Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

REAKSI INDONESIA TERHADAP IMPERIALISME DAN


KOLONIALISME DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL-
BUDAYA, DAN PENDIDIKAN

XI IPS 2

Kelompok 4

Alif Firdaus

Intan Nursyifa Munandar

Izmi Nurfadhilah

Nugraha

SMA Negeri 2 Kuningan


Jl. Arujikartawinata No. 16 Kuningan 45511
REAKSI INDONESIA TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME
DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL-BUDAYA, DAN PENDIDIKAN

I. Bidang Politik
Awal dari permasalahannya adalah campur tangan ( intervensi ) terhadap masalah internal
kerajaan di Indonesia yang merupakan upaya melancarkan monopoli perdagangan. Campur
tangan itu terkait dengan perebutan kekuasaan tahta. Dalam hal ini, VOC melakukan apa yang
di sebut politik devide et impera dengan memihak kepada salah satu kubu ,tujuan mereka
hanyalah untuk mendapat monopoli perdagangan. Kemudian VOC ikut campur dalam
pemilihan raja suatu negara yang dapat di pengaruhi oleh VOC tersebut.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Belanda bertindak sewenang-
wenang terhadap bangsawan dan raja raja pribumi. Belanda sering melakukan para bangsawan
sebagai bawahan mereka. Mereka tidak lagi menghormati pribumi.
Adapun beberapa hal yang di lakukan oleh pemimpin Indonesia adalah pembentukan
organisasi seperti Budi Utomo
Budi Utomo ini didirikan pada 20 Mei 1908, tujuan untuk membantu pribumi, organisasi
ini di bentuk oleh Sutomo, Gunawan rintisan Wahidin Sudirohusodo. Selain itu juga didirikan
organisasi bernama Indische Partij ( IP ) Pendirinya adalah tiga serangkai dr. Douwes Dekker,
dr. Ciptomangunkusumo dan Surwandi Suryaningrat. Kemudian ada juga perhimpunan
indonesia.
Organisasi lainnya dalam bidang agama adalah sarekat Islam , Muhamadiyah, Nahdlatul
ulama dan MIAI .dan dalam organisasi perempuan yaitu putri Mardika, Dana Kartini,
keutamaan istri, Aisyiyah dan kerajinan amal setia.

II. Bidang Ekonomi

Nilai-nilai kapitalisme mulai masuk ke dalam struktur masyarakat Indonesia.


Komersialisasi telah menggantikan sistem ekonomi tradisional. Nilai uang telah menggantikan
satuan ekonomi tradisional yang selama ini dijalankan oleh masyarakat pedesaan. Masalah
sistem perburuhan dikeluarkan aturan yang ketat. Tahun 1872 dikeluarkan Peraturan
Hukumam Polisi bagi buruh yang meninggalkan kontrak kerja. Pada tahun 1880 ditetapkan
Koeli Ordonanntie yang mengatur hubungan kerja antara koeli (buruh) dengan majikan,
terutama di daerah perkebunan di luar Jawa. Walaupun wajib kerja dihapuskan sesuai dengan
semangat liberalisme, pemerintah kolonial menetapkan pajak kepala pada tahun 1882. Pajak
dipungut dari semua warga desa yang kena wajib kerja. Pajak tersebut dirasakan oleh rakyat
lebih berat dibandingkan dengan wajib kerja.

Di bidang ekonomi, penetrasi kapitalisme sampai pada tingkat individu, baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Tanah milik petani menjadi objek dari kapitalisme. Tanah tersebut
menjadi objek komersialisasi, satu hal yang tidak dikenal sebelumnya dalam masyarakat
tradisional di pedesaan. Dengan demikian, terjadi perubahan dalam masyarakat pedesaan
terutama dalam melihat aset tanah yang dimilikinya. Apabila sebelum adanya UU Agraria
tahun 1870 tanah yang dimiliki tidak memiliki arti ekonomi yang penting kecuali untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari maka setelah dikeluarkannya undang-undang tersebut terjadi
komersialisasi aset petani. Penetrasi tersebut sering kali mengabaikan hak-hak rakyat menurut
hukum adat. Nilai ekonomi uang telah menggantikan nilai ekonomi menurut cara-cara ekonomi
tradisional seperti sistem barter dan lain-lain.

Sistem ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda adalah sistem tanam
paksa dan sistem kapitalisme menurut Undang- Undang Agraria tahun 1870. Melalui kedua
sistem tersebut terjadi mobilitas tenaga kerja dari tempat tinggal mereka ke daerah perkebunan
baik yang berada dalam satu pulau maupun luar pulau. Misalnya, sejak tahun 1870 terjadi
pengirimam buruh besar-besaran dari Jawa ke daerah perkebunan di Sumatera.

Dampak Kolonialisme dan Imperialisme Indonesia dibidang Ekonomi

Kehidupan ekonomi Bangsa Indonesia semakin merosot.

Kesejahteraan rakyat semakin menurun.

Sistim ekonomi uang mulai berkembang

Munculnya istilah monopoli

III. Sosial-Budaya
Pada masa kolonial, terdapat penggolongan kelas sosial penduduk Hindia-Belanda
berdasarkan ras:
1. Gol. Eropa
2. Gol. Indo (keturunan campuran pribumi dan eropa)
3. Gol. Timur Asing (Tionghoa, India, Arab)

Pembagian penduduk berdasarkan golongan ini memiliki konsekuensi baik dalam bidang
sosial, hukum, ekonomi, maupun politik. Golongan eropa mendapat perlakuan istimewa dalam
bidang sosial, hukum, ekonomi, politik, dan pendidikan.

Golongan pribumi dibedakan lagi berdasarkan aspek keturunan, pekerjaan dan pendidikan.
Golongan bangsawan atau ningrat (aristokrat) merupakan golongan yang paling tinggi.
Termasuk golongan ini adalah raja/sultan dan keturunannya, para pejabat kerajaan, serta
pejabat pribumi, dan dibawahnya adalah rakyat biasa.

Pola kehidupan bangsa eropa mulai merusak nilai-nilai kehidupan tradisional tradisi dan
budaya yang dibawa oleh bangsa eropa mendapat banyak pertentangan, terutama dari kalangan
pemimpin agama karena bertentangan dengan ajaran-ajaran islam. Pandangan keagamaan dan
diskriminasi ras menjadi faktor pendukung dilakukannya perlawanan terhadap pemerintah
kolonial oleh prnduduk pribumi.

IV. Pendidikan
Keterbatasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial menyebabkan munculnya
pendidikan atau perguruan kebangsaan. Taman Siswa dan INS Kayutanam tampil sebagai
sekolah yang mampu mengembangkan semangat kebangsaan, kompetitif, sekaligu berbasis
kultur Indonesia.
a. Taman Siswa
Raden Mas Sowardi Soeryaningrat (Ki Hajar Dewantara) membuka Taman Siswa di
Yogyakarta pada tahun 1922 yang awalnya diberi nama Nationaal Onderwijs Intituut Taman
Siswa dengan tujuan membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan,
sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan
bertanggungjawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
Prinsip dasar yang terdapat pada Taman Siswa dikenal sebagai patrap triloka,
berbunyi: “ING NGARSO SUNG TULODO (memberi tauladan di depan), ING MADYO
MANGUN KARSO (ditengah membangun semangat), TUT WURI HANDAYANI (memberi
dorongan dari belakang)”. Prinsip ini digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesia sampai
sekarang.
b. INS (Indonesische Nederlansch School) Kayutanam
Disebut juga Ruang Pendidikan Indonesische Nederlansch School Kayutanam adalah
lembagapendidikan menengah swasta yang didirikan di Kayutanam, Padang Pariaman,
Sumatera Barat dan diresmikan tanggal 31 Oktober 1926 oleh Muhammad Sjafei yang pernah
mengenyam pendidikan di negeri Belanda.
Tujuan terbentuknya INS untuk menyatakan bahwa sekolah tersebut setara nilainya
dengan sekolah Belanda. Sjafei menolak bantuan dari pemerintah kolonial untuk sekolahnya.
Ia membiayainya dari hasil berjualan buku-buku pendidikan yang ditulisnya, sumbangan dari
para simpatisan, serta dari berbagai acara pengumpulan dana seperti pertunjukan teater,
pertandingan sepak bola, dan jual hasil karya seni buatan murid-muridnya.

Anda mungkin juga menyukai