12 2 05 01 0038 PDF
12 2 05 01 0038 PDF
Disusun Oleh:
RUPI’AH
NPM. 12.2.05.01.0038
RUPI’AH
NPM. 12.2.05.01.0038
ABST
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Banyak faktor yang
menyebabkan diambilnya Section Caesaria yaitu factor ibu, janin, faktor jalan lahir,
berdasarkan partograf, partus kasep dan kegagalan, Angka Section Caesaria terus
meningkat dari insiden 3-4 % tahun yang lampau sampai insiden 10-15 sekarang ini.
Angka terakhir mungkin bisa di terima dan benar. Bukan saja pembedahan menjadi lebih
aman bagi ibu, tetapi juga anak ataupun keduanya juga menjadi lebih aman. Disamping
itu, perhatian terhadap kualitas kehidupan dan pengembangan intelektual pada bayi telah
memperluas indikasi post Sectio Caesaria ( Oxorn, 2010) .
Sectio Caesaria menempati urutan ke dua setelah ekstraksi vacum dengan frekuensi yang
di laporkan 6% sampai 15% (Mochtar, 2005). Angka kesakitan ibu yang berhubungan
dengan persalinan SC mncapai 10-15x di banding persalinan normal, meskipun angka
tersebut rendah tetapi ironis jika kematian dapat dihindari menimpa ibu hamil yang sehat
dan sebetulnya tidak memerlukan tindakn pembedahan (Cunningham dkk, 2005). WHO
memperkirakan pada tahun 2008 rata-rata bedah SC di antara 10 % dan 15% dari seluruh
kelahiran di Negara-Negara berkembang di laporkan meningkat 4 kali di bandingkan 10
Tahun sebelumnya. di Indonesia berdasarakin Survei Demografi dan kesehatan tahun
2009-2010 mencatat angka persalinan SC secara Nasional berkurang lebih 20,5% dari
total persalinan SC. Di Jawa Timur angka kejadian Sectio Caesaria mencapai 15,6%
(Depkes, 2007). Data Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri
menunjukkan bahwa jumlah penderita post SC dengan indikasi pre-eklampsia berat pada
tahun 2012 sejumlah 2.454 orang, 2013 sejumlah 2.748 orang dan tahun 2014 sejumlah
1.469 orang.
Adapun indikasi tindakan SC adalah Plasenta previa, distosia serviks, rupture uteri
mengancam, disproporsi cepalopelviks, eklamsia dan preeklamsia berat. Jika selama 24
jam faktor tersebut tidak teratasi maka akan terjadi resiko morbiditas dan mortalitas
perinatal akibat prematurasi janin. Tindakan operasi SC menyebabkan nyeri karena
terjadinya kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan (Pratiwi, 2012).
ibu yang mengalami gangguan persalinan yang menyebabkan terjadinya kegawatan pada
janin maka harus dilakukan tindakan segera mungkin yaitu operasi Sectio Caesaria agar
II. METODE
a. Wawancara : menanyakan atau tanya jawab dengan menggunakan komunikasi
langsung dengan keluarga yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan,
5
data
biologi, psikologi, sosial dan spiritual.
b. Observasi atau pengamatan : mengamati secara langsung keadaan pasien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
c. Pemeriksaan fisik : melakukan pemeriksaan fisik pada pasien untuk menentukan
masalah kesehatan pasien dengan cara : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
d. Studi dokumentasi dengan cara mempelajari rekam medik pasien.
Pada tinjauan pustaka menurut Williams (2008), Sectio sesarea adalah pengeluaran janin
melalui insisi abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin
atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah
Terdapat kesamaan antara hasil pengkajian secara langsung dengan indikasi tentang
Sectio Caesaria yang di temukan pada pasien Ny “E” yang mengalami pre-eklamsia berat
yang di cirikan sesuai dengan indikasi Sectio Caesaria.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2011) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Sectio
Saesarea sebagai berikut :
Dalam kasus nyata diagnosa yang muncul tidak jauh berbeda dengan yang terdapat pada
teori, akan tetapi diagnosa yang muncul pada teori tidak semuanya muncul pada kasus nyata.
Oleh karena itu penulis mengelompokkan dan membahas diagnosa keperawatan yang muncul
pada kasus nyata yang sesuai teori dan diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori yang
tidak muncul pada kasus nyata.
a. Diagnosa keperawatan yang muncul
Pengalaman sensori dan emosi tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial,awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya
kurang dari enam bulan (Aziz,2007)
Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut sebagai diagnosa utama dibandingkan dengan
diagnosa lain yang muncul, karena nyei akut merupakan diagnosa yang perlu ditangani segera
sebab dalam kasus nyata pasien akan mengalami nyeri yang dapat mempengaruhi tingkat
kenyamanan. Di dalam kasus nyeri merupakan masalah yang komleks karena dapat
C. Rencana Tindakan
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan. Intervensi yang
penulis susun antara lain : observasi TTV untuk mengetahui keadaan umum pasien, kaji nyeri
dengan PQRST , Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, ajarkan tehnik
nonfarmakologi, kolaborasi dengan tim medis pemberian analgesic, gunakan komunikasi
terapeutik untuk mengetahuan pengalaman nyeri pasien.
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa rencana tindakan pada diagnosa
pertama tersebut ada kesenjangan, seperti :observasi TTV untuk mengetahui keadaan umum
pasien , kaji nyeri dengan PQRST , Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan ,
ajarkan tehnik nonfarmakologi, kolaborasi dengan tim medis pemberian analgesik, gunakan
komunikasi terapeutik untuk mengetahuan pengalaman nyeri pasien. Hal ini terjadi karena
intervensi direncanakan berdasarkan dengan kebutuhan dan masalah pasien, sehingga
intervensi tersebut dapat mengatasi masalah yang dialami pasien.
B. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan yang telah
disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan pada diagnose: pad tanggal
04 juli 2015 jam 09:00 Mengobservasi TTV TD :120/80 mmhg, S: 36,6OC, N: 85 x/mnt,
RR:20 x/mnt, Melakukan pengkajian nyeri dengan PQRST P : nyeri pada daerah perut bagian
bawah luka bekas operasi Q:seperti ditusuk-tusuk R:pada perut bagian bawah S:skala 4 T:
setiap bergerak dan hilang jika istirahat , Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan Pasien tampak meringis kesakitan pasien tampak memegangi perutnya ,
Mengajarkan tehnik nonfarmakologi Ajarkan pasien tehnik nafas dalam ,melakukan
Kolaborasi pemberian anlgesik injeksi ranitidine 5 mg/IV , asam mefenamat 500 mg/Oral
Adapun implementasi yang dapat dilakukan oleh penulis kasus ini, hanya dapat
dilakukan selama 3 hari rawat. Hal ini disebabkan karena secara umum kondisi kesehatan
pasien yang sudah pilih atau membaik.
C. Evaluasi
Langkah terakhir dari proses keperawatan yang dilakukan pada Ny. E dengan masalah
utama Sectio saesaria adalah dengan melakukan evaluasi dengan cara membandingkan data
yang ada di kriteria hasil dengan data dievaluasi (subyektif, obyektif, assesment/analisa,
planning). Evaluasi penulis lakukan sejak tanggal 04-06 Juli 2015 dengan hasil evaluasi pada
diagnosa keperawatan; nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diperoleh hasil: subyektif S: Pasien
mengatakan sudah tidak nyeri pada daerah perut bagian bawah luka bekas operasi , P : sudah
tidak merasakan nyeri pada daerah perut bagian bawah luka bekas operasi S:skala 1, Pasien
sudah tidak tampak meringis kesakitan, pasien sudah tidak tampak memegangi perutnya,
terdapat luka bekas operasi steril tertutp kasa ±10 cm. Assesment/Analisa: masalah teratasi.
Planing: intervensi dihentikan. Alasan intervensi dihentikan. Kekuatan dari evaluasi yang
penulis lakukan adalah evaluasi yang dilakukan penulis sesuai dengan kondisi klien setelah
penulis memberikan asuhan keperawatan selama tiga hari. Dari hasil evaluasi didapatkan
bahwa semua masalah teratasi. Adapun masalah keperawatan yang telah teratasi adalah
sebagai berikut : nyeri akut berhubungan terputunya jaringan, defisif perawatan diri
berhubungan kelemahan fisik.
A. Simpulan
Setelah mengetahui gambaran yang jelas tentang proses perawatan pada Ny. E dengan kasus
Sectio saesaria baik secara teori dan kasus sebenarnya dialami di rumah sakit, maka dapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pengkajian pada tanggal 04 juli 2015 mengatakan P : nyeri pada daerah perut
bagian bawah luka bekas operasi Q:seperti ditusuk-tusuk R:pada perut bagian bawah
S:skala 4 T: setiap bergerak dan hilang jika istirahat TD:120/80 mmhg, N :82x/mnt
RR:20x/mnt S:36 C.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
jaringan di tandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada daerah perut bagian bawah luka
bekas operasi ,nyeri dirasakan terus menerus seperti ditusuk-tusuk ,nyeri bertambah
apabila di buat bergerak dan berkurang apabila dibuat istirahat, skala 4. KU :baik, pasien
tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegangi perutnya. keluar dari , terdapat luka
Prawirohardjo. Sarwono. 2007 . ilmu kebidanan . Edisi kedua .Jakarta : Bina pustaka