Anda di halaman 1dari 56

HUBUNGAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN

KEJADIAN ABORTUS DI RSU PKU


MUHAMADIYAH BANTUL
YOGYAKARTA

PROPOSAL

Disusun Oleh :
Maryana Marwan
1610104012

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
HUBUNGAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN
KEJADIAN ABORTUS DI RSU PKU
MUHAMADIYAH BANTUL
YOGYAKARTA

PROPOSAL

Diajukan Untuk Menyusun Proposal


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :
Maryana Marwan
1610104012

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN


KEJADIAN ABORTUS DI RSU PKU
MUHAMADIYAH BANTUL
YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :
Maryana Marwan
1610104012

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Untuk Mengikuti Ujian Proposal


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Oleh :

Pembimbing : Suyani S. ST., M.Keb

Tanggal :

Tanda Tangan :
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN


KEJADIAN ABORTUS DI RSU PKU
MUHAMADIYAH BANTUL
YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :
Maryana Marwan
1610104012

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan


Diterima Untuk Melanjutkan Penelitian Pada
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Pada Tanggal :
…………………………….

Dewan Penguji :
Penguji I : Istri Utami S. ST., M. Keb ………………….

Penguji II : Suyani S. ST., M. Keb ………………….


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal. Penyusunan
proposal ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari
semua pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakart
3. Fitria Siswi Utami, S.Si.T., MNS, selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Istri Utami S. ST., M. Keb, selaku penguji 1
5. Suyani S. ST., M. Keb selaku, dosen Pembimbing dan penguji 2 yang telah
bersedia meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan memberikan
bimbingan, petunjuk dan saran dalam menyusun proposal ini.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, dan
pengertiannya.
7. Direktur utama, dr Widiyanto Danang Prabowo, MPH selaku Direktur utama
RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL yang telah memberikan perijinan
untuk melakukan penelitian
8. Semua pihak yang telah memberikan masukan dan bantuan dalam penyusunan
skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk lebih
menyempurnakan proposal ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
C. Tujuan ............................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7
E. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................8
F. Keaslian Penelitian ............................................................................................ 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ................................................................................................. 12
1. Kehamilan ....................................................................................................... 12
2. Abortus ............................................................................................................ 19
3. Tinjauan Islam ................................................................................................ 33
B. Kerangka Konsep ........................................................................................... 35
C. Hipotesis ........................................................................................................ 36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ...................................................................................... 37
B. Variabel Penelitian .......................................................................................... 37
C. Definisi Operasional Penelitian....................................................................... 38
D. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 38
E. Etika Penelitain ............................................................................................... 40
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data .............................................................. 40
G. Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 41
H. Jalannya Penelitian ........................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………………………………………38


Tabel 3.2 Dummy Table Distribusi Frekuensi ………………………………….42
Tabel 3.3 Dummy Table Distribusi Frekuensi tidak dan riwayat abortus ……...42

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep …………………………………………. 35

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule


Lampiran 2 Lembar Bimbingan Penyusunan Proposal
Lampiran 3 Lembar Mengikuti Ujian Proposal
Lampiran 4 Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 5 Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 6 Lembar Informasi Penelitian

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian dan kesakitan ibu hamil masih merupakan masalah besar di

dunia. Word Helth Organizatioan ( WHO ) menyatakan bahwa sekitar 800

wanita meninggal selama kehamilan ataupun komplikasi pada saat melahirkan

ataupun bersalin (WHO, 2010). Lima penyebab langsung kematian ibu terbesar

di Indonesia yakni perdarahan 35,1%, hipertensi 21,5%, infeksi 5,8%, partus

lama 1,2%, abortus 4,2%, dan penyebab lain-lain 32,2% ( Profil Kesehtan

Indonesia, 2014).

Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) tahun 2014

di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 210 per 100.000 KH per tahun

dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 34 per 1000 KH per tahun.

Kematian ibu dan bayi terutama banyak terjadi di negara berkembang yaitu

sebesar 90%. Kendati jumlahnya sangat besar, tetapi hal ini tidak menarik

perhatian karena kejadiannya tersebar di berbagai negara. Berdasarkan Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 Angka Kematian Ibu

(AKI) adalah 305 per 100.000 KH. AKI di Indonesia merupakan angka tertinggi

di ASEAN. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan (28%), infeksi (11%),

komplikasi abortus (5%) dan partus macet (5%). Perdarahan terutama yang

terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan menyebabkan lebih dari setengah

jumlah kematian ibu. AKI di Indonesia masih tetap tinggi walaupun

1
2

sudah terjadi penurunan dari 359 per 100.000 KH menjadi 305 per 100.000 KH,

dan diharapkan AKI dapat terus menurun pada tahun berikutnya.

Dampak yang dapat terjadi apabila kehamilan, persalinan, nifas, BBL

dan KB tidak dilakukan asuhan kebidanan dengan baik maka akan menimbulkan

berbagai komplikasi. Komplikasi pada kehamilan antara lain hiperemisis

grafidarum (mual muntah), preeklamsia dan eklamsia, kelainan dalam lamanya

kehamilan, kehamilan ektopik, penyakit serta kelainan plasenta dan selaput

janin, perdarahan antepartum, kehamilan kembar. Sedangkan dampak dari

kehamilan kembar itu sendiri meliputi bayi premature, kelahiran bayi dengan

persalinan caesar, bayi lahir dengan kelainan bawaan, terjadi komplikasi disaat

persalinan, bayi lahir dengan berat badan kurang, keguguran janin, dan

terjadinya komplikasi disaat kehamilan ( Fauziah Yulia. 2012)

Menurut Dinas Kesehatan DIY tahun 2017, angka kejadian komplikasi

kebidanan termasuk abortus tertinggi di Kabupaten Sleman sebanyak 3,110

kasus, di urutan kedua Kabupaten Bantul sebanyak 2,854 kasus, diikuti

Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 1,793 kasus, Kbupaten Kulonprogo 1.186

kasus, yang terakhri di Kota Yogyakarta sebanyak 846 kasus (Dinkes DIY,

2017).

Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang

terjadi pada kehamilan trimestre pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat

menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Aburtus

dapat menyebabkanperdarahan yang hebat dan dapat menimbulkan syok,

perforasi, infeksi, dan kerusakaan faal atau ginjal (renal fallure) sehingga
3

mengancam keselamatan ibu. Kematian dapat terjadi jika pertolongan tidak

diberikan secara cepat dan tepat (Wulandari, Nasikhah, 2014)

Hal ini sesuai dengan penilitian Harsanti (2010), dampak psikologis pada

wanita yang mengalami abortus spontan. Responden dalam penilitian ini adalah

wanita yang berusia 26 tahun yang pernah mengalami abortus, penilitian ini

dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi kualitatif. Hasil penilitian ini

menunjukan bahwa dampak psikologis pasca abortus spontan yang di alami

subjek adalah miuncul perasaan kecewa, sedih merasa bersalah serta krisis

kepercayaan diri.

Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya abortus

misalnya faktor janin, faktor maternal, faktor lingkungan, umur, paritas,

pekerjaan, dan riwayat abortus. Resiko abortus semakin tinggi dengan

bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia ibu (Myles, 2009). Resiko

abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah.

Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 12% pada wanita

berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya lebih dari

40 tahun (Cannuningham, 2010). Riwayat obstetrik sebelumnya merupakan

predikator terjadinya keguguran spontan. Multigravida secara signifikan

beresiko lebih besar dibandingkan primigravida, dan keguguran yang terjadi

pada kehamilan sebelumnya merupakan indikator resiko utama.

Riwayat abortus juga merupakan faktor resiko yang dapat meningkatkan

resiko terjadinya abortus pada ibu hamil. Pada penelitian ini yang dilakukan oleh

(Resya, 2016), sekitar dari 21 dari 35 ibu hamil dengan riwayat abortus

mengalami abortus spontan pada kehamilan berikutnya. Ibu hamil dengan


4

riwayat abortus sebelumnya memiliki resiko 1,4 kali lebih besar mengalami

abortus pada kehamilan selanjutnya (Kuntari, Wilopo, Emelia, 2010).

Kejadian abortus yang terjadi dapat menimbulkan komplikasi dan dapat

menyebabkan kematian. Komplikasi yang dapat menyebabkan kematian ibu

antara lain karena perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang terjadi selama

abortus dapat mengakibatkan resiko kematian ibu. Salah satu jenis abortus

spontan yang menyebabkan terjadi perdarahan yang banyak adalah abortus

inkomplit. Hal ini terjadi karena sebagian hasil konsepsi masih tertinggal

didalam placental site. Sisa hasil konsepsi inilah yang harus ditangani agar

perdarahan berhenti. Selain dari segi medis, abortus juga dapat menimbulkan

dampak negatif pada aspek psikologi dan aspek sosioekonomi. Abortus

seringkali terjadi pada wanita hamil dan membawa dampak psikologis yang

yang mendalam seperti trauma, depresi, hinggga kecenderungan perilaku bunuh

diri.

Berdasrkan hasil penilitian Putri Novita Rochmawati (2012). Menegenai

faktor-faktor yang mempengaruhi abortus di Rumah Skit Umum Pusat dr

Soeradji, diperoleh hasil penilitian ibu hamil dengan usia <20 tahun atau > 35

tahunyang mengalami abortus sebanyak 143 responden (52,3%) dari 194

responden, usia 20-30 tahun sebnyak 51 responden (13,7%) ibu dengan interval

kehamilan < 2 tahun mengalami abortus sebanyak 138 responden(37,2%)

sedangkan interval kehamilan > 2 tahun 56 responden (15,1%) ibu dengan

paritas 1 atau >3 terdapat 140responden (48,2%) sedangkan paritas 2-3 terdapat

54 responden (14,6%).
5

Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah abortus adalah dengan

mengacu pada salah satu intervensi MDGs yaitu meningkatkan pelayanan

antenatal. Peningkatan pelayanan antenatal dilakukan dengan meningkatkan

frekuensi kunjungan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang mencakup

pemeriksaan kehamilan, pemberian tablet zat besi, dan kapsul vit A. Dengan

meningkatnya mutu pelayanan antenatal, diharapkan angka kejadian abortus

bisa menurun (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2008).

Peran bidan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu. Yang disebabkan

karena kehamilan resiko tinggi adalah salah satu dengan cara melakukan

skrening atau deteksi awal pada kehamilan dapat dijadikan sebagai salah satu

upaya untuk mencegah kehamilan resiko tinggi. Ibu hamil resiko tinggi

kehamilan adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan bayi dapat

terancam. Agar ibu hamil dapat mendeteksi apakah kehamilannya beresiko atau

tidak. Ibu perlu mengetahui terlebih dahulu tentang kehamilan resiko tinggi.

Sesuai dengan peraturan Mentri Kesehatan No 28 Tahun 2017. Tentang izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan, yang dimana pasal 18 yang isinya dalam

penyelenggaraan Praktik Kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk

memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Kejadian abortus adalah kejadian yang sering di jumpai di Masyarakat

tetapi perhatian Masyarakat masih cukup rendah, ditandai dengan prilaku sikap

dan pandangan Masyarakat terhadap proses kehamilan persalinan dan

kurangnya pengetahuan tentang dampak kehamilan di umur muda kurang dari

20 tahun atau mempunyai anakdu umur 35 tahun ( Zanuar, 2010 ).


6

Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul pada bulan Januari 2020 total kunjungan didapatkan

angka kejadian abortus pada tahun 2019 sebanyak 144 kasus, dari 444 ibu hamil

(Medical Record RSU PKU Bantul, 2019)

Berdasarkan data di atas peniliti tertarik untuk melakukan penilitian

dengan judul “Hubungan Riwayayat Abortus dengan kejadian Abortus di RSU

PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2019

B. Rumusan Masalah

Berdsarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dalam

penilitian ini adalah “ Apakah ada hubungan riwayat kejadian dengan kejadian

abortus di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2019 ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan riwayat abortus dengan kejadian abortus di

RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran riwayat abortus di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul tahun 2019

b. Untuk mengetahui gambaran kejadian abortus di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul tahun 2019.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat

menanmabah wawasan teorias asuhan kebidanan kehamilan patologi khususnya

tentang abortus

2. Manfaat praktis

a. Bagi ibu hamil dengan rowayat abortus

Dapat menambah informasi tentang pentingnya menjaga kehamilan dengan

melakukan pemeriksaan antenatal dan screning adanya riwayat penyakit

atau abortus untuk mencegah terjadinya abortus

b. Bagi Bidan di Rumah Sakit RS PKU Muhammadiyah Bantul

Sebagai bahan masukan untuk menungkatkan kualitas pelayanan ibu hamil

khususnya screning riwayat penyakit atau abortus sehingga petugas bisa

mengetahui masalah kehamilan khususnya masalah abortus yag nantinya

bisa menurunkan angka kejadian abortus

c. Bagi RS PKU Muhammadiyah Bantul

Sebagai bahan masukan dan informasi untuk mencangkan program –

program screnin riwayat penyakit atau abortus untuk mengurangi angka

kesakitan dan kematian ibu akibat abortus

d. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Dapat menambah kepustakaan serta sebagai sarana informasi ilmu

pengetahuan tentang asuhan kebidanan kehamilan patologi khususnya

tentang abortus. Sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan dengan

screning untuk mengurangi angka kejadian kesakitan dan kematian akibat


8

abortus. Penelitian ini juga akan menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya.

e. Bagi Masyarakat

Dapat menambah informasi tentang pentingnya scerening riwayat penyakit

atau abortus untuk mengurangi resiko kesakitan dan kematian ibu hamil

dengan abortus.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Materi penelitian adalah hubungan riwayat abortus dengan kejadian

abortus

2. Ruang Lungkup Responden

Dalam penelitian ini responden yang di gunakan adalah semua ibu

hamil yang periksa di RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang mengalami

Abortus dan tidak mengalami abortus.

3. Ruang Lingkup Waktu

Waktu yang di gunakan untuk penelitian ini adalah mulai

penyusunan proposal bulan sampai dengan pengumpulan hasil penelitian

bulan Oktober 2019 sampai dengan bulan Juli 2020

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini di lakukan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul karena

pada tahun 2019 terdapat angka kejadian abortus 144. (32%)


9

F. Keaslian Penelitian

1. Penelitian ini di lakukan oleh Handayani (2015), dengan judul “ Hubungan

antara Umur ibu hamil dengan kejadian Abortus di RSUD ambarawa

penelitian ini dilakukan dengan desaing penelitian Deskripsi korelatif dan

menggunakan pendekatan Cross Sectional” populasi dalam penelitian ini

adala 167 ibu hamil yang rawat inap di RSUD Ambarawa. Teknik

pengambilan sempel menggunakan total sampling. Analisis data

menggunakan analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan

analisis bivariate menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan

bahwa sebagian besar umur berisiko yaitu sebanyak 85 responden (50,9%)

ibu mengalami abortus sejumlah 93 orang (55,7%) uji chi-Square di dapatkan

p value = 0,026 < a (0,05) menunjukan ada hubungan umur ibu dengan

kejadian abortus. Perbedaan dalam penelitian ini adalah judul, desain

penelitian, tempat dan waktu penelitian. Persamaan dalam penelitian ini

adalah teknik pengambilan sample dan cara menganalisa data.

2. Penelitian ini dilakukan oleh Dede Mahdiyah, dkk (2013), dengan judul

Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus di Ruang Bersalin RSUD Dr.

H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Desain penelitian survey analitik

dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data mengguunakan data

rekam medis dan dianalisis menggunakan uji statistic Chi Square. Sampel

sebesar 122 orang hasil yang diperoleh bahwa kategori ibu paritas aman

(45,9%), paritas tidak aman (54,1%) dari analisis kejadian abortus spontan

(97,5%), abortus provocatus (2,5%). Berdasarkan analisis dengan α= 0,05


10

didapatkan nilai p = 0,562 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

paritas dengan kejadian abortus. Perbedaan penelitian ini terletak pada judul,

waktu dan tempat penelitian. Persamaan penelitian ini adalah teknik

pendekatan dan analisis data.

3. Penelitian ini dilakukan oleh Yunita (2013), dengan judul “Hubungan antara

Umur Ibu dengan Kejadian Abortus di RSUD Hokan Hulu. Metode Penelitian

bersifat analitik dengan desain penelitian menggunakan pendekatan Cross

Sectional”. Cara pengambilan sampel dengan sampling jenuh, pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku

register dan rekam medik RSUD Rokan Hulu tahun 20 sebanyak 132

responden. Analisa data dalam penelitian ini diolah secara Chi square. Hasil

penelitian ini yaitu distribusi frekuensi umur ibu hamil di RSUD Rokan Hulu

mayoritas pada kategori umur >35 tahun sebanyak 40.9 % dan minoritas pada

kategori umur <20 tahun sebanyak 22% Distribusi frekuensi abortus di RSUD

Rokan Hulu sebanyak 93%. Distribusi frekuensi umur ibu hamil yang

berisiko terhadap kejadian abortus adalah kelompok umur >35 tahun yaitu

sebanyak 98%. Dari analisa hubungan kebiasaan umur ibu hamil dengan

kejadian abortus didapatkan nilai ρ value 0.032 < α ( 0.05 ). Perbedaan dalam

penelitian ini adalah judul, tempat, teknik pengambilan sampel, dan waktu

penelitian. Persamaan dalam penelitian ini adalah teknik pendekatan dan

analisis data.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,

2010).

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari

hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2010).

b. Perubahan Fisiologi Kehamilan

Menurut Prawiroharjo (2010), perubahan fisiologi kehamilan antara lain :

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi

hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus

mempunyai kemampuan untuk bertambah besar dengan cepat selama

kehamilan dan pullih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa

minggu setelah persalinan.

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan

akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya odem pada seluruh serviks,

bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar-

kelenjar serviks.

12
13

3) Vagina dan perinium

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas

pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan

terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks.

Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan

ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

4) Kulit abdomen

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna kemerahan, kusam,

dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.

Perubahan ini dikenal dengan striae gravidarum.

5) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen,

progesterone, dan somatropin.

6) Perubahan metabolisme

Pada kehamilan perkiraan berat badan akan bertambah 12,5 kg.

7) Sistem kardiovaskular

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi

untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu juga terjadi

peningkatan denyut jantung.

8) Traktus Digestivus

Seiring dengan makin besarnya uterus lambung dan usus akan bergeser.

Demikian juga yang lainnya seperti appendiks yang akan bergeser kea rah

atas dan lateral.


14

c. Perubahan Psikologi pada Kehamilan

Menurut Kusmiyati (2009), beberapa perubahan psikologi pada

wanita hami yang sering terjadi selama masa kehamilan antara lain:

1) Perubahan trimester I

a) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan

kehamilannya.

b) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan

kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.

c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah benar-benar hamil. Hal

ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.

d) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat

perhatian dengan seksama.

e) Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang

yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan

merahasiakannya.

2) Perubahan Kehamilan Trimester II

Trimester kedua biasanya lebih menyenangkan. Tubuh wanita telah

terbiasa dengan tingkat hormon yang tinggi. Ibu dapat menerima

kehamilannya dan menggunakan pikiran serta energinya lebih

konstruktif. Janin masih tetap kecil dan belum menyebabkan

ketidaknyamanan. Pada trimester ini ibu merasakan gerakan janinnya

pertama kali, pengalaman tersebut menandakan pertumbuhan serta

kehadiran makhluk baru dan hal ini sering menyababkan calon ibu

memiliki dorongan psikologi yang besar.


15

3) Perubahan Kehamilan Trimester III

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian.

Waktu untuk persiapan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua.

Rasa tidak nyaman timul kembali karena perubahan body image yaitu

merasa dirinya aneh dan jelek.

Ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.

Peranan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi

dan pada kasus ibu hamil yang merasa mengkhawatirkan baginya dan

takut akan melahirkan itu merupakan hal yang normal. Kebanyakan ibu

memiliki perasaan dan kekhawatiran yang serupa pada umur kehamilan

trimester ketiga seperti ibu hamil pada umumnya.

d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologi

1) Kebutuhan Fisik

Menurut dewi dan suarsih (2011), kebutuhan fisik ibu hamil yaitu :

a) Aktifitas fisik

Aktifitas fisik dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai

sedang) istirahat minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk atau

berbarin dianjurkan kaki agak ditinggikan.

b) Pekerjaan

Hindari pekerjaan yang membahayakn, terlalu berat atau

berhubungan dengan radiasi/bahan kimia, terutama pada usia

kehamilan muda
16

c) Imunisasi

Imunisasi yang dibutuhkan oleh bu hamil yang terutama adalah

tetanus toksoid imunisasu lain diberikan sesuai indikasi

d) Bepergian atau mobilisasi

Tidak perlu khawatir bepergian dengan menumpang

pesawat udara karena tidak membahayakan kehamilan.

Perhatikan posisi duduk, duduk terlalu lama akan membuat vena

statis sehingga menyebabkan kaki bengkak. Ibu hamil sebaiknya

menggunkan sepatu yang memiliki hak rendah. Menghindari

mengangkat benda-benda berat.

e) Mandi dan cara berpakaian

Mandi cukup seperti biasa, pemakaian sabun

khusus/antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru dapat

mengganggu flora norma vagina. Pkaian tidak bole

ketat/menekan kerena dapat menyebabkan bendungan vena dan

mempercepat varises. Pakaian menyerap keringat, Bh yang

menyangga.

f) Senggama / koitus

Hubungan seksual dapt dilakukan eperti biasa kecuali jika terjaid

perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, maka harus

dihentikan (abstinentia). Jika ada riwayat abortus sebelumnya,

kitus ditunda sampai usia kehamilan diatas 16 minggu , dimana

diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan

fungsi yang baik.


17

g) Perawatan mamae atau abdomen

Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papila untuk ditarik secara

manual dengan pelan. Strie/hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak

perlu dikhawatirkan berlebihan.

h) Hewan peliharaan

Hewan peliharaan dapat menjadi pembawa infeksi (misal bulu

kucing/burung dapat mengandung paasit toksoplasma). Oleh

karena itu dianjurkan untuk menghindari kontak

i) Merokok atau minuman keras/ obat-obatan

Harus dihentikan sekurang-kurangnya selama kehamilan dan

sampai persalinan, nifas dan menyusui selesai

e. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil

Menurut kusmiyati dan wahyuningsih (2015) Selama hamil

kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional.

Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya

dia karena akan menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan

nama untuk bayi yang akan dilahirkanya. Namun tidak jarang ada wanita

yang merasa khawatir kalu terjadi masalah dalam kehamilanya, khawatir

kalu kemungkinan dia kehilangan kecantikanya, atau bahwa ada

kemungkinan bayinya tidak normal. Sebagai seorang bidan anda harus

menyadarinya.

f. Ketidaknyamanan selama kehamilan dan penanganannya

Menurut dewi dan sunarsih (2011), ketidaknyamanan selama

kehamilan adalah sebagai berikut :


18

1) Sakit kepala

Penanganannya : biofeedback, teknik relaksasi, memasase laher dan otot

bahu, penggunaan bungkuan hangat atau es ke leher, istirahat, mandi air

hangat.

2) Rasa mual dan muntah

Penanganannya : hindari bau atau faktor-faktor penyebabnya , makan

biskuit kering atau roti bakar sebelum bangkit dari tempat tidur dipagi hari

3) Mengidam

Penanganannya : tidak perlu di khawatirkan selama diet dalam arti gizi

tetap memadai , didiklah wanita tentang bahaya makanan yang tidak

benar, bahaslah rencana makanan yang dapat diterima yang mencangkup

gizi yang diperlukan serta memuaskan rasa mengidam atau tradisi adat

4) Keringat bertambah

Penanganannya : pakailah pakaian yang tipis dan longgar, banyak minum,

mandi secara teratur

5) Keputihan

Penanganannya : tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari,

pakailah pakaian yang terbuat dari katun atau bahan dengan daya serap

yang kuat , hindari pakaian dalam yang terbuat dari nilon

6) Kelelahan

Penanganannya : hindri makan maknan yang menghasilkan gas ,

mengunyag makanan secara sempurna , senam secara teratur,

pertahanakan buang air secara teratur


19

7) Hidung tersumbat

Gunakan vaprorizer udara dingin

8) Gatal – gatal

Penanganannya : gunakan kompres atau mandi dengan siraman air sejuk,

gunakan cara mandi outmeal

9) Frekuensi berkemih meningkat

Penanganannya : perbanyak minum pada siang hari, kurangi minum pada

waktu mendekati tidur pada malam hari untuk mengurangi nokturia, batasi

minum minuman yang mengandung bahan diuretik alamiah ( kopi dan

teh)

10) Diare

Penanganannya : cairan pengganti atau dehidrasi, hindari makanan

berserat tinggi, makan sedikit tapi sering.

2. Abortus

a. Pengertian

Abortus adalah pengakhiran kehamilan, baik secara spontan maupun

disengaja, sebelum 20 minggu berdasarkan hari pertama haid terakhir atau

pelahiran janin-neonatus yang memiliki berat kurang dari 500 gr (Leveno,

2015). Menurut Nugroho (2009) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran

hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin

dapat hidup diluar kandungan.

b. Etiologi

Etiologi abortus adalah lebih dari 80% abortus terjadi pada 12

minggu pertama, dan setengahnya disebabkan anomali kromosom. Setelah


20

trimester pertama insidensi abortus dan insiden anomali kromosom menurun.

Resiko abortus spontan secara klinis terdeteksi meningkat seiring dengan

paritas serta usia ibu dan ayah. Frekuensi abortus secara klinis terdeteksi

meningkat dari 125 pada wanita berusia dari 20 tahun menjadi 26% pada

mereka yang berusia lebih dari 40 tahun (Handono, 2009)

c. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti

nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap

benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan benda asing tersebut Apabila pada kehamilan kurang dari 8

minggu, villi khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga

hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu vili

khorialis sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat

dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada

plasenta (Prawirohardjo, 2010).

d. Klasifikasi dan Jenis Abortus

1) Menurut Norma dan Mustika (2013). Abortus diklasifikasi abortus

menjadi 3 yaitu :

a) Abortus spontan

Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi

media maupun mekanis, atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari

luar dan dengan kekuatan sendiri.

b) Aburtus terapeutik

Abortus ini sengaja dilakukan sehingga kehamilan dapat diakhiri.

Upaya menghilangkan hasil konsepsi dilakukan atas indikasi untuk


21

menyelamatkan jiwa ibu, misalnya: penyakit jantung, hipertensi

esensial, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim

ahli yang terdiri atas dokter ahli yang terdiri atas dokter ahli

kebidanan, penyakit dalam, san psikiatri atau psikolog.

c) Abortus buatan

Abortus buatan adalah penguguran kehamilan tanpa alasan medis

yang sah atau oleh orang tidak berwenang dan dilarang oleh

hukum.

Hal tersebut di tinjau dari pandangan islam menurut Al-Qur’an

Surat Al-Isra Ayat 31 sebagai berikut:

Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena

takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka

dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah

suatu dosa yang besar”.(QS. Al-Israa’: 31)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah sangat sayang kepada

hamba-hamba-Nya, lebih dari kasih sayang orang tua kepada

anaknya, karena Dia telah melarang umat manusia membunuh anak-

anak mereka. Sebagaimana pula Allah mewasiatkan kepada orang

tua terhadap anak-anaknya dalam pembagian waris.

2) Jenis- jenis Abortus

Menurut Handono (2009), jenis-jenis abortus menurut kejadiannya

yaitu:

a) Abortus imminens

Terjadinya perdarahan bercak yang menunjukan

ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan.Dalam kondisi


22

seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut ataupun

dipertahankan.Bila terjadi perdarahan pervaginam pada trimester

pertama kehidupan. Perdarahan ini harus dibedakan dengan

bercak darah haid, luka serviks karena infeksi, polip dan reaksi

desidua di daerah serviks.Perdarahan abortus biasanya disertai

dengan nyeri punggung bawah yang menetap.Umumnya abortus

imminens berlangsung menjadi abortus insipien dan keguguran

abortus inkompletus dan kompletus.

Gejala awal adalah perdarahan, berlangsung beberapa

jam sampai beberapa hari kemudian terjadi kram perut.Nyeri

abortus mungkin terasa di anterior dan bersifat ritmis.Nyeri dapat

berubah nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan

tertekan dipanggul atau rasa tidak nyaman digaris tengah

suprapubis.

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda

dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi

ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan

berlanjut menjadi abortus inkomplit dan komplit. Abortus

insipiens ditandai oleh teraba ketuban dengan disertai adanya

pembukaan serviks.Bila keadaan ini terjadi, umumnya berlanjut

menjadi abortus inkompletus. Bila buah kehamilan terlepas semua

akan menjadi abortus kompletus dan bila tersisa dapat terjadi

infeksi. Biasanya segera terjadi kontraksi uterus, yang

mengakibatkan ekspulsi konseptus, atau terjadi infeksi.


23

b) Abortus inkomplit

Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari

hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis

servikalis. Abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu,

janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama. Bila kehamilan

lebih besar akan terjadi sisa kehamilan. Perdarahan pervaginam

adalah gejala awal, bila jaringan plasenta tertahan perlu dilakukan

tindakan digital atau kuretase. Bila terjadi perdarahan syok

hipovolemik.Kuretase dapat dengan kuretase tumpul (vakum) dan

kuretase tajam.

c) Abortus komplit

Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil

konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.

d) Abortus infeksiosa

Abortus infeksiosa adalah yang disertai komplikasi

infeksi.Adanya penyebaran kuman atau toksin kedalam sirkulasi

dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septikemia, sepsis atau

peritonitis.

e) Missed abortion

Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi

hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau

lebih.Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan hanya dalam satu

kali pemeriksaan.Melainkan memerlukan waktu pengamatan dan


24

pemeriksaan ulang.Banyak wanita yang tidak memperlihatkan

gejala selama periode ini kecuali amenorea menetap.

f) Abortus tidak aman ( Unsafe abortion)

Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana

pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian

dan proses standar yang aman sehingga dapat membahayakan

keselamatan jiwa pasien.

e. Komplikasi

Menurut Rustam (2010). Komplikasi abortus yaitu :

1) Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-

sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. kematian

karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada

waktunya.

2) Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus

dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya

abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian

terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk

menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukaan

alat-alat lain.

3) Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok

hemogrik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).


25

4) Infeksi

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh

bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalian

eksterna yaitu staphylococci, streptococci, gram negatif entericbacilli,

mycoplasma, treponema (selain T. Paliidum), leptotospira jamur,

trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobaccli,

staphylococci, streptococci, gram negatif entericbacilli, clostridium sp,

bacteroides sp, listeria, dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa,

infeksi terbatas pasca desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri

tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan

peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung

jawab terhadap infeksi pasca abortus adalah e.coli, streptococcus non

hemolitikus, streptococci anaerob, staphylococcus aureus,

streptococcus hemolitikus, dan clostridium perfringens. Bakteri lain

yang kadang dijumpai adalah neisseria gonorrhoeae, pneumococus, dan

clostridium tetani, streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh

karena dapat membentuk gas

5) Prognosis

Menurut Sarwono (2010), Prognosis keberhasilan kehamilan

tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.Pada wanita

keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan

keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %. Perbaikan endokrin yang

abnormal pada wanita dengan abortus yang rekuren mempunyai

prognosis yang baik sekitar >90 % . Sekitar 77 % angka kelahiran hidup


26

setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6

minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Abortus

1) Faktor janin

Kelainan pertumbuhan pada janin sebagai hasil kosepsi

merupakan kelainan yang paling umum sebagian penyebab pada abortus

trimester pertama. Hal ini disebabkan karena kelainan kromoson,

lingkungan kurang sempurna dan pengaruh dari luar (Prawiroharjo,

2009)

2) Faktor ibu

a) Umur ibu

Umur adalah dihitung berdasarkan tahun kelahiran yaitu

lamanya hidup sejak lahir.Remaja wanita merupakan populasi risiko

tinggi terhadap komplikasi kehamilan, penyulit ini terjadi karena

pada remaja biasanya masih tumbuh dan berkembang sehingga

memiliki kebutuhan kalori yang lebih besar dari wanita yang lebih

tua. Sehingga akibatnya, mortalitas, perinatal, dan morbilitas

maternal sangat tinggi pada remaja wanita hamil dibanding dengan

wanita dalam usia 20 tahun (Hamilton, 2008). Reproduksi sehat

dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-

30 tahun. Kehamilan maternal pada wanita hamil dan melahirkan

pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian

maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Wanita

hamil pada umur muda (<20 tahun) dari segi biologis perkembangan
27

alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi psikis

belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, dan

emosional, dan dari segi medis sering mendapat gangguan.

Sedangkan pada usia ≤ 35 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul

dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami

kemunduran, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan

mengalami komplikasi antenatal diantaranya abortus (Wiknjosastro,

2009).

b) Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang

ibu baik lahir hidup maupun mati. Paritas 2-3 merupakan paritas

paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan

paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih

tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko

pada paritas 1 dapat ditangani denganasuhan obsterik lebih baik,

sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah

dengan keluarga berencana. Seorang ibu yang sering melahirkan

mempunyai risiko kesehatannya dan juga bagi kesehatan anaknya.

Hal ini berisiko karena pada ibu dapat timbul kerusakan-kerusakan

pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi

nutrisi ke janin (Manuaba, 2012). Paritas yang tinggi merupakan

salah satu faktor tinggi pada ibu hamil.

c) Riwayat Abortus

Riwayat abortus merupakan predisposisi terjadinya

abortus berulang. Kejadian ini sekitar 3-5% jumlah kejadian abortus.


28

Data menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan akan

berisioko mengalami abortus sebesar 15% (Manuaba, 2012).

Riwayat abortus juga merupakan resiko yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya abortus pada ibu hamil. Pada

penelitian ini yang dilakukan oleh Resya (2016). Sekitar dari 21 dari

35 ibu hamil dengan riwayat abortus mengalami abortus sebelumnya

memiliki resiko 1,4 (Kuntari, Wilopo, dan Emelia, 2010).

Abortus sering dikaitakan dengan tingginya angka

persalinan prematur, abortus rekuren, dan berat bayi lahir rendah

(BBLR). Selain itu, abortus diduga memiliki pengaruh terhadap

kehamilan berikutnya, baik menyebabkan penyulit kehamilan atau

pada produk kehamilan (Amalia dan Sayono, 2010).

Ibu yang memiliki riwayat abortus sebelumnya memiliki

resiko lebih besar dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat

abortus karena ditunjang dengan beberapa faktor diantaranya seperti

penyakit penyerta, gaya hidup yang tidak sehat dan lingkungan

(Purwaningrum, 2017).

d) Jarak kehamilan

Jarak kehamilan adalah jarak atau lamanya waktu antara

kelahiran anak terdahulu dengan kelahiran dengan anak

berikutnya.Selain faktor umur ibu dan paritas, jarak kehamilan juga

merupakan penentu tingkat risiko kehamilan dan persalinan. Jarak

kehamilan yang kurang dari 2 tahun merupakan faktor risiko tinggi

(Manuaba, 2012). Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan

ibu dan janin yang dikandungnya.Seorang wanita memerlukan


29

waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu

kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan

berikutnya.Jarak kehamilan yang terlalu dekat memberikan indikasi

kurang siapnya rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio.

Persalinan yang rapat akan meningkatkan risiko kesehatan wanita

hamil jika ditunjang dengan sosial ekonomi yang buruk. Disamping

membutuhkan waktu untuk pulih secara fisik perlu waktu untuk

pulih secara emosional. Risiko tinggi pada jarak kehamilan kurang

dari 2 tahun dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga

berencana, sehingga tidak menimbulkan kehamilan yang tidak

direncanakan karena sebagian dari risiko tinggi adalah kehamilan

yang tidak direncanakan (Manuaba, 2012).

Faktor penyebab lain dari kehamilan abortus. Menurut Handono

(2009) dan Sarwono (2010) yaitu

1) Faktor genetik

Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering

ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16.Penyebab yang

paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas

kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi

pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas

genetik.Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah

aneuploidi (abnormalitas komposisi kromosom) contohnya trisomi

autosom yang menyebabkan lebih dari 50% abortus spontan. Poliploidi

menyebabkan sekitar 22 % dari abortus spontan yang terjadi akibat

kelainan kromosom. Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat


30

abortus spontan yang berulang salah satu dari pasangan tersebut

membawa sifat kromosom yang abnormal.Identifikasi dapat dilakukan

dengan pemeriksaan kariotipe dimana bahan pemeriksaan diambil dari

darah tepi pasangan tersebut.Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum

berkembang di Indonesia dan biayanya cukup tinggi.

2) Faktor anatomi

Faktor anatomi kongenital dan didapat pernah dilaporkan timbul

pada 10-15 % wanita dengan abortus spontan yang rekuren.

a) Lesi anatomi kongenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus

bersepta). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran

trimester ke dua.

b) Kelainan kongenital arteri uterina yang membahayakan aliran

darah endometrrium.

c) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterun (synechia),

leimioma, dan endometriosis.

d) Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan

kejadian abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi

serviks, kongenital dan defek uterus yang didapatkan (acquired).

Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang

inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus

atau uterus ganda. Efek pada uterus yang acquired yang sering

dihubungkan dengan kejadian abortus spontan berulang termasuk

perlengketan uterus atau sinekia dan leiomioma. Adanya kelainan

anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaan ultrasonografi


31

(USG), histerosalfingografi (HSG), historoskopi dan laparoskopi

(prosedur diagnostik),

Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini

adalah pemeriksaan USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG

sekaligus juga dapat mengetahui adanya suatu mioma terutama

jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu faktor

mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi.Jika

terbukti adanya mioma pada pasien ini maka perlu dieksplorasi

lebih jauh mengenai keluhan dan harus dipastikan apakah mioma

ini berhubungan langsung dengan adanya ROB pada pasien ini.Hal

ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan

operasi.

3) Faktor endokrin:

Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 %

kasus.

1. Insufisiensi fase luteal (fungsi corpus luteum yang abnormal dengan

tidak cukupnya produksi progesteron).

2. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik

ovarium merupakan faktor kontribusi pada keguguran.

3. Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus,

diabetes melitus dan defisiensi progesteron. Defisiensi progesteron

karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau

plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus.

Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi

hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil


32

konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa

kematiannya.

4) Faktor infeksi

Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC

(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria.Infeksi

intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang.

Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain

Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria

monocytogenes dan Toxoplasma gondii.Infeksi aktif yang menyebabkan

abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk

lebih memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang

bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.

5) Faktor imunologi

Terdapat antibodi kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan

darah dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena

kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut.Faktor imunologis yang telah

terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang

antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi

cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak

dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang.Inkompatibilitas

golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat

menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin

mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.


33

3. Tinjauan Islam

Islam sebagai agama yang suci yang dibawa oleh Nabi

Muhammad s.a.w., diturunkan Allah SWT sebagai rahmatan lil’alamin.

Umat islam percaya bahwa Al-Quran petunujuk bagi kehidupan manusia.

Allah Besrfirman : “Kami menurunkan Al-Quran untuk menjelaskan segala

sesuatu ” (QS An-Nahl:89) jadi jelas bahwa ayat-ayat yang terkandung

dalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang hukum mengendalikan

perbuatan manusia. Di dalam Al-Quran tidak didapati secara khusus ayat-

ayat tentang abortus tetapi terdapat ayat- yang menyatakan setiap janin yang

terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana firman Allah

swt

Artinya : “Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut

kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu

dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS al Hajj : 5)

Ayat diatas dijelaskan bahwa Allah SWT telah menetapkan

suatu janin dalam rahim ibu sesuai umur kandungan dan dikeluarkan pula

janin tersebut sebagai bayi, ada pula sebagai janin tersebut dikeluarkan dari

rahim ibu sebelum waktunya yang disebut abortus atau keguguran.

Menurut Q.S AL Luqman ayat 14 :

Artinya : “Dan kami peritakan kepada manusia (berbuat baik) kepada

kedua orang tua ibu bapak, ibu telah mengandung dalam keadaan

bertambah tambah.” (QS Al- luqman: 14)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa kondisi ibu dalam masa

kehamilan merupakan suatu keadaan lemah yang bertambah-tambah


34

sehingga memungkinkan ibu mengalami komplikasi pada saat kehamilan

atau terjadinya abortus.


35

B. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat Komplikasi


1. Perdarahan
Abortus 2. Perforasi
Riwayat Abortu Ibu
3. Syok
4. Infeksi

Variabel Pengganggu
1. Jarak kehamilan
2. Faktor Janin
3. Faktor Genetik
4. Faktor Infeksi
5. Faktor Endokrin

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Riwayat Kejadian Abortus Dengan Kejadian Abortus

Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak di teliti

: Arah variabel yang diteliti

: Arah variabel yang tidak di teliti


36

C. Hipotesis
Ada hubungan riwayat abortus dengan kejadian abortus di RS PKU Muhammadiyah
Bantul
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan metode penelitian survey analitik. Penelitian survei analitik

adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena itu bisa terjadi, kemudian melakukan dinamika korelasi antara

fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2011).

Pada penelitian ini menganalisis hubungan riwayat kesehtan ibu dengan

kejadian abortus.

Pendekatan yang di lakukan pada penelitian ini adalah Cross

Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau

observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan pada variabel

terikat dan variabel bebas. Pendekatan ini digunakan untuk melihat hubungan

antara varibel satu dan variabel lainnya.

B. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas (Independent Variabel) adalah Riwayat Abortus Ibu

b. Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah Abortus

c. Variabel Pengganggu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jarak kehamilan dikendalikan dengan cara mengambil responden

dengan jarak kehamilan lebih dari 2 tahun.

2. Faktor Genetik tidak dikendalikan karena tidak dituliskan direkam

medis.

37
38

3. Faktor Infeksi tidak dikendalikan karena tidak dituliskan direkam

medis.

4. Faktor Endokrin tidak dikendalikan karena tidak dituliskan direkam

medis.

C. Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Penelitian


No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Kategori
Operasional Ukur
1. Abortus Pengeluaran RM Nominal 1. Ya
hasil konsepsi 2. Tidak
sebelum janin
dapat hidup
diluar
kandungan
berdasarkan
diagnosa di
rekam medis
2. Riwayat Riwayat RM Nominal 1. Ada
Abortus abortus riwayat
merupakan 2. Tidak
kejadian ada
abortus atau riwayat
perdarahan
yang pernah
dialami oleh
pasien

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang periksa

di RSU PKU Muhamamdiyah Bantul. Selama tahun 2019 yaitu sebanyak

444 ibu hamil

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari seluruh elemen yang menjadi

obyek penelitian (Isgiyanto, 2009). Sampel pada penelitian ini adalah

sebagian ibu hamil yang periksa di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.


39

Populasi penelitian terdapat 444 ibu hamil. Jumlah sampel di tentukan

dengan menggunakan rumus Slovin:

N
𝑛=
1 + 𝑛. (𝑑)²

N
𝑛=
1 + 𝑛. (𝑑)²

444
=
1 + 444 x (0.1)²

444
=
1 + 444 x 0.01
444
=
1 + 4,44
444
= = 81
5,44

Dari perhitungan besar didapatakan hasil 81 responden.

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Batas Toleransi Kesalahan (0,1) 10%

a. Kriteria inklusi:

1) Ibu hamil yang periksa di RSU PKU Muhammadiyah Bantul

2) Jarak kehamilan lebih dari 2 tahun

b. Kriteria Ekslusi :

1) Catatan rekam medis tidak lengkap

3. Tehnik sampling

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive

sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dari

penelitian.
40

E. Etika Penelitain

1. Uji etik (Etika Clearence)

Sebelum penelitian dilakukan peneliti melaui uji kelayakan etik

di komisi Etik Universitas ‘Aiyiyah Yogyakarta untuk melihat apakah

penelitian ini layak dan memenuhi syarat untuk melakukan penelitian.

Setelah mendapatkan persetujuan kemudian peneliti melakukan penelitian.

2. Anomity (tampa nama)

Tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data dan cukup memberi kode untuk menjaga kerahasiaan

identitas responden.

3. Kerahasiaan (Cofdentiality)

Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dilakukan dengan

cara hanya kelompok data yang diperlukan dalam penelitian saja akan

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa format rekam medis

yang berisi nomor rekam medis, kejadian abortus dan riwayat abortus ibu,

kategori riwayat abortus ibu, kejadian abortus.

2. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi

dokumentasi karena data di peroleh dengan mengambil data sekunder dari

rekam medis responden di RSU PKU Muhamadiyah Bantul tahun 2019.

Lalu dimasukkan kedalam master tabel


41

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka dapat dilakukan pengolahan data

melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi Data (Editing)


Dimana hasil penelitian diperiksa atau diseleksi sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan. Apabila data kurang lengkap dan tidak sesuai

kriteria maka data tersebuat tidak diolah.

b. Pemberian Kode (Coding)


Peneliti memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga

memudahkan dalam melakukan analisis data.

1) Kejadian abortus

Kode 1 diberikan untuk yang mengalami abortus dan kode 2

diberikan untuk yang tidak mengalami abortus.

c. Memasukan data (data entry) atau procesing


Peneliti memasukan data masing-masing responden yang telah di Coding

di masukan kedalam program komputer

d. Cleaning
Pengecekan data yang sudah dimasukan untuk memastikan bahwa data

telah bersih dari kesalahan-kesalahan seperti pengkodean ataupun

kesalahan dalam membaca kode

e. Pengelompokan Data (Tabulating)


Peneliti memasukan data-data hasil penelitian ke dalam tabel- tabel sesuai

dengan kreteria.
42

Tabel 3.2 Dummy Table Distribusi Frekuensi Abortus

Abortus Frekuensi Persentase (%)


Abortus

Tidak Abortus

Tabel 3.3 Dummy Table Distribusi Frekuensi Riwayat abortus


Riwayat Abortus Frekuensi Persentase (%)
Ada riwayat

Tidak ada riwayat

2. Analisis data

a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, kemudian

data disampaikan dengan tabel distribusi frekuensi dan presentasi

(Notoatmodjo, 2010).

b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat yaitu dilakukan terhadap dua variabelyang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2012). Pada penelitian

ini adalah untuk mnegetahui hubungan antara riwayat abortus

dengan kejadian abortus di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Pada

saat analisa data dengan menggunakan uji Chi Square karena skala

variabel yang digunakan adalah nimonal. Interpretasi hasil

menggunakan derajat kemaknaan (a) sebesar 5%. Dikatakan ada


43

hubungan jika P valuenya < 0,05 %

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

d. Konsultasi dengan dosen pembimbing

e. Studi pustaka untuk menetukan pengambilan judul

penelitian bedasarkan masalah

f. Peneliti melakukan pengajuan judul hingga disetujui

pembimbing.

g. Mengadakan studi pendahuluan

h. Setelah mendapat data yang diinginkan, selanjutnya menyusun

proposal penelitian.

i. Setelah selesai menyusun proposal penelitian selajutnya

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing setelah mendapat

persetujuan selanjutnya melakukan seminar proposal.

j. Melakukan revisi proposal penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Peneliti membuat surat ijin penelitian kemudian mendapat surat

balasan penelitian yang di gunakan sebagai ijin pengambilan data

rekam medis pasien

b. Melakukan penelitian dengan melihat rekam medis untuk mendapatkan

data riwayat kesehatan, dan kejadian abortus. Setelah data terkumpul,

di masukan ke dalam tabel dan di oleh memalui komputer kemudian

hasil disajikan

3. Tahap Akhir

a. Menyusun hasil penelitian


44

b. Konsultasi laporan hasil penelitian dengan dosen pembimbing

c. Setelah mendapat persetujuan dosen pembimbing, peneliti mengikuti

seminar hasil penelitian

d. Revisi hasil penelitian

e. Penjilidan skripsi

f. Pengumpulan Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahan (2010) Surat Alhajj’ ayat 5. Semarang : Raja Publishing

Al-Qur’an dan terjemahan (2010) Surat AL-luqman’ ayat 14. Semarang : Raja
Publishing

Al-Qur’an dan terjemahan (2010) Surat An-Nahl’ ayat 89. Semarang : Raja
Publishing

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2008). Laporan Perkembangan


Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2008 tersedia
dalam : www.undp.or.id. diakses tanggal 14 desember 2018

Cuningham, F.G., Leveno, K J, Bloom, S. L., Huth, J. C., Glistrap, L., &
Wenstrom, K. D. (2014). Obstetri Williams. EGC: Jakarta

Departemen Agama RI. (2016) Al-Qur’an terjemahan dan penjelasan Tentang


Wanita Shafiya Al-Quran Surat Al Isra ayat 31. PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri: Yogyakarta

Dewi, Vivian nanny Lia dan Tri sunarsih. 2011. Asuhan kehamilan untuk
kebidanan. Jakarta: Salemba medika

Fajria L. (2010). Analisis Faktor Kejadian Abortus. pp. 140-153.

Handono. (2009) Abortus Berulang .PT Refika Aditama:Bandung.

Handayani, P. (2015). Hubungan antara Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus
di RSUD Ambarawa. Tersedia dalam : perpusnwo.web.id diakses pada
tanggal 10 oktober 2016

Handayani. (2013). Hubungan umur dan paritas di RSUD Kabupaten Rokan Hulu.
Redaksi Jurnal Maretnity dan Neonatal Volume 1, No 6

Harsanti. (2010). Dampak Psikologis Pada Wanita yang Mengalami Abortus


Spontan. Jurnal Psikologi, Volume 4 No 1. Tersedia dalam :
Publication.gunadarma.ac.id diakses 18 januari 2019

Kuntari. (2011) WHO 2010 Angka Kejadian Abortus. Tersedia dalam : http://berita
liputan 6.com diakses 28 November 2018
Kusmiyati, Yuni, Heni P.W Sujuyatini. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta :
Fitramaya.

45
Leveno KJ. (2015). Williams Manual of Pregnancy Complication 23rd ed.
Dallas. Texas: EGC

Norma, D. N. dan Mustika D.S. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi. Nuha


Medika:
Yogyakarta

Manuaba, (2010). Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta.

Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta

Mahdiyah, Dede. Rahmawati,Dwi& Lestari,Ayu. (2013). Hubungan Paritas


dengan Kejadian Abortus di Ruang Bersalin RSUD Dr. H. Moch.Ansari
Saleh Banjarmasin.Jurnal Dinamika Kesehatan, Vol.12. No.12

Nugroho, S. (2010). Ginekologi dan Obstetri. Nuha medika: Yogyakarta

Nuswantari, D. (2008). Kamus Saku Kedokteran. EGC: Jakarta

Prawihardjo, Sarwono. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka (2010)

Profil Kesehatan Indonesia. (2014). Teredia dalam: http://www.depkes.go.id


diakses pada tanggal 10 desember 2018

Profil Kesehatan DIY. (2017). Tersedia dalam: http://www.depkes.go.id diakses


pada tanggal 09 desember 2018

Purwaningrum. 2017. Faktor resiko kejadian abortus spontan. Higea Journal of


Public Health, Vol 1 (3)

Rahmawati Nur, (2011). Ilmu Praktik Kebidanan. Surabaya: Victory Inti Cipta

Resya & Ermawati (2012) Karateristik Ibu pada Penderitas Abortus dan Tidak
Abortus di RS Dr.M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas Volume
5 No 3. Resedia dalam : http://Jurnal.fk.unnand.ac.id diakses pada tanggal
11 januari 2019

Rustam. (2010). Synopsis Obsetric Fisiologis Dan Patologi. EGC: Jakarta

Sastroasmoro S. dan Sofyan I. (2014). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis.


Sagung Seto: Jakarta

Sarwono.(2010). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Bina pustaka.


Jakarta

Yunita, E. (2013). Hubungan Umur Ibu Denga Kejadian Abortus Di Arsud Hokan
Hulu. Journal Maternity and Neonatal. Vol.1.No.2

46
Zanuar, A. (2010). Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Abortus RSUP DR
Kariadi Semarang: Thesis, Universitas diponegoro. Tersedia dalam:
http://berkas.dpr.go.id diakses pada tanggal 20 desember 2018

47
LAMPIRAN

48

Anda mungkin juga menyukai