Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH ETIKA PROFESI DAN ILMU PRILAKU

Mengenal Pelayanan Laboratorium Medik dan Manfaat bagi


Masyarakat dalam Bidang Parasitologi

Disusun oleh :

Aldona Oktavera 10.17.0002


Dian Rosida 10.17.0007
Dwi Wardani 10.17.0009
Gita Sonya 10.17.0013
Intan Fauzi 10.17.0015
Linda Setiarini 10.17.0017
Mawardah Abdullah 10.17.0019
Mikael Edi Gius Susar 10.17.0021
Muhammad Risky Fajar 10.17.0023
Pipit Atikayasa Putri 10.17.0025
Putri Wasitoh 10.17.0029

AKADEMI ANALIS KESEHATAN


PUTRA JAYA BATAM
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Mengenal Pelayana Laboratorium Medik
dan Manfaat bagi Masyarakat dalam Bidang Parasitologi” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dosen pada bidang Etika Profesi dan Ilmu Prilaku. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambahkan wawasan tentang
bidang parasitologi dalam laboratorium bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Erigana,


SKM,Mkes. Selaku dosen bidang Etika Profesi dan Ilmu Prilaku yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Batam, 05 febuari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laboratorium Kesehatan merupakan salah satu sarana
kesehatan yang diharapkan mampu memberikan pelayanan
terbaik terhadap kebutuhan individu dan masyarakat dalam
rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010 yang berperan sebagai
pendukung maupun penegak dari sebuah diagnosis penyakit dalam
upaya peningkatan kesehatan yang optimal. Menurut Kep.Menkes
No.943/Menkes/SK/VIII/2002 yang dimaksud dengan Laboratorium
Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia atau bahan bukan berasal manusia untuk
penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
Sebagai bagian yang integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan
laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai
program dan upaya kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan
penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil
pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang
mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan
adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari
organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa,
helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis
ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi,
morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan
epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit
adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup
yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes).
Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan
organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran
tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh
dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan
parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak
menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat
essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan
parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan
usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan
dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan
tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan
selengkapnya. Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di
antaranya adalah mengajarkan tentang siklus hidup parasit serta
aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Dengan
mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui
bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta
bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya.
Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita
akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya.
2.1 Rumusan masalah
2.1.1 Bagaimana mengenal pelayanan laboratorium medic dan
manfaat bagi masyarakat dalam bidang parasitolog
2.1.2 Apa saja yang menjadi acuan pemeriksaan dalam bidang
parasitologi
2.1.3 Mengapa kita ATLM harus mengengenal dan mendalami
bidang ilmu parasitologi
3.1 Tujuan
Agar seorang ATLM dapat mendalami, mempelajari, dan
mempertanggung jawabkan ilmu yang ia dapati didalam perkuliahan
terutama dalam bidang parasitologi yang kami dalamin
BAB II
TINAUAN PUSTAKA
A. Parasit

Parasit adalah organisme yang eksistensinya tergangung

adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau

hospes. Organisme yang hidup sebagai parasit sperti cacing telah

dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek moyang. Hewan-

hewan parasit telah dikenal dan dibicarakan sejak zamannya

Aristoteles (384-322) dan Hipocrates (460-377 SM) di Yunani,

tetapi ilmu parasitnya baru berkembang setelah manusia

menyadari pentingnya ilmu parasit.

B. Ektoparasit

Ektoparsit merupakan parasit yang berdasarkan tempat

manifestasi parasitismenya terdapat di permukaan luar tubuh

inang, termasuk di liang-liang dalam kulit atau ruang telinga luar.

Kelompok parasit ini juga meliputi parasit yang sifatnya tidak

menetap pada tubuh inang, tetapi datang dan pergi di tubuh

inang. Adanya sifat berpindah bukan berarti ektoparasit tidak

mempunyai preferensi terhadap inang. Seperti parasit yang

lainnya, ektoparasit juga memiliki spesifikasi inang, inang pilihan,

atau inang kesukaan (Ristiyanto et al, 2004).

Proses preferensi ektoparasit terhadap inang antara lain

melaui fenomena adaptasi, baik adaptasi morfologis maupun

biologis yang kompleks. Proses ini dapat diawali dari nenek


moyang jenis ektoparasit tersebut, kemudian diturunkan kepada

progeninya. Walaupun ektoparasit memilih inang tertentu untuk

kelangsungan hidupnya, namun bukan berarti pada tubuh inang

tersebut hanya terdapat kelompok ektoparasit yang sejenis

(Ristiyanto et al, 2004).

1. Pinjal (flea)

Pinjal merupakan serangga ektoparasit yang hidup diluar

tubuh inangnya. Secara morfologi tubuh pinjal dewasa berbentuk

pipih bilateral sehingga dapat dilihat dari samping. Bentuk tubuh

yang unik ini sesuai dengan inangnya, hewan- hewan berbulu

lembut menjadi inang yang nyaman. Pinjal mempunyai ukuran

kecil, larvanya berbentuk cacing (vermiform) sedangkan pupanya

berbentuk kepompong dan membungkus diri dengan seresah.

Perilaku pinjal secara umum merupakan parasit temporal, yaitu

berada dalam tubuh hospes saat membutuhkan makanan. Jangka

hidup pinjal bervariasi, pada spesies pinjal tergantung pada

mereka mendapat makanan atau tidak. Terdapat beberapa genus

pinjal yaitu Tunga, Ctenocephalides dan Xenopsylla (Kesuma,

2007).

Muriane (Endemic) typhus penyebabnya adalah Rickettsia

mooseri; penyebarannya karena feses pinjal yang masuk ke

dalam luka. Vektornya Xenopsylla cheopis, Nosopsylla fasciatus,

Ctenocephalides felis, dan Ctenocephalides canis.Helminthiasis


sebagai tuan rumah perantara dari Dipylidium caninum oleh

Ctenocephalides felis dan Ctenocephalides canis (Natadisastra

dan Agoes, 2009).

Genus Ctenocephalides

Ctenocephalides canis

Pinjal ini sangat mengganggu anjing karena dapat menyebabkan

Dipylidium caninum. Meskipun mereka memakan darah anjing,

kadang-kadang juga dapat menggigit manusia. Mereka dapat

bertahan hidup tanpa makanan selama beberapa bulan, tetapi spesies

betina harus memakan darah sebelum menghasilkan telur.

Klasifikasi dan morfologi

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Siphonaptera

Famili : Pulicidae

Genus : Ctenocephalides

Spesies: Ctenocephalides canis

Gambar.1Ctenocephalides canis

(Hadi et al, 2013).


Siklus Hidup

Pinjal mengalami metamorfosis sempurna, yang didahului dengan telur,

larva, pupa, kemudian dewasa. Pinjal betina akan meninggalkan

inangnya untuk meletakan telurnya pada tempat-tempat yang dekat

dengan inangnya, seperti sarang tikus atau anjing, celah-celah lantai atau

karpet, di antara debu dan kotoran organik, atau kadang-kadang di antara

bulu-bulu inangnya. Telurnya menetas dalam waktu 2-24 hari tergantung

kondisi lingkungannya. Larva pinjal sangat aktif, makan berbagai jenis

bahan organik disekitarnya termasuk feses inangnya. Larvanya terdiri

atas 3-4 instar (mengalami 2-3 kali pergantian kulit instar) dengan waktu

berkisar antara 10-21 hari. Larva instar terakhir bisa mencapai panjang 4-

10 mm, setelah itu berubah menjadi pupa yang terbungkus kokon.

Kondisi pupa yang berada dalam kokon seperti itu merupakan upaya

perlindungan terhadap sekelilingnya. Tahap dewasa akan keluar 7-14

hari setelah terbentuknya pupa. Lamanya siklus pinjal dari telur sampai

dengan dewasa berkisar antara 2-3 minggu pada kondisi lingkungsn yang

baik. Pinjal dewasa akan menghindari cahaya, dan akan tinggal diantara

rambut-rambut inang, pada pakaian atau tempat tidur manusia. Baik

pinjal betina maupun jantan keduanya menghisap darah beberapa kali

pada siang atau malam hari. (Hadi, 2010).

Gejala klinis

Pinjal menginfeksi manusia melalui gigitannya dan juga melalui

tinja yang mengandung Yersinia pestis yang masuk melalui luka


gigitannya (anterior inokulatif dan posterior kontaminatif). Bakteri yang

masuk mula-mula menyebabkan terjadinya peradangan dan pembesaran

kelenjar limfe dan terbentuknya benjolan atau bubo (Natadisastra dan

Agoes, 2009). Gangguan utama yang ditimbulkan oleh pinjal adalah

gigitannya yang mengiritasi kulit dan cukup mengganggu.

Ctenocephalides canis berperan sebagai inang antara cacing pita

Dipylidium caninum dan Hymenolepis diminuta. Ctenocephalides canis

juga merupakan inang anntara cacing filaria Dipetalonemia reconditum

(Hadi, 2010).

Cara Penularan

Gigitan pinjal yang sering terjadi pada orang dilakukan oleh pinjal

muda yang baru menetas di tempat persembunyiannya, yakni karpet,

celah-celah dinding, perabot rumah tangga (furniture) dsb. Pinjal muda

yang lapar umumnya lebih agresif mencari induk semangnya sebagai

sumber makanan daripada pinjal dewasa. Hal ini merupakan upaya

parasit untuk melanjutkan kehidupannya (Soedarsono, 2008).

2. Sengkenit (ticks) atau caplak

Sengkenit atau caplak termasuk ke dalam Ordo Acarina dan Famili

Ixodidae. Ordo Acarina terdapat ratusan spesies sengkenit dan tungau

yang menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia dan terutama pada

hewan ternak sehingga menimbulkan kerugian besar pada peternak.

Peranan sengkenit keras secara langsung menyebabkan kelainan atau

gangguan penyakit, seperti dermatitis, exsanguinasi, otoacariasis, dan


paralisis sengkenit (tick paralysis).Peranan sengkenit keras sebagai

vektor (transmitter). Mikroorganisme yang dapat ditularkan oleh

sengkenit adalah protozoa, rickettsia, virus serta bakteri (Natadisastra,

2009).

Selain dapat menimbulkan penyakit secara langsung, ticks juga dapat

menularkan berbagai jenis mikroorganisme penyebab penyakit. Secara

langsung gigitan ticks dapat menyebabkan terjadinya dermatosis. Selain

itu toksin yang dihasilkan oleh beberapa jenis caplak (Ixodidae) dapat

menyebabkan kelumpuhan saraf (ticks paralyse), berbagai gejala

sistemik, bahkan kematian penderita (Soedarto, 2008).

Famili Ixodidae

Caplak ini berperan sebagai inang

perantara. Contoh :

a. Dermacentor andersoni

(hard ticks) Struktur

Tubuh terdiri atas Cephalotoraks dan abdomen mempunyai empat pasang

kaki, setiap terdiri dari enam ruas.

- Kapitilum terdiri dari basis kapitulum dan mulut

- Mulut terdiri hipostoma, khelisera, dan pedipalpi

- Caplak jantan skutum menutupi seluruh permukaan dorsalnya,

betina pada anteriornya saja


Morfologi

Gambar.2Dermacentor andersoni (hard ticks)

(Dryden et al, 2008).

Pada caplak keras kapitulum tampak dari dorsal. Tubuhnya terdiri atas

kapitulum dan abdomen berupa kantong yang sebenarnya terbentuk dari

bagian kepala, toraks dan abdomen. Mematorfosis tidak sempurna.

Stadium dewasa mempunyai empat pasang kaki, sedangkan larva dan

nimfa muda mempunyai tiga pasang kaki. Besar sengkenit kira-kira 1

cm, kulitnya kuat dan berbulu pendek. Bagian mulut dilengkapi dengan

hipostoma dan kelisera yang bergerigi.

Siklus Hidup

Caplak hidup sebagai ektoparasit dan menghisap darah berbagai

binatang. Sengkenit jantan mati setelah kopulasi. Caplak betina bertelur

di tanah kemudian mati. Telur menetas menjadi larva berkaki tiga

pasang, yang kemudian tumbuh menjadi nimfa berkaki empat pasang

kemudian menjadi dewasa. Pergantian stadium diperlukan pengisapan

darah hospes dan setelah kenyang melepaskan diri dari hospes.

Petumbuhn dari stadium larva sampai dewasa dapat berlangsung pada


satu hospes atau lebih.

Patologi dan Gejala Klinis

Caplak pada saat menghisap darah akan mengeluarkan toksin bersama

dengan ludah yang mengandung antikoagulan dan dapat mengakibatkan

paralisis. Paralisisnya berupa paralisis motorik yang dapat menimbulkan

kematian bila mengenai otot pernapasan. Jika caplak menggigit bahu

atau sepanjang tulang punggung gejala menjadi lebih berat. Gigitan

caplak juga menyebabkan trauma mekanis. Tempat gigitan terjadi luka

yang mudah meradang terutama jika kapitulumnya tertinggal pada waktu

caplak dilepaskan. (Sutanto, 2008).

b. Rhipicephalus sanguineus

Caplak Rhipicephalus sanguineus merupakan parasit yang dapat

menjadi penyebab utama dari penyakit sistemik, selain nekrosa pada

tempat gigitan dan reaksi peradangan pada inang yang diserangnya.

Rhipicephalus sanguineus merupakan caplak berumah tiga (three host

tick), dimana tiap stadium parasitik (larva, nympha dan dewasa) dapat

hidup pada inang yang berbeda (domba, sapi, anjing), akan tetapi tiap

stadiumdari parasit ini dapat pula dari inang yang sama (Astyawati 2002;

Hendricks, Perrins 2007; Levine 1978).

Klasifikasi dan Morfologi

Menurut (Krantz 1970), caplak anjing (R. sanguineus) diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Ordo : Parassitiformes

Sub Ordo : Metastigmata

Famili : Ixodidae

Genus : Rhipicephalus

Spesies : Rhipicephalus sanguineus

Gambar.3Rhipicephalus sanguineus

(Hadi etal, 2013).

Caplak mudah dikenali karena ukurannya yang besar hingga 30

mm, dengan bentuknya yang memiliki tiga pasang kaki (tahap belum

dewasa) serta berwarna coklat gelap. Caplak betina bagian punggungnya

berbentuk heksagonal. Parasit ini sering ditemukan di bagian kepala,

leher, telinga dan telapak kaki anjing. Caplak jantan memiliki lempeng

adrenal menyolok.
Siklus Hidup R. sanguineus

Siklus hidup R. sanguineus memerlukan tiga induk semang untuk

menjadi caplak dewasa. Induk semang dari telur menetas sampai menjadi

caplak dewasa bisa pada jenis anjing yang sama rasnya maupun dari ras

yang berbeda. Seluruh stadium kehidupan caplak disebut stadium

parasitik, karena R. Sanguineusmenghisap darah atau cairan tubuh

kecuali pada stadium telur. Caplak dewasa yang telah kenyang

menghisap darah akan terlepas dari tubuh anjing kemudian mencari

tempat berlindung di celah-celah sambil menunggu sampai telurnya siap

dikeluarkan dan akan bertelur di tanah. Faktor-faktor yang

mempengaruhi daya tetas telur, yaitu berat badan caplak, jumlah darah

yang dihisap, dan suhu serta kelembaban teur (suhu optimum 24-300C,

dan kelembaban 80-90%) (Lord, 2001).

Larva yang baru menetas akan segera mencari induk semangnya

untuk menghisap darah inangnya sampai kenyang, kemuadian larva

jatuh ke tanah atau tetap tinggal di tubuh inangnya. Pada musim panas,

larva molting menjadi nimfa selama dua minggu dan pada musim

dingin selama tujuh minggu (Lord, 2001). Larva sebelum menghisap

darah akan berbentuk pipih dan akan mengalami perubahan bentuk

menjadi bulat setelah mneghisap darah. Setelah kenyang, larva akan

jatuh ke tanah dan menjadi nimfa untuk mencari tempat perlindungan.

Nimfa akan menghisap darah sampai kenyang kemudian jatuh ke tanah


dan molting menjadi caplak dewasa dalam waktu 11-73 hari (Levine,

1990).

Siklus hidup caplak dapat berlangsung selama dua bulan sampai

dua tahun tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan

yang mendukung, siklus hidupnya semakin pendek yang artinya

perkembangbiakan semakin cepat terjadi. Suhu 290C siklus hidup caplak

berlangsung 63 hari dan dengan lingkungan yang kurang mendukung

dalam satu tahun hanya dapat mencapai empat generasi. R. Sanguineus

dapat bertahan dalam kondisi yang kurang menguntungkan selama 253-

255 hari tanpa makan (Soulsby, 1982). Caplak ini juga tahan terhadap

lingkungan yang terendam air, kekeringan dan ketidaktersediaan

makanan dalam waktu berbulan-bulan (Levine, 1994).

Gejala Klinis

Gejala klinis yang nampak pada ternak adalah kegatalan, kerusakan

pada kulit, penurunan pada kondisi umum dan produksi, berat badan yang

menurun (Seddon, 1976). Hal ini akan merugikan ekonomi dan juga

kesehatan.

Cara Penularan

Caplak dapat menularkan penyakit melalui dua cara yaitu secara

transtadial dan transovarial. Secara transtadial artinya setiap stadium

caplak baik larva, nimfa maupun dewasa mampu menjadi penular

patogen, sedangkan secara transovarial artinya caplak dewasa yang

terifeksi patogen akan dapat menularkannya pada generasi berikutnya


melalui sel-sel telur (Hadi, 2010).

C. Vektor Penyakit Rickettsia

1. Rocky Mountain Spotted Fever

Rickettsia rickettsii masuk ke tubuh sengkenit ketika sengkenit

menghisap darah, kemudian organisme ini menyebar ke seluruh jaringan

sengkenit. Ricketttsia ditularkan secara transovarian ke sengkenit

generasi berikutnya. Manusia, kelinci, tikus ladang, dan anjing mendapat

infeksi karena gigitan sengkenit yang infektif (anterior inoculative).

Spesies yang menjadi vektor ialah Dermacentor andersoni, D.variabilis,

Amblyomma americanum, A.cajennense dan Rhipicephalus sanguineus.

2. Boutonneuse Fever

Manusia dan anjing mendapat infeksi Rickettsia conorii karena

gigitan sengkenit. Vektor di sekitar Laut Tengah adalah

Rhipicephalus sanguineus.

3. Queenland Tick Typhus

Penyakit ini ditemukan di Australia. Penyebabnya adalah Rickettsia

australis. Infeksi terjadi karena gigitan Ixodes holocyclus atau karena

kontaminasi kulit dengan tinja sengkenit ini.

4. Siberian Tick Typhus

Penyebab penyakit ini adalah R.sibericus. vektor penyakit yang

ditemukan di daerah Siberia ini adalah genus Dermacentor (Sutanto,

2008).
D. Pengobatan

Insektisida yang dapat digunakan untuk memberantas pinjal dan

caplak pada hewan-hewan peliharaan seperti anjing dapat diberi bedak

Malathion 4%, DDT 10% dan Rotenon 10% (Soedarto, 2008). Obat lain

yang efektif untuk

E. Pencegahan

Pencegahan cara mekanikharusdiperhatikan untuk pengendalian

pinjal dan caplak, misal dengan cara membersihkan kandang maupun

ruangan secara rutin dan tentunya sanitasi harus selalu terjaga. Penularan

dapat dicegah dengan cara menghindari kontak langsung dengan anjing

yang terinfeksi. Anjing yang sudah terinfeksi harus segera diobati.

Anda mungkin juga menyukai