1323 4379 1 PB PDF
1323 4379 1 PB PDF
(Jurnal)
Oleh :
GALAN AMIR
1412011163
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh
Galan Amir, Diah Gustiniati, Damanhuri Warganegara
E-mail : galanamir01@gmail.com
Terjadinya kejahatan adalah suatu hasil interaksi karena adanya interelasi antara
fenomena yang ada dan yang saling mempengaruhi. Pada masalah kejahatan maka
pada hakikatnya selain pelaku ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan,
salah satunya adalah aspek korban. Permasalahan: Bagaimana peran korban dalam
tindak pidana pemerkosaan dan pembunuhan serta bagaimana penerapan pidana
dalam tindak pidana pemerkosaan dan pembunuhan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data disajikan dalam bentuk
bentuk uraian yang disusun secara sistematis dengan analisis kualitatif.
Narasumber: Hakim Pengadilan Negeri Tangerang, Jaksa Kejaksaan Negeri
Tangerang dan Akademisi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Peran korban dalam terjadinya Tindak Pidana Pemerkosaan dan Pembunuhan dari
perspektif viktimologi dalam putusan Nomor: 1770/Pid.B/2016/PN.Tng adalah
Pelaku melakukan tindak pidana pemerkosaan dan pembunuhan dikarenakan
adanya dorongan dari korban, kelalaian korban, dan korban mempunyai
karakteristik yang dapat merugikan dirinya sendiri. Penerapan Pidana Pada
Tindak Pidana Pemerkosaan dan Pembunuhan Pada Putusan No:
1770/Pid.B/2016/PN.Tng telah mendasarkan pada aspek perbuatan yang
memenuhi syarat-syarat tertentu, oleh karena syarat-syarat tertentu telah terpenuhi
maka dijatuhkan pidana mati. Walaupun tidak secara eksplisit peran korban tertera
di dalam putusan, namun ada beberapa unsur mengenai peran korban yang masuk
dalam pertimbangan hakim. Saran: Diharapkan kedepan dari kejaksaan perlu
adanya perhatian khusus mengenai ilmu viktimologi dalam hal ini peran korban
terjadinya tindak pidana. Diharapkan kedepan hakim perlu menganalisis secara
mendalam tentang masalah viktimologi, sehingga tercipta suatu kualitas putusan
yang terbaik, aspek peran korban sangatlah penting salah satunya adalah dalam
menentukan pemidanaannya. Hakim juga sebaiknya secara eksplisit memasukkan
pertimbangan dari unsur viktimologi khususnya mengenai peran korban.
By:
Galan Amir, Diah Gustiniati, Damanhuri Warganegara
E-mail : galanamir01@gmail.com
6 8
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan. Hasil Wawancara dengan Akademisi
Jakarta, Akademika Pressindo, 1993 hlm 37 Fakultas Hukum Universitas Lampung
7
Yulia, Rena. Loc.Cit. hlm 80-81 Firganefi, 17 Januari 2018
untuk menjadi korban. Situasi atau 3. Yang sama salahnya dengan
kondisi yang ada pada dirinyalah pelaku;
yang merangsang, mendorong pihak 4. Yang lebih bersalah daripada
lain melakukan suatu kejahatan.9 pelaku;
5. Yang korban adalah satu-
Carrol mengajukan rumus yang satunya yang bersalah (dalam
cukup popular dengan pendekatan hal ini pelaku dibebaskan).
rasional-analitis. Untuk melihat
peran, karakteristik dan korban Bila dianalisis mengenai seberapa
kejahatan, Menurutnya kejahatan tingkat kesalahan korban, maka
adalah realisasi dari keputusan yang sesuai dengan teori dari Mendelsohn
diambil dengan turut korban menurut penulis termasuk
mempertimbangkan beberapa faktor dalam tipe korban yang kedua, yaitu
antara lain SU (subjective utility), yang menjadi korban karena
p(S) (probability of success), G kelalaiannya. Pendapat ini terbangun
(gain), p(F) (probability of fail), dan mendasarkan pada kontruksi hukum
L (loss).10 bahwa terdakwa, Rahmat Alim, dan
SU = (p(S x G) – (p(F) x L) Imam Hapriadi bertemu dan
kemudian bersama-sama berencana
Rumus diatas dianalisis dengan untuk mengerjai korban. Karena
pendekatan optik korban, akan kelalaiannya korban tidur dengan
nampak bahwa faktor p(S) dan p(F) keadaan pintu tidak terkunci.
sebagian besar terletak pada korban. Kemudian terdakwa, Imam Hapriadi,
Artinya, berhasil atau gagalnya dan Rahmat Alim berhasil
rencana kejahatan tergantung pada melakukan kejahatan sesuai dengan
keadaan diri ataupun tipologi calon rencana.
korban. Sehingga pelaku kejahatan
secara dini telah dapat Berdasarkan putusan Nomor
memperkirakan besarnya keuntungan 1770/Pid.B/2016/PN.Tng, terjadinya
yang akan diperoleh. Tindak Pidana Pemerkosaan dan
Pembunuhan. Pelaku melakukan
Terdapat teori yang dikemukakan tindak pidana pemerkosaan dan
oleh Mendelsohn, berdasarkan pembunuhan, dikarenakan kelalaian
derajat kesalahannya korban korban yang tidak mengunci pintu
dibedakan menjadi lima macam, kamarnya setelah Rahmat Alim
yaitu11: keluar dari kamar korban. Lalu
1. Yang sama sekali tidak terdakwa, Rahmat Alim, dan Imam
bersalah; Hapriadi bertemu dan kemudian
2. Yang jadi korban karena bersama-sama berencana untuk
kelalaiannya; mengerjai korban dengan keadaan
pintu kamar tidak terkunci dan
9
korban yang sudah tertidur.
Arif Gosita, Loc.Cit 1993..hlm 105
10
Chaerudin & Syarif Fadillah, Korban
Kemudian terdakwa, Imam Hapriadi,
Kejahatan dalam Perspektif Viktimologi & dan Rahmat Alim berhasil
Hukum pidana Islam, Grahadika Press, melakukan kejahatan sesuai dengan
Jakarta, 2004, hlm 12 rencana. Maka menurut penulis dari
11
J.E. Sahetapy, Viktimologi Sebuah Bunga hal ini korban adalah faktor penting
Rampai, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
1987, hlm 89
dari pelaku untuk melakukan mengerjai korban, sehingga
kejahatan. terjadilah kejahatan tersebut.
Menurut penulis dari ketiga alasan
Hentig beranggapan bahwa peranan tersebut bisa dijadikan hal yang
korban dalam menimbulkan berkaitan dengan teori yang
12
kejahatan adalah : dikemukakan Hentig.
1. Tindakan kejahatan memang
dikehendaki oleh si korban Menurut Taufik Hidayat, yang
untuk terjadi. menjadi salah satu jaksa penuntut
2. Kerugian akibat tindak kejahatan umum dalam perkara ini, bahwa
mungkin dijadikan si korban peran korban dalam konteks kasus
untuk memperoleh keuntungan ini adalah pertama korban tidak
yang lebih besar. membalas sms dari Imam Hapriadi,
3. Akibat yang merugikan si kemudian yang kedua korban
korban mungkin merupakan menghina Terdakwa yang kebetulan
kerjasama antara si pelaku dan si mempunyai rasa suka terhadap
korban. korban, dan yang ketiga korban
Kerugian akibat tindak kejahatan mempersilahkan Rahmat Alim untuk
sebenarnya tidak terjadi bila tidak mengunjunginya di waktu yang
ada provokasi dari si korban. sudah tergolong larut malam dengan
keadaan pintu yang tidak terkunci.
Apabila pendapat Hentig mengenai Serta Rahmat Alim mempunyai
peranan yang dilakukan oleh korban harapan yang besar untuk bisa
diterapkan pada kasus yang penulis menyetubuhi korban tetapi korban
teliti ini yaitu perkara Nomor menolak dikarenakan takut hamil.
1770/Pid.B/2016/PN.Tng, bahwa Akan tetapi menurutnya, semua
tindakan kejahatan yang dilakukan peran yang telah dijabarkan bisa
oleh terdakwa yaitu “bersama-sama dikesampingkan oleh perbuatan yang
melakukan pemerkosaan dan terlampau keji dari pelaku. 13
pembunuhan”, maka termasuk dalam
poin ke 4 (empat) yaitu kerugian Penulis sependapat dengan
akibat tindak pidana kejahatan pernyataan yang diberikan oleh
sebenarnya tidak terjadi bila tidak Taufik Hidayat bahwa peran korban
ada provokasi dari si korban. Hal ini terletak pada sikap korban yang
bisa dilihat pertimbangan hakim dari mempersilahkan lawan jenis
keterangan terdakwa motivasi berkunjung larut malam, karena pada
melakukan perkosaan dan kondisi tersebut pelaku terdorong
membunuh korban karena terdakwa hasrat untuk memenuhi hawa
sakit hati sering dihina oleh korban, nafsunya dan pelaku akan lebih
kemudian Imam Hapriadi sakit hati mudah melakukan apa yang
karena SMS dan Telfonnya tidak diinginkannya.
pernah dibalas korban, serta Rahmat
Alim kecewa karena malu tidak jadi Menurut J.E Sahetapy kejahatan
berhubungan badan dengan korban. adalah suatu hasil interaksi, karena
Kemudian karena pelaku lainnya
memiliki alasan tersendiri untuk 13
Hasil Wawancara dengan Taufik Hidayat
Jaksa Penuntut Umum pada Pada Putusan
No: 1770/Pid.B/2016/PN Tng, 27 Desember
12
J.E. Sahetapy, Ibid. hlm 117 2017
adanya interelasi antara fenomena B. Penerapan Pidana Pada Tindak
yang ada dan saling mempengaruhi. Pidana Pemerkosaan dan
Pelaku dan korban kejahatan Pembunuhan Pada Putusan No:
berkedudukan sebagai partisipan, 1770/Pid.B/2016/PN.Tng
yang terlibat secara aktif atau pasif
dalam suatu kejahatan. 14 Istilah tindak pidana berasal dari
istilah yang dikenal dalam hukum
Berdasarkan hasil wawancara penulis pidana Belanda yaitu strafbaar feit,
dengan Narasumber Muhammad “straf” diterjemahkan atau diartikan
Irfan, yang menjadi hakim ketua sebagai pidana dan hukum.
yang mengadili perkara ini, bahwa Perkataan “baar” diterjemahkan
untuk menghitung tingkat peranan dengan kata dapat dan boleh.
korban, terdapat beberapa faktor Sementara itu “feit” diartikan sebagai
yang harus diamati yaitu dengan cara tindak, peristiwa, pelanggaran, dan
melihat latar belakang korban perbuatan. Maka strafbaar feit dapat
meliputi keluarga, lingkungan, diartikan sebagai tindak pidana yang
maupun karakteristik dari korban itu merupakan pengertian dasar dalam
sendiri. Apabila keluarga tidak hukum pidana (yuridis normatif).
memperhatikan dan mengawasi dari
hal-hal yang berbahaya maka akan Pemberlakuan ”straf” atas
semakin besar peluang seseorang pelanggaran peraturan yang telah
akan menjadi korban, kemudian diterapkan secara autoritatif oleh
lingkungan yang tidak aman Pemerintah diatur dalam hukum
membuat kelalaian dari korban pidana. Prof. Jan Remmelink
semakin besar dapat juga mendorong mengatakan bahwa kata hukum
terjadinya kejahatan, serta apabila pidana digunakan merujuk pada
korban mempunyai karakteristik keseluruhan ketentuan yang
yang dapat merugikan dirinya menetapkan syarat-syarat apa saja
sendiri. Namun hakim dalam hal ini yang mengikat negara, bila negara
mengambil kesimpulan untuk tersebut berkehendak untuk
mengenyampingkan peranan korban memunculkan hukum mengenai
karena kejahatan yang dilakukan pidana, serta aturan-aturan yang
oleh pelaku terlampau keji dan merumuskan pidana macam apa saja
sangat tidak manusiawi. Bukan yang diperkenankan. Hukum pidana
berarti hakim tidak bisa melihat dan dalam artian ini adalah hukum
memperhitungkan peranan korban pidana yang berlaku atau hukum
dalam kasus ini, tetapi karena kasus pidana positif yang mencakup 16:
ini termasuk pembunuhan yang 1) Perintah dan larangan yang atas
sangat sadis maka dari itu hakim pelanggaran terhadapnya oleh
memutuskan pidana mati untuk organ-organ yang dinyatakan
terdakwa.15 berwenang oleh undang-undang
dikaitkan ancaman pidana, serta
14
J.E. Sahetapy, Viktimologi Sebuah Bunga
norma-norma yang harus ditaati
Rampai, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, oleh siapapun juga;
1987, hlm 7
15
Hasil Wawancara dengan Muhammad
16
Irfan Hakim Ketua Pada Putusan Andika Wijaya, Darurat Kejahatan
No:1770/Pid.B/2016/PN Tng, 28 Desember Seksual, Sinar Grafika, Surabaya, 2016, hlm.
2017 108
2) Ketentuan-ketentuan yang Pompe memberikan pengertian
menetapkan sarana-sarana apa tindak pidana menjadi 2 (dua)
saja yang dapat didayagunakan definisi, yaitu19:
sebagai reaksi terhadap 1. Definisi menurut teori adalah
pelanggaran norma-norma itu suatu pelanggaran terhadap
dan hukum penitensier atau lebih norma, yang dilakukan karena
luas serta hukum tentang sanksi; kesalahan si pelanggar dan
Aturan-aturan yang secara temporal diancamdengan pidana untuk
atau dalam jangka waktu tertentu mempertahankan tata hukum
menetapkan batas ruang lingkup dan menyelamatkan
kerja dari norma-norma. kesejahteraan umum.
2. Definisi menurut hukum positif
Menurut Prof Hamel, pidana atau adalah suatu kejadian/ feit oleh
straaf dalam hukum positif dewasa peraturan undang-undang
ini sebagai suatu penderitaan yang dirumuskan sebagai perbuatan
bersifat khusus, yang telah yang dapat dihukum.
dijatuhkan ole kekuasaan yang
berwenang untuk menjatuhkan Strafbaarfeit menurut Moeljatno
pidana atas nama negara sebagai adalah perbuatan yang dilarang oleh
penanggung jawab dari ketertiban suatu aturan hukum, larangan mana
hukum bagi seorang pelanggar, yakni disertai ancaman (sanksi) yang
semata-mata karena orang tersebt berupa pidana tertentu, bagi
telah melanggar suatu peraturan barangsiapa melanggar larangan
hukum yang harus ditegakkan oleh tersebut”.20 Bahwa suatu perbuatan
negara. 17 apakah dapat dihukum atau tidak,
haruslah memenuhi syarat-syarat
Algra-Janssen merumuskan pidana atau memenuhi unsur-unsur tertentu.
atau straaf sebagai alat yang Unsur-unsur tindak pidana tersebut
digunakan oleh penguasa (Hakim) dijabarkan menjadi dua macam, yaitu
untuk memperingatkan mereka yang unsur subjektif sebagai unsur yang
telah melakukan suatu perbuatan ada dalam diri si pelaku dan yang
yang tidak dapat dibenarkan termasuk di dalamnya yaitu segala
kemudian reaksi dari penguasa sesuatu yang terkandung dalam
tersebut telah mencabut kembali hatinya, dan unsur objektif
sebagian dari perlindungan yang merupakan unsur-unsur yang ada
harusnya dinikmati oleh terpidana hubungannya dengan keadaan-
atas nyawa, kebebasan, dan harta keadaan, yaitu dalam keadaan
kekayaannya, yaitu seandainya ia dimana tindakan-tindakan pelaku itu
telah melakukan suatu tindak harus dilakukan.
pidana. 18
19
Diah Gustiniati dan Budi Rizki H, Op.Cit.
2014.hlm. 83
20
Diah Gustiniati dan Budi Rizki H, Azas-Azas
17
P.A.F. Lamintang, Hukum penitensier Dan Pemidanaan Hukum Pidana Di
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. Indonesia. Justice Publisher, Bandar
33 Lampung. 2014. hlm. 84.
18
P.A.F. Lamintang, Ibid. hlm. 34
Berkaitan dengan masalah semua unsur-unsur telah terpenuhi,
penjatuhan pidana atau pemidanaan, dan telah terbukti sah dan
Sudarto mengemukakan ada syarat- meyakinkan menurut hukum, maka
syarat yang harus dipenuhi yang Majelis Hakim berpendapat bahwa
terdiri dari:21 Terdakwa Rahmat Arifin bersalah
Syarat pemidanaan melakukan tindak pidana “Bersama-
sama melakukan pembunuhan
berencana dan perkosaan”. Terdakwa
melanggar Pasal 340 Jo Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP, dan Pasal 285
KUHP.