Anda di halaman 1dari 3

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

210/PMK.010/2018 tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan melalui Sistem


Elektronik yang seharusnya berlaku mulai 1 April 2019 . Pemerintah tidak menetapkan jenis
atau tarif pajak baru bagi pelaku e-commerce.

Pengaturan ini lebih menjelaskan tata cara dan prosedur pemajakan untuk memberikan
kemudahan administrasi dan mendorong kepatuhan perpajakan para pelaku e-commerce demi
menciptakan perlakuan yang setara dengan pelaku usaha konvensional.

Pokok-pokok pengaturan dalam Nomor 210/PMK.010/2018 ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pedagang dan penyedia jasa yang berjualan melalui platform marketplace:

a. Memberitahukan Nomor Pokok Wajib Pajak kepada pihak penyedia platform


marketplace;
b. Apabila belum memiliki NPWP, pengusaha dapat memilih untuk (1) mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP, atau (2) memberitahukan Nomor Induk Kependudukan
kepada penyedia platform marketplace;
c. Melaksanakan kewajiban terkait PPh sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti
membayar pajak final dengan tarif 0,5% dari omzet dalam hal omzet tidak melebihi
Rp4,8 miliar dalam setahun, serta
d. Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dalam hal omzet melebihi Rp4,8 miliar
dalam setahun, dan melaksanakan kewajiban terkait PPN sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Kewajiban penyedia platform marketplace:

a. Memiliki NPWP, dan dikukuhkan sebagai PKP;


b. Memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPh terkait penyediaan layanan
platform marketplace kepada pedagang dan penyedia jasa;
c. Memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPh terkait penjualan barang dagangan
milik penyedia platform marketplace sendiri, serta
d. Melaporkan rekapitulasi transaksi yang dilakukan oleh pedagang pengguna platform.

Penyedia platform marketplace adalah pihak yang menyediakan sarana yang berfungsi
sebagai pasar elektronik di mana pedagang dan penyedia jasa pengguna platform dapat
menawarkan barang dan jasa kepada calon pembeli.

Penyedia platform marketplace yang dikenal di Indonesia antara lain Blibli, Bukalapak,
Elevenia, Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Selain perusahaan-perusahaan ini, pelaku over the-top
di bidang transportasi juga tergolong sebagai pihak penyedia platform marketplace.

3. Bagi e-commerce di luar platform marketplace:

Pelaku usaha yang melaksanakan kegiatan perdagangan barang dan jasa


melalui online retail, classified ads, daily deals, dan media sosial wajib mematuhi ketentuan
terkait PPN, PPnBM, dan PPh sesuai ketentuan yang berlaku.
Sebelum Nomor 210/PMK.010/2018 ini mulai berlaku efektif pada 1 April 2019,
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan melaksanakan sosialisasi kepada para pelaku e-commerce,
termasuk penyedia platform marketplace dan para pedagang yang
menggunakan platform tersebut.

Namun pada tanggal 1 April 2019 , menteri keuangan Sri Mulyani memutuskan untuk
menarik PMK 210/2018. Hal tersebut ditarik kembali lantaran dianggap memicu
kesalahpahaman di berbagai pihak. Pemerintah merasa perlu menarik kembali payung hukum
tersebut agar tidak menimbulkan ketidakpastian.

Pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah PP No. nomor 80 tahun 2019 tentang e-


commerce yang ditanda tangani oleh presiden pada 20 November 2019. Salah satu poin penting
dalam PP tersebut mengenai definisi pelaku usaha luar negeri yang berjualan daring alias
pelapak e-commerce asing. Pelaku usaha luar negeri pada perdagangan melalui sistem elektronik
meliputi pedagang luar negeri, penyelenggara, dan penyelenggara sarana perantara luar
negeri. PP Nomor 80 Tahun 2019 tentang PMSE memuat 19 Bab dan 82 pasal. Aturan tersebut
berlaku sejak diundangkan pada 25 November 2019.Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun
2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik adalah aturan pelaksanaan amanat dari
ketentuan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Dasar Hukum
Dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 80 tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik adalah:

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5512);

Materi pokok pengaturan PMSE meliputi:

a. pihak yang melakukan PMSE;


b. persyaratan dalam PMSE;
c. penyelenggaraan PMSE;
d. kewajiban Pelaku Usaha Perdagangan Melalui Sistem Elektronik;
e. bukti transaksi PMSE;
f. Iklan Elektronik;
g. Penawaran Secara Elektronik, Penerimaan Secara Elektronik, dan Konfirmasi Elektronik;
h. Kontrak Elektronik;
i. perlindungan terhadap data pribadi;
j. pembayaran dalam PMSE;
k. pengiriman Barang dan Jasa dalam PMSE;
l. penukaran Barang atau Jasa dan pembatalan pembelian dalam PMSE;
m. penyelesaian sengketa dalam PMSE; dan
n. pembinaan dan pengawasan.

Adapun ruang lingkup pengaturan dari PMSE ini berdasarkan Bab II pasal 2, yaitu:

a. pihak yang melakukan PMSE;


b. persyaratan dalam PMSE;
c. penyelenggaraan PMSE;
d. kewajiban Pelaku Usaha;
e. bukti transaksi PMSE;
f. Iklan Elektronik;
g. Penawaran Secara Elektronik, Penerimaan Secara Elektronik, dan Konfirmasi Elektronik;
h. Kontrak Elektronik;
i. perlindungan terhadap data pribadi;
j. pembayaran dalam PMSE;
k. pengiriman Barang dan Jasa dalam PMSE;
l. penukaran Barang atau Jasa dan pembatalan pembelian dalam PMSE;
m. penyelesaian sengketa dalam PMSE; dan
n. pembinaan dan pengawasan.

Dalam melakukan PMSE, para pihak harrrs memperhatikan prinsip ( Bab II pasal 3) :

a. iktikad baik;
b. kehati-hatian;
c. transparansi;
d. keterpercayaan;
e. akuntabilitas;
f. keseimbangan; dan
g. adil dan sehat.

adapun pelaku usaha dalam PMSE ini meliputi ( Bab III pasal 5):

a. Pelaku Usaha Dalam Negeri yang meliputi:

1. Pedagang dalam negeri;


2. PPMSE dalam negeri; dan
3. Penyelenggara Sarana Perantara dalam negeri;
b. Pelaku Usaha Luar Negeri yang meliputi:

1. Pedagang luar negeri;


2. PPMSE luar negeri; dan
3. Penyelenggara Sarana Perantara luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai