Anda di halaman 1dari 38

SISTEM KARDIOVASKULER

Congestive Heart Failur (CHF)

OLEH : KELOMPOK I

CHAIRUNNISA FARADIBA
KUSNADI JAYA DISASTRA
AISYA MUTMAINNA
RINI SUSMITA SARI
HUSNUL KHATIMAH
HASMAWATI
WAHYUDI
RISKA D

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSSAR
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu
memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan
metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal
pada jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Harrison,
2013). Pada kondisi gagal jantung kongestif adanya peningkatan tekanan
vaskular pulmonal akibat gagal jantung kiri menyebabkan overload tekanan
serta gagal jantung kanan (Aaronson & Ward, 2010).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler lebih
tepatnya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang
tinggi. WHO (2016), mencatat 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat
gangguan kardiovaskular. Lebih dari 75% penderita kardiovaskular terjadi di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 80% kematian
kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Menurut
American Heart Association ( AHA ) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7
juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal jantung. Selanjutnya
jumlah kejadian penyakit jantung di Asia seperti di China ditemukan sebanyak
300 per 100.000 orang, Jepang 82 per 100.000 orang, sedangkan di Asia
Tenggara menunjukkan Indonesia termasuk kelompok dengan jumlah kejadian
tertinggi yaitu 371 per 100.000 orang lebih tinggi dibandingkan Timur Leste
sebanyak 347 per 100.000 orang dan jauh lebih tinggi dibandingkan Thailand
yang hanya 184 per 100.000 orang (WHO, 2016).
Congestive Heart Failure (CHF) diperkirakan akan menjadi penyebab
utama kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas tahun mendatang,
meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal tersebut menjadi dasar
angka prevalensi penyakit kardiovaskuler secara cepat di negara-negara
berkembang dan Negara Eropa Timur. Selain itu, gagal jantung merupakan
penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di Rumah Sakit
(Redmission) meskipun pengetahuan rawat jalan telah diberikan secara
optimal (Kasron, 2012). Menurut hasil penelitian Hamzah et al (2016) yang
berjudul hubungan usia dan jenis kelamin dengan kualitas hidup pada
penderita gagal jantung, di dapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan
antara usia dan jenis kelamin dengan kualitas hidup penderita gagal jantung
dengan (p = 0,001).
Kejadian gagal jantung meningkat dengan bertambahnya usia.
Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, prevalensi penyakit gagal jantung
tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%), untuk yang terdiagnosis dokter,
sedikit menurun >75 tahun (0,4%) tetapi untuk yang terdiagnosis dokter
prevalensi lebih tinggi daripada perempuan (0,2%) dibanding laki-laki (0,1%)
berdasarkan diagnosis dokter atau gejala prevalensi sama banyaknya antara
laki-laki dan perempuan (Riskesdas, 2013). Prevalensi Gagal Jantung
berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%),
diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua
sebesar (0,5%) (Riskesdas, 2013). Menurut penelitian Maulidta (2010) yang
berjudul gambaran karakteristik pasien CHF di Instalasi rawat jalan RSUD
Tugurejo Semarang di dapatkan hasil berdasarkan karakteristik pasien CHF di
Instalasi rawat jalan RSUD Tugerojo Semarang sesuai sosiodemografi
tertinggi adalah lakilaki 63,30%, lansia awal 40,0%, kawin 90,0% IMT
normal 90,00% dan penyebab terjadi CHF paling banyak adalah hipertensi dan
kardiomiopati sejulah 70%. Sehubung dengan prevalensi kejadian Congestive
Heart Failure (CHF) masih tinggi yang ditemukan serta masih adanya resiko
seperti dampak kematian yang ditimbulkan akibat Congestive Heart Failure
(CHF) maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
mengobati, mencegah dan meningkatan kesehatan pasien. Agar dapat
memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan optimal maka
diperlukan pemahaman tentang konsep dasar penyakit Congestive Heart
Failure (CHF) dan proses keperawatannya. Maka dari itu penulis termotivasi
untuk membahas lebih lanjut dan akan menguraikan proses usaha keperawatan
tentang penyakit Congestive Heart Failure (CHF).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah bagaimana konsep medis dan konsep
keperawatan dari Congestive Heart Failure?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep medis
dan konsep keperawatan Congestive Heart Failure
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep medis dari Congestive Heart Failure
b. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari Congestive Heart Failure
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan bacaan dalam memperkaya wawasan bagi pembaca
dan menambah referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
Congestive Heart Failure (CHF).
2. Manfaat Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi
bagi instansi terkait khususnya STIK Yapma Makassar tentang
Congestive Heart Failure (CHF).
3. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis terutama
dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Makassar.
4. Manfaat Masyarakat
Diharapkan makalah ini dapat berguna sebagai bahan tambahan
pengetahuan dan pengalaman bagi masyarakat dalam pengembangan
pengetahuan tentang Congestive Heart Failure (CHF).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untukmengantarkan darah
yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh (Andra Saferi, 2013).
Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien (Andre saferi, 2013)
Menurut Prince (1994) dalam Andra Saferi (2013), Gagal jantung keadaan
patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
Kesimpulan yang diambil dari pengertian tersebut adalah bahwa gagal
jantung congestive adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung tidak
mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan metabolisme jaringan,
oksigen dan nutrient
B. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 1.1 Anatomi Jantung

Sumber:http://umm.edu/health/medical/reports/articles/coronary-artery-disease
Berdasarkan gambar di atas, secara anatomi terdapat beberapa bagian jantung
antara lain:
1. Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar
dari ventrikel sinistra .
2. Atrium kanan berfungsi untuk menampung darah miskin.
3. Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru
melalui keempat vena pulmonari. Darah kemudian mengalir ke ventrikel
kiri .
4. Ventrikel kanan berupa pompa otot, menampung darah dari atrium kanan
dan memompanya ke paru melalui arteri pulmonari.
5. Ventrikel kiri merupakan bilik paling besar dan paling berotot, menerima
darah kaya oksigen dari paru melalui atrium kiri dan memompanya ke
dalam system sirkulasi melalui aorta.
6. Arteri pulmonari merupakan pembuluh darah yang keluar dari dekstra
menuju ke paru-paru, arteri pulmonari membawa darh dari ventrikel
dekstra ke paru-paru (pulmo)
7. Katup trikuspidalis, terdapat diantara atrium dekstra dengan ventrikel
dekstra yang terdiri dari 3 katup,
8. Katup bikuspidalis, terdapat diantara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistra yang terdiri dari 2 katup.
9. Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium
dekstra.
a. Fisiologi Kardiovaskuler
Fisiologi Jantung (Sistem Kardiovaskuler)
Jantung adalah organ berupa otot,berbentuk kerucut, berongga
dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Jantung berada
di dalam thorak, antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum, dan
lebih menghadap kekiri dari pada ke kanan. Ukuran jantung kira-kira
sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-260
gram. Jantung terbagi atas sebuah septum atau sekat menjadi dua
belah, yaitu kiri dan kanan.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen keseluruh
tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme
(karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan
memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil
oksigen dan membuang karbondiksida. Jantung kemudian
mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan
memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan
perikardum,dimana lapisan perikardium di bagi menjadi 2 lapisan
yaitu:
1) Perikardium fibrosa (viseral), yaitu bagian kantung yang
membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium
diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar, melekat pada
sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
2) Perikardium serosum (parietal), yaitu bagian dalam dari
dinding lapisan fibrosa
Siklus system kardiovaskuler (jantung)
a. Siklus jantung
Jantung mempunyai empat pompa terpisah, dua pompa primer
atrium dan dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung
sampai akhir kontraksi berikutnya dimanakan siklus jantung. Tiap-tiap
siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi secara spontan. Simpul
sinoatrial (SA) terletak pada dinding posterior atrium dekstra dekat
muara vena superior. Potensial aksi berjalan dengan cepat melalui
berkas atrioventrikular (AV) ke dalam ventrikel, karena susunan
khusus penghantar atriunberkontraksi mendahului ventrikel. Atrium
bkerja sebagai pompa primer bagi ventrikel dan ventrikel menyediakan
sumber tenaga utam bagi pergerakan darah melelui sistem vaskular.
b. Curah jantung
Menurut syaifuddin (2012) curah jantung merupakan faktor
utama dalam sirkulasi yang mempunyai peranan penting dalam
transportasi darah yang mengandung berbagai nutrisi. Pada keadaan
normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan ventrikel
kanan sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan
darah di tempat tertentu, misalnya bila jumlah darah yang di pompakan
ventrikel dekstra lebih besar dari ventrikel sinistra. Jumlah darah tidak
dapat diteruskan oleh ventrikel kiri ke peredaran darah sistemik
sehingga terjadi penumpukan darah di paru. Besar curah jantung
seseorang tidak selalu sama, tergantung pada keaktifan tubuhnya.
Curah jantung akan meningkat pada waktu kerja berat, stres,
peningkatan suhu lingkungan, sedangkan curah jantung menurun ketika
waktu tidur.
C. Etiologi
Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013)
1. Meningkatkan preload : regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel
2. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hypertensi sistemik
3. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA, kardiomiopati
4. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup antrioventrikuler,
pericarditif konstriktif, tamponade jantung
5. Gangguan sirkulasi:
Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang melalui respon
mekanis
6. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan
memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme
yang meningkat
7. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi
terhadap ejaksi ventrikel kanan
D. Patofisiologi
Gagal jantung sering dipisahkan menjadi dua klasifikasi gagalan kanan
atau gagal jantung kiri. Pada gagal jantung kanan, ventrikel kanan tidak dapat
memompa darah ke dalam arteri pulmonalis, sehingga kurang darah yang
beroksigen oleh paru-paru dan meningkatkan tekanan di atrium. kanan dan
sirkulasi vena sistemik. Hipertensi vena sistemik menyebabkan edema pada
ekstremitas. Pada gagal sisi kiri, ventrikel kiri tidak stabil untuk memompa
darah ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi peningkatan tekanan di atrium
kiri dan pembuluh darah paru. Paru-paru menjadi sesak dengan darah,
menyebabkan tekanan paru relevated dan edema paru.
Meskipun, setiap jenis menghasilkan perubahan arteri yang
berbedasistemik/paru, secara klinis tidak biasa untuk mengamati kegagalan
semata-mata gagal jantung kanan ataugagal jantung kiri. Sejak kedua sisi
jantung tergantung pada fungsi yang memadai dari sisi lain, kegagalan satu
ruang menyebabkan perubahan timbal balik di ruang berlawanan. Misalnya,
dalam peningkatan kegagalan sisi kiri kemacetan vaskular paru akan
menyebabkan tekanan meningkat pada ventrikel kanan, sehingga benar
hipertrofi ventrikel, penurunan efisiensi miokard, dan akhirnya
mengumpulkan darah dalam sirkulasi vena sistemik (Syaifuddin, 2011).
E. Tanda dan Gejala
Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernapasan.
Gejala:
a. Dispnea
Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli
yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat
istirahat atau di cetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
b. Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi
akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di
kursi, bahkan saat tidur.
c. Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang
disertai dengan bercak darah.
d. Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan
dari srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa
hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di
gunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress
pernafasan dan batuk.
e. Ronkhi
f. Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan
berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik
Gejala :
a. Udem perifer
b. Peningkatan BB
c. Distensi vena jugularis
d. Hepatomegali
e. Asites
f. Pitting edema
g. Anoreksia
h. Mual
3. Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan perfusi oksigen
kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
a. Pusing
b. Kelelahan
c. Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
d. Ekstrimitas dingin
4. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi
aldosteron dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler.
F. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung Yaitu:
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung dan otak)
3. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik
vena kejantung menuju tomponade jantung.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan pada gagal jantung adalah
sebagai berikut:
1. Foto thorok dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang
disertai adanya pembendungan cairan diparu karena hipertensi pulmonal.
Tempat adanya infiltrat precordial kedua paru dan efusi pleura
2. Laboratorium mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit. Jumlah
lekosit meningkat, bila sangat meninggi mungkin memperberat jantung.
Keadaan asam basa tergantung pada keadaan metabolisme, masukan
kalori, keadaan paru dan fungsi ginjal, kadar natrium darah sedikit
menurun walaupun kadar natrium total bertambah. Berat jenis urine
meningkat. Enzim hepar mungkin meningkat dalam kongesti hepar. Gagal
ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksi
dengan peningkatan PCO2. BUN dan kreatinin menunjukan penurunan
perfusi ginjal. Albumin/ transferin serum mungkin menurun sebagai akibat
penurunan masukan protein atau penurunan sintesis proteindalam hepar
mengalami kongesti. Kecepatan sedimentasi menunjukan adanya inflamasi
akut.
3. Ultrasonography (USG) merupakan gambaran cairan bebas dalam rongga
abdomen, dan gambaran pembesaran hepar dan lien. Pembesaran hepar
dan lien kadang sulit diperiksa secara manual saat disertai asites.
4. EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemik ( jika meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi daran dari adanya
kelebihan retensi air,K, Na, CI,ureum,gula darah )
H. Penatalaksanaan
Menurut kosron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi:
1. Terapi non farmakologi
a. Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Oksigenasi
c. Dukung diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkan oedema
2. Terapi farmakologi
a. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung.
Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penuruna tekanan
vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi
oedema.
b. Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalenia.
c. Terapi vasodilator : Obat-obat fasoaktif digunakan untuk
mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah
oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dapat diturunkan.
I. Patways

Disfungsi miokard Beban systole Beban tekanan


(AMI) berlebihan
Hambatan pengosongan
kontraktilitas ventrikel

Beban jantung COP

Gagal jantung

Gagal pompa Gagal pompa vertikel


vertikel kiri kanan
Tekanan
Forward failur diastole naik
Back failur
Bendungan
LVED naik vena sistemik

Suplai darah Suplai O2 hepar


jaringan otak
Tekanan vena
pulmonalis
Metabolism Sinkop hepatomegali
anaerob
Edema paru
Penurunan Nyeri
Asidosismet curah
jantung Ronkhi basah
abolik

Penumpukan
fatique
sekret

Bersihan jalan
Intoleransi nafas tidak
aktifitas efektif
J. Data Fokus Intervensi
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Adalah Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan
jalan nafas (Herdman, 2014).
a. Batasan Karakteristik:
1) Tidak ada batuk
2) Suara nafas tambahan
3) Perubahan irama nafas
4) Sianosis
5) Dispnea
6) Sputum dalam jumlah yang berlebih
7) Batuk yang tidak efektif
8) Gelisah
b. Faktor yang berhubungan
1) Lingkungan
a) Perokok pasif
b) Mengisap asap
c) Merokok
2) Obstruksi jalan nafas
a) Spasme jalan nafas
b) Mukus dalam jumlah berlebih
c) Sekresi yang tertahan atau sisa sekresi
3) Fisiologis
a) Jalan nafas alergik
b) Penyakit paru obstruksi kronis
c) Infeksi
d) Disfungsi neuromuscular
4) Nursing Outcomes Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 2x24 jam,
diharapakan pola nafas menjadi efektif, dengan kriteria hasil:
a) Sianosis, gelisah, dan keletihan tidak ada (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah)
b) Dispneu saat istirahat dan aktivitas tidak ada
c) Status neurologis dalam rentang yang di harapkan
5) Nursing Internation Classification (NIC)
a) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
b) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suktion nasotrakeal
c) Gubakan alat setril setiap melakukan tindakan
d) Anjurkan pasien untuk istirahat
e) Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukan brakikardi, peningkatan saturasi O2, dll
f) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
g) Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau section
h) Auskultasi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan
i) Monitor respirasi dan status O2
2. Penurunan curah jantung
Menurut Herdman (2014) penurunan curah jantung didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana pompa darah oleh jantung yang tidak
adekuat untuk mencapai kebutuhan metabolisme tubuh.
a. Batasan karakteristik :
1) Perubahn frekuensi/irama jantung
a) Aritmia
b) Brakikardia
c) Perubahan EKG
d) Palpitasi
e) Takikardia
2) Perubahan Preload
a) Edema
b) Penurunan tekanan vena sentra (centra venous pressure/CVP)
c) Penurunan tekana baji arteri paru (pulmonary artery
wedge pressure/PAWP)
d) Keletihan
e) Peningkatan CVP
f) Peningkatan PAWP
g) Distensi vena jungularis
h) Mur-mur
i) Kenaikan berat badan

3) Perubahan Afterload
a) Kulit lembab
b) Dispnea
c) Penurunan nadi perifer
d) Penurunan resistansi vaskuler
e) Penurunan resistansi vaskuler sistemik
f) Peningkatan PVR
g) Peningkatan SVR
h) Oliguria
i) Pengisian ulang kapiler memanjang
j) Perubahan warna kulit
k) Variasi pada pembacaan tekanan darah
4) Perubahan Kontraktilitas
a) Crockle
b) Batuk
c) Penurunan left ventricular stroke work indek ( LVSWI )
d) Penurunan stroke volume indek ( SVI )
e) Penurunan indeks jantung
f) Ortopnea
g) Dispnea paroksimal noktural
h) Bunyi S3
i) Bunyi S4
5) Perilaku/Emosional
a) Ansietas
b) Gelisah
c. Faktor yang berhubungan
1) Perubahan Frekuensi Jantung
2) Perubahan Irama
3) Perubahan Volemu Sekuncup
4) Perubahan afterload
5) Perubahan kontraktilitas
6) Perubahan preload
d. Nursing outcomes classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam diharapkancurah jantung pasien normal, dengan kriteria
hasil :
1) Tekanan darah sitolik dan diastolik dalam rata-rata dalam
rentang yang diharapkan
2) Melakukan aktivitas tanpa dispneu dan nyeri
e. Nursing Intervention classivication ( NIC )
Cardiac care :
1) Monitor gejala gagal jantung CO menurun termasuk nadi perifer
yang kualitasnya menurun, kulit dingin dan ekstremitas, RR
,dispneu, HR yang tinggi, distensi vena jungularis,penurunan
kesadaran dan adanya edema.
2) Auskultasi bunyi jantung ,cacat frekuensi dan ritme
3) Observasi bingung,pusing dan kurang tidur
4) Observasi adanya nyeri dada
5) Jika ada nyeri dada,baringkan klien
6) Monitor intake dan output per 24 jam
7) Catat hasil EKG dan X-RAY
8) Posisikan klien dalam posisi semi fowler
3. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologis
Adalah pengalaman sensorik atau emosional yang tidak menyenangkan
dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Menurut international
association for the study of pain adalah awitan yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau
berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung >6 bulan (Herdman, 2014)
a. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan bersihan jalan nafas dapat efektif, dengan kriteria hasil:
1) Melaporkan bahwa nyeri berkurang atau hilang
2) Pasien tampak lebih rileks
3) Melaporkan rasa nyaman setelah nyeri hilang

b. Nursing international classification (NIC)


1) Pain management:
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
b) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien.
c) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
sseperti suhu ruangan dan kebisingan.
d) Kurangi faktor presipitasinyeri
e) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
f) Tingkatkan istirahat
g) Pilih dan lakukan penangan nyeri (farmakologi, non
farmakologi, dan inter personal)
h) Kolaborasikan dengan dokter tentang pemberian terapi
yang sesuai
2) Analgetik administration
a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesic
b) Berikan analgesik tepat waktu
5. Intoleransi aktinitas berhubungan dengan kelemahan umum
Adalah suatu keadaan seseorang individu yang tidak cukup
mempunyai energi fisiologi atau psikologi untuk bertahan atau
memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan
(Herdman, 2014).
a. Nursing outcomes classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24jam, diharapkan aktivitas pasien akan meningkat,
kriteria hasil:
1) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
2) Tanda vital normal
3) Level kelemahan
4) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekua
b. Nursing Intervensi Classification (NIC)
1) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
2) Bantu pasien untuk mengembangakn motivasi diri dan penguatan
3) Monitor respon fisik, emosi. Dan spiritual
4) Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi untuk merencakan
program yang tepat
5) Mengubah posisi pasien setiap 2 jam
6) Bantu pasien untuk membuat jadwal aktivitas di waktu luang.
7) Menentukan penyebab intoleransi aktivitas
8) Batasi aktivitas yang berlebih
9) Pantau dan dokumentasikan pola tidur dan lamanya wktu
tidurpasien
10) Monitor pola tidur dan lamanya tidur istirahat klien
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. F
b. Umur : 42 Tahun
c. Jenis kelamin : Pria
d. Agama : Islam
e. Alamat : Jl. Rawa Kuning Kel. Pulo Kec. Cakung Jakarta
Timur
f. Suku : Batak
g. Pekerjaan : Buruh
h. MRS : 09 – 04 – 2012 jam 23:07
i. Pengkajian : 10 – 04 - 2012
j. Register : 001342977
k. Diagnosa medis : CHF
B. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Alasan utama masuk rumah sakit :
Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit
2. Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri dada 3 minggu sebelum masuk rumah sakit,
timbul terutama saat batuk dan sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, dan apabila melakukan aktifitas sehari-hari bertambah sesak,
tidak berkurang dengan pemberian obat dari dokter( nama lupa) serta tidur
menggunakan bantal lebih dari 2. Pada tanggal 9 April 2012 klien dibawa
ke IGD RSU Persahabatan dan dibawa ke ruang Cempaka Atas
C. Riwayat Penyakit Terdahulu
Sekitar 5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi sejak itu klien kontrol
ke RSU Persahabatan tapi tidak rutin
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi,jantung atau DM
E. Pola Kegiatan Sehari-hari
1. Nutrisi
Sebelum MRS klien makan 3x Sehari dengan porsi cukup saat MRS
pemenuhan nutrisi diit jantung III dengan 1700 kal, minum 750 cc/24 jam,
kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi tidak ada.
Setelah MRS pasien mengatakan perut semakin membesar, mudah
kenyang, makan < 1 piring, nafsu makan baik
2. Pola Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi 1x/2 hari frekuensi 5-6x/hari
Warna Coklat Warna Kuning
Konsistensi Lunak keluhan Tidak ada
Keluhan Tidak ada

3. Tidur dan Istirahat


Sebelum Masuk Rumah Sakit Setelah Masuk Rumah Sakit
Frekuensi 2x/hari frekuensi 2x/hari
Tidur siang 4-5 jam/hari Tidur siang 4-5 jam/hari
Tidur malam 6-7 jam/hari keluhan 6-7 jam/hari

4. Pola Aktivitas
Sebelum MRS Klien hanya istirahat di rumah saja, tidak ada kegiatan
sehari-hari karena merasa sesak ketika melakukan aktifitas yang agak
berat. Setelah MRS klien hanya duduk dan berbaring di ranjang.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara jelas
TD : 140/90 mmHg, N : 100 x/menit reguler , RR : 20 x/ menit,T :
36,5 oC
2. Kepala : Normocephalic, simetris, nyeri kepala tidak ada
3. Wajah : Simetris, oedema (-), tidak ada sianosis
4. Mata : Kelopak mata normal, konjungtiva anemis (-), isokor, sklera ikterik
(-), reflex cahaya (+), tajam penglihatan menurun
5. Telinga : secret (-), serumen (+), membrane timpani normal, pendengaran
menurun
6. Leher : Simetris, kaku kuduk (-), pembesaran vena jugularis (+)
7. Thoraks : Paru : Gerakan simetris, retraksi supra renal (-), retraksi
intercosta (-), perkusi resonan, ronchi +/+, wheezing -/-, vocal fremitus
kuat dan simetris
8. Jantung : Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas
kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 axila anterior kanan, perkusi dullness,
bunyi S1 dan S2 tunggal, Gallop (-), mur-mur (-), capillary refill 2-3 detik
9. Bising usus (+), tidak ada benjolan, nyeri tekan pada kuadran kanan
bawah, pembesaran hepar 2 jari lunak.
10. Genitalia : Tidak diperiksa
11. Ekstermitas : Akral hangat, edema (-/-), kekuatan 3/4, gerak yang tidak
disadari (-)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Hb : 11,9 13 – 15
Hematokrit : 35 40 – 48
Leukosit : 6300
Trombosit : 255.000
Diff : -/-/ 2/73/24/1
AGD
1. Ph : 7.492
2. Po2 : 133,4
3. PCo2 : 23,6
4. HCO3 : 17,9
5. Sat O2 : 98,8
Na : 138
K : 5,3
Cl : 101
Ureum : 14
Kreatinin : 210
SGOT : 111,3
SGPT : 360
Albumin : 3,8
Gula Darah Puasa : 97
Ck : 771
CKMB : 100
2. Radiologi : Hasil/kesan : CTR > 50% (kardiomegali)
3. EKG
Tanggal : 11-4-2012
Hasil/kesan : irama sinus, ST elevasi pada V4, Q patologis pada v1-v3
Tanggal : 12-4-2012
Hasil/kesan : irama sinus, HR 110x/ mnt ireguler, axis, LAD
H. Terapi
1. Obat-obatan
a. IVFD : 20 tts/ mnt
b. Lasix : 3 x 40 mg iv
c. Ascardia : 1 x 80 mg
d. Simvatatin :1 x 20 mg
e. Captopryl : 3 x 25 mg
f. O2 : 3 liter/ mnt Nasal Kanul
2. Diet
Diet jantung III ( 1700 kal ), RG
I. KLASIFIKASI DATA
1. Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari SMRS
2. Klien mengeluh nyeri dada 3 minggu sebelum MRS
3. Klien mengatakan ketika melakukan aktifitas sehari-hari bertambah sesak
4. Klien mengatakan tidur menggunakan bantal lebih dari 2
5. Klien mengatakan sekitar 5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi
6. Klien mengatakan perut semakin membesar, mudah kenyang, makan < 1
piring setelah MRS
7. Klien mengeluh sesak dan mudah terbangun pada malam hari
8. TTV :
TD : 140/90 mmHg, N : 100 x/menit reguler , RR : 20 x/ menit,T :
36,5 oC
9. tajam penglihatan menurun
10. Telinga : Serumen (+)
11. Mulut dan Faring: Gigi banyak yang hilang
12. Leher: Pembesaran vena jugularis (+)
13. Abdomen: Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah
14. Ekstermitas : Kekuatan ¾
15. Laboratorium
Hb : 11,9 13 – 15
Hematokrit : 35 40 – 48
EKG : Tanggal : 11-4-2012
Hasil/kesan : irama sinus, ST elevasi pada V4, Q patologis pada
v1-v3
Tanggal : 12-4-2012
Hasil/kesan : irama sinus, HR 110x/ mnt ireguler, axis, LAD
J. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Agen Cidera Nyeri Akut
P : nyeri spontan Biologi
Q : tertekan
R : dada
S : skala 7
T : terus menerus
DO :
1. klien tampak merintih menahan nyeri
2. gelisah
3. TTV :
TD : 140/90 mmHg,
N : 100 x/menit reguler
RR : 20 x/ menit,
T : 36,5 oC

DS : Disfungsi Penurunan
1. Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 miocard curah jantung
hari SMRS
2. Klien mengeluh nyeri dada 3 Kontraktilitas
minggu sebelum MRS
3. Klien mengatakan ketika Gagal pompa
melakukan aktifitas sehari-hari ventrikel
bertambah sesak
DO Curah jantung
1. TTV : (COP)
TD : 140/90 mmHg,
N : 100 x/menit reguler
RR : 20 x/ menit,
T : 36,5 oC
2. Leher : pembesaran vena jugularis
3. Laboratorium
a. Hb : 11,9 13 – 15
b. Hematokrit : 35 40-48
c. EKG : Tanggal : 11-4-2012
Hasil/kesan : irama sinus, ST
elevasi pada V4, Q patologis
pada v1-v3
d. Tanggal : 12-4-2012
Hasil/kesan : irama sinus, HR
110x/ mnt ireguler, axis, LAD
DS Suplai darah Intoleransi
1. Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 kejaringan aktivitas
hari SMRS
2. Klien mengatakan ketika Nutrisi & O2 sel
melakukan aktifitas sehari-hari
bertambah sesakTajam penglihatan Metabolisme sel
menurun
DO Lemah & letih
1. Ekstermitas : kekuatan ¾
2. Laboratorium
a. Hb : 11,9 13 – 15
b. Hematokrit : 35 40-48
c. EKG : Tanggal : 11-4-2012
Hasil/kesan : irama sinus, ST
elevasi pada V4, Q patologis
pada v1-v3
d. Tanggal : 12-4-2012
Hasil/kesan : irama sinus, HR
110x/ mnt ireguler, axis, LAD
3. TTV :
TD : 140/90 mmHg,
N : 100 x/menit reguler
RR : 20 x/ menit,
T : 36,5 oC

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
miokardial ditandai demgan :
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan
ditandai dengan:
L. RENCANA PERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji skala
dengan agen cidera biologi tindakan nyeri
DS : keperawatan 2. Observasi
P : nyeri spontan kondisi klien dapat tanda-tanda
Q : tertekan membaik denga nyeri.
R : dada kriteria: 3. Kolaborasi
S : skala 7 1. Nyeri berkurang dengan
T : terus menerus 2. Pasien dapat dokter
DO: merasa lebih pemberian
1. klien tampak merintih nyaman obat
menahan nyeri analgetik
2. gelisah 4. Ajarkan
3. TTV : teknik
a. TD: 140/90 mmHg relaksasi
b. N : 100 x/menit nafas dalam
c. RR : 20 x/ menit, 5. Lakukan
d. T : 36,5 oC penyuluhan
kesehatan
sesuai
indikasi
6. Kaji dan
catat tekanan
darah,sianosi
s,irama dan
denyut
jantung
2 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan 1. Intruksikan
berhubungan tindakan untuk menjaga
dengan Perubahan keperawatan keseimbangan
kontraktilitas miokardial kondisi klien dapat intake dan
ditandai dengan : membaik denga output
DS : kriteria: 2. Jelaskan
1. Klien mengeluh sesak 3. Tanda-tanda tentang
nafas sejak 2 hari vital dalam batas penggunaan
SMRS normal dosis frekuensi
2. Klien mengeluh nyeri 4. Tidak ada dan efek
dada 3 minggu hipotensi samping obat
sebelum MRS 5. AGD dalam 3. Kolaboratif:
3. Klien mengatakan batas normal diuretic dan
ketika melakukan 6. tidak ada antibiotic
aktifitas sehari-hari distensi vena
bertambah sesak jugularis
DO
1. TTV :
TD : 140/90 mmHg,
N : 100 x/menit reguler
RR : 20 x/ menit,
T : 36,5 oC
2. Leher : pembesaran vena
jugularis (+)
3. Laboratorium
a. Hb : 11,9 13 – 15
b. Hematokrit : 35 40-48
c. EKG :
Tanggal : 11-4-2012
Hasil/kesan : irama
sinus, ST elevasi pada
V4, Q patologis pada
v1-v3
d. Tanggal : 12-4-2012
Hasil/kesan : irama
sinus, HR 110x/ mnt
ireguler, axis, LAD
3 Intolerans aktifitas Setelah dilakukan 1. Kaji respon
berhubungan dengan tindakan emosional
kelemahan dan keletihan keperawatan sosial dan
ditandai dengan: diharapkan spiritual
DS intoleransi aktifitas 2. Monitor
1. Klien mengeluh sesak klien dapat teratasi respon
nafas sejak 2 hari denga criteria hasil: cardiorespirato
SMRS 1. TTV dalam batas ry terhadap
2. Klien mengatakan normal kelelahan
ketika melakukan 2. Klien mampu 3. Intruksikan
aktifitas sehari-hari mendemonstrasik teknik
bertambah sesakTajam an aktifitas dan relaksasi
penglihatan menurun self care selama
DO Keseimbangan aktifitas
1. Ekstermitas : kekuatan antara aktivitas dan Evaluasi
¾ istirahat motivasi klien
2. Laboratorium terhadap
a. Hb : 11,9 13 – 15 peningkatan
b. Hematokrit: 35 40- aktifitas
48
c. EKG :
Tanggal : 11-4-2012
Hasil/kesan : irama
sinus, ST elevasi
pada V4, Q patologis
pada v1-v3
d. Tanggal : 12-4-2012
Hasil/kesan : irama
sinus, HR 110x/ mnt
ireguler, axis, LAD
3. TTV :
a. TD : 140/90 mmHg,
b. N:100x/menit
reguler
c. RR : 20 x/ menit,
d. T : 36,5 oC
M. IMPLEMENTASI
NO
WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 11- 04-2012 1. Mengkaji skala nyeri S: Pasien mengatakan nyeri.
09.00 2. Mengobservasi tanda- O: Skala nyeri 7
tanda nyeri. S: nyeri
3. Mengkolaborasi O: Tampak merintih.
dengan dokter S: Obat mau saya minum.
pemberian obat O: Pasien minum obat
analgetik. A : Masalah belum teratasi
4. Mengajarkan teknik P: Lanjutkan intervensi:
relaksasi nafas dalam 1. Kolaborasi dengan
dokter pemberian obat
analgetik.
2. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
2 11- 04-2012 1. Mengkaji dan catat S: klien mengatakan sesak
09.50 tekanan nafas dan jantung
darah,sianosis,irama bergerak tidak teratur
dan denyut jantung O: TD: 120/90 mmHg,RR:
hasil: TD: 120/90, 22 x/mnt,N: 116 x/mnt,
HR: 122 x/mnt reuler, EKG: irama sinus,
regular, RR: 20 x/mnt HR: 110 x/mnt, ireguler,
2. Mengintruksikan axis, LAD
untuk menjaga A: Masalah belum teratasi
keseimbangan intake P: Lanjutkan intervensi
dan output
hasil: klien Nampak
paham dengan
penjelasan yang
diberikan
3. Menjelaskan tentang
penggunaan dosis
frekuensi dan efek
samping obat
hasil: klien Nampak
paham dengan
penjelasan yang
diberikan
4. Mengkolaborasi
pemberian diuretic
dan antibiotic
hasil: klien minum
obat
3 11- 04-2012 1. Mengkaji respon S: klien mengatakan sesak
09.50 emosional dan nafas dan jantung
spiritual klien bergerak tidak teratur
hasil: motivasi klien O: TD: 120/90 mmHg,RR:
terhadap aktifitas baik 22 x/mnt,N: 116 x/mnt,
2. Memonitor reuler, EKG: irama sinus,
cardiorespiratory HR: 110 x/mnt, ireguler,
terhadap kelelahan axis, LAD
hasil: TTV: A: Masalah belum teratasi
T: 120/90 mmHg P: Lanjutkan intervensi
HR: 116 x/mnt
regular
RR: 22 x/mnt
3. Menintruksikan
teknik relaksasi
selama aktifitas
hasil: klien paham
dengan intruksi yang
diberikan
4. Mengevaluasi
motivasi kilen
terhadap peningkatan
aktifitas
hasil: klien
mangatakan mudah
merasa lelah,sesak
nafas, dah jantung
tidak teratur

NO
WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 12- 04-2012 1. Mengkaji dan catat S: Klien mengatakan sesak
09.00 tekanan nafas dan jantung
darah,sianosis,irama bergerak tidak teratur
dan denyut jantung O: TD: 120/90 mmHg,RR: 22
hasil: TD: 120/90, x/mnt,N: 116 x/mnt,
HR: 110 x/mnt reguler, EKG: irama sinus,
regular, RR: 22 HR: 110 x/mnt, ireguler,
x/mnt capillary refill axis, LAD
3 detik A: Masalah belum teratasi
2. Mengintruksikan P: Lanjutkan intervensi
untuk menjaga
keseimbangan intake
dan output
hasil: klien Nampak
paham dengan
penjelasan yang
diberikan
3. Menjelaskan tentang
penggunaan dosis
frekuensi dan efek
samping obat
hasil: klien Nampak
paham dengan
penjelasan yang
diberikan
4. Mengkolaborasi
pemberian diuretic
dan antibiotic hasil:
klien minum obat

2 12- 04-2012 1. Mengkaji respon S: klien mengatakan sesak


09.30 emosional dan nafas dan jantung
spiritual klien bergerak tidak teratur
hasil: motivasi klien O: TD: 120/90 mmHg,RR: 22
terhadap aktifitas baik x/mnt,N: 116 x/mnt,
2. Memonitor reuler, EKG: irama sinus,
cardiorespiratory HR: 110 x/mnt, ireguler,
terhadap kelelahan axis, LAD
hasil: TTV: A: Masalah belum teratasi
a. T: 120/90 mmHg P: Lanjutkan intervensi
b. HR: 110 x/mnt
regular
c. RR: 20 x/mnt
3. Menintruksikan
teknik relaksasi
selama aktifitas
hasil: klien paham
dengan intruksi yang
diberikan
4. Mengevalusi motivasi
kilen terhadap
peningkatan aktifitas.
hasil: klien
mangatakan mudah
merasa lelah,sesak
nafas, dah jantung
tidak teratur
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan
2. Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui
penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi
sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.
3. Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban
kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari
fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari :
beban awal, kontraktilitas dan beban akhir
B. SARAN
Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit gagal jantung kongestif ini
dilakukan dengan menghindari penyebab dari penyakit ini misalnya menjaga
gaya hidup yang sehat terutama pada makanan yang dikonsumsi diharapkan
tidak yang melihat enaknya saja tetapi juga mempertimbangkan gizi yang
terkandung dalam, makanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Aaronson & Ward. 2010. At Glance Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Erlangga.

American Heart Association. 2012. Heart disease and stroke


statistic.http://circ.ahajournals.org/content/125/I/E2/ T29.expansion.html.
Di akses 3 December 2018 (10.30)

Hamzah Rori, Widaryati, Darsih. 2016. Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan
Kualitas Hidup pada Penderita Gagal Jantung di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Portal Garuda Indonesia. Di
aksestanggal 5 Desember 2018 (10.00)

Harrison. 2013. Harrison’s Principles of Internal medicines 16th Edition, New


York: McGraw Hill Medical Publishing Division. Di akses 5 Desember
2018 (09.00)

Kasron. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem cardiovaskuler. Nuha Medika


:Yogyakarta.

Riskesdas, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Di akses 3 Desember 2018 (10.30)

WHO. 2016. Prevalence of CardiovascularDisease. WHO Epidemiologi


SubRegion AFRD and AFRE. Genewa. Di akses 1 Desember 2018
(18.50)

Anda mungkin juga menyukai