Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS JURNAL TENTANG PERDARAHAN POSTPARTUM

( RETENSIO PLASENTA )

Disusun Oleh :
Wiwin Setiyaningsih
1610104042
7A/A3

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta,
kehamilan ektopik, abortus, Retensio placenta dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pasca persalinan tidak
mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia
dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada
ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.
Dan Retensio plasenta merupakan salah satu masalah yang masih menjadi penyebab
terbesar terjadinya perdarahan post partum dan kematian maternal. Menurut Depkes RI,
kematian ibu di Indonesia (2017) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari
angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum. Perdarahan yang disebabkan karena
retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
1.2 Tujuan
1. Diharapkan mahasiswa kebidanan memahami dan mampu menganaisis jurnal tentang
Retensio Plasenta.
2. Melakukan pengkajian pada klien dengan Retensio Plasenta.
3. Melakukan identifikasi masalah dan diagnosa Retensio Plasenta.
4. Menentukan dan melakukan antisipasi masalah potensial pada Retensio Plasenta
5. Menentukan rencana asuhan kebidanan disertai rasional (analisis jurnal)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Retensio Plasenta


2.1.1 Pengertian Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hinga melebihi
waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir. (Abdul Bari Syaifudin, 2012).
Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian masih
melekat pada tempat implantsi, menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot
uterus, sehingga sebagian pembuluh darah tetapi terbuka serta menimbulkan perdarahan. (Ida
Bagus Gde Manuaba, 2010).
2.1.2 Jenis Retensio Plasenta
a) Plasenta adhesiva Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium.
c) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki
miometrium.
d) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstruksi ostium uteri (Abdul Bari Syaifudin, 2012).
2.1.3 Penyebab / Etiologi
Menurut Sarwono P. (Ilmu Bedah Kebidanan, 2013) retensio plasenta disebabkan :
a) Sebab fungsional : His yang kurang kuat atau plasenta sulit lepas karena
tempat melekatnya kurang menguntungkan seperti di sudut tuba atau karena bentuknya luar
biasa seperti plasenta membranosea
b) Ukuran plasenta sangat kecil.
Menurut Sarwono P (2007) retensio plasenta disebabkan :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, namun jika lepas sebagian
terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas
dari dinding uterus karena :
1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (Plasenta adhesiva).
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai
miometrium sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada
bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga
diperlukan tindakan manual plasenta.
2.1.5 Gambaran klinis
1) Waktu hamil : Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal, Insiden perdarahan
antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai plasenta previa, Terjadi
persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan, Kadang terjadi ruptur
uteri.
2) Persalinan kala I dan II: Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal.
3) Persalinan kala III :Retensio plasenta menjadi ciri utama, Perdarahan post partum,
jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat perlekatan plasenta, seringkali perdarahan
ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara
manual.
2.1.6 Tanda Dan Gejala
1) Separasi / Akreta Parsial
Konsistensi uterus kenyal, TFU setinggi pusat, Bentuk uterus discoid, Perdarahan sedang –
banyak, Tali pusat terjulur sebagian, Ostium uteri terbuka, Separasi plasenta lepas sebagian,
Syok sering.
2) Plasenta Inkarserata
Konsistensi uterus keras, TFU 2 jari bawah pusat, Bentuk uterus globular, Perdarahan sedang,
Tali pusat terjulur, Ostium uteri terbuka, Separasi plasenta sudah lepas, Syok jarang.
3) Plasenta Akreta
Konsistensi uterus cukup, TFU setinggi pusat, Bentuk uterus discoid, Perdarahan
sedikit / tidak ada, Tali pusat tidak terjulur, Ostium uteri terbuka,
Separasi plasenta melekat seluruhnya, Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan
kuat pada tali pusat.
(Sarwono Prawirohardjo, 2010)
2.1.7 Komplikasi
Perdarahan, Infeksi karena sebagai benda mati, Dapat terjadi plasenta inkarserat, Terjadi polip
palsenta, Terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma, Syok neurogenik (Ida Bagus Gde
Manuaba, 2010) .
BAB III

ANALISIS JURNAL

Hasil identifikasi diagnosa aktual sesuai dengan tinjauan kasus menunjukkan bahwa
masalah retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan dan Anemia. Perdarahan yang
disebabkan oleh retensio plasenta dapat mengakibatkan anemia. Anemia adalah suatu kondisi
dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau hemoglobin. Hal ini sesuai dengan tinjauan
teori bahwa, kehilangan jumlah darah yang banyak disamping mengakibatkan anemia juga
syok. Akibat anemia yang dialami ibu inpartu dapat menyebabkan kontraksi serat-serat
myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada
tempat implantasi plasenta sehingga menjadi lemah, beresiko besar terjadinya retensio
plasenta, karena myometrium tidak dapat berkontraksi. Anemia pada ibu bersalin dapat
menimbulkan gangguan kala uri yang diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum
(Riyanto,2015:43).

Hasil studi kasus yang dilakukan pada pasien dengan retensio plasenta terdapat
beberapa hambatan dalam penanganan kasus ini. Penanganan yang dilakukan pada pasien
yakni penanganan syok tidak dilakukan sesuai SOP,manual plasenta,transfuse tidak segera
dilakukan karena darah tidah tersedia, observasi tanda-tanda vital, kontrol
hemoglobin,pemenuhan nutrisi,pencegahan infeksi, konseling tentang ASI eksklusif,KB dan
perawatan bayi Kesimpulan dari kasus yakni 7 langkah Varney dan SOAP yang digunakan
untuk proses penyelesaian masalah kebidanan telah dilaksanakan pengkajian berupa
pelaksanaan tindakan,pemantauan dan analisa data pada pasien dengan retensio plasenta di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka, maka didapatkan hasil yakni plasenta lahir dengan
tindakan manual plasenta,anemia teratasi, syok tidak terjadi,tanda-tanda vital normal dan
tanda-tanda infeksi tidak tampak serta terdapat faktor resiko retensio plasenta.

Kejadian retensio plasenta pada pasien karena beberapa faktor resiko yang terdapat
pada ibu yakni faktor umur, riwayat retensio plasenta dan grandemultipara. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa faktor resiko yang dapat terjadi pada tertahannya plasenta atau plasenta
tidak lahir selama durasi 30 menit yakni terdapat riwayat retensio plasenta, persalinan
premature, bekas luka operasi uterus, usia diatas 35 tahun dan grandemultipara
BAB IV

RECOMENDASI

Tindakan segera yang dilakukan sesuai masalah yang membutuhkan tindakan segera
telah ditangani namun tindakan yang dilakukan tidak ada kesenjangan antara tinjauan kasus
dan teori, namun untuk beberapa tahap tindakan tidak dilakukan dengan pertimbangan
keadaan ibu. Pada pasien dengan retensio plasenta rencana tindakan secara menyeleluruh
bertujuan untuk mengatasi dan mencegah masalah yang telah terjadi dan berpotensi terjadi.
Tahapan ini pada dasarnya prosedur pelaksanaan tinjauan kasus sesuai dengan tinjaan teori,
namun terdapat beberapa tindakan yang berbeda yakni tindakan manual plasenta tidak
diberikan sedative dan analgetik dan beberapa tindakan penanganan syok. Rencana tindakan
yang akan dilakukan akan sesuai dengan kebutuhan tinjauan kasus.
Penanganan retensio plasenta dengan tentukan jenis retensio yang terjaid karena
berkaitan dengan tindakan yang di ambil, Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk
mengedan. Bila ekspulsi plasenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat, Pasang infus
oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes permenit. Bila perlu, kombinasikan
dengan misoprostol 400 mg per rektal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena
kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri),
Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual palsenta secara hati-
hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan, Lakukan tranfusi darah
apabila diperlukan, Berikan antibiotika profilaksis (ampisislin 2 g IV / oral + metronidazole 1
g supositoria/oral), Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik.
Tindakan yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka dengan kasus
retensio plasenta sudah sesuai dengan standar dengan melakukan manual plasenta,Suatu
asuhan kebidanan dikatakan berhasil apabila selain ibunya juga bayi dan keluarganya yang
diberikan pelayanan berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan
segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir.
ABSTRAK
Pendahuluan. Perlengketan plasenta secara potensial dapat mengancam jiwa bukan
saja karena retensinya tetapi juga karena berkaitan degan perdarahan dan infeksi akibat
komplikasi retensio placenta. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kejadian
retensio placenta diantaranya adalah usia, paritas, riwayat persalinan, jarak kehamilan, dan
sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian perlengketan plasenta (retensio placenta) di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih Tahun 2010 – 2016.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain kasus dan
kontrol (case control). Pengambilan data dilakukan pada bulan November tahun 2016 di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Populasi pada kelompok kasus ialah seluruh ibu
yang melahirkan dengan perlengketan plasenta dan populasi kelompok kontrol ialah seluruh
ibu yang melahirkan tidak dengan perlengketan plasenta di RSIJ Cempaka Putih dari tahun
2010 – 2016. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 84 orang yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian ini dimana 42 sebagai kasus dan 42 sebagai kontrol. Pengambilan data dilakukan
dengan melihat data sekunder yaitu data rekam medis. Data rekam medis yang diambil
berupa status pasien yang berisi nomor rekam medis, identitas pasien, usia, pendidikan,
paritas, jarak kehamilan, status anemia, dan riwayat komplikasi persalinan. Analisis data
yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat (chi square). Hasil. Kelompok kasus
sebagian besar berusia tidak berisiko (81%), memiliki pendidikan tinggi (66,7%), memiliki
jumlah paritas yang tidak berisiko (92,9%), memiliki jarak kehamilan tidak berisiko (57,1%),
anemia (59,5%), dan tidak memiliki riwayat komplikasi persalinan (61,9%). Terdapat
hubungan yang bermakna antara kejadian perlengketan plasenta (retensio placenta) dengan
pendidikan dan status anemia). Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
antara kejadian perlengketan plasenta dengan tingkat pendidikan (p value = 0,003). Selain itu,
juga ada hubungan antara kejadian perlengketan plasenta dengan status anemia (p value =
0,049). Kata Kunci: Pernempelan Plasenta, Kesehatan Ibu, Studi Kasus Kontrol.
Daftar Pustaka

Pawirohardjo, S. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Riyanto.Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di Rsud Dr.H. Bob
Bazar, SKM Kalianda. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai.Volume VIII
No.1(2015). (Diakses 27 oktober 2019 pukul 20.00 WITA).
Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta Selatan.2017.Profil Kesehatan Indonesia.Official Website
Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta.
http://www.depkes.go.id/resource/dowload/profil/PROFIL_KES_PROVINSI
2017/ Jakarta _2016.pdf (Diakses tanggal 27 oktober 2019 pukul 14.20)
Alhamsyah. 2007. Retensio Plasenta. http:/ www. alhamsyah. com/ 2007/ 01/ 04/ referat-
retensio-plasenta
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologis, Jilid 1 edisi II, Jakarta :
EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Permatasari Fenny Apriana, Handayani Sarah, dkk. 2017. Faktor−Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Perlengketan Plasenta (Retensio Placenta) di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih. ARKESMAS, Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai