Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Jenis Tanah 1.250.000 sebagaimana terlihat pada
Gambar 13, tanah di Kabupaten Lebong di dominasi oleh tanah ordo Inceptisol
dan Ultisols. Terdapat juga ordo tanah Entisols, Oxisols, Alfisols, dan Histosols,
namun dalam jumlah yang sedikit. Inceptisols merupakan tanah dalam
perkembangan awal (immature), dicirikan dengan adanya perkembangan struktur
yang masih lemah. Tanah ini terbentuk pada daerah dengan landscape yang
ekstrim seperti pada daerah berlereng curam atau lembah. Hal ini sesuai dengan
kondisi fisiografi wilayah Lebong yang didominasi oleh bentuk pegunungan dan
perbukitan dengan dominasi lereng >45%. Sedangkan tanah Ultisols merupakan
jenis tanah yang telah berkembang, dicirikan dengan adanya perkembangan
struktur dan peningkatan liat. Tanah Ultisols mempunyai jeluk (kedalaman) tanah
yang relatif dalam. Tanah Ultisols memiliki tingkat ketersediaan hara dan KTK
rendah, pH sangat masam sampai agak masam, drainase baik dan kejenuhan basa
rendah (Puslitanak Bogor 1990; Amri 2005).
Pada tingkat great group, jenis tanah Inceptisols terdiri dari Dystrandepts,
Dystropepts, Eutrandepts, Eutropepts, Tropaquepts, dan Humitropepts. Sedangkan
untuk jenis tanah Ultisols, terdiri dari Hapludults, Haplohumults, dan
Kanhaplohumults. Entisols yang terdapat di Lebong terdiri dari Tropofluvents dan
Fluvaquents. Sedangkan great grup yang lain adalah Hapludoxs untuk Oxisols,
Hapludalfs untuk Alfisols, dan Troposaprists untuk jenis tanah Histosols. Luas
masing-masing jenis tanah disajikan pada Lampiran 4.
Gambar 12. Jaringan sungai dan kawasan DAS di Kabupaten Lebong
Gambar 13. Peta Jenis Tanah (great group) Kabupaten Lebong
Geologi dan Potensi Sumberdaya Mineral
Secara umum, litologi Kabupaten Lebong terdiri dari 6 formasi batuan
serta lima satuan batuan beku dalam (batuan terobosan). Urutan stratigrafi formasi
batuannya adalah sebagai berikut (dari yang tua ke muda):
- Formasi Hulusimpang (Tomh)
- Formasi Seblat (Toms)
- Formasi Bal (Tmba)
- Satuan Batuan Gunungapi Rio-Andesit (QTv)
- Formasi Maur (Qtm)
- Satuan Batuan Gunungapi (Qv)
Sedangkan lima satuan batuan beku dalam (batuan terobosan) adalah:
- Granodiorit (Kgd)
- Diorit (Tmdi)
- Granit (Tmgn)
- Granit (Tpgd)
- Granodiorit Langkup (Tpgdl)
Keberadaan tambang emas di Kabupaten Lebong diketahui sejak zaman
pemerintahan kolonial Belanda. Lebong Tambang dan Tambang Sawah
merupakan daerah tambang emas yang hingga saat ini masih diusahakan secara
tradisional oleh masyarakat. Secara spasial, sebaran potensi energi dan
sumberdaya mineral tersebut disajikan pada Gambar 14.
Sebagaimana terlihat pada Gambar 14, terlihat bahwa keberadaan sumber
energi dan mineral, dalam hal ini emas, perak dan mangan, berada di dalam atau
berbatasan/berdekatan dengan kawasan lindung. Karenanya, aktivitas
penambangan membutuhkan perhatian yang serius, sehingga aktivitas yang
mungkin dilakukan tidak mengganggu/membahayakan kelestarian sumberdaya
alam, terutama kawasan hutan. Pada saat ini, aktivitas pertambangan emas
dilakukan oleh masyarakat secara tradisional. Pertambangan emas di Kabupaten
Lebong terdapat di Kecamatan Lebong Utara seluas 248 ha dengan produksi 6,8
kg, di Kecamatan Lebong Atas seluas 10 ha, dan di Kecamatan Rimbo Pengadang
seluas 0,5 ha dengan produksi 200 kg (BAPPEDA Kabupaten Lebong 2006).
Gambar 14. Peta potensi energi dan sumberdaya mineral Kabupaten Lebong
Penggunaan Lahan
Kondisi geobiofisik wilayah mempengaruhi penggunaan lahan. Jenis
tanah, topografi, kemiringan lahan, kedalaman tanah, iklim/curah hujan, sangat
berpengaruh terhadap penggunaan lahan, terutama terhadap pertumbuhan
tanaman. Hal ini dikarenakan terdapat spesifikasi dari setiap jenis penggunaan
lahan yang memerlukan kriteria tertentu sehingga penggunaan lahan optimal.
Wilayah Lebong didominasi oleh lahan berbukit dan bergunung, dengan
ketinggian dominan lebih dari 1.000 mdpl, lereng >45% serta curah hujan tinggi.
Daerah yang relatif datar seperti daerah Aluvial yang ada di sebelah kiri dan
kanan di Sungai Ketahun, digunakan sebagai pertanian tanaman pangan, yaitu
padi sawah. Air yang tersedia sepanjang tahun memungkinkan untuk
dikembangkannya budidaya ikan air tawar, yaitu ikan mas dan nila, baik pada
masa jeda tanam padi, maupun secara bersamaan (mina padi). Sistim budidaya
padi sawah dilakukan sekali tanam dalam satu tahun, dengan rata-rata produksi 4
ton per ha.
Pada lahan berlereng, berombak atau bergelombang, dimana tidak
mungkin dikembangkan padi sawah, masyarakat menanaminya dengan kopi,
karet, kayu manis dan/atau nilam. Tanaman enau sebagai penghasil aren tumbuh
dengan baik dan tersebar cukup banyak di Lebong, namun tidak dibudidayakan
secara intensif. Aren tumbuh di sekitar pekarangan rumah, kebun atau tumbuh liar
(Amri 2005; Darmaga 2005).
Input teknologi berupa penggunaan pupuk dan pestisida dalam sistim
budidaya pertanian masih sangat minim. Penggunaan pupuk dan pestisida hanya
dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat, terutama pada sistim budidaya tanaman
semusim seperti padi sawah, palawija dan lain sebagainya. Sedangkan pada sistim
budidaya tanaman kopi, tidak ada input apa-apa. Perawatan tanaman hanya
dilakukan dengan melakukan weeding pada saat tanaman masih belum
menghasilkan. Pada sistim budidaya tanaman nilam, masyarakat menanam nilam
sebagai tanaman awal ketika lahan hutan baru dibuka. Nilam ditanam dan
dibiarkan saja hingga tanaman siap untuk dipanen, tidak ada pemupukan, weeding
dan juga pengendalian hama.
Pada lahan yang bertopografi curam atau sangat curam, dibiarkan menjadi
hutan. Sebagian besar wilayah Lebong merupakan kawasan lindung berpenutupan
hutan lebat. Secara umum, penggunaan lahan di Kabupaten Lebong disajikan pada
Tabel 8.
Tabel 8. Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan
No Jenis Luas (ha) Luas (%)
1 Hutan suaka alam 3.022,15 1,57
2 Hutan lindung 21.325,00 11,05
3 Taman Nasional Kerinci Seblat 113.512,00 58,84
4 Padi sawah 12.856,00 6,66
5 Padi ladang 169,00 0,09
6 Palawija 238,00 0,12
7 Perkebunan rakyat 11.469,00 5,94
8 Perkebunan swasta 515,98 0,27
9 Perikanan darat 6.272,00 3,25
10 Permukiman 4.268,00 2,21
11 Lain-lain 19.276,87 9,99
Total 192.924,00 100,00
Sumber: BAPPEDA LEBONG 2006
Berdasarkan citra landsat tahun 2005, penggunaan lahan di Kabupaten
Lebong terdiri dari Kebun Campuran, Hutan Lebat, Hutan Sekunder, Ladang,
Lahan Terbuka, Sawah, Semak Belukar dan Tubuh Air. Luas lahan berpenutupan
hutan lebat mencapai 70,2% dan luas lahan berpenutupan hutan sekunder
mencapai 9,90%. Luas penutupan lahan berdasarkan citra landsat tahun 2005
disajikan pada Tabel 9 dan Gambar15.
Tabel 9. Kondisi penutupan lahan berdasarkan citra lansad tahun 2005