Makalah PKN Kelompok3
Makalah PKN Kelompok3
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pendidikan Kewarganegaraan tentang Identitas Nasional
ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………....………………………………………….i
DAFTAR ISI………………….………....………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………....…….....1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………..........2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bentuk identitas nasional dan sejarah lahirnya nasionalisme.…………...3-6
2.2 Hakekat bangsa dan Negara..…………………………….....…………...6-8
2.3 Identitas nasional sebagai karakter bangsa................................................8-9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
3.2 Saran…………………………………………………………………........10
Daftar Pustaka........................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Situasi dan kondisi masyarakat kita dewasa ini menghadapkan kita pada
suatu keprihatinan dan sekaligus juga mengundang kita untuk ikut bertanggung
jawab atas mosaik Indonesia yang retak bukan sebagai ukiran melainkan membelah
dan meretas jahitan busana tanah air, tercabik-cabik dalam kerusakan yang
menghilangkan keindahannya. Untaian kata-kata dalam pengantar sebagaimana
tersebut merupakan tamsilan bahwasannya Bangsa Indonesia yang dahulu dikenal
sebagai “het zachste volk ter aarde” dalam pergaulan antar bangsa, kini sedang
mengalami tidak saja krisis identitas melainkan juga krisis dalam berbagai dimensi
kehidupan yang melahirkan instabilitas yang berkepanjangan semenjak reformasi
digulirkan pada tahun 1998. Krisis moneter yang kemudian disusul krisis ekonomi
dan politik yang akar-akarnya tertanam dalam krisis moral dan menjalar ke dalam
krisis budaya, menjadikan masyarakat kita kehilangan orientasi nilai, hancur dan
kasar, gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan spritual. “Societal
terorism” muncul dan berkembang di sana sini dalam fenomena pergolakan fisik,
pembakaran dan penjarahan disertasi pembunuhan sebagaimana terjadi di Poso,
Ambon, dan bom bunuh diri di berbagai tempat yang disiarkan secara luas baik oleh
media massa di dalam maupun di luar negeri. Kehalusan budi, sopan santun dalam
sikap dan perbuatan, kerukunan, toleransi dan solidaritas sosial, idealisme dan
sebagainya telah hilang hanyut dilanda oleh derasnya arus modernisasi dan
globalisasi yang penuh paradoks. Berbagai lembaga kocar-kacir semuanya dalam
malfungsi dan disfungsi. Trust atau kepercayaan antar sesama baik vertikal maupun
horisontal telah lenyap dalam kehidupan bermasyarakat. Identitas nasional kita
dilecehkan dan dipertanyakan eksistensinya.
1
1.2 Perumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
9
Jikalau kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka
persoalannya adalah bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada
hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai
persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai
persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup
bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu “kesatuan
nasional”. Para tokoh besar ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang
hakikat kepribadian bangsa tersebut adalah dari beberapa disiplin ilmu,
antara lain antropologi, psikologi dan sosiologi. Tokoh-tokoh tersebut
antara lain Margareth Mead, Ruth Benedict, Ralph Linton, Abraham
Kardiner, David Riesman. Menurut Mead dalam “Anthropology to Day”
misalnya, bahwa studi tentang “National Character” mencoba untuk
menyusun suatu kerangka pikiran yang merupakan suatu konstruksi
tentang bagaimana sifat-sifat yang dibawa oleh kelahiran dan unsur-unsur
ideotyncrotie pada tiap-tiap manusia dan patroon umum serta patron
individu dari proses pendewasaannya diintegrasikan dalam tradisi sosial
yang didukung oleh bangsa itu sedemikian rupa, sehingga nampak
sifat-sifat kebudayaan yang sama, yang menonjol yang menjadi ciri khas
suatu bangsa tersebut.
Demikian pula tokoh antropologi Ralph Linton bersama dengan
pakar psikologi Abraham Kardiner, mengadakan suatu proyek penelitian
tentang watak umum suatu bangsa dan sebagai objek penelitiannya
adalah bangsa Maequesesas dan Tanala, yang kemudian hasil
penelitiannya ditulis dalam suatu buku yang berjudul “The Individual and
His Society”. Dari hasil penelitian tersebut dirumuskan bahwa sebuah
konsepsi tentang basic personality structure. Dengan konsepsi itu
dimaksudkan bahwa semua unsur watak sama dimiliki oleh warga
masyarakat tersebut, karena mereka hidup di bawah pengaruh suatu
lingkungan kebudayaan selama masa tumbuh dan berkembangnya bangsa
tersebut.
8
2.Sejarah nasionalisme di Indonesia
Bagi dunia ketiga abad ke-20 dapat dianggap sebagai abad
nasionalisme, tidak lain Karena menyaksikan timbulnya nation state
(Negara bangsa), setelah Indonesia. Apa yang diucapkan pada Sumpah
Pemuda 1928 adalah kelengkapan dan pembulatan konsep tersebut
.Secara implisit Manifesto itu memuat paham nasionalisme sebagai anti
kolonialisme dan sekaligus memuat prinsip-prinsipnya, ialah : kesatuan,
kebebasan, persamaan, kepribadian. Prinsip-prinsip beserta nilai-nilai
nasionalisme tersebut sejak awal pergerakan nasional diperjuangkan,
secara simbolis, konseptual, fisik revolosioner dan dalam periode pasca
revolusi mengkonsolidasi.
Apabila kita melacak pertumbuhan naionalisme Indonesia sejak
kebangkitan nasional 1908, melalui Manifesto Politik 1925 serta
Sumpah Pemuda 1928, maka tidak dapat diingkari bahwa meskipun
masih dalam bentuk embrional, keempat prinsip nasionalisme tersebut
sudah hadir. Meskipun Budi Utama belum dapat dipandang sebagai
organisasi nasional dalam arti harfiah, namun pada hakekatnya
ideologinya menunjuk pada kesadaran diri akan kemandirian, kebebasan,
kesamaan serta penemuan identitas dirinya.
Selama pergerakan keempat prinsip itu menjadi tujuan perjuangan
kemudian melalui jaman Jepang semangat nasionalisme meluas ke segala
lapisan rakyat sehingga revolusi Indonesia dapat dilancarkan.
Sesungguhnya pada masa pasca revolusi, ideologi nasionalisme masih
tetap memiliki relevansi bagi pembangungan bangsa.
Permasalahannya sekarang, mampukah nasionalisme Indonesia
yang lahir dari rasa senasib, karena dijajah oleh penjajah yang sama,
mampu menahan tekanan separatism di berbagai daerah? Jawabannya
tentu saja apakah perasaan senasib itu terus menerus diciptakan. Rasa
senasib tersebut hanya bisa dipertahankan bila ada keadilan, pemerataan
pembangunan, serta perlakuan yang sama terhadap seluruh daerah dan
komponen bangsa. Jika hal tersebut tidak bisa diwujudkan maka
9
nasionalisme Indonesia akan tinggal kenangan dan perpecahan
bangsa menjadi tidak bisa terelakkan.
Bagi Indonesia, nasionalisme merupakan kunci untuk mengatasi
keberagaman adat istiadat, budaya agama serta etnis. Tanpa
nasionalisme sebagai alat pemersatu, sulit kiranya untuk mencari titik
temu dari berbagai kebiasaan yang berasal dari berbagai etnik.
Nasionalisme dalam hal ini dapat dipandang sebagai komitmen moral
bangsa Indonesia untuk tidak memandang perbedaan itu sebagai
konflik, melainkan sebagai kenyataan yang tidak dapat ditolak, juga
sebagai kekayaan yang penuh dengan dinamika.
Pada sisi lain, identitas nasional perlu dipupuk pada generasi muda
lewat kesadaran nasional yang perlu dibangkitkan lewat kesadaran
sejarah. Kesadaran ini mencakup pengalaman kolektif dimasa lampau,
atau nasib bersama dimasa lampau yang mendidik negara. Tanpa
kesadaran sejarah nasional tidak akan ada identitas nasional dan tanpa
identitas nasional seseorang tidak akan memiliki kepribadian nasional.
Kesadaran nasional menciptakan inspirasi dan aspirasi nasionalis.
Nasionalisme sebagai ideologi perlu menjiwai setiap warga negara
dan wajib secara moral dengan loyalitas penuh idealisme yang
membendung kekuatan materialisme, konsumerisme dan dampak
globalisasi yang negatif.
8
b. Wilayah
c. Bahasa
d. Adat-istiadat
e. Kesamaan politik
f. Perasaan
g. Agama
2. Negara
Pengertian Negara
Secara etimologi kata Negara berasal dari kata state (Inggris),
Staat (Belanda, Jerman), E`tat (Prancis), Status, Statum
(Latin) yang berarti meletakkan dalam keadaan berdiri,
menempatkan, atau membuat berdiri. Kata Negara yang
dipakai di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
Negara atau nagari yang artinya wilayah, kota, atau penguasa.
Unsur-unsur Terbentuknya Negara
Unsur terbentuknya Negara dapat digolongkan menjadi dua
macam yaitu unsur konstitutif dan unsur deklaratif.
1. Unsur konstitutif adalah unsur yang mutlak harus ada di
saat Negara tersebut didirikan seperti rakyat, wilayah, dan
pemerintahan yang berdaulat.
2. Unsur deklaratif adalah unsur yang tidak harus ada di saat
Negara tersebut berdiri tetapi boleh dipenuhi setelah
Negara tersebut berdiri, misalnya pengakuan dari Negara
lain.
3. Fungsi dan Tujuan Negara
Secara umum terlepas dari ideologi yang dianutnya, setiap negara
menyelenggarakan beberapa fungsi minimum yang mutlak harus
ada. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan penertiban (Law and order) : untuk mencapai
tujuan bersama dan mencegah bentrokan–bentrokan dalam
masyarakat, maka negara harus melaksanakan penertiban.
Dalam fungsi ini negara dapat dikatakan sebagai stabilisator.
9
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
3. Pertahanan : fungsi ini sangat diperlukan untuk menjamin
tegaknya kedaulatan negara dan mengantisipasi
kemungkinan adanya serangan yang dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa (negara). Untuk itu negara
dilengkapi dengan alat pertahanan.
8
3. Kesatuan Indonesia
Kita tinggal di tempat dan wilayah nusantara yang berbentuk kepulauan.
Membentang dari ujung Aceh sampai ujung Papua. Ini juga salah satu
karakteristik Identitas Nasional Bangsa Indonesia yang begitu kaya dan
berharga.
9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional
yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan
bangsa yang lainnya. Identitas nasional dalam kosteks bangsa cenderung
mengecu pada kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu
negara. Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara tercermin
dalam simbol-simbol kenegaraan seperti: Pancasila.
Penerapan tentang identitas nasional harus tercermin pada pola pikir,
pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara dari pada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan
kata lain, identitas nasional menjadi pola yang mendasari cara berpikir,
bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai masalah
menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara.
Implementasi identitas nasional dalam berkehidupan berbangsa dan
bernegara yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan pertahanan keamanan harus tercermin dalam pola piker, pola sikap,
dan pola tindak senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan
Negara kesatuan Republik Indonesia diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih
banyak kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
11