LP Rissa Hipertensi
LP Rissa Hipertensi
HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer, 2001). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg
dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat
antihipertensi. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
B. Anatomi
1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
a. Atas : Pembuluh darah besar
b. Bawah : Diafragma
c. Setiap sisi : Paru
d. Belakang :Aorta desendens, oesophagus, columna
vertebralis
2. Arteri
Arteri adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada
jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin,
lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar
memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki
lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu
organ).
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya
elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
a. Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
b. Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastic dan termasuk otot polos
c. Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)
3. Arteriol
5. Sinusoid
C. Klasifikasi
1. Faktor keturunan
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien
I. Komplikasi
2. Ginjal
c. Gagal ginjal
3. Jantung
a. Membesar
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung
J. Penatalaksanaan
i. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan
( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA,
1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a. Dosis obat pertama dinaikkan
b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c. Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
a. Obat ke-2 diganti
b. Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
a. Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b. Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang
memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien
dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien
dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
K. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
d. Tidak merokok.
L. Diit Hipertensi
1. Buah Belimbing
2. Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun
seledri sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan
halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam,
kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang
ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa
memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
3. Bawang Putih
5. Avokad
M. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
1. Kelemahan
2. Letih
3. Napas pendek
Tanda :
3. Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
1. Kenaikan TD
2. Nadi : denyutan jelas
9. Integritas Ego
10. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )
Gejala :
c. Muntah
Tanda :
a. BB normal atau obesitas
b. Edema
c. Kongesti vena
d. Peningkatan JVP
e. Glikosuria
12. Neurosensori
Gejala :
e. Episode epistaksis
Tanda :
a. Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori ( ingatan )
b. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
c. Nyeri abdomen
13. Pernapasan
Gejala :
c. Ortopnea
f. Riwayat merokok
Tanda :
c. Sianosis
14. Keamanan
Gejala :
O. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
1 Risiko tinggi Cardiac 1. Pantau TD. Ukur1. Perbandingan dari
terhadap Pump pada kedua tangan tekanan memberikan
penurunan curah effectiveness untuk evaluasi gambaran yang lebih
jantung Circulation awal lengkap tentang
berhubungan Status keterlibatan masalah
dengan Vital Sign vaskular. Hipertensi
peningkatan Status berat diklasifikasikan
afterload, Kriteria pada orang dewasa
vasokonstriksi, Hasil: sebagai peningkatan
hipertrofi/rigiditas1. Tanda tekanan diastolik
ventrikuler, Vital dalam sampai 130, hasil
iskemia miokard rentang peningkatan pertama,
normal kemudian maligna.
(Tekanan Hipertensi
darah, Nadi, sistolikjuga
respirasi) 2. Catat merupakan faktor
2. Dapat
keberadaan, risiko yang ditentukan
mentoleransi
kualitas denyutan untuk penyakit
aktivitas,
sentral dan perifer serebrovaskular dan
tidak ada
penyakit iskemi
kelelahan
jantung bila tekanan
3. Tidak ada
diastolik 90-115.
edema paru,
2. Denyutan karotis,
3. Auskultasi tonus
perifer, dan
jugularis, radialis dan
jantung dan bunyi
tidak ada
femoralis mungkin
napas
asites
teramati/terpalpasi.
4. Tidak ada
Denyutan pada
penurunan
tungkai mungkin
kesadaran
menurun,
mencerminkan efek
dari vasokontriksi dan
kongesti vena.
3. S4 umum terdengar
pada pasien hipertensi
4. Amati warna
berat karena adanya
kulit, kelembaban,
hipertrofi atrium
suhu, dan masa
(peningkatan
pengisian kapiler.
volume/tekanan
atrium).
Perkembangan S3
menunjukkan
hipertrofi ventrikel
5. Catat edema
dan kerusakan fungsi.
umum
Adanya krakles, dapat
mengindikasikan
kongesti paru
6. Berikan sekunder terhadap
lingkungan tenang, terjadinya atau gagal
nyaman, kurangi jantung kronik.
4. Adanya pucat,
aktivitas/keributan
dingin, kulit lembam
lingkungan.
7. Lakukan dan masa pengisian
tindakan yang kapiler lambat
nyaman seperti mungkin berkaitan
pemijatan dengan vasokontriksi
punggung dan atau mencerminkan
leher, meninggikan dekompensasi/penuru
kepala di tempat nan curah jantung
5. Dapat
tidur.
8. Anjurkan teknik mengindikasikan
relaksasi, panduan gagal jantung,
imajinasi, aktivitas kerusakan ginjal atau
pengalihan. vaskular.
6. Membantu untuk
menurunkan rangsang
9. Pantau respon
simpatis,
terhadap obat
meningkatkan
untuk mengontrol
relaksasi
tekanan darah
7. Mengurangi
ketidaknyamanan dan
dapat menurunkan
rangsang simpatis
10. Berikan
8. Dapat menurunkan
pembatasan cairan
rangsangan yang
dan diit natrium
menimbulkan stres,
sesuai indikasi.
membuat efek tenang,
sehingga akan
menurunkan TD.
9. Respon terhadap
terapi obat “stepped”(
yang terdiri atas
diuretik, inhibitor
simpatis dan
vasodilator)
tergantung pada
individu dan efek
sinergis obat. Karena
efek samping
tersebut, maka
penting untuk
menggunakan obat
dalam jumlah paling
sedikit dan dosis
paling rendah.
10. Pembatasan ini dapat
menangani retensi
cairan dengan respons
hipersensitif, dengan
demikian
menurunkan beban
kerja jantung.
2 Intoleransi Energy 1. Kaji respon 1. Menyebutkan
aktivitas conservation pasien terhadap parameter membantu
berhubungan Self Care : aktivitas, frekuensi dalam mengkaji
dengan kelemahan, ADLs nadi, TD, dispnea respon fisiologi
ketidakseimbangan Kriteria atau nyeri dada, terhadap stres
suplai dan Hasil : keletihan dan aktivitas dan, bila ada
kebutuhan 1. kelemahan yang merupakan indikator
oksigen. Berpartisipa berlebihan, dari kelebihan kerja
si dalam diaforesis, pusing yang berkaitan
aktivitas dan pingsan. dengan tingkat
2. Intruksikan
fisik tanpa aktivitas.
pasien untuk
disertai
teknik
peningkatan
penghematan
tekanan 2. Teknik menghemat
energi
darah, nadi energi mengurangi
dan RR penggunaan energi
2. Mampu
juga membantu
melakukan 3. Berikan
keseimbangan antara
aktivitas dorongan untuk
suplai dan kebutuhan
sehari hari melakukan
oksigen.
(ADLs) aktivitas diri 3. Kemajuan aktivitas
secara bertahap jika dapat bertahap mencegah
mandiri ditoleransi. peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan
hanya sebatas
kebutuhan akan
mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas.
3 Nyeri akut Pain Level, 1. 1. Meminimalkan
berhubungan Pain control, Mempertahankan stimulasi/meningkatk
dengan tekanan Comfort tirah baring selama an relaksasi
2. Tindakan yang
vaskular serebral level fase akut
2. Berikan tindakan menurunkan tekanan
Kriteria
nonfarmakologi vaskular serebral dan
Hasil :
untuk yang memperlambat/
1. Mampu
menghilangkan memblok respons
mengontrol
sakit kepala simpatis efektif dalam
nyeri (tahu
penyebab menghilangkan sakit
nyeri, kepala dan
mampu 3. komplikasinya.
3. Aktivitas yang
menggunaka Hilangkan/minima
meningkatkan
n tehnik lkan aktivitas
vasokontriksi
nonfarmakol vasokontriksi yang
menyebabkan sakit
ogi untuk dapat
kepala pada adanya
mengurangi meningkatkan
peningkatan tekanan
nyeri, sakit kepala.
4. Bantu pasien vaskular serebral.
mencari
dalam ambulansi
bantuan)
2. sesuai kebutuhan 4. Pusing dan
Melaporkan penglihatan kabur
bahwa nyeri sering berhubungan
berkurang 5. Berikan cairan, dengan sakit kepala.
dengan makanan lunak, Pasien juga dapat
menggunaka perawatan mulut mengalami episode
n yang teratur bila hipotensi postural
5. Meningkatkan
manajemen terjadi perdarahan
kenyamanan umum.
nyeri hidung atau
3. Mampu Kompres hidung
kompres hidung
mengenali dapat mengganggu
telah dilakukan
nyeri (skala, menelan atau
untuk
intensitas, membutuhkan napas
menghentikan
frekuensi dengan mulut
perdarahan.
dan tanda
nyeri)
4.
Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
5. Tanda vital
dalam
rentang
normal
4 Kurang Kowlwdge 1.
: Kaji kesiapan 1. Kesalahan konsep
pengetahuan disease dan hambatan dan penyangkalan
berhubungan process dalam belajar. diagnosa karena
dengan kurangnya Kowledge : perasaan sejahtera
informasi tentang health yang sudah lama
proses penyakit Behavior dinikmati
Kriteria mempengaruhi minat
Hasil : pasien terdekat untuk
1. Pasien dan2. Tetapkan dan mempelajari penyakit,
keluarga nyatakan batas kemajuan, dan
menyatakan normal. Jelaskan prognosis.
2. Memberikan dasar
pemahaman tentang hipertensi
untuk pemahaman
tentang dan efeknya pada
tentang peningkatan
penyakit, jantung, pembuluh
TD dan
kondisi, darah dan ginjal.
3. Bantu pasien mengklarifikasi
prognosis
dalam istilah medis yang
dan program
mengidentifikasi sering digunakan.
pengobatan
2. Pasien dan faktor-faktor risiko
keluarga kardiovaskular
mampu yang dapat diubah.3. Faktor-faktor risiko
4. Bantu pasien
melaksanaka ini telah menunjukkan
untuk
n prosedur hubungan dalam
mengidentifikasi
yang menunjang hipertensi
sumber masukan
dijelaskan dan penyakit
natrium.
secara benar kardiovaskular serta
3. Pasien dan
ginjal.
keluarga 5. Dorong pasien 4. Diit rendah garam
mampu untuk menurunkan dapat mengontrol
menjelaskan atau hipertensi sedang atau
kembali apa menghilangkan mengurangi jumlah
yang kafein. obat yang dibutuhkan.
5. Kafein adalah
dijelaskan
stimulan jantung dan
perawat/tim
dapat memberikan
kesehatan
efek merugikan pada
lainnya.
fungsi jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC,
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
EGC
Palmer,Anna dan Brian Wiiliam. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga