Anda di halaman 1dari 112

BUSINESS

ORGANIZATION
Business

Organization/
Individual
Enterprise

Sole Limited Unlimited


Proprietorship Liability Liability
Capital

Business
Liabilty Organization
Establishment

Purpose
Personally

Liability

Joint and
Severally
Persekutuan
Perdata Firma CV
(Partnership)

BUSINESS
ORGANIZATIONS
IN INDONESIA

Perseroan
Koperasi
Terbatas
Sole Proprietorship
•  Owned and run by one individual
•  No legal distinction between the
owner and the business.
•  The owner receives all profits (subject
to taxation specific to the business)
•  Owners have complete control over all
aspects of his or her business and
can take any managerial decisions
•  Unlimited responsibility
Persekutuan Perdata
(Partnership)
•  The relationship existing between two or more persons
who join to carry on a trade or business

•  Each person contributes money, property, labor or skill,


and expects to share in the profits and losses of the
business (Art. 1619 BW)

“Persekutuan adalah suatu perjanjian dua orang atau


lebih yang mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu
ke dalam persekutuan, dengan maksud membagi
keuntungan yang terbit dari padanya” (Art.1618 BW)
PENDIRIAN PERSEKUTUAN

1.  Memenuhi pasal 1320 BW


2.  Tidak bertentangan
dengan kesusilaan dan
ketertiban umum
3.  Tidak harus tertulis
BENTUK PERSEKUTUAN PERDATA

Asosiasi Business
Profesi Partnership

etc
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
“Keuntungan harus dibagi, kerugian tidak harus dibagi”

Prinsip Pembagian keuntungan:

1.  Diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan


2.  Apabila tidak diperjanjikan diantara mereka:
v  pembagian berdasarkan perimbangan pemasukan
secara adil dan seimbang
v  sekutu yang hanya memasukan tenaga kerja
dipersamakan dengan sekutu yang memasukkan uang
dengan jumlah terkecil
TANGGUNG JAWAB DALAM PERSEKUTUAN

1.  Masing-masing sekutu bertanggungjawab secara pribadi


atas perikatan yang dibuat olehnya

2.  Perbuatan tersebut dapat mengikat sekutu lain apabila ada


kuasa dari sekutu yang lain

3.  Apabila beberapa orang sekutu mengadakan hubungan dengan


pihak ketiga, atau hasil perbuatannya dinikmati oleh sekutu lain
maka dapat dipertanggungjawabkan secara merata walaupun
pemasukan tidak sama, kecuali secara tegas ditetapkan
imbangan tanggungjawab masing-masing sekutu

4.  Jika seorang sekutu mengadakan perjanjian atas nama


persekutuan maka persekutuan dapat menuntut pelaksanaan
perjanjian itu
PEMBUBARAN PERSEKUTUAN
(1646 BW)

§  Habis tenggang waktu

§  Musnahnya barang yang harus dipergunakan


untuk mencapai tujuan persekutuan atau telah
tercapainya tujuan itu

§  Kemauan seseorang atau lebih dari para sekutu

§  Wafat, curatele, atau jatuh pailit dari salah


seorang sekutu
Firma
(Pasal 16 – 35 KUHD)

• Beberapa orang sekutu/persero


menjalankan suatu perusahaan
dengan memakai suatu nama
bersama
• Tiap-tiap persero berhak untuk
bertindak keluar atau melakukan
perbuatan hukum (tanggung jawab
secara tanggung renten)
Persekutuan
Perdata

Nama
Bersama FIRMA

Akta
Autentik
PENDIRIAN FIRMA

ž  Akta pendirian

ž  Pendaftaran akta pendirian pada


Panitera Pengadilan Negeri (Pasal
23)

ž  Pengumuman dalam Berita Negara


RI (Pasal 28)
MODAL FIRMA

ž  Berlaku ketentuan persekutuan


dalam BW

ž  Tidak Terpisah kekayaan


perseorangan dengan kekayaan
pribadi para perseronya
(Pasal 18 KUHD)
PENGURUS FIRMA
§  Tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan
dari satu sama lain, berhak untuk
bertindak, untuk mengeluarkan dan
menerima uang atas nama perseroan,
pula untuk mengikat perseroan itu
dengan pihak ketiga dan pihak ketiga
dengannya (Pasal 17 KUHD)

§  Para pihak dianggap saling memberikan


kuasa
BUBARNYA FIRMA

§  Sesuai dengan isi akta perjanjian


pendirian Firma

§  Berlaku ketentuan mengenai Persekutuan


dalam BW
Persekutuan Komanditer (CV)
(Pasal 19-21)
ž  Persekutuan komanditer adalah persekutuan
firma yang mempunyai satu atau beberapa orang
sekutu, sekutu aktif atau sekutu pengurus dan
sekutu pasif (sekutu komanditer).
ž  Sekutu pasif/komanditer adalah sekutu yang
tidak turut campur tangan dalam pengurusan
CV, hanya sebatas memberikan modal
ž  Sekutu aktif adalah sekutu yang selain
memberikan modal, juga aktif mengurus CV
ž  Sekutu pasif tanggung jawabnya hanya sebatas
modal yang disetorkannya, sedangkan sekutu
aktif pertanggungjawabannya dapat meliputi
harta kekayaannya.
PENGURUS CV

§  Setiap CV harus mempunyai setidaknya satu sekutu aktif yang


mengemban semua resiko dan tanggung jawab sebagai
seorang sekutu dalam suatu persekutuan dengan Firma, dan
satu orang sekutu komanditer

§  Apabila CV memiliki dua atau lebih sekutu aktif


(pengurus), hak dan kewajiban mereka sama dengan hak
dan kewajiban sekutu firma (joint and severally liable)

§  Status sekutu pengurus harus dinyatakan dalam perjanjian


persekutuan dan disebutkan dalam akta pendirian CV. Kalau
tidak, maka semua sekutu akan dianggap sebagai sekutu
yang berhak melakukan pengurusan dan mewakili CV dengan
pihak ketiga.
Sekutu
Firma CV
Pasif

General Partner Silent Partner


Pendirian CV = Pendirian Firma

Modal CV = Modal Firma

Pembubaran CV = Pembubaran Firma


CV dengan Saham

§  Modal uang dibagi dalam bentuk saham dan sekutu


komanditer/pasif mengambil selembar atau lebih saham
dan menerima surat bukti untuk penyertaannya tersebut
(sertifikat saham)

§  Dalam CV jenis ini, kedudukan sekutu komanditer/pasif


dapat dialihkan dan diwariskan, sehingga apabila sekutu
komanditer wafat, pailit atau diletakkan dalam
pengampuan, maka CV tetap akan berlangsung dan tidak
bubar.
§  Apakah CV dan Firma di
Indonesia Badan Hukum?

§  Apakah CV dan Firma di


Indonesia memiliki Legal
Standing ?
Unsur – Unsur Badan Hukum
1)  Terdapat kekayaan dengan tujuan tertentu
yang terpisah dengan kekayaan para sekutu
badan tersebut
2)  Terdapat kepentingan bersama yang
merupakan tujuan badan tersebut
3)  Terdapat beberapa orang sebagai pengurus
badan tersebut; dan
4)  Pengesahan pemerintah atas badan tersebut
menjadi badan hukum.
Samsung Corporation v. CV Wiras Mustika
Indah dkk No.01/Pailit/2003/PN.Niaga/Jkt.Pst
§  Samsung mengajukan permohonan pailit pada Wiras Mustika
Indah
§  Termohon menyatakan bahwa CV bukan merupakan badan
hukum yang bisa dihadirkan di dalam suatu perkara sebagai
subjek hukum yang independen dari perseronya.
§  Namun Majelis Hakim berpendapat meskipun demikian, tetap
tidak meniadakan unsur pertanggungjawaban dari sekutu-
sekutunya karena dalam CV kekayaan para sekutu secara
keseluruhan adalah jaminan atas transaksi yang dilakukan CV
dengan pihak ketiga.
§  Mahkamah Agung mengabulkan permohonan pailit untuk sekutu
aktif, sedangkan sekutu komanditer hanya bertanggungjawab
sebatas jumlah uang yang dimasukkan.
H. Muhammad Syukri dkk v. Pengurus
Komanditer CV. Tawi Djaya dkk (2006)

§  Penggugat dan Tergugat memiliki perjanjian jual beli satu


unit toko pintu permanen di Banda Aceh.
§  Setelah pembayaran tahap pertama, Tergugat berhenti
membangun, tidak menerima pembayaran berikutnya
dan menghilang.
§  Penggugat mengajukan gugatan wanprestasi
§  Majelis Hakim Tingkat Kasasi menyatakan bahwa para
tergugat telah cidera janji karena tidak melaksanakan
kewajibannya.
§  Majelis Hakim juga menyatakan bahwa CV bukan badan
hukum sehingga yang harus bertanggungjawab adalah
pribadi masing-masing pengurus dalam CV
PT. Dainippon Ink & Chemicals Indonesia
v. CV. Mantrade (2000)
§  Dainippon menunjuk CV. Mantrade sebagai salah satu agen untuk
memasarkan tinta cetak dalam suatu perjanjian keagenan.
§  Mantrade tidak melakukan pembayaran selama satu tahun beserta
bunganya.
§  Mantrade juga memiliki kewajiban kepada kreditor lain, yaitu BRI
cabang Bandung, yang sudah jatuh tempo dan belum dibayar.
§  Dainippon menggugat Mantrade pailit

Isu Hukum: Kepada siapakah gugatan pailit seharusnya diajukan?

Majelis Hakim Kasasi menyatakan bahwa CV bukanlah merupakan


perusahaan yang bersifat badan hukum, maka CV tidak dapat
bertindak atau dijadikan sebagai pihak dalam perkara ini.
Permohonan pailit tidak dapat diajukan kepada Mantrade.
Fa. Nusantara v. CV. Flamboyant Indah
(1990)

§ Penggunggat mengajukan gugatan wanprestasi terhadap


tergugat atas suatu perjanjian kerja sama
§ Tergugat berargumen bahwa Pengggugat tidak tepat
mengajukan gugatan terhadap Tergugat karena Indonesia belum
mengakui CV sebagai badan hukum sehingga tidak bisa menjadi
pihak yang berperkara di muka pengadilan.
§ Majelis Hakim Pengadilan Negeri berpendapat, meskipun
demikian. Keduanya dapat maju sebagai pihak dalam perkara
karena memiliki pengurus yang dapat mewakili badan usaha
tersebut di pengadilan.
§ Meskipun baik Firma maupun CV bukan badan hukum, tetapi
tetap dapat dihadirkan sebagai pihak melalui pengurusnya.
KOPERASI
(Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992)

Koperasi adalah Badan usaha yang


beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Prinsip Koperasi
1.  Keanggotaan bersifat sukarela dan
terbuka
2.  Pengelolaan secara demokrasi
3.  Pembagian SHU dilakukan secara adil
seimbang dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota
4.  Pemberian balas jasa yang terbatas
terhadap modal
5.  Kememandirian
Bentuk Koperasi

1.  Koperasi Primer


Anggota orang perorang sekurang-kurangnya 20
orang

2.  Koperasi Sekunder


Anggota badan-badan hukum koperasi minimum
3 koperasi
Yayasan
(UU No.16 tahun 2001 jo. UU No.28 tahun 2004

Badan hukum yang terdiri atas


kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukan untuk mencapai tujuan
tertentu dibidang sosial, keagamaan,
dan kemanusiaan, yang tidak
mempunyai anggota
Unsur-Unsur Yayasan

§ Badan Hukum
§ Terdiri dari harta kekayaan yang
dipisahkan
§ Diperuntukan untuk mencapai tujuan
tertentu dibidang sosial, keagamaan,
dan kemanusiaan
§ Tidak mempunyai anggota
Syarat Pendirian Yayasan

1.  Minimal didirikan oleh satu orang atau lebih

2.  Pendiri harus memisahkan kekayaan


pribadinya dengan kekayaan Yayasan

3.  Dibuat dalam bentuk akta Notaris yang


kemudian di ajukan pengesahannya pada
Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia,
serta diumumkan dalam berita negara
Republik Indonesia.
Pendirian Badan Usaha oleh Yayasan
Pasal 3 ayat (1):
Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang
pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan
usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

Penjelasannya:
Ketentuan dari Pasal 3 ayat (1) tersebut dimaksudkan untuk
menegaskan bahwa Yayasan tidak digunakan sebagai wadah
usaha dan Yayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara
langsung tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau
melalui badan usaha lain dimana Yayasan menyertakan
kekayaannya.
Pasal 7 ayat (1):
Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya
sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan

Pasal 7 ayat (2):


Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai
bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan
seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25 % dari seluruh
nilai kekayaan

Pasal 7 ayat (3):


Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas dilarang
merangkap sebagai anggota direksi atau pengurus dan
anggota dewan komisaris atau pengawas dari badan usaha
sebagai mana dimaksud Pasal 7 ayat (2)
Pasal 8:
Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku

Penjelasannya:
Kegiatan usaha tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan.
Dengan cakupan dalam bidang: HAM, Kesenian, Olah Raga,
Perlindungan Konsumen, Pendidikan, Lingkungan Hidup,
Kesehatan, dan Ilmu Pengetahuan
PerseroanTerbatas

• Suatu badan hukum yang


merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham,
dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam ketentuan
undang-undang (Undang-undang
Nomor 40 tahun 2007)
§ Peraturan mengenai PT :

WvK (Bk. 1, BAB. III Bag. 3, pasal 36-56)

ê

UU no. 1 thn. 1995

ê

UU no. 40 thn 2007


Tertutup
UU No.40/2007

Perseroan Terbatas
Terbuka
UU No.40/2007 & UU No.8/1995

PMDN
UU No.6/1968 jo UU No.12/1970
UU No.25/2007

PMA
UU No.1/1967 jo UU No.11/1970
UU No.25/2007

PT. Persero
UU No.40/2007 & PP No.12 /1998
UU No.19/2003

BUMD
UU No.23/2014
Pendirian
§  Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan
akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
§  Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham
pada saat Perseroan didirikan.
§  Disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
§  Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan
pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang,
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung
sejak keadaan tersebut pemegang saham yang
bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya
kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham
baru kepada orang lain.
Konsultasi, pengisian Pemeriksaan formulir, surat
Formulir pendirian PT, Kuasa dan pengecekan
Dan Surat Kuasa Nama PT

PEMBUATAN AKTA
PEMBUATAN DRAFT/ PENDAFTARAN DAN
PENDIRIAN PT O/ NOTULA ANGGARAN PERSETUJUAN
NOTARIS DASAR PT PEMAKAIAN NAMA PT

SURAT KETERANGAN
PENGESAHAN MENTERI SITU, SIUP, TDP
DOMISILI PERUSAHAAN
HUKUM DAN HAM
DAN NPWP

PENGUMUMAN DALAM
BERITA ACARA NEGARA
Modal dan Saham
§  Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham
§  Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah)
§  Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar
harus ditempatkan dan disetor penuh.
§  Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk
uang dan/atau dalam bentuk lainnya.
§  Apabila penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain
yang bukan uang, penilaian setoran modal saham ditentukan
berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga
pasar atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan Perseroan.
MODAL PERSEROAN

a.  Modal Dasar atau Modal Statuer :


merupakan keseluruhan nilai nominal saham yg ada dalam
perseroan.
à  Pasal 32 UUPT : modal dasar PT min. Rp. 50 juta

b.  Modal yg ditempatkan:


merupakan modal yg disanggupi para pendiri untuk disetor ke
dalam kas perseroan pada saat perseroan didirikan
à  Pasal 33 UUPT : modal yg ditempatkan min. 25% dr modal
dasar

c.  Modal yang disetor:


merupakan modal perseroan yg berupa sejumlah uang tunai
adalah bentuk lainnya yg diserahkan para pendiri kpd kas
perseroan pada saat pendirian perseroan.
à  Pasal 33 UUPT
Corporate Veil

Pemegang saham Perseroan tidak


bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama
Perseroan dan tidak bertanggung jawab
atas kerugian Perseroan melebihi saham
yang dimiliki
Akta Pendirian
§  Anggaran Dasar
§  Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,
tempat tinggal, dan kewarganegaraan pendiri
perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan
alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan
menteri mengenai pengesahan badan hukum dari
pendiri Perseroan;
§  Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,
tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan
Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat;
§  Nama pemegang saham yang telah mengambil
bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai
nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.
Anggaran Dasar
§  Merupakan hukum positif dan mengikat
semua pemegang saham, anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris.
§  Tetap memperhatikan UU PT
§  Tidak dapat dikesampingkan oleh
siapapun (termasuk RUPS yang diambil
dengan suara bulat)
Anggaran Dasar
§  nama dan tempat kedudukan Perseroan;
§  maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
§  jangka waktu berdirinya Perseroan;
§  besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal
disetor;
§  jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham
untuk tiap klasifikasi,
§  hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap
saham;
§  nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota
Direksi dan Dewan Komisaris;
§  Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen
Penambahan dan Pengurangan Modal

§  Penambahan modal dasar à persetujuan Menteri,


sedangkan utk modal ditempatkan à cukup
pemberitahuan [ Pasal 42 (2) ]

§  Pengurangan modal:


a.  Direksi wajib memberitahu para kreditur melalui
pengumuman di koran [ Pasal 44 ayat (2) ]
b.  persetujuan Menteri [ Pasal 46 (1) ]

§  Pengurangan modal ditempatkan à penarikan/


pembelian kembali atau pengurangan nilai nominal
[Pasal 47 (1)]
Saham
§  Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya
§  Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk
saham yang dimilikinya
§  Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
a.  menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b.  menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan
hasil likuidasi;
c.  menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-
undang ini.
(huruf a dan huruf c bisa tidak berlaku bagi klasifikasi
saham tertentu)
Klasifikasi Saham
§  saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
§  saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi
dan/atau anggota Dewan Komisaris;
§  saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau
ditukar dengan klasifikasi saham lain;
§  saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain
atas pembagian dividen secara kumulatif atau nonkumulatif;
§  saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas
pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi.
Saham
§  Saham merupakan benda bergerak

§  Pemindahan hak atas saham dilakukan


dengan akta pemindahan hak

§  Saham dapat diagunkan dengan gadai


atau jaminan fidusia sepanjang tidak
ditentukan lain dalam anggaran dasar.
Laporan Tahunan
Direksi wajib menyampaikan Laporan yang memuat sekurang-kurangnya:
§  laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun
buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku
sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buk u yang bersangkutan, laporan
arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan
keuangan tersebut;
§  laporan mengenai kegiatan Perseroan;
§  laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;
§  rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi
kegiatan usaha Perseroan;
§  laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan
Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;
§  nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris;
§  gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan
tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru
lampau.
RUPS

Perseroan
Terbatas

Direksi Komisaris
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
§ Berwenang untuk:
a)  Menentukan pengurus Perseroan (Direksi)
b)  Menentukan Dewan Komisaris yang bertugas
untuk mengawasi serta memberi nasehat
kepada Direksi
§ Hanya pemegang saham yang mempunyai hak
suara
§  RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang
ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran
dasar
RUPS
§ RUPS memiliki kewenangan yang tidak diserahkan
kepada Direksi & Komisaris
§ Dimungkinkan RUPS via teleconference à asalkan
semua peserta dapat saling mendengar, melihat
secara langsung dan berpartisipasi dalam rapat
§ RUPS = RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa
§ RUPS Tahunan wajib diselenggarakan dalam kurun
waktu 6 bulan pasca tutup tahun buku.
§ RUPS Luar Biasa dapat diselenggarakan setiap saat
berdasarkan adanya kebutuhan untuk kepentingan PT
§ Penyelenggara RUPS adalah Direksi, kecuali dalam
hal-hal yg ditentukan oleh UU
§  Setiap saham memiliki satu hak suara, kecuali
ditentukan lain dalam AD (84:1)
§  Saham-saham tertentu tidak memiliki hak suara (84:2)
§  RUPS sah jika memenuhi quorum yang ditentukan oleh
AD dan UUPT
§  Putusan RUPS diambil berdasarkan prinsip musyawarah
utk mufakat
§  Jika musyawarah tidak mencapai mufakat, putusan
RUPS diambil berdasarkan voting
§  RUPS dituangkan dalam Risalah Rapat
§  Pemegang saham dapat mengambil keputusan diluar
rapat dengan syarat semua pemegang saham
menyetujui secara tertulis usulan yang diajukan untuk
diputuskan
•  Satu atau lebih pemegang saham mewakili minimal
Maksimal 6 bulan 1/10 dari seluruh saham dengan hak suara kecuali
setelah diatur berbeda
tahun buku berakhir
•  Dewan Komisaris
Biasa
Laporan Tahunan
PT Ø  Diajukan ke Direksi dengan surat tercatat dan
disertai dengan alasan pengajuan
Ø  Membuat tembusan ke Dewan Komisaris
RUPS
•  Direksi wajib melakukan pemanggilan untuk RUPS
maksimal 15 hari sejak permintaan RUPS diterima
Luar Berdasarkan
Biasa kepentingan •  Jika RUPS tidak diselenggarakan, maka
permohonan RUPS diajukan ke Dewan Komisaris
atau Dewan Komisaris memanggil sendiri RUPS

•  Maksimal 15 hari sejak diterima, Dewan Komisaris


melakukan pemanggilan RUPS

•  Panggilan didasarkan alasan minta RUPS

•  Jika Direksi dan Dewan Komisaris tidak menggelar


RUPS, pemegang saham dapat minta ke ketua
Pengadilan Negeri
Direksi
u  Organ yang mewakili Perseroan selaku
subyek hukum mandiri

u  Mengabdi kepada kepentingan Perseroan


(semua pemegang saham) bukan hanya
satu atau beberapa pemegang saham

u  Bukan wakil pemegang saham,wakil


perseroan atau subyek hukum mandiri
Direksi
•  Landasan kewenangan:
(1)  UU PT
(2)  AD
(3)  Per-UU-an terkait

•  Intra vires vs. Ultra vires à fiduciary duty


(92:2), UUPT, AD, Good Faith (97:2)
Tugas dan Wewenang Direksi
u  Mengatur dan menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan usaha Perseroan
[to manage the business (92:1 & 97:1)]

u  Mengelola kekayaan Perseroan


[to administrate the assets (100:1)]

u  Mewakili Perseroan di dalam dan di luar


pengadilan
[acting (representation/agent) on behalf the PT
(98:1)]
Direksi
•  Anggota Direksi dianggkat oleh RUPS (94:1)
•  Jangka waktu tertentu, tapi dapat diangkat kembali (94:3)
•  Pengangkatan, penggantian, atau pemberhentian diatur di dalam
AD (94:4)
•  Dalam hal RUPS tidak menentukan “saat” pengangkatan,
penggantian atau pemberhentian, maka penutupan RUPS
merupakan “saat” tersebut (94:6)
•  Pengangkatan, penggantian, atau pemberhentian wajib
diberitahukan kepada Menteri dalam jangka waktu 30 hari sejak
saat pengangkatan, penggantian, atau pemberhentian untuk
dicatat dalam Daftar Perseroan
•  Pengangkatan Direksi yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 93
adalah batal demi hukum sejak saat diketahui adanya persyaratan
yang tidak terpenuhi (95:1)
Direksi
1.  Direksi dapat memberikan kuasa Direksi kepada pihak
lain (103)
2.  Direksi harus mendapatkan persetujuan PT bila hendak
mengajukan permohonan pailit atas PT (104)
3.  Direksi dapat diberhentikan sementara oleh Dewan
Komisaris (106:1)
4.  Dalam jangka waktu 30 hari harus ada RUPS untuk
menguatkan atau mencabut pemberhentian oleh
Komisaris tsb (106:4,5,6)
5.  Dalam AD diatur mengenai pengurus sementara jika
seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan
sementara (107)
Dewan Komisaris
§  Pengawasan atas kebijakan pengurusan
yang dijalankan oleh Direksi demi
kepentingan perseroan

§  Memberi nasehat pada direksi

§  Bukan wakil pemegang saham

§  Berhak meminta segala keterangan dari


Direksi dan Direksi wajib memberikan
Direksi harus
mengelola
Duty of perseroan dengan
Care kehati-hatian
(care)

Fiduciary
Duty

Direksi tidak
bolehmengambil
kesempatan Duty of
menguntungkan yang Loyalty
seharusnya dimiliki oleh
perusahaan
Fiduciary:
Seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil (trustee)
atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan
sebagai wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan
kepercayaan dan kerahasiaan (trust and confidence) yang dalam
peran ini meliputi, ketelitian (scrupulous), itikad baik (good faith),
dan keterusterangan (candor).

Para anggota direksi dan komisaris sebagai salah satu organ vital
dalam perusahaan tersebut merupakan pemegang amanah
(fiduciary) yang harus berperilaku sebagaimana layaknya
pemegang kepercayaan.
Duty Of Care

The American Law Institute Principles of Corporate Governance


menentukan 3 (tiga) kategori “kehatian-hatian yang
semestinya” (“due care”) dalam peraturan perundang-
undangan:

1.  “care that an ordinarily prudent person would exercise in like


position and under similar circumstance.”
2.  “ care exercised by prudent person in this own affairs.”
3.  “ in a manner he reasonably believes to be in the best
interests of the corporation.”
Duty of Loyalty
§  Mencegah direksi mengambil kesempatan menguntungkan yang
seharusnya dimiliki oleh perusahaan. Dalam penggunaan properti
misalnya komisaris secara tegas dilarang menggunakan aset
perusahaan dalam membangun usahanya pribadi.

§  Komisaris juga tidak diperkenankan memanfaatkan properti atau


keuntungan lainnya untuk kepentingan pribadi apabila perusahaan
berkepentingan atau perusahaan memiliki keinginan (expectancy)
atas properti tersebut.

Contoh:
Apabila perusahaan telah menyewa suatu properti maka komisaris tidak
boleh membeli properti tersebut untuk dirinya. Suatu perusahaan
dikatakan memiliki ekspektansi apabila secara rasional dapat dilihat
bahwa perusahaan memiliki kepentingan atas properti tersebut.
Separate Piercing the
Legal Entity Corporate
>< veil Doctrine
Doctrine

Two-edged swords ?
Piercing the Corporate Veil
(Common Law)

§ A tool of statutory interpretation in the


sense that piercing the corporate veil is
done to bring corporate actors’ behavior
into conformity with a particular statutory
scheme
§ To remedy what appears to be fraudulent
conduct that does not the strict elements
of common law fraud
§ The promotion of accepted bankruptcy
values
Piercing the Corporate Veil dalam UUPT
(Pemegang Saham)
§ Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau
tidak terpenuhi;
§ Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung
maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan
Perseroan untuk kepentingan pribadi;
§ Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan;
atau
§ Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung
maupun tidak langsung secara melawan hukum
menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan
kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang Perseroan.
Piercing the Corporate Veil (Direksi)
Pasal 97 ayat 2 dan 3:

§ Pengurusan wajib dilaksanakan setiap anggota


Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.

§ Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh


secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya
Piercing the Corporate Veil (Komisaris)

Pasal 114 ayat 2 dan 3:


§  Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan
itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab
dalam menjalankan tugas pengawasan dan
pemberian nasihat kepada Direksi

§  Setiap anggota Dewan Komisaris ikut


bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah
atau lalai menjalankan tugasnya
Business Judgment Rule
§  Doktrin yang telah lama diterapkan untuk melindungi Direksi dalam
pertanggungjawaban hukum yang diambil dari keputusan-
keputusan bisnis mereka.

§  Business Judgment Rule telah lama diterapkan sebagai awan yang
melindungi Direksi dari tanggung jawab yang diambil dari
keputusan-keputusan bisnis mereka. Apabila direksi-direksi dalam
pelaksanaan tanggung jawab yang dimandati atas perlindungan
tersebut, maka pengadilan tidak boleh mencampuri hal tersebut
atau memberikan pendapat lain atas keputusan direksi.

§  Sebaliknya jika direksi tidak dimandati atas perlindungan Business


Jugdment Rule maka pengadilan wajib memeriksa keputusan-
keputusan tersebut apakah perilaku direksi memang untuk
kepentingan perusahaan dan dengan itikad baik serta
memperhatikan pemegang saham minoritas perusahaan.
Business Judgment Rule

Pasal 97 ayat 5:
Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:
§  kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
§  telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian
untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan;
§  tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun
tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan
kerugian; dan
§  telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
Business Judgment Rule
Pasal 114 ayat 5:
Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas
kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat
membuktikan:
§ telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-
hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan;
§ tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun
tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang
mengakibatkan kerugian; dan
§ telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah
timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
Pengambilalihan
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum
atau orang perseorangan untuk mengambil saham
Perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian atas perseroan tersebut.
Penggabungan
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
Perseroan atau lebih untuk menggabungkan
diri dengan Perseroan lain yang telah ada
yang mengakibatkan aktiva dan passiva dari
Perseroan yang menggabungkan diri beralih
karena hukum kepada Perseroan yang
menerima penggabungan dan selanjutnya
status badan hukum Perseroan yang
menggabungkan diri berakhir karena hukum
Peleburan
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum
memperoleh aktiva dan passiva dari Perseroan yang
meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan
yang meleburkan diri berakhir karena hukum
Pemisahan
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk
memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh
aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum
kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih atau sebagian
aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum
kepada 1 (satu) Perseroan atau lebih.
Pembubaran Perseroan

a.  berdasarkan keputusan RUPS;


b.  karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam
anggaran dasar telah berakhir;
c.  berdasarkan penetapan pengadilan;
d.  dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan
pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk
membayar biaya kepailitan
e.  keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang; atau
f.  karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga
mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Perseroan Terbuka

Perseroan Publik atau Perseroan


yang melakukan penawaran umum
saham, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan di
bidang pasar modal.
Perseroan Publik

Perseroan yang memenuhi kriteria jumlah


pemegang saham dan modal disetor
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan di bidang pasar
modal.
Pasal 146 UUPT :

Pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan atas :

1.  Permohonan kejaksaan


2.  Permohonan 1 orang pemegang saham a/ lebih yg
mewakili paling sedikit 1/10 bag. Dr jumlah saham
dgn suara yg sah

WNA dapat menjadi salah satu pihak dlm mendirikan PT


(penjelasan psl. 8 ayat (2) UUPT)
PT Usaha Sandang v. PT Dhaseng Ltd,
PT Interland Ltd, dan Mediarto Prawiro (1996)

§ Tergugat I dan Tergugat II adalah PT yang telah mendapat


pengesahan dari Departemen Kehakiman, akan tetapi belum
didaftarkan di Pengadilan Negeri setempat dan belum
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara
§ Berdasarkan Pasal 39 WvK, Tergugat III sebagai Presiden
Direktur wajib bertanggungjawab secara pribadi dan
seluruhnya terhadap pihak ketiga untuk perbuatan-
perbuatannya.
§ Berdasarkan perjanjian tahun 1985, Tergugat III untuk diri
sendiri maupun sebagai presdir dari Tergugat I dan Tergugat
II telah mengadakan perjanjian dengan penggugat
§  Menurut Anggaran Dasar PT.Dhaseng dan PT. Interland,
pasal 11(2) menentukan bahwa masing-masing anggota
direksi harus mendapat persetujuan tertulis dari Komisaris
untuk 1) meminjam uang; 2) memperoleh, memberati atau
mengasingkang “harta tetap” perseroan; 3) mengikat
perseroan sebagai penjamin.

§  Berdasarkan surat perjajian tersebut, penggugat berkali-kali


meminta pembayaran dari para tergugat, tetapi para tergugat
mengulur-ngulur waktu dengan mengatakan bahwa klaim
asuransi belum diterima, padahal PT. Asuransi Dharma
Bangsa telah membayar klaim tersebut kepada para
Tergugat.

§  Penggugat mengajukan gugatan agar Pengadilan


menghukum para Tergugat untuk membayar secara tanggung
renteng Rp. 342.480.158,72 dengan bunga 3% per bulan
sejak Oktober 1986 sampai hutang dibayar seluruhnya.
Putusan tingkat Kasasi:

§  Tindakan Tergugat III untuk dan atas nama Badan Hukum,
harus sesuai dengan pasal 11(2) Anggaran Dasar, sehingga
agar tindakan Tergugat III menjadi sah dan berkekuatan
hukum, seharusnya ada persetujuan dari Komisaris.

§  Tujuan pembatasan kewenangan Direktur Perseroan disebut


the Ultra Vires Rule, yaitu aturan yang menentukan bahwa
Direksi tidak boleh bertindak melampaui batas-batas yang
ditentukan dalam Undang-undang dan Anggaran Dasar
Perseroan.
§  Tindakan Tergugat III Presiden Direktur, yang
membuat surat Pernyataan hutang kepada
penggugat untuk dan atas nama Tergugat I dan II
(Badan Hukum), tanpa persetujuan Komisaris,
sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar
Perseroan Pasal 11 (2), merupakan tindakan
yang bersifat Ultra Vires. Tindakan tersebut
sudah berada diluar batas kewenangan Presiden
Direktur. Tindakan tersebut, adalah tidak sah dan
tidak berkekuatan hukum - tidak mengikat pada
Badan Hukum (Tergugat I dan II), sesuai dengan
asas pertanggungjawaban terbatas yang melekat
pada Badan Hukum.
§  Tuntutan atas hutang yang dibuat Tergugat III (Presiden
Direktur) untuk dan atas nama Badan Hukum (Tergugat I
dan II), tidak dapat dituntut pemenuhannya kepada
Badan Hukum tersebut, sehingga gugatan penggugat
terhadap Tergugat I dan II harus ditolak.

§  Hutang kepada Penggugat (PT. Usaha Sandang) yang


dibuat oleh Presiden Direktur (Tergugat III) untuk dan
atas nama PT. Dhaseng Ltd dan PT. lnterland Ltd, tanpa
persetujuan Komisaris tersebut, menjadi tanggung jawab
pribadi Tergugat III (Mediarto Prawiro) untuk membayar
hutang tersebut kepada Penggugat.
PT. Bank Perkembangan Asia v.
PT. Djaja Tunggal cs (1996)
§  Tergugat II, III, IV dan V sebagai Direksi atau Komisaris PT. Bank
Perkembangan Asia dan sekaligus pula sebagai Direksi atau Komisaris
PT. Djaja Tunggal (Tergugat I), meminjamkan uang kepada Tergugat I
tanpa analisis kredit.

§  PT. Bank Perkembangan Asia memberikan pinjaman kredit kepada PT.
Djaja Tunggal, yang setelah beberapa kali diperpanjang berjumlah Rp.
5.502.293.038,84,-. Perjanjian kredit diberikan dengan jaminan tanah
Hak Guna Bangunan No. 39 dan No. 40 berikut bangunan pabrik atas
nama PT. Djaja Tunggal.

§  Mereka sudah tahu anggunan kredit tersebut adalah tanah Hak Guna
Bangunan sudah habis waktunya pada tanggal 24 September 1980,
sehingga sudah menjadi Tanah Negara.
§  Pada saat semua pinjaman kredit tersebut jatuh tempo, PT. Djaja
Tunggal tidak dapat membayar. Perusahaan ini berhenti beroperasi
karena menderita rugi 75%, sehingga perusahaan menyatakan diri
tidak mampu membayar hutangnya kepada Penggugat dalam keadaan
insolvensi. Ternyata Direktur dan Komisaris Bank pemberi kredit sama
orangnya dengan Direktur dan Komisaris PT. Djaja Tunggal. Ternyata
pula, anggunan tanah Hak Guna Bangunan No. 39 dan 40 telah habis
masa berlakunya, sehingga statusnya menjadi tanah negara.

§  Kekalutan PT. Bank Perkembangan Asia menyebabkan Bank


Indonesia mengganti pengurus Bank, dan Bank mengajukan gugatan
kepada bekas Direksi dan Komisarisnya serta PT. Djaja Tunggal.

§  Para Tergugat menyatakan, antara lain, hutang tersebut adalah hutang
PT. Djaja Tunggal dan karenanya menjadi tanggung jawab PT. Djaja
Tunggal, sebatas harta kekayaan perusahaan tersebut. Oleh
karenanya Tergugat II dan sampai V secara pribadi tidak harus dimintai
tanggung jawab terhadap hutang PT. Djaja Tunggal (Tergugat I).
Putusan tingkat Kasasi:

§  Merupakan fakta, bahwa yang menjadi pengurus dari Tergugat I adalah
bersamaan pula dengan pengurus dari Penggugat sebelum Penggugat
sebagai PT. Bank Perkembagan Asia diambil alih Bank Indonesia karena
mengalami kekalahan kliring.
§  Dengan demikian pada diri Tergugat I dan Penggugat I pada saat terjadi
pemberian kredit bersatu pada diri Tergugat II sampai dengan V. Jadi
pada saat perjanjian kredit ditandatangani dan direalisasi Dewan Direksi
dan Dewan Komisaris dari Penggugat dan Tergugat sebagai Badan
Hukum (PT) bersatu pada diri para tergugat tersebut.
§  Dengan cara pemberian kredit dari Penggugat yang nota bene dikuasai
oleh para Tergugat II-V, yang diberikan kepada perusahaan yang mereka
kuasai pula (Tergugat I : PT. Djaja Tunggal), dapat diduga adanya
persekongkolan dan itikad buruk pada diri para Tergugat I, II, III, IV dan V.
§  Dalam kasus seperti ini telah dikembangkan suatu ajaran hukum
yang disebut “piercing the corporate veil” yakni pembatasan
pertanggung jawaban dari suatu Perseroan Terbatas (PT) dapat
dipikulkan kepada pengurus, apabila tindakan hukum yang mereka
lakukan untuk dan atas nama P.T. mengandung persekongkolan
secara itikad buruk yang menimbulkan kerugian kepada pihak lain.

§  Dalam perkara ini para Tergugat II, III, IV dan V sebagai pengurus
dari PT. Perkembangan Asia (Penggugat) dan sekaligus pula
pengurus dari Tergugat I (PT. Djaja Tunggal) dengan itikad buruk
meminjamkan uang kepada Tergugat tanpa analisis kredit serta
agunannya pun Hak Guna Bangunan (HGB) No. 39-40 yang mereka
sendiri tahu sudah habis waktunya pada tanggal 24 September 1980.

§  Dengan demikian kerugian yang diderita Penggugat tidak hanya


dibebankan kepada Tergugat I, tapi meliputi Tergugat II, III, IV dan V
secara tanggung renteng.
§  Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Bandung
tanggal 12 Februari 1990. Mahkamah Agung memutuskan, antara
lain, menyatakan Tergugat I, II, III, IV dan V berhutang kepada
Penggugat sebesar Rp. 5.502.293.038,83,-. Menghukum Tergugat I,
II, III, IV dan V untuk membayar hutang tersebut secara tanggung
renteng.
PT. Greatstar Perdana Indonesia v.
PT. Indosurya Mega Finance (2000)
§  PT. Indosurya Mega Finance memohon agar Pengadilan mempailitkan PT.
Greatstar Perdana Indonesia, karena tidak melakukan pembayaran atas Surat
Sanggup sebesar Rp. 2.000.000.000,- yang sudah jatuh tempo kepada
Pemohon.

§  Besar dugaan Termohon, Surat Sanggup tersebut akan dipakai oleh Pemohon
untuk mengganti surat-surat promes palsu atas nama PT. Greatstar Perdana
Indonesia dan PT. Bintang Raya Lokal Lestari.

§  Termohon telah melaporkan Tindakan menerbitkan surat-surat promes palsu


tersebut kepada yang berwajib. Menurut Pemohon pula, berdasarkan Anggaran
Dasar perseroannya, pembuatan surat sanggup harus mendapat persetujuan
Dewan Komisaris, sedangkan Surat Sanggup tanggal 6 Februari 1998
diterbitkan tanpa persetujuan dan sepengetahuan Dewan Komisaris perseroan.
Oleh karena itu Termohon memohon Pengadilan Niaga membatalkan
permohonan pailit tersebut.
§ Menurut Pengadilan Niaga, perseroan harus
bertanggung jawab terhadap pihak ketiga tersebut,
sekalipun ada perbuatan yang melampaui batas
wewenang dari Direksi.

§ Pengadilan Niaga Jakarta kemudian mengabulkan


permohonan pailit yang diajukan oleh PT.
Indosurya Mega Finance dan menyatakan pailit
Termohon PT. Greatstar Perdana Indonesia.
Pada tingkat kasasi:

§  Mahkamah Agung dalam membahas akibat hukum dari Surat


Sanggup tersebut di atas, berpedoman pada Anggaran Dasar PT.
Greatstar Perdana Indonesia.
§  Anggaran Dasar menentukan, dalam menerbitkan Surat Sanggup
anggota Direksi harus mendapat persetujuan dari seorang Komisaris.
§  Oleh karena dalam Surat Sanggup tanggal 6 Pebruari 1998 yang
ditandatangani oleh Budi Handoko, Direktur PT. Greatstar Perdana
Indonesia, tanpa adanya persetujuan tertulis dari seorang Komisaris
maka Surat Sanggup tersebut tidak mengikat Termohon (PT.
Greatstar Perdana Indonesia), melainkan hanya mengikat Budi
Handoko pribadi.
§  Oleh karenanya permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon
terhadap Termohon harus ditolak.
PT. Dwi Satrya Utama v.
Raymond Richard Sparks dan Inderadi Kosim (2002)
§  PT. Dwi Satrya Utama (Penggugat) adalah pemilik 45% saham PT. ICI
Paints Indonesia.

§  Menurut Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II baik secara sendiri-sendiri


maupun bersama-sama telah dengan sewenang-wenang melakukan
penunjukkan Konsultan Hukum Freshfields dan Makarim & Taira oleh ICI
Omicron BV untuk kepentingan PPG Industries, Inc yang berkeinginan
melakukan pembelian Pabrik di Cimanggis tanpa persetujuan dua Direktur
Wakil PT. Dwi Satrya Utama (Berdasarkan Master Sale and Purchase
Agreement).

§  Dengan selesainya tugas dari Konsultan Hukum tersebut, maka Tergugat I
dan Tergugat II menyetujui pembayaran legal fee kepada masing-masing
Konsultan Hukum tersebut S$ 16.970,13 (enam belas ribu sembilan ratus
tujuh puluh koma tiga belas Dollar Singapura) kepada Freshfields dan
sebesar US$ 106.850,12 (seratus enam ribu delapan ratus lima puluh koma
dua belas Dollar Amerika) kepada Makarim & Taira, padahal jasa Konsultan
Hukum itu untuk kepentingan pihak lain bukan untuk kepentingan PT. ICI
Paints Indonesia.
§  Menurut Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II telah sewenang-wenang
menetapkan renumerasi General Manager yang sangat berlebihan tanpa
melalui persetujuan seluruh Direksi PT. ICI Paints Indonesia sehingga
melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (3) dari Shareholders Agreement yang
berbunyi : ”The day to day of the company shall be entrusted to a General
Manager. The appointment of the General Manager will be made wits the
approval of all the Directors of the Company but no Director shall
unreasonably withhold approval”

§  Menurut Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II baik secara sendiri-sendiri


maupun bersama-sama telah lalai melakukan tindakan pengelolaan
perusahaan dalam hal ini melarang General Manager untuk mentransfer
dana sebanyak US$ 4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu dollar Amerika
Serikat) dari Bank di Indonesia ke Bank Luar Negeri. Padahal saat itu
Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi yang mengkhawatirkan, dan
telah dihimbau kepada seluruh Warga Negara Indonesia serta instansi untuk
tidak melakukan transfer dana ke luar negeri.

§  Menurut Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha PT. ICI Paints Indonesia,
sehingga kerugian yang diderita PT. ICI Paints Indonesia adalah merupakan
tanggung jawab secara pribadi dari Tergugat I dan Tergugat II secara
bersama-sama (Pasal 85 ayat (2) Undang- Undang No. 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas).
§ Menurut Penggugat, berdasarkan alasan-alasan tersebut,
terbukti bahwa Tergugat I dan Tergugat II disamping telah
melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (3) Shareholders
Agreement, juga melanggar ketentuan yang tercantum dalam
Pasal 85 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas yang berbunyi :

Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh


tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan
usaha perseroan, sehingga Tergugat I dan Tergugat II telah
melakukan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige
daad) yang merugikan PT. ICI Paints Indonesia
sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
Keputusan:

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam pertimbangan


hukumnya menyatakan tidak terbukti penunjukkan Konsultan
Hukum Freshfields dan Makarim & Taira oleh PT. ICI Paints
sebagai suatu kerugian akibat perbuatan melawan hukum. Tidak
terbukti pula gugatan Penggugat, bahwa para Tergugat yang
tidak melarang trasfer uang sebanyak US$ 4.500.000,- pada
Deustche Bank Singapore menimbulkan kerugian bagi PT. ICI
Paints Indonesia.
DERIVATIVE ACTION

Pasal 97 ayat (6) UU No.40/2007:

Atas nama Perseroan, Pemegang


Saham yang mewakili paling sedikit
10% dari jumlah seluruh sahamnya
dengan hak suara dapat mengajukan
gugatan melalui Pengadilan
Pasar Modal

§  Perseroan Terbuka

§  Perusahaan Publik

§  Go Public/IPO (Initial Public Offering)

§  Keterbukaan

§  Material Information


Investment Law
u  UU Nomor 25 tahun 2007

u  Menggantikan UU No.1 tahun 1967 dan UU No.8 tahun 1968

u  Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua


penanam modal yang berasal dari negara manapun yang
melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

u  Kecuali bagi penanam modal dari suatu negara yang


memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan
Indonesia.
§  Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia
§  Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam
bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak
berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
§  Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan
terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di
dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang.
Ketenagakerjaan
§  Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan
tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja warga
negara Indonesia.
§  Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga
ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
§  Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan
kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui
pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
§  Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga
kerja asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan
melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
u  Penyelesaian perselisihan hubungan industrial
wajib diupayakan untuk diselesaikan secara
musyawarah antara perusahaan penanaman
modal dan tenaga kerja.

u  Jika penyelesaian tidak mencapai hasil,


penyelesaiannya dilakukan melalui upaya
mekanisme tripartit.

u  Jika tidak mencapai hasil, perusahaan


penanaman modal dan tenaga kerja
menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial melalui pengadilan hubungan
industrial.
Bidang Usaha
u  Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan
penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang
dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
u  Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah:
a.  produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang;
dan
b.  bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup
berdasarkan undang-undang.
u  Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan
bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik
asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria
kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan
dankeamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya.
§ Penanaman modal asing wajib dalam
bentuk perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah
negara Republik Indonesia, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai