AKIBAT HUKUM DIREKSI MENJALANKAN RENCANA KERJA TANPA
PEERSETUJUAN PEMEGANG SAHAM
Oleh: Ary Ramadhanoe Amanza, S.H., S.E., M.H. Kasus Posisi: Direksi sebuah perusahaan menjalankan rencana kegiatan usaha baru tanpa persetujuan para pemegang saham, sementara di dalam AD/RT perusahaan tersebut mengharuskan persetujuan pemegang saham dalam menjalankan rencana kegitan usaha baru. Hal tersebut telah berlangsung selama 1 (satu) tahun. Apa akibat hukum yang timbul terhadap tindakan direksi perusahaan tersebut berkaitan dengan tanggung jawabnya? Pertama yang perlu kita ketahui bahwa di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas atau yang biasa disebut dengan UUPT tidak dikenal nomenklatur “rencana kegiatan usaha”, namum dapat kita pahami bahwa apa yang dimaksud dalam UUPT merujuk kepada kasus posisi di atas dapat dimaknai bahwa “rencana kegiatan usaha” memiliki arti yang sama dengan makna “rencana kerja”. Mengenai rencana kerja dengan persetujuan pemegang saham ini, dalam UUPT termaktub pada Pasal 64 yang berbunyi sebagai berikut: “(1) Rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 disampaikan kepada Dewan Komisaris atau RUPS sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. (2) Anggaran dasar dapat menentukan rencana kerja yang disampaikan oleh Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal anggaran dasar menentukan rencana kerja harus mendapat persetujuan RUPS, rencana kerja tersebut terlebih dahulu harus ditelaah Dewan Komisaris. “ Kemudian unutk definisi Direksi sendiri yang diatur dalam Pasal 1 angka 5 UUPT, yaitu: “Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.” Kewenangan direksi diatur dalam UUPT diantaranya termaktub pada Pasal 92 ayat (1) dan ayat (2) yang berbunyi: “(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. (2) Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar” Mengenai tanggung jawab Direksi secara umum kita dapat merujuk pada ketentuan Pasal 97 UUPT yang berbunyi: “ (1) Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1). (2) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. (3) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. (5) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan: a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. telah mengambil tindakan untuk mencegahtimbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. (6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan. (7) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak mengurangi hak anggota Direksi lain dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama Perseroan” Dari kasus posisi di atas ditemukan fakta dan dikaitkan dengan peraturan perundang- undangan maka dapat disimpulkan ssebagai berikut: a. Direksi menjalankan kegiatan usaha baru tanpa persetujuan pemagang saham; b. AD/RT perusahaan tersebut mengharuskan persetujuan pemegang saham dalam menjalankan rencana kegitan usaha baru; dan c. Hal tersebut telah berlangsung selama 1 (satu) tahun. Tindakan Direksi menjalankan kegiatan usaha baru tanpa persetujuan pemagang saham sedangkan AD/RT perusahaan tersebut mengharuskan persetujuan pemegang saham dalam menjalankan rencana kegitan usaha baru bertentangan dengan Pasal 64 UUPT yang mana mengharuskan direksi untuk mendapatkan persetujuan pemegang saham terhadap rencana kerja yang akan dijalankan dengan terlebih dahulu menyampaikannya kepada Dewan Komisaris. Hal tersebut juga bertentangan dengan Pasal 92 ayat (1) dan (2) yang mana Direksi diharuskan menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar perusahaan. Akibat hukum yang timbul terhadap tindakan direksi tersebut apabila perusahaan mengalami kerugian maka berdasarkan Pasal 97 ayat (1), (2), (3), dan (4) yaitu Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan yang wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dan Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. Pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat bertindak atas nama Perseroan untuk mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan sesuai dengan Pasal 97 ayat (6) UUPT.