Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGOLAHANSUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI


“ Liberasi dan Kominusi ”

Disusun Oleh :

Nama : Putri Indriyani S

NIM : 03021181823030

Kelas :B

Kampus : Indralaya

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, karena tanpa-Nya mustahil
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai bahan pembelajaran , dalam mengenal lebih jauh tentang
Liberasi dan Kominusi. Terlebih ini adalah tugas dari dosen yang harus saya kerjakan dan harus
kami selesaikan. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat, khususnya bagi saya, dan umumnya bagi semua yang membaca makalah ini.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah
Pengolahan Sumber Daya Mineral dan Energi yang telah membimbing saya dalam
menyelesaikan makalah ini, kepada orang tua saya yang selalu mendo’akan saya, dan kepada
seluruh pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini, yang tak bisa saya
sebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa hormat saya.
Saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.

Indralaya, 01 Februari 2020

Putri Indriyani S

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Liberasi ........................................................................................ 3
2.2 Derajat Liberasi ............................................................................................. 4
2.3 Kominusi ....................................................................................................... 4
2.4 Tujuan Kominusi ........................................................................................... 5
2.5 Prinsip Kominusi ........................................................................................... 6
2.6 Kriteria Alat Kominusi ................................................................................ 10
2.7 Alat-Alat Kominusi ..................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19
3.2 Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gaya yang bekerja ............................................................................................ 6


Gambar 2 Gaya Dan Distribusi Ukuran ............................................................................ 8
Gambar 3 Blake Jaw Crusher ......................................................................................... 12
Gambar 4 Dodge Crusher ............................................................................................... 13
Gambar 5 Gyratory Crusher............................................................................................ 14
Gambar 6 Gyratory Cone Crusher .................................................................................. 15
Gambar 7 Roll Crusher ................................................................................................... 15
Gambar 8 Ball Mill ......................................................................................................... 17
Gambar 9 Rod Mill ......................................................................................................... 17
Gambar 10 Hammer Mill ................................................................................................ 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral


berhargasecara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan
tahapanproses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu
Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering.

Kegiatan pengolahan bahan galian ini bertujuan untuk membebaskan


danmemisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak berharga atau mineral
pengotorsehingga setelah dilakukan proses pengolahan bahan galian dihasilkan konsentrat
yangbernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga. Metode pengolahan bahan galian
yangdipakai bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat fisika, sifat mekanik
darimineral itu sendiri.

Proses pemisahan mineral berharga dari mineral pengotornya (gangue mineral)yang


kurang berharga merupakan inti dari proses pengolahan bahan galian. Proses initerdiri dari
beberapa langkah :

1. Communition (Pengecilan ukuran dengan alat crushing dan grinding).


2. Sizing (Penyeragaman ukuran dengan screening classiflying).
3. Concentration (Pemisahan mineral berharga dari pengotornya).
4. Dewatering (Pengeringan).
5. Penanganan material (material handling).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan liberasi?
2. Mengapa Liberasi perlu dilakukan?
3. Apa pengertian dan tujuan dari kominusi ?
4. Bagaimana prinsip kominusi dan kriteria dari alat-alat kominusi?
5. Alat apa saja yang dipakai dalam kominusi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari liberasi.
2. Untuk mengetahui kenapa liberasi perlu dilakukan.
3. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari kominusi.
4. Untuk mengetahui prinsip kominusi dan kriteria dari alat-alat kominusi.
5. Untuk mengetahui alat apa saja yang dipakai dalam kominusi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Liberasi

Ada 2 macam operasi yang pokok dalam mineral processing, yaitu liberasi dan
konsentrasi. Liberasi adalah proses untuk melepaskan mineral berharga dari mineral pengotor
atau mineral ikutannya (gangue minerals) yang terdapat bersama sama dalam satu butir atau
bongkah, sehingga terlepas satu sama lain. Apabila liberasi terjadi pada ukuran butiran yang
besar, maka hal ini dapat menghemat biaya untuk memperkecil ukuran butiran dan juga
mempermudah proses pemisahan sehingga ongkos operasi lebih murah.

Untuk mendapatkan produk konsentrat kadar tinggi diperlakukan liberasi yang sempurna.
Butiran mineral yang sudah terlepas dari ikatannya (mineral pengotor/mineralikutan) dengan
sempurna disebut partikel bebas (free particles) sedangkan butiran mineral yang masih terikat
dengan mineral lain disebut partikel terikat (locked particles).

 Partikel Bebas Sempurna apabila satu butiran terdiri dari hanya satu macam mineral
saja, terlepas dari mineral mineral lain yang terdiri terikat dalam bongkah yang lebih
besar.
 Partikel Terikat apabila satu butiran terdiri dari dua macam mineral atau dan masing-
masing mineral masih terikat / menyatu satu sama lain.

Proses Pengolahan bahan galian berlangsung secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat
kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau hanya sebagian dari sifat fisik saja yang
berubah. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan :

 Memperkecil ukuran bahan atau mineral-mineral tersebut, sehingga terjadi liberasi


sempurna dari partikel-partikel yang tidak sejenis satu sama lain.
 Memisahkan partikel-partikel yang tidak sama komposisi kimianya atau berbeda sifat
fisiknya. Pemisahan bahan galian ini harus bisa sesuai dengan prosedur, dalam artian
harus menggunakan alat-alat pemisah yang sesuai dengan kondisi fisik maupun kondisi
kimia bahan galian tersebut, ini bertujuan agar konsentrat yang ingin dipisahkan dari
tailing bahan galian tersebut bisa terpisah secara sempurna dan bisa lebih optimal dalam
proses pemisahannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah eksperimen terhadap

3
bahan galian maupun alat-alat yang digunakan dalam proses pemisahannya agar bisa
lebih mengenal proses pengolahan bahan galian dan bisa lebih mudah mengoperasikan
alat-alat dalam pengolahan bahan galian ke depannya.

Dari hasil pengayakan dilakukan analisa ukuran sehingga didapatkan hasil bahwa pada
ukuran butir yang paling kecil derajat liberasinya makin besar. Dengan demikian berarti makin
kecil ukuran butir makin sempurna material terliberasi atau terbebaskan dari ikatan gangue
mineral. Selain itu dari hasil pengayakan yang dilakukan dengan dua ayakan akan dapat
dibandingkan satu sama lainnya sehingga dapat diketahui efisiensi pengayakan yang paling
baik.

2.2 Derajat Liberasi

Derajat Liberasi adalah tingkat kebebasan butiran mineral tertentu dalam satu fraksi
ukuran. Derajat liberasi dapat dihitung berdasarkan hasil bagi dari jumlah berat butiran bebas
sempurna dengan jumlah berat butiran bebas sempurna ditambah butiran terikat dari mineral
tertentu dan dinyatakan dalam persen.

 Besarnya nilai derajat liberasi (%) tiap suatu bahan galian dapat ditentukan oleh jumlah
butir bahan galian tersebut serta berat jenis dan volume suatu bahan galian, akan tetapi
berat jenis dan volume suatu bahan galian tidak terlalu berpengaruh karena dalam
proses pengaliannya akan dihapus atau dihilangkan.
 Nilai derajat liberasi suatu bahan galian berbanding lurus dengan nilai bahan galian
yang bebas dan berbanding terbalik dengan bahan galian yang butirnya terikat.
 Besarnya kadar suatu bahan galian dapat ditentukan oleh berat bahan galian itu sendiri
dan juga berat bahan galian lainnya. Dan berat bahan galian tersebut diperoleh dari
proses pengalian jumlah butir dan berat jenis suatu bahan galian.
Perhitungan untuk menentukan derajat liberasi dapat dilihat dibawah ini :

Berat mineral A yang bebas sempurna


Derajat Liberasi  x 100%
Berat mineral A seluruhnya

b1 n 1 .  . v n 1
   x 100%
b2 n 2 .  . v n 2

4
Keterangan :
b1 = berat mineral A bebas sempurna
b2 = berat mineral A seluruhnya
n1 = jumlah partikel mineral A yang bebas sempurna
n2 = jumlah partikel mineral A seluruhnya
r = specific gravity mineral A
v = volume

2.3 Kominusi

Kominusi atau pengecilan ukuran (size reduction) adalah proses pemecahan padatan
batuan secara mekanis, sebagai langkah pertama yang biasa dilakukan dalam proses
pengolahan bahan galian, yaitu memperkecil ukuran (mereduksi) bongkah-bongkah batuan
yang diperoleh dari tambang (run of mine) menjadi pecahan-pecahan yang berukuran lebih
kecil sesuai dengan ukuran butiran yang diperlukan dengan cara memecahkan /
menghancurkan bongkah-bongkah batuan tersebut. Pada umumnya bijih, mineral atau bahan
galian dari tambang masih berukuran cukup besar. Sehingga sangat tidak mungkin dapat secara
langsung digunakan atau diolah lebih lanjut. Bijih atau mineral dalam ukuran besar biasanya
berkadar sangat rendah dan terikat dengan mineral pengotornya. Liberasi mineral berharga
masih rendah pada ukuran bijih yang besar. Sehingga untuk dapat diolah dan untuk dapat
meningkatkan kadar mineral tertentu harus melalui operasi pengecilan ukuran terlebih dahulu.

2.4 Tujuan Kominusi


 Untuk memperkecil ukuran batuan, sehingga diperoleh butiran mineral dengan ukuran
tertentu, sesuai dengan persyaratan yang diperlukan, baik sebagai bahan baku untuk
industry (mineral industry) maupun untuk diolah lebih lanjut dalam proses metallurgi
untuk mengektraksi logamnya.
 Untuk melepaskan / membebaskan mineral berharga dan ikatan mineral pengotornya
(liberasi), menjadi butiran yang bebas sempurna.
 Mempermudah pengangkutan / transportasi.
 Menyiapkan ukuran umpan sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi atau ukuran
pemisahan.
 Mengekspos permukaan mineral berharga, Untuk proses hyrometalurgi tidak perlu benar-
benar bebas dari gangue.

5
Beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam proses comminution adalah :
 Mudah atau sukarnya bahan galian tersebut untuk hancur.
 Struktur dan fraktur bahan galian jika pecah.
 Kekerasan bahan galian.
 Berat jenis bahan galian

Salah satu besaran yang penting dalam operasi kominusi adalah rasio ukuran bijih awal
terhadap ukuran bijih hasil atau produk, atau biasa disebut dengan reduction ratio atau rasio
reduksi. Nilai Reduction ratio akan berpengaruh terhadap kapasitas produksi dan juga
berpengaruh terhadap energi produksi. Pada operasi crushing, rediction ratio biasanya berkisar
antara dua sampai dengan sembilan. Untuk pengecilan ukuran yang menggunakan Jaw crusher
atau cone crusher akan lebih efisien jika menerapkan reduction ratio sekitar tujuh. Pada
operasigrinding atau penggerusan reduction rasio bisa mencapai lebih daripada 200. Artinya
ukuran umpan 200 kali lebih besar daripada ukuran produk.

𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛


Nisbah Reduksi (RR) =
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

RR yang baik untuk Primary Crushing = 4 s/d 7; Secondary Crushing = 14 s/d 20; Fine
Crushing = 50 s/d 100 RR = Ukuran terbesar umpan Ukuran terbesar produk

2.5 Prinsip Kominusi

Gambar 1. Gaya yang bekerja

6
Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja atau diterapkan pada bijih dan
gaya tersebut harus lebih besar dari kekuatan bijih yang akan diremuk. Mekanisme
peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan bagaimana gaya diterapkan pada bijih
tersebut. Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan untuk meremuk atau mengecilkan
ukuran bijih yaitu :

1. Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada
bijih. Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya diberikan oleh satu
atau kedua permukaan plat. Pada Kompresi, energi yang digunakan hanya pada
sebagian lokasi, bekerja pada sebagian tempat. Terjadi ketika Energi yang digunakan
hanya cukup untuk membebani daerah yang kecil dan menimbulkan titik awal
peremukan. Alat yang dapat menerapkan gaya compression ini adalah: Jaw crusher,
gyratory crusher dan roll crusher.
2. Impact, gaya banting. Peremukan terjadi akibat adany gaya impak yang bekerja pada
bijih. Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras yang memukul bijih.
Gaya impak adalah gaya compression yang bekerja dengan kecepatan sangat tinggi.
Dengan gaya Impact, energi yang digunakan berlebihan, berkerja pada seluruh bagian.
Terjadi ketika energi yang digunakan berlebih dari yang dibutuhkan untuk peremukan.
Banyak daerah yang menerima beban berlebih. Alat yang mampu memberikan gaya
impak pada bijih adalah impactor, hummer mill.
3. Attrition atau abrasion. Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya abrasi
atau kikisan. Peremukan dengan Abrasi , Gaya hanya bekerja pada daerah yang sempit
(dipermukaan) atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang digunakan cukup kecil,
tidak cukup untuk memecah/meremuk bijih. Alat yang dapat memberikan gaya abrasi
terhadap bijih adalah ballmill, rod mill.
4. Shear, potong. Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan gergaji.
Cara ini jarang dilakukan untuk bijih.

Distribusi ukuran bijih hasil operasi pengecilan, kominusi ditentukan oleh jenis gaya dan
metoda yang digunakan. Pengecilan ukuran bijih yang memanfaatkan gaya impak, akan
menghasilkan ukuran dengan rentang atau distribusi yang lebar. Sedangkan kominusi yang
memanfaatkan gaya abrasi akan menghasilkan dua kelompok distribusi ukuran yang sempit.
Gambar dibawah ini menunjukkan ilustrasi distribusi ukuran bijih hasil kominusi dengan
berbagai gaya yang berbeda.

7
Gambar 2. Gaya Dan Distribusi Ukuran

Secara umum energy yang dibutuhkan untuk operasi pengecilan ukuran bijih, mineral
atau bahan galian dapat diformulasikan sebagai berikut:

dE = – C dx/xn
Keterangan :
x = ukuran
E = energy input
C = konstanta
n = eksponen. Untuk Rittinger n = 2, Kick n = 1 dan Bond n = 1,5.

Setidaknya ada tiga persamaan dari tiga teori yang dapat digunakan untuk menghitung
besar energy yang diperlukan dalam kominusi. Namun yang paling banyak dipakai adalah teori
dari Bond’s law, 1951.
Bond mengembangkan persamaan yang didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa
energy yang diperlukan pada kominusi sebanding dengan 1/(d)0,5 yaitu:

Keterangan :
Kb = konstanta bond
d2 = ukuran produk
d1 = ukuran umpan

8
Kemudian Bond mengembangkan rumus tersebut untuk kebutuhan praktis dengan
pendekatan sebagai berikut:
Jika W adalah energy input yang diperlukan dalam kwh per short ton, d1 adalah ukuran
ayakan yang dapat meloloskan umpan sebanyak 80 persennya, d2 adalah ukuran ayakan yang
dapat meloloskan produk sebanyak 80 persennya dalam micron, dan wi adalah work index
yang menyatakan kwh yang diperlukan untuk mengecilkan satu short ton bijih dari ukuran tak
berhingga menjadi 100 mikron dengan 80 % lolos, maka energy pengecilan ukurannya dapat
dinyatakan sebagai berikut:

W adalah energy dalam kwh yang diperlukan untuk mengecilkan ukuran bijih sebanyak satu
ton. Jadi W adalah kwh/ton. Sedangkan Total energy yang diperlukan dalam kominusi dapat
dihitung dengan persamaan berikut:

P adalah daya total dalam kw yang diperlukan untuk pengecilan ukuran bijih.
m adalah laju pengumpanan dalam ton/jam.

Contoh Soal
Hitung daya yang diperlukan jika suatu pabrik pengolahan batu kapur yang berkapasitas
100 ton per jam mengecilkan batu kapur yang memiliki work index 12 dari ukuran 500 mm
menjadi 70 mm.
Jawab:
P = 10 wi m {1/(d2)0,5 – 1/(d1)0,5}
m = 100 ton/jam
wi = 12 kwh/ton
ukuran umpan, d1 = 500 mm, atau 500.000 mikon
ukuran produk, d2 = 70 mm atau 70.000 mikron, jadi daya:
P = 10 x 12 kwh/ton x 100 ton/jam x {1/(70.000)0,5 – 1/(500.000)0,5}
P = 12.000 (0,00378 – 0,001414) kw
P = 28,39 kw

9
2.6 Kriteria Alat Kominusi
Kriteria ideal untuk alat-alat kominusi secara umum adalah sebagai berikut:
 Mempunyai kapasitas yang besar/fleksibel — bisa disesuaikan
 Konsumsi energi kecil per satuan produk yang dihasilkan
 Menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi (umumnya: berukuran tertentu dan
seseragam mungkin).
Salah satu ukuran efisiensi sebuah operasi kominusi adalah berdasarkan energi yang
diperlukan untuk menciptakan luas permukaan yang baru, karena bertambahnya kecilnya
ukuran partikel (semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas mukanya persatuan massa).

2.7 Alat - Alat Kominusi


Communution dalam pelaksanaanya terdiri dari beberapa tahap tergantung pada
besarnya ukuran umpan dan ukuran produk yang diinginkan serta proses pengolahan
berikutnya terhadap produk tersebut. Secara garis besar proses pengecilan ukuran
(comminution) dapat dibedakan dalam 3 tahap :
 Primary Crushing
 Secondary Crushing
 Fine Grinding

a. Primary Crushing
Primary crushing biasanya dilakukan terhadap bongkah batuan yang dating dari tempat
penambangan dengan ukuran besar-besar antara 12-60 inci, untuk direduksi ukurannya
menjadi produk yang berukuran 4-6 inci. Produk dari primary crushing sudah lebih sesuai
untuk ditranspot atau sebagai umpan (feed) untuk secondary crushing. Ada 2 jenis alat
primary crushing, yaitu :
 Jaw crusher
Jaw crusher terdiri dari pelat (crushing face) yang terbuat dari plat baja, yang
terhadap hadapan, membentuk sudut kecil kearah bawah, dimana salah satu pelat diam
dan yang satu lagi dpat bergerak membuka dan menutup seperti rahang binatang.
Karakteristik umum Jaw Crusher:
- Umpan masuk dan atas, diantara dua jw yang membentuk huruf V (terbuka bagian
atasnya).
- Salah satu jaw biasanya tidak bergerak (fixed),

10
- Sudut antara 2 jaw antara 20
- Kecepatan buka-tutup jaw antara 250 sam pai 400 kali per menit.

Istilah – istilah Jaw Crusher yaitu :


a) Mouth adalah lubang penerima feed (umpan)
b) Throat adalah jarak horisontal pada mouth
c) Sit adalah jarak horisontal pada throut
d) Closed set adalah jarak fixed jaw dan moveble jaw saat swim jaw di muka.
e) Opened set adalah jarak fixed jaw dan moveble jaw saat swim jaw berada paling
belakang.
f) Throw adalah jarak yang ditempuh aleh swim jaw saat mencapai opebed set.
g) Nip Angle adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung yang dibuat dari
permukaan antara material dengan jaw.

Kapasitas dari jaw crusher dipengaruhi oleh gravitasi, kekerasan dan moisture
constanta. Oleh Taggart dirumuskan :

T = 0,6 Ls
Dimana :
T = Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam)
L = Panjang lubang / penerimaan
S = Lebar lubang pengeluaran

Faktor – faktor yang mempengaruhi efesiensi Jaw Crusher yaitu :


a) Lebar lubang pengeluaran
b) variasi dari pada throw
c) Kecepatan yang tinggi akan menggunakan efisiensi
d) Ukuran dari pada feed
e) Reduction Ratio
f) Kapasitas dari umpan
g) Reduction Ion

11
Tipe Jaw Crusher
a) Blake Jaw Crusher
Beberapa mesin Blake Crusher dengan bukaan umpan pada (1.8 x 2.4 m) dapat
memproses batuan berdiamater 6 ft (1.8 m sampai 1000 ton/jam, dengan ukuran produk
maksimum 10 in (250 mm). jaw yang lain bergerak horizontal 20° sampai 30°.

Prinsip kerja:
Roda (flywheel) berputar menggerakkan lengan pitman naik turun karena
adanya sumbu eccentric. Gerakan naik-turun dan lengan pitman menyebabkan toggle
bergerak horizontal (kekiri dan kekanan) _ movable jaw bergerak menekan dan
memecah bongkah-bongkah padatan yang masuk dan melepaskannya saat movable jaw
bergerak menjauhi fixed jaw.

Gambar 3 . Blake Jaw Crusher

b) Dodge Crusher
Biasanya berukuran Iebih kecil dan Blake Crusher. Movable jaw bagian bawah
dipasang tetap sehingga lebar dan discharge opening relatif konstan. Ukuran bahan
yang keluar akan Iebih uniform, tetapi sangat rawan terhadap kebuntuan
(clogged/chokea) akibat lubang bukaan keluar (discharge opening) yang tetap.

Prinsip kerja:
Perputaran sumbu eccentric mengakibatkan lengan pitman bergerak naik-turun.
Gerakan ini menyebabkan movable jaw frame sebelah atas bergerak horisontal
kekirikekanan menekan bongkah-bongkah padatan sampal pecah dan melepaskannya
kebawah.

12
Gambar 4. Dodge Crusher

 Gyratory Crusher
Gyratory crusher secara sepintas melingkar (sirkular), diantara mana material
padata dihancurkan. Kecepatan kepala dan jaw penghancur (crushing head) umumnya
antara 125 sampai 425 girasi/menit. Lebih efisien untuk kominusi kapasitas besar
terutama untuk kapasitas > 900 ton/jam. Kapasitas Gyratoiy crushers bervariasi dari
600 - 6000 ton/jam, tergantung ukuran produk yang diinginkan (antara 0.25 inch).
Kapasitas gyratory crusher terbesar mencapai 3500.

Kelebihan :
- Discharge dan gyratoly crusher lebih kontinyu (dibandingkan dengan jaw crushe,).
- Konsumsi tenaga per ton material lebih rendah dibanding jaw crushers.
- Perawatannya lebih mudah.

Prinsip kerja:
Roda berputar, memutar countershaft piringan C akan memutar main Karena
main-shaft bergerak eccentric, crushing head akan bergerak eccentric y terlihat seperti
jaw crusher, dengan jaw berbentuk (dibandingkan dengan jaw crushers), ton/jam. dan
gearing, dan piringan C. Selanjutnya, main-shaft yang terpasang eccentric pada
piringan C. Iringan menghimpit padatan (discharge opening minimum), memecahnya
dan melepaskannya (sampai discharge opening maksimum).

13
Gambar 5. Gyratory Crusher

b. Secondary Crushing
Secondary crushing mempunyai beban yang lebih besar ringan dari primary
crushing yan termasuk heavy-duty machine. Produk dari primary crushing memnjadi
umpan bagi secondary crushing dengan ukuran diameter biasanya 15cm. benda-benda
yang membahayakan alat crushing seperti logam,kayu,lempeng dan butiran sangat
halus (slimes) lebih dahulu telah dikeluarkan. Secondary crushing dioperasikan dalam
keadaan kering.tujuannya untuk memperkecil (mereduksi) ukuran batuan sehingga
sesuai untuk dijadikan umpan(feed) bagi alat grinding secondary crushing dapat
dilakukan dengan menggunakan alat :

 Gyratory Cone Crusher


Merupakan mdifikasi darigyrator , crusher, salah satu contohnya adalah Symons
cone crusher. Prinsip dari cone crusher hamper sama dengan gyratory crusher dengan
2 macam pembedaan : pertama, permukaan dari dinding luar (outer frame) yang tadinya
lurus (straight head) dibuar berbentuk cone (cone head) dengan maksud untuk
menambah fine crushing zone (daerah penghalus) dan memperbesar tempat
pengeluaran (discharge area). Kedua, dinding luar (outer frame) sendiri menjadi upper
crushing surface (daerah penghancur bagian atas) yang dapat terangkat kalau ada
penghalang yang tidak dapat dihancurkan masuk kedalam alat.

14
Gambar 6. Gyratory Cone Crusher

 Roll Crusher

Gambar 7. Roll Crusher


Roll crusher masih ada yang memakainya meskipun sudah banyak
menggantinya dengan cara cone crusher. Roll crusher terdiri dari 2 silinder baja,
berdiamter sama, berputar pada sumbuhnya yang sejajar dengan arah putaran yang
berlawanan kearah dalam. Kedua silinder terbuat dari baja merupakan alat penghancur
dan dapat diganti kalau sudah aus. Kedua silinder jaraknya dapat diatur sesuai dengan
kehalusan produk yang diinginkan.

15
 Tothed rolls
Tothed rolls dapat terdiri dati satu roll atau dua roll yang ada pada permukan
roll diberi gigi gigi yang tajam. Ujung ujung giginya roll yang tajam akan memberikan
tekanan yang besar kepada batuan sampai pecah, tetapi tidak terjadi penghancuran lebih
lanjut. Tothed roll banyak digunakan dibatubara.

 Gravity Stamp Mill


Gravity stamp mill merupakan secondary crushing yang tertua dipakai untuk
intermediate dan fine crushing. Cara kerja seperti memakai lumping/lengseng (mortar)
dan alu (pastle). Alu diangkat sampai titik tertinggi lalu dijatuhkan diatas mortar block
(lumpang) yang berlubang lubang. Batuan yang tertimpa oleh alu akan pecah, demikian
terjadi berulang-ulang.

c. Fine Crushing (Grinding Mill)


Fine grinding adalah tahap akhir dari proses comminution dimana partikel-
partikel yang sudah kecil diperkecil lagi ukurannya oleh kombinasi gaya pukulan
(impact) dan gaya gerus (abrasion) dalam keadaan kering atau basah. Grinding
dilakukan untuk mendapatkan ukuran batuan yang lebih halus, sehingga derajat liberasi
mineral dapat lebih tinggi. Dalam pengertiannya grinding berbeda dengan crushing :
Crushing mereduksi ukuran batuan yang relative masih kasar, sedangkan
grinder lebih halus atau grinding adalah tahap akhir dari mereduksi ukuran.
Crushing menggunakan compressive stresses, sedangkan dalam grinding
dengan shearing stresses.
Crushing dihasilkan dari impact sedangkan grinding dari rubbing .
Crushing dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin dimana breaking
facenya secara mekanis tidak bersinggungan (tidak kontak), sedangkan pada
grinder hanya material yang digerus yang mencegah terjadinya kontak antara
grinding elements.

Milling diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan :


a. Bentuk cell
 Cylinder (produk yang ada masih kasar).
 Conical (produk halus).

16
 Cylindro Conical .

b. Grinding Media
 Ball Mill (bola-bola baja)

Gambar 8. Ball Mill


Mill ini merupakan sebuah silinder horizontal dengan diameter sama dengan
panjangnya,yang dilapisi dengan suatu plat.Alat ini memiliki suatu silinder yang terisi
dengan bola baja.cara kerjanya yaitu dengan diputar,sehingga material yang
dimasukkan hancur oleh bola-bola baja. Biasanya diameter ball mill sama dengan
panjang ball mill.

 Peable Mill (batu api/flint)


Penggerus berupa batuan (kerikil) yang sangat keras. Pada dasarnya sama
dengan ball mill, hanya media gerusnya yang berbeda. Panjang (L) ≈ Diameter (D)
silinder

 Rod Mill (batang-batang Baja).

Gambar 9. Rod Mill

17
Media grinding ini alat ini berupa batang-batang besi/baja yang panjangnyya
sama dengan panjang mill.Cara kerjanya dengan diputar.sehingga batang baja terangkat
llu jatuh dan menjatuhi material yang ada dalam rod mill sehingga hancur.

 Hammer Mill

Gambar 10. Hammer Mill

Hammer mill merupakan salah satu jenis impact crusher. Hammer mill terdiri
dari 4 atau lebih hammer (palu) yang dipasang dengan baut pada satu revolving disk
(piring yang berputar) dalam crushing chamber. Karena revolving disk berputar dengan
kecepatan tinggi, maka hammer mukul batuan, kemudian terpukul (dipecah) lagi oleh
pelat-pelat pemecah yang dipasang di dinding crushing chamber.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Liberasi adalah proses untuk melepaskan mineral berharga dari mineral pengotor atau
mineral ikutannya (gangue minerals) yang terdapat bersama sama dalam satu butir atau
bongkah, sehingga terlepas satu sama lain.
Tahap selanjutnya yaitu kominusi. Kominusi atau pengecilan ukuran (size reduction)
adalah proses pemecahan padatan batuan secara mekanis, sebagai langkah pertama yang biasa
dilakukan dalam proses pengolahan bahan galian, yaitu memperkecil ukuran (mereduksi)
bongkah-bongkah batuan yang diperoleh dari tambang (run of mine).
Tujuan dari kominusi yaitu untuk memperkecil ukuran batuan, ntuk melepaskan /
membebaskan mineral berharga dan ikatan mineral pengotornya, mempermudah pengangkutan
/ transportasi, Menyiapkan ukuran umpan sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi atau
ukuran pemisahan, Mengekspos permukaan mineral berharga, Untuk proses hyrometalurgi
tidak perlu benar-benar bebas dari gangue.
Prinsip dari kominusi ini sendiri terbagi menjadi empat yaitu compression, impact,
attrition dan shear. Untuk mendukung kegiatan kominusi ini pastinya memiliki alat yang
mempumyai kriterianya masing-masing. Seperti mempunyai kapasitas yang besar, konsumsi
energi kecil per satuan produk yang dihasilkan, menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi
(umumnya: berukuran tertentu dan seseragam mungkin).
Alat-alat yang dipakai dalam kominusi yaitu jaw crusher(blake jaw crusher, dodge
crusher), gyratory crusher, gyratory cone crusher,roll crusher, tothed rolls, gravity stamp
mill,ball mill (bola-bola baja), peable mill (batu api/flint),rod mill (batang-batang baja),
hammer mill.

3.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah saya menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyak
sumber, saya akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu saya harapkan kritik serta
sarannya mengenai pembahasan makalah dalamkesimpulan diatas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Diktat Praktikum Pengolahan Sumber Daya dan Energi, Jurusan Teknik
Pertambangan UNSRI, Palembang.
Hayanto, D. 1983. Diktat I Pengolahan Bahan Galian. Yogyakarta: Universitas Pembangunan
Nasional “ Veteran”.
Nursanto, Edy., Sudaryanto., Untung Sukamto. 2015. Pengolahan Batubara dan
Pemanfaatannya untuk Energi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “
Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam
Indonesia: A1(1-7). Yogyakarta, 18 Maret 2015: Teknik Kimia UPN “ Veteran”
Yogyakarta.
Rahmanudin, 2010, Pengolahan Bahan Galian, Buku Ajar Praktikum Laboratorium
Pengolahan Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin.
Tobing, Safif L. 2002. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian, Jurusan Teknik Pertambangan
UNISBA, Bandung.

20

Anda mungkin juga menyukai