Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer, 2001). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg
dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat
antihipertensi. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
B. Anatomi
1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
a. Atas : Pembuluh darah besar
b. Bawah : Diafragma
c. Setiap sisi : Paru
d. Belakang :Aorta desendens, oesophagus, columna
vertebralis
2. Arteri
Arteri adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada
jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin,
lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar
memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki
lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu
organ).
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya
elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
a. Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
b. Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastic dan termasuk otot polos
c. Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)
3. Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif


tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan
kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai
darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum,
tekanan darah akan meningkat.

4. Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang


berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh
darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya
terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm.
Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang
terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.

5. Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.


Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian
dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya
sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran
tidak terjadi melalui ruang jaringan. Saluran Limfe mengumpulkan,
menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke
luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan.
Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
organ, terutama dalam vili usus.

C. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO :


1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah


yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai
oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau
telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah.
Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).
D. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na,
obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki


kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi Ciri perseorangan :
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
e. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ),
Kegemukan atau makan berlebihan, Stress, Merokok, Minum
alcohol, Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
f. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor,
Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis, SGB,
Obat – obatan, Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
E. Faktor Resiko

a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi


b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah
menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh
beberapa hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum
meningkat, caffeine, DM, dsb.
e. Factor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton
g. Sensitive terhadap angiotensin
h. Kegemukan
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
F. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Pathways
G. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan


peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien

I. Komplikasi

Efek pada organ :


1. Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan

c. Kematian sel otak : stroke

2. Ginjal

a. Malam banyak kencing

b. Kerusakan sel ginjal

c. Gagal ginjal

3. Jantung

a. Membesar

b. Sesak nafas (dyspnoe)

c. Cepat lelah

d. Gagal jantung
J. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan


mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat è Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi:
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
c. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
d. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
e. Penurunan berat badan
f. Penurunan asupan etanol
g. Menghentikan merokok
h. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis
dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-
lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan
paling baik 5 x perminggu.

i. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan
( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA,
1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a. Dosis obat pertama dinaikkan
b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c. Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
a. Obat ke-2 diganti
b. Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
a. Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b. Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang
memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien
dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien
dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil


pengukuran tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya

3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat


sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas

4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat


mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang
dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan
mengukur memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh
menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara
hidup penderita. Ikut sertakan keluarga penderita dalam
proses terapi

5. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila


penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya
di rumah

6. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti


hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

7. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti


hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang
mungkin terjadi

8. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi


dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping
minimal dan efektifitas maksimal

9. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

10. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan


lebih sering

11. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu


yang ditentukan.

12. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan


maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap
pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.

K. Cara Pencegahan

1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui


menderita hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada
pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
Perawatan Hipertensi

a. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal


(cegah kegemukan).
b. Batasi pemakaian garam.

c. Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui


ada faktor keturunan hipertensi dalam keluarga.

d. Tidak merokok.

e. Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.

f. Hindari minum kopi yang berlebihan.

g. Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).


h. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah
mencapai 40 tahun.

Bagi yang sudah sakit

a. Berobat secara teratur.


b. Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan
jenis obat tanpa petunjuk dokter.

c. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan


obat untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat
meningkatkan memperburuk hipertensi.

Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah


kunci utama kesembuhan, kunci utamanya adalah :

a. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.


b. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.

c. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan

L. Diit Hipertensi

a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa

1. Konsumsi lemak dibatasi

2. Konsumsi Cholesterol dibatasi

3. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese

4. Makanan yang boleh dikonsumsi

b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi

1. Sumber kalori (Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-


tepungan, gula.)
2. Sumber protein hewani (Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang
lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu
butir sehari, susu tanpa lemak.)

3. Sumber protein nabati (Kacang-kacangan kering seperti


tahu,tempe,oncom.)

4. Sumber lemak (Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.

5. Sayuran (Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti


bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong,
wortel.)

6. Buah-buahann (Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh


dalam jumlah terbatas.)

7. Bumbu (Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang


putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.)

8. Minuman (Thea encer, coklat encer, juice buah.)

c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi

Makanan yang banyak mengandung garam


1. Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam
dapur atau soda.
2. Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan
pindang, sarden ikan teri, telur asin.
3. Keju, margarine dan mentega.
Makanan yang banyak mengandung kolesterol (Makanan dari
hewan seperti otak, ginjal, hati, limfa dan jantung.)
Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
1. Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju,
mentega.
2. Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
Makanan yang banyak menimbulkan gas (Kool, sawi, lobak, dll.)
d. Bagaimana Mengatur Diit
1. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan,
margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang
atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan
paling banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air
tawar sebagai pengganti.
3. Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4. Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5. Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6. Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti
sirup, coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi

Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat


secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Hal yang perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara
penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang
tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:

1. Buah Belimbing

Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan


normal dan juga bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang
sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang sudah
masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas
sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini
diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua
hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada
air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi,
sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air
perasannya lebih banyak.

2. Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun
seledri sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan
halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam,
kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang
ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa
memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.

3. Bawang Putih

Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang


putih mentah setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang
kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik.
Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus
atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa
berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya
ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
4. Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi.
Caranya hampir sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara
memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih,
diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari
secara teratur

5. Avokad

Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus


dengan 4 gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2
gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi
diminum sore hari.
6. Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7. Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8. Mentimun

Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum

M. Pengkajian Keperawatan

a. Aktivitas / istirahat

Gejala :

1. Kelemahan
2. Letih

3. Napas pendek

4. Gaya hidup monoton

Tanda :

1. Frekuensi jantung meningkat


2. Perubahan irama jantung

3. Takipnea

b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :

1. Kenaikan TD
2. Nadi : denyutan jelas

3. Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

4. Bunyi jantung : murmur

5. Distensi vena jugularis


6. Ekstermitas (Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi
perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat)

9. Integritas Ego

Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,


marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :

a. Letupan suasana hati


b. Gelisah

c. Penyempitan kontinue perhatian

d. Tangisan yang meledak

e. Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

f. Peningkatan pola bicara

10. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )

11. Makanan / Cairan

Gejala :

a. Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi


garam, lemak dan kolesterol
b. Mual

c. Muntah

d. Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :
a. BB normal atau obesitas
b. Edema

c. Kongesti vena

d. Peningkatan JVP

e. Glikosuria

12. Neurosensori

Gejala :

a. Keluhan pusing / pening, sakit kepala


b. Episode kebas

c. Kelemahan pada satu sisi tubuh

d. Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

e. Episode epistaksis

Tanda :

a. Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori ( ingatan )
b. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

c. Perubahan retinal optik

d. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :

a. Nyeri hilang timbul pada tungkai


b. Sakit kepala oksipital berat

c. Nyeri abdomen
13. Pernapasan

Gejala :

a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas


b. Takipnea

c. Ortopnea

d. Dispnea nocturnal proksimal

e. Batuk dengan atau tanpa sputum

f. Riwayat merokok

Tanda :

a. Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan


b. Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )

c. Sianosis

14. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan


Tanda : Episode parestesia unilateral transien

15. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala :

a. Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit


jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
b. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
c. Penggunaan obat / alkohol

N. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan


dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,


ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral

4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya


hipertensi yang diderita klien

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang proses penyakit

O. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
1 Risiko tinggi Cardiac 1. Pantau TD. Ukur1. Perbandingan dari
terhadap Pump pada kedua tangan tekanan memberikan
penurunan curah effectiveness untuk evaluasi gambaran yang lebih
jantung Circulation awal lengkap tentang
berhubungan Status keterlibatan masalah
dengan Vital Sign vaskular. Hipertensi
peningkatan Status berat diklasifikasikan
afterload, Kriteria pada orang dewasa
vasokonstriksi, Hasil: sebagai peningkatan
hipertrofi/rigiditas1. Tanda tekanan diastolik
ventrikuler, Vital dalam sampai 130, hasil
iskemia miokard rentang peningkatan pertama,
normal kemudian maligna.
(Tekanan Hipertensi
darah, Nadi, sistolikjuga
respirasi) 2. Catat merupakan faktor
2. Dapat
keberadaan, risiko yang ditentukan
mentoleransi
kualitas denyutan untuk penyakit
aktivitas,
sentral dan perifer serebrovaskular dan
tidak ada
penyakit iskemi
kelelahan
jantung bila tekanan
3. Tidak ada
diastolik 90-115.
edema paru,
2. Denyutan karotis,
3. Auskultasi tonus
perifer, dan
jugularis, radialis dan
jantung dan bunyi
tidak ada
femoralis mungkin
napas
asites
teramati/terpalpasi.
4. Tidak ada
Denyutan pada
penurunan
tungkai mungkin
kesadaran
menurun,
mencerminkan efek
dari vasokontriksi dan
kongesti vena.
3. S4 umum terdengar
pada pasien hipertensi
4. Amati warna
berat karena adanya
kulit, kelembaban,
hipertrofi atrium
suhu, dan masa
(peningkatan
pengisian kapiler.
volume/tekanan
atrium).
Perkembangan S3
menunjukkan
hipertrofi ventrikel
5. Catat edema
dan kerusakan fungsi.
umum
Adanya krakles, dapat
mengindikasikan
kongesti paru
6. Berikan sekunder terhadap
lingkungan tenang, terjadinya atau gagal
nyaman, kurangi jantung kronik.
4. Adanya pucat,
aktivitas/keributan
dingin, kulit lembam
lingkungan.
7. Lakukan dan masa pengisian
tindakan yang kapiler lambat
nyaman seperti mungkin berkaitan
pemijatan dengan vasokontriksi
punggung dan atau mencerminkan
leher, meninggikan dekompensasi/penuru
kepala di tempat nan curah jantung
5. Dapat
tidur.
8. Anjurkan teknik mengindikasikan
relaksasi, panduan gagal jantung,
imajinasi, aktivitas kerusakan ginjal atau
pengalihan. vaskular.
6. Membantu untuk
menurunkan rangsang
9. Pantau respon
simpatis,
terhadap obat
meningkatkan
untuk mengontrol
relaksasi
tekanan darah

7. Mengurangi
ketidaknyamanan dan
dapat menurunkan
rangsang simpatis

10. Berikan
8. Dapat menurunkan
pembatasan cairan
rangsangan yang
dan diit natrium
menimbulkan stres,
sesuai indikasi.
membuat efek tenang,
sehingga akan
menurunkan TD.

9. Respon terhadap
terapi obat “stepped”(
yang terdiri atas
diuretik, inhibitor
simpatis dan
vasodilator)
tergantung pada
individu dan efek
sinergis obat. Karena
efek samping
tersebut, maka
penting untuk
menggunakan obat
dalam jumlah paling
sedikit dan dosis
paling rendah.
10. Pembatasan ini dapat
menangani retensi
cairan dengan respons
hipersensitif, dengan
demikian
menurunkan beban
kerja jantung.
2 Intoleransi Energy 1. Kaji respon 1. Menyebutkan
aktivitas conservation pasien terhadap parameter membantu
berhubungan Self Care : aktivitas, frekuensi dalam mengkaji
dengan kelemahan, ADLs nadi, TD, dispnea respon fisiologi
ketidakseimbangan Kriteria atau nyeri dada, terhadap stres
suplai dan Hasil : keletihan dan aktivitas dan, bila ada
kebutuhan 1. kelemahan yang merupakan indikator
oksigen. Berpartisipa berlebihan, dari kelebihan kerja
si dalam diaforesis, pusing yang berkaitan
aktivitas dan pingsan. dengan tingkat
2. Intruksikan
fisik tanpa aktivitas.
pasien untuk
disertai
teknik
peningkatan
penghematan
tekanan 2. Teknik menghemat
energi
darah, nadi energi mengurangi
dan RR penggunaan energi
2. Mampu
juga membantu
melakukan 3. Berikan
keseimbangan antara
aktivitas dorongan untuk
suplai dan kebutuhan
sehari hari melakukan
oksigen.
(ADLs) aktivitas diri 3. Kemajuan aktivitas
secara bertahap jika dapat bertahap mencegah
mandiri ditoleransi. peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan
hanya sebatas
kebutuhan akan
mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas.
3 Nyeri akut Pain Level, 1. 1. Meminimalkan
berhubungan Pain control, Mempertahankan stimulasi/meningkatk
dengan tekanan Comfort tirah baring selama an relaksasi
2. Tindakan yang
vaskular serebral level fase akut
2. Berikan tindakan menurunkan tekanan
Kriteria
nonfarmakologi vaskular serebral dan
Hasil :
untuk yang memperlambat/
1. Mampu
menghilangkan memblok respons
mengontrol
sakit kepala simpatis efektif dalam
nyeri (tahu
penyebab menghilangkan sakit
nyeri, kepala dan
mampu 3. komplikasinya.
3. Aktivitas yang
menggunaka Hilangkan/minima
meningkatkan
n tehnik lkan aktivitas
vasokontriksi
nonfarmakol vasokontriksi yang
menyebabkan sakit
ogi untuk dapat
kepala pada adanya
mengurangi meningkatkan
peningkatan tekanan
nyeri, sakit kepala.
4. Bantu pasien vaskular serebral.
mencari
dalam ambulansi
bantuan)
2. sesuai kebutuhan 4. Pusing dan
Melaporkan penglihatan kabur
bahwa nyeri sering berhubungan
berkurang 5. Berikan cairan, dengan sakit kepala.
dengan makanan lunak, Pasien juga dapat
menggunaka perawatan mulut mengalami episode
n yang teratur bila hipotensi postural
5. Meningkatkan
manajemen terjadi perdarahan
kenyamanan umum.
nyeri hidung atau
3. Mampu Kompres hidung
kompres hidung
mengenali dapat mengganggu
telah dilakukan
nyeri (skala, menelan atau
untuk
intensitas, membutuhkan napas
menghentikan
frekuensi dengan mulut
perdarahan.
dan tanda
nyeri)
4.
Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
5. Tanda vital
dalam
rentang
normal

4 Kurang Kowlwdge 1.
: Kaji kesiapan 1. Kesalahan konsep
pengetahuan disease dan hambatan dan penyangkalan
berhubungan process dalam belajar. diagnosa karena
dengan kurangnya Kowledge : perasaan sejahtera
informasi tentang health yang sudah lama
proses penyakit Behavior dinikmati
Kriteria mempengaruhi minat
Hasil : pasien terdekat untuk
1. Pasien dan2. Tetapkan dan mempelajari penyakit,
keluarga nyatakan batas kemajuan, dan
menyatakan normal. Jelaskan prognosis.
2. Memberikan dasar
pemahaman tentang hipertensi
untuk pemahaman
tentang dan efeknya pada
tentang peningkatan
penyakit, jantung, pembuluh
TD dan
kondisi, darah dan ginjal.
3. Bantu pasien mengklarifikasi
prognosis
dalam istilah medis yang
dan program
mengidentifikasi sering digunakan.
pengobatan
2. Pasien dan faktor-faktor risiko
keluarga kardiovaskular
mampu yang dapat diubah.3. Faktor-faktor risiko
4. Bantu pasien
melaksanaka ini telah menunjukkan
untuk
n prosedur hubungan dalam
mengidentifikasi
yang menunjang hipertensi
sumber masukan
dijelaskan dan penyakit
natrium.
secara benar kardiovaskular serta
3. Pasien dan
ginjal.
keluarga 5. Dorong pasien 4. Diit rendah garam
mampu untuk menurunkan dapat mengontrol
menjelaskan atau hipertensi sedang atau
kembali apa menghilangkan mengurangi jumlah
yang kafein. obat yang dibutuhkan.
5. Kafein adalah
dijelaskan
stimulan jantung dan
perawat/tim
dapat memberikan
kesehatan
efek merugikan pada
lainnya.
fungsi jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC,
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
EGC
Palmer,Anna dan Brian Wiiliam. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai