Anda di halaman 1dari 5

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN BARU TB

PARU DI PUSKESMAS BAKUNASE

Proposal Penelitian

Untuk Memenuhi Sebagai Persayartan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1

Diajukan oleh

YOHANA NOGO KELODO

164111028

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang
mayor.Jutaan orang didiagnosa dengan penyakit ini setiap tahunnya.TB adalah
penyakit infeksi penyebab utama kematian di seluruh dunia selain Human
Immunodeficiency Virus (HIV) (WHO,2015:5).TB disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis) yang ditularkan melalui
udara.M.tuberculosis dan tujuh spesies
mikobakteriterikaterat(M.bovis,M.africarum,M.microti,M.caprae,M,pinnipedii,
M,canetidanmungi)bersama membentuk kompleks yang di kenal sebagai
M.tuberkulosis dari spesies ini ditemukan menyebabkan penyakit pada
manusia.(CDC,2013:2).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2017
diperkirakan 10 juta orang terinfeksi yang terdiri dari:5,8 juta pria;3,2 wanita;
dan 1,0 juta anak-anak. Negara Indonesia menempati urutan ketiga di dunia
setelah india dengan presentase(27%) dan Cina dengan presentase
(9%).WHO,2018:1.
Menurut kementrian kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) 2018
jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TB tahun
2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan dengan
jumlah kasus pada laki berjumlah 245.298 dan perempuan 175.696.Bahkan
berdasarkan Survei Prevalensi TB prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi
dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain.
Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor risiko
TB misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini
menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak
68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok.(kemenkes
RI,2018:4).
Menurut data kementrian kesehatan 2016 cakupan tuberkulosis paru BTA
positif di provinsi NTT dengan jumlah kasus BTA positif 3.422, pasien yang
sembuh 2.992, pengobatan lengkap 177, keberhasilan pengobatan 3.169 dan
angka keberhasilan pengobatan (sucess rate) dengan jumlah 92,6 % .
(kemenkes RI 2016). Pada tahun 2017 jumlah kasus meningkat dari tahun
sebelumnya (tahun 2016) dengan jumlah kasus 3.636, jumlah pasien yang
sembuh 2.224, pengobatan lengkap 221 dan angka keberhasilan pengobatan
(succes rate ) 67,24%. (kemenkes RI 2017). Jumlah kasus TB paru BTA positif
pada tahun 2018 meningkat dari dua tahun sebelumnya (tahun 2016 dan 2017 ;
3.422 dan 3.636) dengan jumlah kasus 4.420, pasien yang sembuh 3.406,
pengobatan lengkap 226,keberhasilan pengobatan 3.632 dan angka
keberhasilan pengobatan (sucess rate) 82,17%. (kemenkes 2018).
Sejalan dengan meningkatnya kasus TB pada tahun 1990-an WHO dan
IUATLD (internasional union against tuberculosis and lung disease)
mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-Course).Strategi DOTS terdiri dari 5
komponen kunci,salah satu komponen kunci tersebut adalah sistem pengelolaan
dan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang efektif.(Kemenkes
2014:4).
Pasien TB diobati dengan obat anti tuberkulosis (OAT).OAT merupakan
komponen terpenting dalam pengobatan TB.Pengobatan TB adalah salah satu
upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB
dengan prinsip pengobatan yang adekuat terdiri dari pengobatan diberikan
dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resistensi,diberikan dalam dosis yang tepat,dan
untuk menjamin kepatuhan dalam menggunakan OAT penderita TB diawasi
secara langsung oleh pengawas menelan obat(PMO) sampai selesai pengobatan
serta pengobatan diberikan jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal
serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan(kemenkes,2014:20).Ada 2
tahap dalam pengobatan TB yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Pengobatan
tahap awal diberikan kepasien baru setiap hari selama 2 bulan dan tahap
lanjutan diberikan dalam waktu yang lama namun jumlah obat yang diberikan
lebih sedikit.(kemenkes,2014:21)
Paduan OAT yang digunakan terdiri dari kategori-1 dan kategori-2
disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).Tablet
OAT terdiri KDT terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet.Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.serta paket kombipak
yaitu paket obat lepas terdiri dari Isoniasid,Rifampisin,Pirazinamid,dan
Etambutol,yang dikemas dalam bentuk blister(kemenkes,2014:24).
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Fristiohady et al
“Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis pada Pasien TB Paru di Rumah
Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara” memaparkan bahwa
jumlah pasien yang di teliti sebanyak 61 orang dengan presentase penggunaan
obat anti tuberkulosis sebesar 96,8% dan kesesuaian dosis obat sebesar 32,8%.
Terapi pengobatan TB paru untuk menghindari resistensi obat khususnya OAT
dapat dilakukan dibeberapa Fasilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(fasyankes),salah satunya yaitu puskesmas. Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya(permenkes 2014: 3). Berdasarkan data dinas kesehatan
kota Kupang pada tahun 2018, jumlah anggota keluarga yang pernah sakit TB
di puskesmas Manutapen berjumlah 98 dengan pemeriksaan BTA positif 2. 72
kasus di puskesmas Bakunase dengan pemeriksaan BTA positif 1.59 kasus di
puskesmas Oebobo dengan pemeriksaan BTA positif 2. 38 kasus di puskesmas
Sikumana dengan pemeriksaan BTA positif 3.37 kasus di puskesmas Penfui,
pemeriksaan BTA positif tidak terdapat hasil. Di puskesmas Oepoi terdapat 22
kasus dengan pemeriksaan BTA positif 3 .Di puskesmas Oesapa dengan 9 kasus
pemeriksaaan BTA positif 2. Di puskesmas kota Kupang terdapat 6 kasus dan
pada pemeriksaan BTA positif tidak terdapat hasil. Di puskesmas Naioni
terdapat 3 pasien dengan pemeriksaan BTA positif tidak terdapat hasil.(profil
kesehatan kota Kupang 2018:78) Berdasrkan data di atas prefalensi kejadian
tuberkulosis di kota Kupang dari tahun 2016,2017 dan 2018 meningkat dan
pada penelitiaan yang di lakukan oleh Fristiohady et al masalah yang terjadi
adalah ketidaktepatan dalam penggunaan obat anti tuberkulosis sehingga perlu
di lakukan evaluasi penggunaan obat anti tuberckulosis pada pasien baru TB
paru di puskesmas Bakunase.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien baru tuberkulosis
paru di puskesmas Bakunase tahun 2019.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Bertujuan untuk mengetahui penggunan obat anti tuberkulosis pada pasien baru
tuberkulosis paru di puskesmas Bakunase tahun 2019

1.4 MANFAAT
1. Dari penelitian dapat memberikan informsi mengenai penggunan obat anti
tuberkulosis pada pasien baru tuberkulosis paru meliputi pemilihan
kombinasi OAT,dosis dan indikasi di puskesmas Bakunase.
2. Dari penelitian dapat di peroleh data kajian penggunaan obat anti
tuberkulosis yang rasional dan irasional di puskesmas Bakunase.

Anda mungkin juga menyukai