Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Penyakit Turunan Hemofilia Pada
Manusia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Biologi. Tujuan yang
lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang apa
itu penyakit menurun yang saya sajikan berdasarkan berbagai sumber informasi, referensi,
dan berita.
Saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Guru Pembimbing yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini.Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para siswa SMAN 1 SIGI. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI ………..………………………………………………………………………………………..2

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………..3


A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………………..3
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................................4
C. Tujuan ......................................................................................................................................4
D. Metode Penulisan .........................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………..5
A. Pengertian Hemofilia ...................…………...……………………………………………….......5
B. Anatomi Fisiologi .........................................................................................................................6
C. Patofisiologi.....................................................................................................................................6
D. Etiologi ......................................................................................................................................7
E. Gejala Hemofilia .........................................................................................................................7
F. Tingkatan Hemofilia .............................................................................................................8
G. Komplikasi Akibat Hemofilia .................................................................................................9
H. Pengobatan .........................................................................................................................9
I. Perawatan Bagi Penderita Hemofilia ..................................................................................10
J. Antisipasi ....................................................................................................................................10
BAB 3 PENUTUP ....……………………………………………………………………………………11
A. Kesimpulan ....……………………………………………………………………………………12
B. Saran ....................................................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemofilia merupakan penyakit keturunan dengan manifestasi berupa kelainan


pembekuan darah, yang sudah sejak lama dikenal di berbagai belahan dunia termasuk di
Indonesia. Namun masih menyimpan banyak persoalan khususnya masalah diagnostik dan
besarnya biaya perawatan penderita khususnya pemberian komponen darah sehingga
sangat memberatkan penderita ataupun keluarganya.
Penyakit hemofilia bila ditinjau dari kata demi kata: hemo berarti darah dan filia
berarti suka, hemofilia berarti penyakit suka berdarah. Di daratan Eropa hemofilia ini
sudah dikenal sejak beberapa ratus tahun yang lalu, penderitanya banyak dari keluarga
bangsawan-bangsawan kerajaan di Eropa sedang di Amerika penyakit ini pertama kali
ditemukan sekitar awal tahun 1800 pada seorang anak laki-laki yang diturunkan dari ibu
dengan carier hemofilia. Dugaan adanya penurunan secara genetik hemofilia
pertama kali dikenal pada massa Babylonia, ketika seorang pendeta memberikan izin
untuk dilakukan sirkumsisi (sunatan) pada seorang anak laki-laki dari seorang wanita yang
diketahui merupakan pembawa hemofilia (carier hemofilia), akibatnya terjadi
perdarahan yang berat dan mengakibatkan kematian.
Pada keadaan normal bila seseorang mengalami suatu trauma atau luka pada
pembuluh darah besar atau pembuluh darah halus/kapiler yang ada pada jaringan
lunak maka sistem pembekuan darah/koagulation cascade akan berkerja dengan
mengaktifkan seluruh faktor koagulasi secara beruntun sehingga akhirnya terbentuk
gumpalan darah berupa benang- benang fibrin yang kuat dan akan menutup luka atau
perdarahan, proses ini berlangsung tanpa pernah disadari oleh manusia itu sendiri dan
ini berlangsung selama hidup manusia. Sebaliknya pada penderita hemofilia akibat
terjadinya kekurangan F VIII dan F IX akan menyebabkan pembentukan bekuan darah
memerlukan waktu yang cukup lama dan sering bekuan darah yang terbentuk tersebut
mempunyai sifat yang kurang baik, lembek, dan lunak sehingga tidak efektif menyumbat
pembuluh darah yang mengalami trauma, hal ini dikenal sebagai prinsip dasar
hemostasismofilia.
Nasib penderita kelainan darah hemofilia di Indonesia masih memprihatinkan. Dari
puluhan ribu penderita yang ada, hanya segelintir saja yang tercatat, terdiagnosis dan
tertangani. Sedangkan sisanya tidak terdiagnosis dan mendapatkan mendapatkan
pengobatan yang sesuai.
Berdasarkan data yang dimiliki Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonnesia (HMHI),
jumlah penderita hemofilia diperkirakan sekitar 20.000 orang. Namun hingga Maret 2010,
tercatat hanya 1.236 penderita hemofilia dan kelainan pendarahan lainnya yang
teregistrasi. Hal ini menunjukkan baru sekitar 5 persen saja kasus yang terdiagnosis. Kondisi

3
yang memprihatinkan tersebut yang melatar belakangi penyusun untuk menyusun makalah
ini.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum Agar masyarakat mengerti dan memahami tentang penyakit hemofilia
termasuk gejala dan tindakan antisipasinya.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk siswa, agar dapat menyalurkan ilmunya kepada masyarakat sehingga tindakan
antisipasi serta perawatan bagi penderita Hemofila dapat dilakukan dengan baik dan
benar.
b. Dengan mengetahui informasi tentang penyakit Hemofilia diharapkan masyarakat
dapat mendukung dan mensupport penderita Hemofilia.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Hemofilia ?


2. Bagaimana anatomi dan Fisiologi Hemofilia ?
3. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Hemofila ?
4. Apa saja gejala-gejala penyakit Hemofilia ?
5. Bagaimana dampak psikologis penyakit Hemofilia terhadap penderita penyakit
Hemofilia ?
6. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit Hemofilia ?
7. Bagaimana pengobatan bagi penderita penyakit Hemofilia ?
8. Bagaimana perawatan terhadap penderita penyakit Hemofilia ?
9. Bagaimana tindakan antisipasi terhadap penyakit Hemofilia ?

D. Metode Penulisan

a. Metode Elektronik
Melakukan pencarian informasi melalui internet dengan membuka beberapa website
tentang materi tersebut.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hemofilia

Hemofilia adalah penyakit genetik/turunan, merupakan suatu bentuk kelainan


perdarahan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya dimana protein yang
diperlukan untuk pembekuan darah tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit. Penyakit ini
ditandai dengan sulitnya darah untuk membeku secara normal. Apabila penyakit ini tidak
ditanggulangi dengan baik maka akan menyebabkan kelumpuhan, kerusakan pada
persendian hingga cacat dan kematian dini akibat perdarahan yang berlebihan. Penyakit
ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan sendi yang nyeri dan
menahun.

Penderita hemofilia tidak boleh mendapat suntikan kedalam otot karena bisa
menimbulkan luka atau pendarahan, Hemofilia memiliki dua tipe, yakni Hemofilia terbagi
atas dua jenis, yaitu :
1. Hemofilia A, yang dikenal juga dengan nama :
a. Hemofilia Klasik: karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor
pembekuan pada darah
b. Hemofilia kekurangan Factor VIII : terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein
pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
c. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak laki-laki yang mewarisi gen defektif pada
kromosom X dari ibunya. Ibu biasanya bersifat heterozigot dan tidak memperlihatkan
gejala. Akan tetapi 25% kasus terjadi akibat mutasi baru pada kromosom X.
2. Hemofilia B, yang dikenal juga dengan nama :
a. Christmas Disease: karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama
Steven Christmas asal Kanada
b. Hemofilia kekurangan Factor IX: terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein
pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.

Penyakit ini diturunkan orang tua kepada seorang anak melalui kromosom X yang
tidak muncul. Saat wanita membawa gen hemofilia, mereka tidak terkena penyakit itu.
Jika ayah menderita hemofilia tetapi sang ibu tidak punya gen itu, maka anak laki-laki
mereka tidak akan menderita hemofilia, tetapi anak perempuan akan memiliki gen itu. Jika
seorang ibu adalah pembawa dan sang ayah tidak, maka anak laki-laki akan berisiko
terkena hemofilia sebesar 50 persen, dan anak perempuan berpeluang jadi pembawa gen
sebesar 50 persen.

B. Anatomi Fisiologi

5
Ciri-Ciri Fisik dan Kimia dari Trombosit
Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2 sampai 4
mikrometer. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakarosit, yaitu sel yang sangat
besar dalam susunan hemopoetik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi
trombosit, baik dalam sumsum tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya
ketika mencoba untuk memasuki kapiler paru. Megakariosit tidak meninggalkan sumsum
tulang untuk memasuki darah. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialah
antara150.000 dan 350.000 per mikroliter.
Trombosit mempunyai banyak ciri khas fungsional sebagai sebuah sel, walaupun tidak
mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Didalam sitoplasmanya terdapat faktor-
faktor aktif seperti :

1. Molekul aktin dan miosin, sama seperti yang terdapat dalam sel-sel otot, juga protein
kontraktil lainnya, yaitu tromboplastin, yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi.
2. Sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang mensintesis berbagai enzim dan
menyimpan sejumlah besar ion kalsium.
3. Mitokondria dan sistem enzim yang mamapu membentuk adenosin trifosfat dan adenosin
difosfat.
4. Sistem enzim yang mensintesis protaglandin, yang merupakan hormon setempat yang
menyebabkan berbagai jenis reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan setempat
lainnya.
5. Suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin.
6. Faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel
endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah, fibroblas, sehingga dapat
menimbulkan pertumbuhan sel-sel untuk memperbaiki dinding pembuluh darah yang
rusak.

Membran sel trombosit juga penting. Dipermukaannya terdapat lapisan glikoprotein


yang menyebabkan trombosit dapat menghindari pelekatan pada endotel normal dan
justru melekat pada daerah dinding pembuluh yang luka.

C. Patofisiologi

1. Darah mengandung:
a. Plasma Darah
b. Darah Beku :
- Eritrosit
- Leukosit
- Trombosit

6
Disini trombosit mengalami gangguan yang tidak bisa menghasilkan factor VIII (AHF)
yang menyebabkan darah sukar membeku.

2. Patogenesis
Trombosit tidak dapat menghasilkan AHF (Anti Hemophiliac Faktor). Sehingga AHF
darah kurang dari standart AHF ini berfungsi menunjang stabilisasi fibris usntuk mengadakan
pembekuan karena AHF kurang dari normal, sehingga darah sukar terjadi pembekuan.

D. Etiologi

Trombosit tidak bisa membuat factor VIII (AHF).


Faktor Penunjang:

1. Adanya anak perempuan dari seorang pria penderita hemophilia menjadi seorang
karier.
2. Kemungkinan 50% anak lelaki dari keturunan anak wanita yang menjadi karier hemofilia.
3. Anak yang dilahirkan dari ayah yang menderita hemophilia dan ibu yang menderita
karier hemofilia.
4. Hemofilia paling banyak di derita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar
mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah
pemabawa sifat (carrier). Dan ini sangat jarang terjadi. (Lihat penurunan Hemofilia).
5. Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia dilahirkan,
akan tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu terditeksi di tahun pertama
kelahirannya.
6. Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX
kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali
perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa
sebab yang jelas.
7. Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan
hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat,
seperti olah raga yang berlebihan.
8. Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami
masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau
mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami
perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.

E. Gejala Hemofilia

Gejala yang mudah dikenali adalah bila terjadi luka yang menyebabkan sobeknya
kulit permukaan tubuh, maka darah akan terus mengalir dan memerlukan waktu berhari-
hari untuk membeku. Bila luka terjadi di bawah kulit karena terbentur, maka akan timbul

7
memar/ lebam kebiruan disertai rasa nyeri yang hebat pada bagian tersebut. Perdarahan
yang berulang-ulang pada persendian akan menyebabkan kerusakan pada sendi
sehingga pergerakan jadi terbatas (kaku), selain itu terjadi pula kelemahan pada otot di
sekitar sendi tersebut.
Gejala takut yang dialami penderita Hemofilia adalah sulit menghentikan
perdarahan, kaku sendi, tubuh membengkak, muncul rasa panas dan nyeri
pascaperdarahan, Sedangkan pada gejala kronis, penderita mengalami kerusakan
jaringan persendian permanen akibat peradangan parah, perubahan bentuk sendi dan
pergeseran sendi, penyusutan otot sekitar sendi hingga penurunan kemampuan motorik
penderita dan gejala lainnya. Hemofilia dapat membahayakan jiwa penderitanya jika
perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak,
akibatnya adalah :
1. Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan kebiru-biruan (pendarahan
dibawah kulit).
2. Apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka pendarahan tidak dapat berhenti.
3. Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti siku tangan, lutut kaki
sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang hebat.

F. Tingkatan Hemofilia

Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu :


Klasifikasi Kadar Faktor VII dan Faktor IX di dalam darah
Berat Kurang dari 1% dari jumlah normalnya
Sedang 1% - 5% dari jumlah normalnya
Ringan 5% - 30% dari jumlah normalnya

Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX
kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali
perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab
yang jelas.
Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan
hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti
olah raga yang berlebihan.
Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami
masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau
mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami perdarahan
lebih pada saat mengalami menstruasi.

8
G. Komplikasi Akibat Hemofilia

Komplikasi terpenting yang timbul pada hemofilia A dan B adalah:


1. Timbulnya inhibitor.
Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsentrat faktor VIII
atau faktor IX sebagai benda asing dan menghancurkannya. Inhibitor adalah cara
tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai benda asing yang masuk . Hal ini
berarti segera setelah konsentrat faktor diberikan tubuh akan melawan dan akan
menghilangkannya.

2. Kerusakan sendi akibat perdarahan berulang.


Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan
berulang di dalam dan di sekitar rongga sendi. Kerusakan yang menetap dapat
disebabkan oleh satu kali perdarahan yang berat (hemarthrosis). Namun secara
normal, kerusakan merupakan akibat dari perdarahan berulang ulang pada sendi
yang sama selama beberapa tahun. Makin sering perdarahan dan makin banyak
perdarahan makin besar kerusakan. Kerusakan sendi pada hemofilia biasa sebagai
"artropati hemofilia".

3. Infeksi yang ditularkan oleh darah seperti HIV, hepatitis B dan hepatitis C yang
ditularkan melalui konsentrat faktor pada waktu sebelumnya.
Dalam 20 tahun terakhir, komplikasi hemofilia yang paling serius adalah infeksi
yang ditularkan oleh darah. Di seluruh dunia banyak penderita hemofilia yang tertular
HIV, hepatitis B dan hepatitis C. Mereka terkena infeksi ini dari plasma, cryopresipitat dan
khususnya dari konsentrat factor yang dianggap akan membuat hidup mereka normal.

H. Pengobatan

Bagi mereka yang memiliki gejala-gejala seperti di atas, disarankan segera


melakukan tes darah untuk mendapat kepastian penyakit dan pengobatannya.
Pemberian transfusi rutin berupa kriopresipitat-AHF atau Recombinant Factor VIII untuk

9
penderita Hemofilia A dan plasma beku segar untuk penderita hemofilia B. Terapi lainnya
adalah pemberian obat melalui injeksi. Baik obat maupun transfusi harus diberikan pada
penderita secara rutin setiap 7-10 hari. Tanpa pengobatan yang baik, hanya sedikit
penderita yang mampu bertahan hingga usia dewasa. Karena itulah kebanyakan
penderita hemofilia meninggal dunia pada usia dini.

Bila terjadi pendarahan/ luka pada penderita Hemofilia pengobatan definitif yang bisa
dilakukan adalah dengan metode RICE, yaitu :
1. Rest.
Penderita harus senantiasa beristirahat, jangan banyak melakukan kegiatan yang
sifatnya kontak fisik.
2. Ice.
Jika terjadi luka segera perdarahan itu dibekukan dengan mengkompresnya dengan es.
3. Compression.
Dalam hal ini, luka itu juga harus dibebat atau dibalut dengan perban.
4. Elevation.
Berbaring dan meninggikan luka tersebut lebih tinggi dari posisi jantung.

Ada dua cara pengobatan Hemofilia, pertama, terapi on demand yaitu terapi saat
terjadi perdarahan menggunakan infus produk untuk menggantikan faktor pembekuan.
Sedangkan yang kedua profilaksis adalah infus faktor ke delapan secara rutin untuk
mempertahankan kadar minimum faktor VIII/IX dengan kadar konsentrasi untuk mencegah
sebagian besar perdarahan.

I. Perawatan Bagi Penderita Hemofilia

Penderita hemofilia harus rajin melakukan perawatan dan pemeriksaan kesehatan


gigi dan gusi secara rutin. Untuk pemeriksaan gigi dan gusi, dilakukan minimal 6 bulan
sekali, karena kalau giginya bermasalah misal harus dicabut, tentunya dapat menimbulkan
perdarahan. Selain itu penderita Hemofilia sedapat mungkin menghindari penggunaan
aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan dan jangan sembarang mengonsumsi
obat-obatan. Untuk pelaksanaan operasi ringan hingga berat bagi penderita hemofila
harus melalui konsultasi dokter.
Mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan menjaga berat tubuh agar
tidak berlebihan. Karena berat badan berlebih dapat mengakibatkan perdarahan pada
sendi-sendi di bagian kaki (terutama pada kasus hemofilia berat). Olahraga secara teratur
untuk menjaga otot dan sendi tetap kuat dan untuk kesehatan tubuh. Kondisi fisik yang
baik dapat mengurangi jumlah masa perdarahan.

J. Antisipasi
1. Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kerja trombosit yang berfungsi
membentuk sumbatan pada pembuluh darah, seperti asam salisilat, obat antiradang

10
jenis nonsteroid, ataupun pengencer darah seperti heparin. Hindari penggunaan aspirin
karena dapat meningkatkan perdarahan. Langkah terbaik adalah berkonsultasi lebih
dulu pada dokter.
2. Kenakan tanda khusus seperti gelang atau kalung yang menandakan bahwa ia
menderita hemofilia. Hal ini penting dilakukan agar ketika terjadi kecelakaan atau
kondisi darurat lainnya, personel medis dapat menentukan pertolongan khusus.
3. Mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan menjaga berat tubuh agar tidak
berlebihan. Pasalnya, berat badan berlebih dapat mengakibatkan perdarahan pada
sendi-sendi di bagian kaki (terutama pada kasus hemofilia berat).
4. Penderita hemofilia sangat perlu melakukan olahraga secara teratur untuk menjaga
otot dan sendi tetap kuat dan untuk kesehatan tubuhnya. Kondisi fisik yang baik dapat
mengurangi jumlah masa perdarahan. Namun penderita hemofilia harus menemukan
sendiri aktivitas fisik apa yang dapat dan yang tidak dapat dilakukannya. Banyak orang
dengan hemofilia ringan ikut dalam semua jenis olah raga, termasuk olah raga aktif
seperti sepakbola dan olahraga berisiko tinggi. Sementara bagi penderita hemofilia
berat, aktivitas serupa dapat menimbulkan perdarahan yang parah. Yang jelas, olah
raga yang sangat dianjurkan adalah berenang.
5. Penderita mesti rajin merawat gigi dan gusi serta rajin melakukan pemeriksaan
kesehatan gigi dan gusi secara rutin, paling tidak setengah tahun sekali. Karena kalau
giginya bermasalah semisalnya harus dicabut, tentunya dapat menimbulkan
perdarahan.
6. Mengikuti program imunisasi. Catatan bagi petugas medis adalah suntikan imunisasi
harus dilakukan di bawah kulit dan tidak ke dalam otot, diikuti penekanan pada lubang
bekas suntikan paling tidak selama 5 menit.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Hemofilia merupakan penyakit menurun / genetik yang sampai sekarang
belum ditemukan obatnya. Hemofilia merupakan suatu bentuk kelainan perdarahan yang
diturunkan dari orang tua kepada anaknya dimana protein yang diperlukan untuk
pembekuan darah tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit.
Hemofilia termasuk suatu gangguan yang berdampak tidak hanya pada fisik saja, namun
juga pada aspek psikososial orang tersebut dan keluarganya. Pendekatan yang dilakukan
tidak cukup hanya dari pendekatan biologis saja,tapi juga diperlukan pula pendekatan
secara psikologis. Mengingat banyaknya aspek yang terkait, diperlukan yang
komprehensif,saling menunjang dan terpadu. Diharapkan dengan pendekatan demikian
prognosis anak dengan hemofilia akan lebih baik.
Hemofilia A dan B dapat menyebabkan komplikasi berbahaya seperti timbulnya inhibitor,
kerusakan sendi akibat perdarahan berulang, dan Infeksi yang ditularkan oleh darah
seperti HIV, hepatitis B dan hepatitis C yang ditularkan melalui konsentrat faktor pada
waktu sebelumnya.

A. Saran
1. Diharapkan pemerintah dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai
bagi para penderita hemofilia.
2. Sebaiknya penderita hemofilia segera melakukan pengobatan apabila terjadi
perdarahan.
3. Sebaiknya penderita berhati-hati dalam beraktifitas, untuk mencegah terjadi
trauma.
4. Keluarga penderita hemofilia diharapkan senantiasa memberikan semangat,
melindungi, dan menjaga si penderita.
5. Sebaiknya keluarga atau kerabat tidak mendiskriminasi penderita agar dapat
membawa dampak positif bagi psikologi penderita.

12

Anda mungkin juga menyukai