Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hata Hervina

NIM : P05170019016

Tingkat : 1A

Jurusan : Promosi Kesehatan

Mata Kuliah : PK.A.2.16 Dasar-dasar Ilmu Penyakit

PENYAKIT TERBANYAK DI KOTA BENGKULU

1. HIV/AIDS

Penderita HIV/AIDS positif di Provinsi Bengkulu, sampai saat ini tercatat


sebanyak 1.200 orang, tersebar di 10 kabupaten dan kota. Kepala Dinas Kesehatan
(Dinkes) Bengkulu, Herwan Antoni menjelaskan, dari 1.200 penderita HIV/AIDS positif
tersebut, sekitar 20 persen di antaranya berada di Kota Bengkulu. Sedangkan sisanya 80
persen lagi tersebar di 9 kabupaten yang ada di Bengkulu.
"Penderita HIV/AIDS sebanyak ini terjadi peningkatan sebanyak 67 penderita
dari tahun 2018 lau sebanyak 1.033 orang," kata Herwan di Bengkulu, Jumat
(26/7/2019).Namun, Herwan Antoni tidak menjelaskan jumlah pendetira HIV/AIDS
positif di masing-masing kabupaten dan kota di Bengkulu. "Yang jelas, sesuai data yang
ada di Dinkes Bengkulu, jumlah penderita HIV/AIDS saat ini tercacat sebanyak 1.200
orang," ujarnya.
Warga Bengkulu yang tertular penyakit HIV/AIDS tersebut, antar lain disebabkan
karena melakukan hubungan seks sejenis laki-laki sama laki-laki, melakukan hubungan
seks dengan bukan pasangan resmi, melakukan seks bebas, dan mengonsumsi narkoba.
Selain itu, penderita HIV/AIDS tersebut juga tertular melalui transpusi darah, dan
alat-alat suntik. Bahkan, ada pasangan suami istri resmi di Bengkulu terkena penyakit
mematikan ini, akibatnya suaminya melakukan seks bebas di luar.

Sumber: https://www.google.co.id/amp/s/amp.beritasatu.com/nasional/566454/penderita-hivaids-di-
bengkulu-capai-1200-orang

2. Diare
Kasus penyakit diare di Kota Bengkulu mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu, terhitung dari Oktober
lalu saat ini sudah ada 591 kasus. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P3) Dinkes Kota Bengkulu, Neli Hartati mengatakan bahwa penyakit diare disebabkan
makanan atau minuman yang dikonsumsi mengandung bakteri, dan adanya kebiasaan
masyarakat yang tidak memeriksa tingkat kebersihan makanan tersebut, sehingga
memicu reaksi tubuh.
“Diare dikarenakan masyarakat menggunakan air yang tidak layak konsumsi dan
mengkonsumsi makanan yang tidak higienis serta makan tanpa cuci tangan,” kata Neli,
kemarin (20/11). Pun demikian, kejadian ini belum ditetapkan sebagai status kejadian
luar biasa (KLB), namun jika beberapa bulan ke depan tidak terjadi penurunan atau justru
semakin meningkatkan, maka bisa ditetapkan sebagai KLB. Menurut Neli, masyarakat
harus mengubah kebiasan atau menjalankan pola hidup bersih, serta membiasakan untuk
mencuci makanan dengan bersih sebelum dikonsumsi, kemudian memastikan air yang
diminum benar-benar sudah matang 100 persen, atau jika menggunakan air minum isi
ulang galon, maka harus dipastikan bahwa pengolahan instalasi air minum itu berasal dari
sumber yang bersih.
“Prilaku hidup bersih sangat mempengaruhi potensi diare ini, maka harus ada
kesadaran dari masyarakat mengubah kebiasaannya sebelum makan atau minum,”
imbaunya. Penyakit diare ini umumnya dialami oleh anak-anak yang jajan sembarangan,
seperti makanan kantin sekolah yang kurang higienis atau makanan-minuman yang dibeli
di pinggir jalan, maka dari itu para orang tua juga diminta untuk mengawasi jajanan yang
dibeli oleh anak. Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Direkrut RSHD Kota Bengkulu, dr
Meidi Fazirin mengakui kasus diare yang ditanggani pihaknya cukup signifikan, dan
sudah dilayani dengan baik. “Ada sekitar 15 orang yang terkena penyakit diare dalam
kurun waktu beberapa minggu belakangan ini, namun RSHD tetap melakukan perawatan
inap jika dibutuhkan pelayanan yang intensif,” imbuhnya. (805)

Sumber: https://bengkuluekspress.com/waspada-diare-meningkat/

Anda mungkin juga menyukai