ORGANIZATION
Business
Organization/
Individual
Enterprise
Business
Liabilty Organization
Establishment
Purpose
Personally
Liability
Joint and
Severally
Persekutuan
Perdata Firma CV
(Partnership)
BUSINESS
ORGANIZATIONS
IN INDONESIA
Perseroan
Koperasi
Terbatas
Sole Proprietorship
• Owned and run by one individual
• No legal distinction between the
owner and the business.
• The owner receives all profits (subject
to taxation specific to the business)
• Owners have complete control over all
aspects of his or her business and
can take any managerial decisions
• Unlimited responsibility
Persekutuan Perdata
(Partnership)
• The relationship existing between two or more persons
who join to carry on a trade or business
Asosiasi Business
Profesi Partnership
etc
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
“Keuntungan harus dibagi, kerugian tidak harus dibagi”
Nama
Bersama FIRMA
Akta
Autentik
PENDIRIAN FIRMA
§ Badan Hukum
§ Terdiri dari harta kekayaan yang
dipisahkan
§ Diperuntukan untuk mencapai tujuan
tertentu dibidang sosial, keagamaan,
dan kemanusiaan
§ Tidak mempunyai anggota
Syarat Pendirian Yayasan
Penjelasannya:
Ketentuan dari Pasal 3 ayat (1) tersebut dimaksudkan untuk
menegaskan bahwa Yayasan tidak digunakan sebagai wadah
usaha dan Yayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara
langsung tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau
melalui badan usaha lain dimana Yayasan menyertakan
kekayaannya.
Pasal 7 ayat (1):
Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya
sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan
Penjelasannya:
Kegiatan usaha tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan.
Dengan cakupan dalam bidang: HAM, Kesenian, Olah Raga,
Perlindungan Konsumen, Pendidikan, Lingkungan Hidup,
Kesehatan, dan Ilmu Pengetahuan
PerseroanTerbatas
ê
ê
Perseroan Terbatas
Terbuka
UU No.40/2007 & UU No.8/1995
PMDN
UU No.6/1968 jo UU No.12/1970
UU No.25/2007
PMA
UU No.1/1967 jo UU No.11/1970
UU No.25/2007
PT. Persero
UU No.40/2007 & PP No.12 /1998
UU No.19/2003
BUMD
UU No.23/2014
Pendirian
§ Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan
akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
§ Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham
pada saat Perseroan didirikan.
§ Disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
§ Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan
pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang,
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung
sejak keadaan tersebut pemegang saham yang
bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya
kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham
baru kepada orang lain.
Konsultasi, pengisian Pemeriksaan formulir, surat
Formulir pendirian PT, Kuasa dan pengecekan
Dan Surat Kuasa Nama PT
PEMBUATAN AKTA
PEMBUATAN DRAFT/ PENDAFTARAN DAN
PENDIRIAN PT O/ NOTULA ANGGARAN PERSETUJUAN
NOTARIS DASAR PT PEMAKAIAN NAMA PT
SURAT KETERANGAN
PENGESAHAN MENTERI SITU, SIUP, TDP
DOMISILI PERUSAHAAN
HUKUM DAN HAM
DAN NPWP
PENGUMUMAN DALAM
BERITA ACARA NEGARA
Modal dan Saham
§ Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham
§ Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah)
§ Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar
harus ditempatkan dan disetor penuh.
§ Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk
uang dan/atau dalam bentuk lainnya.
§ Apabila penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain
yang bukan uang, penilaian setoran modal saham ditentukan
berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga
pasar atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan Perseroan.
MODAL PERSEROAN
Perseroan
Terbatas
Direksi Komisaris
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
§ Berwenang untuk:
a) Menentukan pengurus Perseroan (Direksi)
b) Menentukan Dewan Komisaris yang bertugas
untuk mengawasi serta memberi nasehat
kepada Direksi
§ Hanya pemegang saham yang mempunyai hak
suara
§ RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang
ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran
dasar
RUPS
§ RUPS memiliki kewenangan yang tidak diserahkan
kepada Direksi & Komisaris
§ Dimungkinkan RUPS via teleconference à asalkan
semua peserta dapat saling mendengar, melihat
secara langsung dan berpartisipasi dalam rapat
§ RUPS = RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa
§ RUPS Tahunan wajib diselenggarakan dalam kurun
waktu 6 bulan pasca tutup tahun buku.
§ RUPS Luar Biasa dapat diselenggarakan setiap saat
berdasarkan adanya kebutuhan untuk kepentingan PT
§ Penyelenggara RUPS adalah Direksi, kecuali dalam
hal-hal yg ditentukan oleh UU
§ Setiap saham memiliki satu hak suara, kecuali
ditentukan lain dalam AD (84:1)
§ Saham-saham tertentu tidak memiliki hak suara (84:2)
§ RUPS sah jika memenuhi quorum yang ditentukan oleh
AD dan UUPT
§ Putusan RUPS diambil berdasarkan prinsip musyawarah
utk mufakat
§ Jika musyawarah tidak mencapai mufakat, putusan
RUPS diambil berdasarkan voting
§ RUPS dituangkan dalam Risalah Rapat
§ Pemegang saham dapat mengambil keputusan diluar
rapat dengan syarat semua pemegang saham
menyetujui secara tertulis usulan yang diajukan untuk
diputuskan
• Satu atau lebih pemegang saham mewakili minimal
Maksimal 6 bulan 1/10 dari seluruh saham dengan hak suara kecuali
setelah diatur berbeda
tahun buku berakhir
• Dewan Komisaris
Biasa
Laporan Tahunan
PT Ø Diajukan ke Direksi dengan surat tercatat dan
disertai dengan alasan pengajuan
Ø Membuat tembusan ke Dewan Komisaris
RUPS
• Direksi wajib melakukan pemanggilan untuk RUPS
maksimal 15 hari sejak permintaan RUPS diterima
Luar Berdasarkan
Biasa kepentingan • Jika RUPS tidak diselenggarakan, maka
permohonan RUPS diajukan ke Dewan Komisaris
atau Dewan Komisaris memanggil sendiri RUPS
Fiduciary
Duty
Direksi tidak
bolehmengambil
kesempatan Duty of
menguntungkan yang Loyalty
seharusnya dimiliki oleh
perusahaan
Fiduciary:
Seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil (trustee)
atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan
sebagai wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan
kepercayaan dan kerahasiaan (trust and confidence) yang dalam
peran ini meliputi, ketelitian (scrupulous), itikad baik (good faith),
dan keterusterangan (candor).
Para anggota direksi dan komisaris sebagai salah satu organ vital
dalam perusahaan tersebut merupakan pemegang amanah
(fiduciary) yang harus berperilaku sebagaimana layaknya
pemegang kepercayaan.
Duty Of Care
Contoh:
Apabila perusahaan telah menyewa suatu properti maka komisaris tidak
boleh membeli properti tersebut untuk dirinya. Suatu perusahaan
dikatakan memiliki ekspektansi apabila secara rasional dapat dilihat
bahwa perusahaan memiliki kepentingan atas properti tersebut.
Separate Piercing the
Legal Entity Corporate
>< veil Doctrine
Doctrine
Two-edged swords ?
Piercing the Corporate Veil
(Common Law)
§ Business Judgment Rule telah lama diterapkan sebagai awan yang
melindungi Direksi dari tanggung jawab yang diambil dari
keputusan-keputusan bisnis mereka. Apabila direksi-direksi dalam
pelaksanaan tanggung jawab yang dimandati atas perlindungan
tersebut, maka pengadilan tidak boleh mencampuri hal tersebut
atau memberikan pendapat lain atas keputusan direksi.
Pasal 97 ayat 5:
Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:
§ kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
§ telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian
untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan;
§ tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun
tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan
kerugian; dan
§ telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
Business Judgment Rule
Pasal 114 ayat 5:
Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas
kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat
membuktikan:
§ telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-
hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan;
§ tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun
tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang
mengakibatkan kerugian; dan
§ telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah
timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
Pengambilalihan
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum
atau orang perseorangan untuk mengambil saham
Perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian atas perseroan tersebut.
Penggabungan
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
Perseroan atau lebih untuk menggabungkan
diri dengan Perseroan lain yang telah ada
yang mengakibatkan aktiva dan passiva dari
Perseroan yang menggabungkan diri beralih
karena hukum kepada Perseroan yang
menerima penggabungan dan selanjutnya
status badan hukum Perseroan yang
menggabungkan diri berakhir karena hukum
Peleburan
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum
memperoleh aktiva dan passiva dari Perseroan yang
meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan
yang meleburkan diri berakhir karena hukum
Pemisahan
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk
memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh
aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum
kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih atau sebagian
aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum
kepada 1 (satu) Perseroan atau lebih.
Pembubaran Perseroan
§ Tindakan Tergugat III untuk dan atas nama Badan Hukum,
harus sesuai dengan pasal 11(2) Anggaran Dasar, sehingga
agar tindakan Tergugat III menjadi sah dan berkekuatan
hukum, seharusnya ada persetujuan dari Komisaris.
§ PT. Bank Perkembangan Asia memberikan pinjaman kredit kepada PT.
Djaja Tunggal, yang setelah beberapa kali diperpanjang berjumlah Rp.
5.502.293.038,84,-. Perjanjian kredit diberikan dengan jaminan tanah
Hak Guna Bangunan No. 39 dan No. 40 berikut bangunan pabrik atas
nama PT. Djaja Tunggal.
§ Mereka sudah tahu anggunan kredit tersebut adalah tanah Hak Guna
Bangunan sudah habis waktunya pada tanggal 24 September 1980,
sehingga sudah menjadi Tanah Negara.
§ Pada saat semua pinjaman kredit tersebut jatuh tempo, PT. Djaja
Tunggal tidak dapat membayar. Perusahaan ini berhenti beroperasi
karena menderita rugi 75%, sehingga perusahaan menyatakan diri
tidak mampu membayar hutangnya kepada Penggugat dalam keadaan
insolvensi. Ternyata Direktur dan Komisaris Bank pemberi kredit sama
orangnya dengan Direktur dan Komisaris PT. Djaja Tunggal. Ternyata
pula, anggunan tanah Hak Guna Bangunan No. 39 dan 40 telah habis
masa berlakunya, sehingga statusnya menjadi tanah negara.
§ Para Tergugat menyatakan, antara lain, hutang tersebut adalah hutang
PT. Djaja Tunggal dan karenanya menjadi tanggung jawab PT. Djaja
Tunggal, sebatas harta kekayaan perusahaan tersebut. Oleh
karenanya Tergugat II dan sampai V secara pribadi tidak harus dimintai
tanggung jawab terhadap hutang PT. Djaja Tunggal (Tergugat I).
Putusan tingkat Kasasi:
§ Merupakan fakta, bahwa yang menjadi pengurus dari Tergugat I adalah
bersamaan pula dengan pengurus dari Penggugat sebelum Penggugat
sebagai PT. Bank Perkembagan Asia diambil alih Bank Indonesia karena
mengalami kekalahan kliring.
§ Dengan demikian pada diri Tergugat I dan Penggugat I pada saat terjadi
pemberian kredit bersatu pada diri Tergugat II sampai dengan V. Jadi
pada saat perjanjian kredit ditandatangani dan direalisasi Dewan Direksi
dan Dewan Komisaris dari Penggugat dan Tergugat sebagai Badan
Hukum (PT) bersatu pada diri para tergugat tersebut.
§ Dengan cara pemberian kredit dari Penggugat yang nota bene dikuasai
oleh para Tergugat II-V, yang diberikan kepada perusahaan yang mereka
kuasai pula (Tergugat I : PT. Djaja Tunggal), dapat diduga adanya
persekongkolan dan itikad buruk pada diri para Tergugat I, II, III, IV dan V.
§ Dalam kasus seperti ini telah dikembangkan suatu ajaran hukum
yang disebut “piercing the corporate veil” yakni pembatasan
pertanggung jawaban dari suatu Perseroan Terbatas (PT) dapat
dipikulkan kepada pengurus, apabila tindakan hukum yang mereka
lakukan untuk dan atas nama P.T. mengandung persekongkolan
secara itikad buruk yang menimbulkan kerugian kepada pihak lain.
§ Dalam perkara ini para Tergugat II, III, IV dan V sebagai pengurus
dari PT. Perkembangan Asia (Penggugat) dan sekaligus pula
pengurus dari Tergugat I (PT. Djaja Tunggal) dengan itikad buruk
meminjamkan uang kepada Tergugat tanpa analisis kredit serta
agunannya pun Hak Guna Bangunan (HGB) No. 39-40 yang mereka
sendiri tahu sudah habis waktunya pada tanggal 24 September 1980.
§ Besar dugaan Termohon, Surat Sanggup tersebut akan dipakai oleh Pemohon
untuk mengganti surat-surat promes palsu atas nama PT. Greatstar Perdana
Indonesia dan PT. Bintang Raya Lokal Lestari.
§ Dengan selesainya tugas dari Konsultan Hukum tersebut, maka Tergugat I
dan Tergugat II menyetujui pembayaran legal fee kepada masing-masing
Konsultan Hukum tersebut S$ 16.970,13 (enam belas ribu sembilan ratus
tujuh puluh koma tiga belas Dollar Singapura) kepada Freshfields dan
sebesar US$ 106.850,12 (seratus enam ribu delapan ratus lima puluh koma
dua belas Dollar Amerika) kepada Makarim & Taira, padahal jasa Konsultan
Hukum itu untuk kepentingan pihak lain bukan untuk kepentingan PT. ICI
Paints Indonesia.
§ Menurut Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II telah sewenang-wenang
menetapkan renumerasi General Manager yang sangat berlebihan tanpa
melalui persetujuan seluruh Direksi PT. ICI Paints Indonesia sehingga
melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (3) dari Shareholders Agreement yang
berbunyi : ”The day to day of the company shall be entrusted to a General
Manager. The appointment of the General Manager will be made wits the
approval of all the Directors of the Company but no Director shall
unreasonably withhold approval”
§ Menurut Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha PT. ICI Paints Indonesia,
sehingga kerugian yang diderita PT. ICI Paints Indonesia adalah merupakan
tanggung jawab secara pribadi dari Tergugat I dan Tergugat II secara
bersama-sama (Pasal 85 ayat (2) Undang- Undang No. 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas).
§ Menurut Penggugat, berdasarkan alasan-alasan tersebut,
terbukti bahwa Tergugat I dan Tergugat II disamping telah
melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (3) Shareholders
Agreement, juga melanggar ketentuan yang tercantum dalam
Pasal 85 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas yang berbunyi :
§ Keterbukaan