Anda di halaman 1dari 7

Pemilihan Bahan Capping :

Resin Modified Calcium Silicate (Light Cured)


Bahan yang disebut dengan istilah Resin Modified Calcium Silicate (RMCS) ini merupakan
light-cured flowable resin yang pertama yang mengandung kalsium silikat (MTA) yang
berperan sebagai "apatite stimulating" yang selanjutnya akan melindungi dan merevitalisasi
jaringan pulpa. RMCS diindikasikan untuk perawatan direct maupun indirect pulp capping,
ataupun sebagai base dari suatu restorasi gigi. MTA sendiri merupakan bahan yang telah teruji
efektivitasnya melalui banyak penelitian.
MTA yang terkandung di dalam RMCS ini memiliki peran sebagai berikut:
1. Menyediakan ion reparatif.
2. Menciptakan suasana lingkungan yang bersifat alkaline untuk mempercepat penyembuhan
jaringan.
3. Cepat membentuk ikatan dan seal.
4. Menstimulasi hidroxyl-apatite dan pembentukan jaringan dentin sekunder.
Aplikasi bahan ini pun cukup mudah yaitu langsung diaplikasikan ke dalam kavitas melalui
siringnya dengan ketebalan bahan kira-kira 1 mm lalu dikeraskan dengan penyinaran. Bahan
pun langsung mengeras dan tidak mudah terhapus oleh semprotan angin maupun air. Mineral

Mineral Trioxide Aggregate


Mineral trioxide aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang dikembangkan di
Universitas Loma Linda. MTA adalah bubuk yang mengandung trikalsium silikat, bismuth
oxide, dikalsium silikat, trikalsium aluminat, tetracalcium aluminate dan dicalcium sulfat
dihidrat. Pada penelitian membandingkan MTA dengan Ca(OH) 2 untuk direct pulp capping,
kedua material ini menunjukkan tingkat kesuksesan 100% setelah 2 tahun. MTA dibuat dengan
hidrasi menjadi gel koloid dengan pH 12,5, mirip dengan Ca (OH)2. Setting timenya 3-4 jam,
compressive strenghtnya sebanding dengan IRM MTA memiliki kemampuan mengisi yang
baik, tidak bersifat toksik, tidak menimbulkan inflamasi, biokompatibel, mudah
memanipulasikannya, tidak terpenganih terhadap adanya kontaminasi darah, tidak larut dan
dapat merangsang pembentukan jaringan keras (tulang dan sementum). Disamping itu MTA
juga memiliki sifat antibakteri dan lebih radiopak dari dentin schingga mempermudah
membedakannya daJam radiografi.
zink fosfat (ZnPO4)

Kandungan utama bubuk semen zink fosfat (ZnPO4) adalah zinc oxide. Garam metalik
digunakan untuk mengubah karakteristik kerja dan sifat akhir semen. Magnesium oksida
biasanya ditambahkan untukmengurangi proses pada saat proses kalsinasi. Silikon dioksida
merupakan filler inaktif pada bubuk semen. Bismuth trioksida ditambahkan untuk
menghasilkan campuran semen yang halus dan juga untuk memperpanjang setting time.
Berdasarkan konsistensinya, semen zink fosfat dikenal dengan istilah luting yang digunakan
pada restorasi alloy. Basis semen zink fosfat digunakan sebagai penghalang termal dan kimia
diatas lapisan dentin yang tipis. Setting semen zink fosfat tidak melibatkan reaksi apapun
dengan jaringan keras sekelilingnya ataupun dengan bahan restorasi.
Saat bubuk diaduk dengan cairan, asam fosfor akan menyerang permukaan partikel dan
melepaskan ion zinc ke dalam cairan. Alumina yang sudah terbentuk sempurna dengan asam
fosfor akan bereaksi dengan zink dan menghasilkan suatu gel zink aluminofosfat pada
permukaan partikel yang tersisa. Semen yang telah set ini berupa struktur inti, terutama terdiri
dari pertikel zink oksida yang tidak bereaksi yang tertanam dalam matriks kohesif amorphous
zink aluminofosfat. Reaksi ini dihasilkan melalui reaksi eksotermis. Air merupakan hal penting
saat reaksi, oleh karena itu komposisi cairan/liquid harus dijaga untuk menjamin terjadinya
reaksi yang konsisten selama pengadukan.

Ca(OH)2

Ca(OH)2 Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping
yang paling populer sebagai terapi pulpa vital. Bahan ini mempunyai banyak kekurangan di
antaranya pada pH 12,5 menyebabkan terjadi nekrosis likuidasi terutama pada lapisan
superfisial pulpa. Efek toksik dari kalsium hidroksida yang kelihatannya dinetralisir pada
lapisan pulpa yang lebih dalam, justru menyebabkan nekrosis koagulasi yang berbatasan
dengan jaringan vital, menyebabkan iritasi ringan pada pulpa. Pada proses kesembuhan, terjadi
tunnel defectt pada pembentukan jembatan dentin yang akan memudahkan masuknya bakteri
dan memperlambat proses kesembuhan. Untuk mencegah terjadinya infeksi, perlu
mempercepat kesembuhan dengan memicu proses regenerasi sel. Suatu proses kesembuhan
diperlukan molekul pensinyal untuk memulai kaskade siklus sel agar terjadi mitosis untuk
regenerasi odontoblas membentuk dentin reparatif. Pada suatu penelitian dipakai TGF-β1
suatu growth factor sebagai molekul pensinyal pada perawatan direct pulp capping. Suatu
pendekatan baru berbasis pengertian mekanisme seluler dan molekuler pada regulasi
dentinogenesis. Pemberian TGF - β 1 mempengaruhi respons inflamasi yang meliputi:
meningkatkan infiltrasi sel inflamasi, menurunkan perdarahan, vakuolisasi, nekrosis dan
angiogenesis. Pemberian TGF- β1 meningkatkan aktivitas fibroblas yang meliputi:
meningkatkan stellate fibroblast, odontoblastoid, mineralisasi, fosfatase alkali dan sintesis
kolagen tipe I. Pada pemberian TGF- β1, peningkatan sintesis kolagen tipe I disebabkan oleh
peningkatan diferensiasi odontoblastoid dan seiring dengan berjalannya waktu, kolagen tipe I
disintesis makin banyak. Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau
pasta. Kalsium hidroksida diberikan sebagai pelapik yang banyak mengandung kalsium di atas
dentin yang baru dipotong atau sebagai insulator di atas bagian kavitas yang lebih dalam.
Bentuk pasta adalah yang paling populer karena bahan ini dapat dengan mudah dipakai dan
mengeras dengan cepat. Jenis bahan ini dipakai dengan menggunakan instrumen yang sama
untuk mencampur bahan. Sebelum penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih
karena sebagian pelapik bahan ini harus ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari
noda-noda yang berserakan di semua tempat.

Sejumlah instrumen dapat dipakai tergantung pada perlakuan yang diperlukan. Ukuran
dan lokasi preparasi menentukan instrumen yang paling tepat. Bagian belakang eskavator yang
kecil dapat digunakan dalam penempatan semen. Instrumen yang efektif adalah aplikator yang
berbentuk seperti sebuah sonde dengan bulatan kecil pada ujungnya. Ujung yang bulat
dicelupkan setengah ke dalam campuran yang diinginkan saat menempatkan pasta di gigi atas
(atau permukaan “atas”). Jika lebih dari setengah alat ini dicelupkan, bahan tersebut tidak akan
tinggal pada ujung alat tadi tetapi akan terus mengalir ke tangkai instrumen. Preparasi amalgam
dan resin akan mempunyai underkut retentif pada dentin. Ada kecenderungan yang kuat bahwa
bahan pelapik, seperti misalnya Dycal, kunci mekanis untuk retensi. Bila hal ini terjadi, alat-
alat eksplorer atau pemotong digunakan untuk membuang bahan dari sisi retensi setelah bahan
itu mengeras. Bahan pelapik mengeras dengan sangat cepat setelah dicampur, sehingga harus
ditempatkan langsung setelah pencampuran. Temperatur mulut mempercepat reksi pengerasan
ini. Kelembaban yang meningkat juga akan mengurangi waktu pengerasan, keadaan ini
disebabkan karena tidak memakai isolator karet.
Pemilihan bahan restorasi sementara :

Cavit

Cavit adalah bahan jadi tumpatan semenara yang self curing dan radiopaque. Terdapat 3
variasi; CAVIT, CAVIT-W dan CAVIT-G dengan tingkat surface hardness yang berbeda-
beda. Dapat melekat kuat dengan dentin, mudah diaplikasikan, proses cutingnya cepat dan void
free. Pemuaian yang terjadi hanya sedikit, hal ini memastikan bahwa mateial ini memiliki
margin yang tersegel dengan baik. Strukturnya kuat dan tidak dapat ditembus obat-obatan. cara
splikasi :
 Permukaan CAVIT yang sangat keras menjadikannya cocok digunakan untuk restorasi
sementara di bagian oklusal dan sebagai temporary post attachments
 CAVIT-W yang final hardness nya lebih rendah dan adhesinya lebih kuat cocok
digunakan khususnya setelah perawatan endodontic
 CAVIT-G ideal untuk preparasi inlay karena dapat seluruhnya dipindahkan tanpa
menggunakan bur.

Zinc Oxyde –Eugenol

Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk
dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen ini sering dipakai karena
bersifat paling sedikit mengiritasi dan memiliki pH mendekati 7. Eugenol memiliki efek
paliatif terhadap pulpa dan dapat meminimalkan kebocoran mikro serta memberikan
perlindungna terhadap pulpa. Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol masih
lemah. Oleh karena itu produk OSE diperkuat dengan menambahkan polimer sebagai penguat.

Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad
dibanding glass lab. Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa tetes eugenol dan
diaduk sampai mencapai suatu tekstur yang seperti kental yang bila dipegang jari tidak lengket.
Sebagian kecil kira-kira seukuran biji wijen dilengketkan pada ujung eksplorer dan dioleskan
dengan hati-hati kedalam kavitas. Hindari mengenai tepi-tepi kavitas. Kapas yang sangat
kecil dijepit dengan pinset dan digunakan sebagai alat untuk ”menekan” bahan tersebut dan
membentuknya di dalam kavitas. Semen yang baru diaduk cenderung lengket ke instrument
logam atau plastik, karena itu kapas harus kering. Penambahan bahan sisa dilakukan
berulangkali dengan cara yang sama sampai diperoleh ketebalan yang cukup.
Formula ZOE Cement untuk penggunaan sebagai bahan tumpatan sementara yaitu
Powder : Zinc Oxide 69%, white rosin 29,3% untuk menurunkan brittleness, zinc stearate 1%
dan zinc acetate 0,7% sebagai plasticizer. Liquid : Eugeno 85%, olive oil 15% sebagai
plasticizer. Jika digunakan sebagai luting cement, powder ZOE ditambahkan Alumina dan
pada liquidnya ditambahkan ethoxybenzoic acid (EBA).Semakin banyak powder, maka
semakin kuat semen dan konsistensinya semakin kental.Powder dan liquid dicampur hingga
didapat konsistensi yang diinginkan :

 Prosedur mixing : Reaksi ZOE tidak eksotermik maka tidak dibutuhkan mixing slab
yang dingin. Mixing dapat dilakukan diatas disposable mixing pad dari pabrik atau
dengan glass slab. Penggunaan glass slab direkomendasikan untuk semen dengan
modifikasi EBA-Alumina.
 Pencampuran powder ke liquid tidak perlu secara incremental, sejumlah powder
langsung dicampur dengan liquid, diaduk kemudian sejumlah kecil powder
ditambahkan sampai mixing selesai.
 Pencampuran semen modifikasi EBA-Alumina : powder dan liquid ditakar sesuai
dengan instruksi pabrik, dicampur selama 30 detik dan diasah selama 60 detik
sehingga mencapai konsistensi krim.

GLASS IONOMER CEMENT (GIC)


Diperkenalkan pada tahun 1970 yang merupakan kombinasi dari penggabungan silikat
dan seng polikarboksilat. Mengandung filler fluoroaluminosilicate glass yang merupakan ion
yang dapat larut. Bahannya disupali dalam dua bentuk, yaitu bubuk dan cairan, namun
komponen utama dari GI konvensional secara umum adalah :
 Asam polikarboksilat
 Fluoroaminosilicate (FSA) glass
 Air
 Tartaric acid
Tartaric acid ditambahkan untuk mengontrol karakteristik working dan setting pada
bahan. Bubuk mengandung fluoroaminosilicate glass dan ion seperti kalsium, strontium, dan
lanthanum. Saat bubuk dan cairan dicampur, reaksi setting asam-basa pun dimulai antara FSA
glass dengan asam polikarboksilat.
GIC atau Glass Ionomers Cement terdiri dari dua tipe yaitu tipe I dan tipe II. GIC yang
digunakan sebagai basis atau pelapik adalah GIC tipe II, sedangkan tipe I digunakan untuk
bahan tambal pada kavitas.
Reaksi setting GI merupakan reaksi asam basa antara asam polielektrolit dan
aluminosilikat glass. Bubuk mengeluarkan silicon, Natrium, Flourin dan Kalsium. Silikon
membentuk gel silica dan kalsium berikatan dengan polyacid sehingga GIC mulai mengeras (
initial set ). Setelah 24 jam, alumunium menggantikan kalsium dan berikatan dengan polyacid
sehingga GIC mengeras sempurna ( Final Set ). Selama reaksi pengerasan, natrium
menggantikan posisi hydrogen dari gugus karboksil serta berikatan dengan flourin, kemudian
menyebar ke seluruh GIC untuk menambah kekerasan.
Setiap tumpatan yang dimasukkan kedalam kavitas harus memiliki sifat adhesi yang
baik. Karena dengan adanya adhesi yang baik, ikatan antara gigi dengan bahan restorasi akan
semakin kuat sehingga meyebabkan restorasi akan bertahan lama dan berkurangnya resiko
kebocoran pada tepi gigi. Salah satu cara yang dapat meningkatkan adhesi pada struktur gigi
terhadap bahan restorasi adalah penggunaan resin hidrofilik yang tidak begitu sensitif terhadap
kelembaban bahan restorasi yang digunakan. Dengan adanya adhesi yang baik maka terjadi
pengurangan kebocoran pada tepi kavitas

Pemilihan bahan restorasi permanen :

Composite

a. Komposit konvensional
memiliki jumlah yang lebih tinggi dari keausan awal pada area oklusal daripada
microfill atau jenis hibrida. Komposisi pengisi anorganik dalam konvensional
komposit juga mempengaruhi tingkat permukaan kekasaran .
b. Komposit microfil

Bahan ini yang dirancang untuk menggantikan permukaan kasar karakteristik


komposit konvensional dengan halus, permukaan berkilau mirip dengan enamel gigi

c. Komposit Hybrid
Dalam upaya untuk menggabungkan karakteristik sifat fisik dan mekanik yang
menguntungkan komposit konvensional dengan mulus permukaan khas dari
komposit microfill , hybrid komposit dikembangkan . Bahan-bahan ini umumnya
memiliki kandungan filler anorganik sekitar 75 % sampai 85 % berat . Filler ini
biasanya campuran microfiller dan filler partikel kecil yang menghasilkan Rata-rata
ukuran partikel jauh lebih kecil ( 0,4-1 mm ) dibandingkan dengan komposit
konvensional . Karena isi relatif tinggi pengisi anorganik , fisik dan karakteristik
mekanis umumnya unggul orang-orang dari komposit konvensional . Selain itu,
kehadiran partikel microfiller submicrometer berukuran diselingi antara partikel
yang lebih besar menyediakan halus " patinalike " tekstur permukaan dalam restorasi
selesai . hibrida komposit adalah dominan restorasi estetik langsung bahan yang
digunakan , hampir secara universal klinis penerapan , dan bahan utama disebut
sebagai komposit seluruh buku ini .

Roberson T.M, Heymann H.O, Swift EJ. 2006. Art and science of operative dentistry.
Elseiver. USA

Pitt Ford, T.R., Torabinejad, M., Abedi, H.M., Bakland, L.F., Kariyawasam,
S.P., 1996 Using Mineral Trioxide Aggregate as A Pulp-Capping Materia,

Min, K.S., Park, H.J., Lee, S.K. dkk.,2008. Effect of mineral trioxide aggregate
on dentin bridge formation and expression of dentin sialoprotein and heme
oxygenase-1 in human dental pulp.,

Anusavice, KJ, 2004., Philips’ Science of Dental Materials. Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai