Anda di halaman 1dari 6

1.

1 kelistrikan Lift

Desain Elevator ini menggunakan motor listrik, tali, dan counterweight bukan peralatan hidrolik. Rel
panduan utama sudah terpasang pada setiap sisi kotak penumpang (box) dan sepasang tambahan
rel penyeimbang terletak pada satu sisi atau di belakang. Mesin diarahkan, bersama dengan
peralatan drive terkait, umumnya terletak di atas hoistway di ruang mesin penthouse. Dalam
beberapa situasi terbatas, dapat terletak di sebelah hoistway pada pendaratan lebih rendah.
Pengaturan yang terakhir ini disebut sebagai traksi basement. Motor digerakan oleh listrik AC atau
DC.

Gambar 1.1 Lift

Mesin roda gigi cacing untuk mengontrol gerakan mekanik kabin lift dengan “rolling” baja hoist tali
melalui puli katrol penggerak yang melekat ke gearbox digerakkan oleh motor kecepatan tinggi.
Mesin ini umumnya pilihan terbaik untuk bangunan tinggi yang menyediakan ruang bawah tanah
dan penggunaan traksi overhead untuk kecepatan hingga 500 ft / menit (2,5 m / s)memungkinkan
kontrol kecepatan yang akurat dari motor, untuk kenyamanan penumpang, sebuah kerekan DC
motor didukung oleh AC / DC motor-generator (MG) adalah seperangkat solusi yang diinginkan
dalam lalu lintas tinggi instalasi lift selama beberapa dekade . MG set juga biasanya didukung
pengontrol relay dari lift, yang memiliki keuntungan tambahan elektrik mengisolasi lift dari seluruh
sistem listrik sebuah bangunan, sehingga menghilangkan lonjakan daya sementara dalam pasokan
listrik bangunan yang disebabkan oleh motor start dan stop (menyebabkan redup pencahayaan
setiap kali lift digunakan misalnya), serta gangguan pada peralatan listrik lain yang disebabkan oleh
lengkung dari kontaktor relay di sistem kontrol.

1.2 Hal-hal yang perlu diperhatikan keselamatan dan kesehatan dalam lingkungan kerja lift

1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, pengawasan dilakukan pada saat penyerahan gambar rencana. lebih
ditekankan pada fungsi dan kegunaan lift tersebut sesuai dengan perhitungan traffic analysis yaitu
perhitungan jumlah, kapasitas dan kecepatan lift dalam suatu gedung yang disesuaikan dengan
jumlah dan populasi pengguna. sedangkan gambar rencana meliputi gambar konstruksi lengkap
dengan detailnya, perhitungan konstruksi, spesifikasi dan sertifikasi material
(Permen No.03/MEN/1999 Bab III Pasal 24 ayat (2)dan (4)).

Gambar 1.2 Mekanisme Pengawasan K3

2. Pemasangan

Tahap pemasangan, tahap assembling dari semua peralatan yang telah direncanakan dan diproduksi
sesuai gambar rencana. Yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini adalah:

1. Dipasang oleh perusahaan yang memiliki surat ijin instalatur

2. Memiliki surat ijin pemasangan

3. Pemasangan diawasi oleh supervisor yang kompeten dan memiliki SIO (Surat Ijin Operasi)
penyelia pengawas pemasangan lift

4. Pemasangan dilaksanakan oleh teknisi yang memiliki SIO adjuster.

5. Dilaksanakan pemeriksaan dan pengujian oleh perusahaan riksa uji (PJK3 Riksa Uji) dan
disahkan oleh pengawas yang ditunjuk sebelum pesawat tersebut dipakai.

3. Pengoperasian

Setelah pesawat lift selesai dipasang dan telah memiliki surat ijin pemakaian lewat serangkaian riksa
uji, maka pesawat lift tersebut layak untuk digunakan. berikut ini hal-hal yang perlu dilaksanakan
agar pengoperasian pesawat lift dapat berjalan dengan baik dan aman (setiap saat).

1. Pengoperasian dikelola dan diawasi oleh teknisi yang kompeten dan memiliki SIO sebagai
penyelia pengawas operasi lift.

2. Dipergunakan dan dioperasikan dengan benar

3. Dirawat dan diperbaiki secara benar oleh teknisi yang kompeten dan memiliki
SIO perawatan dan perbaikan

4. Memiliki manajemen kondisi darurat


Gambar 1.3 Perizinan K3 Lift

1.3 Peraturan dan Perundang-undangan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift

SYARAT-SYARAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LIFT

BAGIAN I

UMUM

Pasal 3

(1). Kapasitas angkut lift hanrs dicantumkan dan dipasang dalam kereta, serta dinyatakan dalam
jumlah orang atau jumlah bobot muatan yang diangkut dalam kilogram (kg).

(2). Kapasitas anglnrt sebagaimana dimaksud pada ayat (l) hanrs sesuai dengan kapasitas angkut
yang dinyatalcan dalam ijin pemakaian.

(3). Penetapan jumlah orang yang dapat diangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
Standar Nasional Indonesia yang berlaku.

BAGIAN 2

BAGIAN.BAGIAN LIFT DAN PEMASANGANNYA

Pasal 4

(l). Bagian-bagian lift hanrs kuat, tidak cacat, aman dan memenuhi syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja.

(2). Bagian-bagran lift sebagaimana dimaksud pada ayat (l), meliputi: Mesin, kamar mesin tali baja
tromol, bangunan ruang luncur dan lekuk dasar, kereta governor, perlengkapan pengaman, bobot
imbang, rel pemandu, peredam atau penyangga dan instalasi listrik.

(3). Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagian-bagian lift sebagaimana dimaksud pada
ayat (l), diatur dalam pasal 5 sampai dengan pasal 23 peraturan ini.

PARAGRAF 1

MESIN DAN KAMAR MESIN

Pasal 5
(l). Mesin dan konstruksinya hanrs memenuhi Standar Nasional Indonesia yang berlaku.

(2). Apabila lift akan bergeralq rem membuka dengan tenaga magnet listrik dan harus dapat
memberhentikan mesin secara otomatis pada saat arus listrik putus.

(3). Mesin harus dilengkapi dengan rem yang bekeda dengan tenaga pegas.

PARAGRAF 2

TALI BAJA DAN TEROMOL

Pasal 7

(l). Tali baja penarik bobot imbang dan governor harus kuat, luwes, tidak boleh terdapat sambungan
dan semua utas tali seragam dari satu sumber yang sama.

(3). Garis tengah tali baja penarik kereta dan bobot imbang harus sekurang-kurangnya l0 (sepuluh)
mm, kecuali untuk lift pelayan.

(4). Tali penarik kereta dan bobot imbang tidak boleh digunakan rantai.

PARAGRAF 3

BANGUNAN RUANG LUNCUR DAN LEKUK DASAR

Pasal 9

(l). Bangunan ruang luncur harus mempunyai konstruksi yang kuat, kokoh, tahan api dan tertutup
rapat mulai dari lantai bawah lekuk dasar sampai bagian langit-langit ruang luncur.

(2). Ruang luncur harus selalu bersih, bebas dari instalasi atau peralatan yang bukan bagian dari
instalasi lift dan menjamin kelancaran jalannya kereta serta bobot imbang.

PARAGRAF 4

KERETA

Pasal 11

(1) Rangka kereta harus terbuat dari baja dan kuat menahan beban akibat pengoperasian lift,
bekedanya pesawat pengaman serta tumbukan antara kereta dengan penyangga atau peredam.

(2). Badan kereta hanrs tertutup rapat dan pintu.

(3). Atap kereta harus kuat menahan berat peralatan dan beban sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.

PARAGRAF 5

GOVERNOR DAN PERLENGKAPAN PENGAMAN

Pasal. 13

(l). Lift harus dilengkapi sebuah governor untuk memicu atau mengatur bekerjanya rem pengaman
kecuali lift pelayan

(2). Rem pengaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1). harus bekerja pada saat governor
mencapai presentase kecepatan’ lebih sebagai berikut:
1. kecepatan tift sampai 42 (enryat puluh dua) meter per menit, persentase
kecepatan governor 50 % lebih besar

2. kecepatan lift sampai 42 (empat puluh dup) Jd 90 (sembilan puluh) meter permenit,
persentase kecepatan governor 40 %’lebih besar.

3. kecepatan lift 90 (sembilan puluh) Vd 120 (seratus dua puluh) meter per menit, persentase
kecepatan governor 35 % lebih besar.

4. kecepatan lift sampai 120 (seratus dua puluh) m€ter per menit, persentase
kecepatan lebih bekerjanya governor 30 % lebih besar,

PARAGRAF 6

BOBOT IMBANG, REL PEMANDU DAN PEREDAM ATAU PEYANGGA

Pasal 19

(1) Bobot imbang yang dibuat dari bagian-baglan balok atau lanpengan logam atau dari beton
bertulang, satu sama lain harus terikat sehingga merupakan satu kesatuan yang kuat dan aman.

PARAGRAF 7

INSTALASI LISTRIK

Pasal 22

(l). Rangkaian, pengamanan dan pelayanan listrik lift harus sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUL) yang berlaku.

(2). Rangkaian” pengamanan dan pelayanan listrik lift sebagaimana dimaksud pada ayat (l) harus
sesuai gambar rencana yang telah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

PEMBUATAN, PEMASANGAN, PERBAIKAN, PERAWATAN

DAN PERUBAHAN LIFT

Pasal 24

(l). Pembuatan dan atau pemasangan lift harus sesuai dengan gambar rencana yang disahkan oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

(2). Gambar rencana pembuatan lift sebagaimana dirnaksud ayat (l) harus meliputi antara lain:

1. gambar konstruksi lengkap dengan detailnya;

2. perhitungan konstruksi; ‘

3. spesifikasi dan sertifikasi material.

(3). Pembuatan lift sebagaimana dimaksud pada ayat (l) harus memenuhi syarat-syarat teknis yang
diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SlU) yang berlaku atau Standar Internasional yang diakui.

BAB IV

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 30
(l). Setiap lift sebelum dipakai harus diperiks’a dan druji terlebih dahulu sesuai dengan standar uji
yang telah ditentukan.

(2). Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dilakukan oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja dan dilaksanakan sekurang-kurang-nya I
(satu) tahun sekali.

BAB V

PENGAWASAN

Pasal 3l

(1) Pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja melakukan pengawasan terhadap
ditaatinya peraturan ini.

Anda mungkin juga menyukai