu refleks secara
perlahan dan tidak menimbulkan rasa nyeri untuk menghindari refleks menarik kaki.
Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal ibu
jari.
A. Cara menggores
B. Ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari-jari kaki
INTERPRETASI:
Positif (+) jika didapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari, yang dapat disertai mekarnya jari-jari
lainnya.
• Refleks landau
Posisi: dada disangga dengan posisi tengkurap
Reaksi: ekstensor meningkat
• Refleks parachute
Posisi: tengkurep lengan diatas kepala
Stimulasi: angkat os pada pelvisnya dan dorong kedepan
Reaksi: ekstensi lengan dan jari membuka.
Proses muntah dikendalikan oleh pusat muntah di sistem saraf pusat dengan aktivasi impuls dari
chemoreceptor trigger zone (CTZ) lewat nervus vagus. Proses muntah terjadi dalam tiga tahap:
nausea, retching, dan emesls. Nausea adalah sensasi ingin muntah akibat berbagai stimulus,
ditandai rasa mual, gerakan peristaltik aktif berhenti, tekanan fundus dan korpus menurun,
sedangkan di antrum-pars desenden duodenum tekanan akan meningkat. Lalu pada fase retching
terjadi inspirasi dalam dengan gerakan otot napas spasmodik diikuti kontraksi otot perut dan
diafragma, serta relaksasi sfingter esofagus bawah. Kemudian pada fase emesis, perubahan
tekanan intratoraks menjadi positif dan sfingter esofagus akan relaksasi sehingga isi lambung
keluar dari muiut.
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan. Media
Aesculapius FKUI.
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. 2006. Badan Penerbit IDAI.
Daniela Laino et al. 2018. Management of Pediatric Febrile Seizures. Italy: International
Journal of Environment Research and Public Health.
Chung, Sajung. 2014. Febrile Seiures. South Korean: Korean Journal of Pediatrics
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Panduan praktik klinis neurologi.
Kurniawan M, Suharjanti I, Pinzon RT, eds. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia; 2016
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016
Juffrie Muhammad, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi. Jilid Pertama. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI.2009
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2017
Dewi R. Penilaian Kesadaran pada Anak Sakit Kritis: Glasgow Coma Scale atau Full
Outline of UnResponsiveness Score? Sari Pediatr. 2016;17.
Guyton A. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th ed. Hall J, editor. Elsevier; 2013
Blumenfeld, H. 2003. The Neuroscientist. Why Do Seizures Cause Loss of Conciousness.
9:301.
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. IDAI. p.150
Konsensus Kebutuhan Air Pada Anak Sehat. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016