UU - 32 - Tahun - 2009 TTG Pengelolaan Ling Hidup
UU - 32 - Tahun - 2009 TTG Pengelolaan Ling Hidup
TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati;
j. pencemar membayar;
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;
m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. otonomi daerah.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
Bagian Kesatu
Inventarisasi Lingkungan Hidup
Pasal 6
pengelolaan.
Pasal 8
Pasal 10
(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
disusun oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(4) RPPLH
pendayagunaan memuat rencana
dan pelestarian sumbertentang:
daya
a.dan
d.b.adaptasi
alam; pemanfaatan
pemeliharaan
dan
c.dan/atau
mitigasidan/atau
pengendalian,
dan fungsi pencadangan
perlindungan
terhadap
sumber
iklim.
lingkungan
pemantauan,
perubahan
daya
kualitas
alam;
hidup;
serta (5) RPPLH . . .
- 13 -
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai inventarisasi
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, penetapan ekoregion sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, serta RPPLH
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal
10 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB IV
PEMANFAATAN
Pasal 12
(1) Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan
berdasarkan RPPLH.
(2) Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) belum tersusun, pemanfaatan sumber
daya alam dilaksanakan berdasarkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dengan memperhatikan:
BAB V
PENGENDALIAN
Bagian Kesa tu
Umum
Pasal 13
Bagian Kedua
Pencegahan
Pasal 14
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
a. KLHS;
b. tata ruang;
c. baku mutu lingkungan hidup;
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
e. amdal;
f. UKL-UPL;
g. perizinan;
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;
i. peraturan perundang-undangan berbasis
lingkungan hidup;
j. anggaran berbasis lingkungan hidup;
k. analisis risiko lingkungan hidup;
l. audit lingkungan hidup; dan
m. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan
Paragraf 1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Pasal 16
Pasal 18
Paragraf 2
Tata Ruang
Pasal 19
(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan keselamatan masyarakat, setiap
perencanaan tata ruang wilayah wajib
didasarkan pada KLHS.
dan
b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(5)kuKetentuan
ba kerusa kanlebih lan jut mengena
lin gkungan hidup i kriteria
sebagaiman a dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) diatur dengan ata u berdasarkan
Peratura n Pemerintah . Paragraf 5 . . .
- 20 -
Paragraf 5
Amdal
Pasal 22
(1) Setia p usa ha dan /a ta u kegia tan yan g
berda mpa k penti ng terha dap lingkungan
hidup wajib memili ki a mda l.
Pa sa l 23
Pa sa l 25
Pa sa l 26
Pasal 27
Pa sa l 28
Pa sa l 30
(1) Kean ggo taan Komisi Pen ilai Amdal
seba gaiman a dimaksud da lam Pasal 29
terdiri a tas wakil dari unsur:
a . instansi lin gkunga n hidup;
b. instansi teknis terka it;
c. pakar di bidang pen geta huan yan g
Pasal 32
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah
Pa sa l 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 sampai
dengan Pasal 32 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Paragra f 6
UKL-UPL
Pa sa l 34
Paragraf 7
Perizinan
Pasal 36
Pa sa l 38
Sela in ketentua n sebagaima na dima ksud
da lam Pa sa l 37 a ya t (2), izin lingkungan
da pa t dibata lkan mela lui keputusan
pengadila n ta ta usa ha nega ra .
Pa sa l 39
(1) Men teri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai denga n kewena ngan nya wa jib
mengumumka n setia p permoh ona n dan
keputusa n izi n lingkungan.
pa Pengumuman
untuk
(2) da aya
memperoleh
t (1) dila kukan
izin ima
sebaga usaha
dennagan
dan/a
ca ra
di ma tau
ksudyan g
(1) kegiatan
muda
Izin lingkunga
h diketahui
. n oleh
merupakan
ma syaraka
Pa
persya
sat.l 40
ra tan (2) Dalam . . .
- 28 -
Pa sa l 41
Ketentuan lebih lanjut mengen ai izin
Paragraf 8
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
Pasal 42
Paragraf 9
Peraturan Perundang-undangan Berbasis Lingkungan Hidup
Pasal 44
Paragraf 10
Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup
Pasal 45
(1) Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia serta pemerintah daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib
mengalokasikan anggaran yang memadai
untuk membiayai:
a. kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup; dan
b. program pembangunan yang berwawasan
dana alokasi khusus lingkunganlingkungan hidup.
hidup yang
memadai
(2) Pemerintah untuk
wajib diberikan kepada
mengalokasikan daerah
anggaran
yang memiliki kinerja perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Pasal 46 . . .
- 31 -
Pasal 46
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45, dalam rangka pemulihan kondisi
lingkungan hidup yang kualitasnya telah
mengalami pencemaran dan/atau kerusakan
pada saat undang-undang ini ditetapkan,
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengalokasikan anggaran untuk pemulihan
lingkungan hidup.
Paragraf 11
Analisis Risiko Lingkungan Hidup
Pasal 47
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup, ancaman
terhadap ekosistem dan kehidupan,
dan/atau kesehatan dan keselamatan
manusia wajib melakukan analisis risiko
lingkungan hidup.
Pasal 49
(1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup
kepada:
a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yang
berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup;
dan/atau
b. penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang menunjukkan
ketidaktaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
wajib melaksanakan audit lingkungan hidup.
(3) Pelaksanaan audit lingkungan hidup
terhadap kegiatan tertentu yang berisiko
tinggi dilakukan secara berkala.
Pasal 50
(1) Apabila penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat
(1), Menteri dapat melaksanakan atau
menugasi pihak ketiga yang independen
untuk melaksanakan audit lingkungan hidup
atas beban biaya penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Pasal 51
(1) ksud
dima Auditdalam
dimaksud palingkungan
da Pasal hidup
a yat (1)
48 dan sebagaimana
wajibPasal
memiliki
49
dilaksanakan
sertifikat kompetensi
oleh auditor
auditor
lingkungan
lingkungan
(2)
hidup.
Auditor lingkungan hidup sebaga ima na (3) Kriteria . . .
- 33 -
Pa sa l 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai audit
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan
Peraturan Menteri.
Bagia n Ketiga
Pena nggula ngan
Pasal 53
kerusakanperusakan
dan/atau lingkungan lingkungan
hidup sebagaimana
hidup wajib
(1) Setiap orang
melakukan
dimaksud
pencemaran
padayang melakukan
penanggulangan
ayat
dan/atau pencemaran
(1) dilakukan
kerusakan
pencemaran
dengan:
(2)
dan/atau
a. Penanggulangan
pemberian
lingkungan
kerusakan
informasi
hidup
lingkungan
pencemaran
kepada
peringatan
masyarakat;
hidup.
dan/atau
b. pengisolasian . . .
- 34 -
Bagian Keempat
Pemulihan
Pasal 54
(1) Setiap orang yan g melakuka n pen cemaran
dan/ata u perusaka n lingkungan hidup
wajib melakuka n pemuliha n fungsi
lingkun gan hidup.
(2) Pemulihan fun gsi lin gkungan hidup
sebaga ima na dima ksud pada ayat (1)
dilakuka n dengan taha pan:
a. penghentian sumber pencemaran dan
pembersihan unsur pencemar;
b. remedia si;
c. reh abilitasi;
pemulihan
d. restorasi; fun
dangsi lin gkungan hidup
/a tau
sebaga
perkembangan
e. cara ima
lainnayang
dimasesuai
ilmu
ksud pengetahuan
pada ayat (2)dan
dengan
(3) Ketentuan
diaturteknologi.
da lam
lebih
Peralanjut
turan mengena
Pemerinta
i h.
tata cara Pasal 55 . . .
- 35 -
Pasal 55
(1) Pemegang izin lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) wajib
menyediakan dana penjaminan untuk
pemulihan fungsi lingkungan hidup.
(2) Dana penjaminan disimpan di bank
pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya dapat
menetapkan pihak ketiga untuk melakukan
pemulihan fungsi lingkungan hidup dengan
menggunakan dana penjaminan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana
penjaminan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 56
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
sampai dengan Pasal 55 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
BAB VI
PEMELIHARAAN
melalui upaya:
a. konservasi sumber daya alam;Pasal 57
(1) Pemeliharaan
b. pencadangan
lingkungan
sumber
c. pelestarian
hidup
daya dan/atau
alam;
dilakukan
fungsi atmosfer.
(2) Konservasi . . .
- 36 -
alam.
(3) Pencadangan sumber daya alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat dikelola dalam jangka waktu tertentu.
(4) Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim;
b. upaya perlindungan lapisan ozon; dan
c. upaya perlindungan terhadap hujan
asam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai konservasi
dan pencadangan sumber daya alam serta
pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB VII
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
SERTA LIMBAH BAHAN
wilayahBERBAHAYA DAN
Negara Kesatuan BERACUN
Republik Indonesia,
menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, memanfaatkan, Bagian Kesatu
membuang,
mengolah, Bahan
Pengelolaan dan/atau menimbun
Berbahaya dan B3 wajib
Beracun
(1) Setiap
melakukan
orang
pengelolaan
yang memasukkan
B3. Pasal
ke dalam
58 (2) Ketentuan . . .
- 37 -
Bagian Kedua
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pasal 59
(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3
wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkannya.
(2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa,
pengelolaannya mengikuti ketentuan
pengelolaan limbah B3.
(3) Dalam hal setiap orang tidak mampu
melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak
lain.
(4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin
dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
wajib mencantumkan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan
kewajiban yang harus dipatuhi pengelola
limbah B3 dalam izin.
Bagian Ketiga
Dumping
Pa sa l 60
S etia p oran g dilaran g mela kukan dumpin g
limbah dan /a tau bah an ke media lingkungan
h idup ta npa izin .
Pa sa l 61
(1) Dumping sebagaimana dimaksud dala m
Pasal 60 h anya dapa t dilakukan dengan
izin da ri Ment eri, gubern ur, a tau
bupa ti/walikota sesuai dengan
kewena ngann ya.
(2) Dumping sebaga ima na dimaksud pada
aya t ( 1) h anya da pat dilakuka n di loka si
yan g tela h ditentuka n.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengena i tata cara
dan persya ra tan dumping limba h a tau
baha n dia tur da lam Pera turan
Pemerin tah.
BAB VIII
SISTEM IN FORMASI
BAB IX
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 63
(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, Pemerintah bertugas dan
berwenang:
a. menetapkan kebijakan nasional;
b. menetapkan n orma , sta ndar, prosedur,
dan kriteria;
c. menetapkan da n melaksan akan
kebija kan mengenai RPPLH na sio nal;
d. menetapkan dan melaksanakan
kebija kan mengenai KLHS ;
e. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
f. menyelenggarakan inventarisasi sumber
daya alam nasional dan emisi gas rumah
kebijakan
kaca; mengenai sumber daya alam
hayati dan nonhayati, keanekaragaman
g. mengemban gka ndaya
hayati, sumber stan da r kerja da
genetik, sa ma
n ;
h. mengoordinasikan
pengen dalian
keamanan hayati da
penceman melaksan
produkrarekayasa akan
n dan/ata u
kerusa kan
genetik; i. menetapkan
lingkun ga n hdan
idup;
melaksanakan
j. menetapkan . . .
- 40 -
tingkat provinsi;
c. men eta pka n dan mela ksan akan
kebija kan mengenai RPPLH provin si;
d. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber
daya alam dan emisi gas rumah kaca
pada tingkat provinsi;
f. men gembangkan da n melaksan akan
pen gawasan terha da p pela ksan aan
kerja sa ma dan kemitraan ;
pen genkan,
kebija da lian
peraturan
pencemadaera
ra nh,dan
dan/a tau
g. pera
men
kerusagoordin
turan
kan kepa asika
la da erahhidup lin ta akan
n
lin gkungandan melaksan s
kabupa ten /kotah.; mela kukan pembini.aan melakukan
dan ...
- 42 -
Pasal 64
Tugas dan wewenang Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) dilaksanakan
dan/atau dikoordinasikan oleh Menteri.
BAB X
HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 65
(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak
asasi manusia.
(2) Setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses
dan/atau
keadilan keberatan terhadaphak
dalam memenuhi rencana
atas
usaha
perlindungan
dan/ataudan
kegiatan
pengelolaan
yang lingkungan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
diperkira
hidup sesuai
kan dengan
dapat men
peraturan
imbulka n dampak
(3) adap
(4) Setiap
terh Setiap orang
berhakberhak
perundang-undangan.
orang
lingkungan hidup.mengajukan
untuk usul
berperan dalam (5) Setiap . . .
- 45 -
Pasal 66
Setiap orang yang memperjuangkan hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak
dapat dituntut secara pidana maupun digugat
secara perdata.
Bagian Kedua
Kewa jiban
Pa sa l 67
Setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup secara benar, akurat, terbuka, dan
tepat waktu; hidup dan/atau kriteria baku
lingkungan
b. menjaga
c.
kerusakan
menaati
keberlanjutan
lingkungan
ketentuan hidup.
tentang
fungsi
hidup;lingkungan
baku
dan mutu Bagian Ketiga . . .
- 46 -
Bagian Ketiga
Larangan
Pasal 69
(1) Setiap orang dilarang:
a. melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut
peraturan perundang-undangan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari
luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ke media lingkungan hidup
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan
hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media
lingkungan hidup;
g. melepaskan produk reka yasa genetik
ke media li ngkunga n hidup yan g
bertentan gan denga n pera turan
perundan g- un da ngan a tau izin
lingkungan;
h. menyesatkan, menghilangkan
melakukan pembukaan lahan informasi,
dengan
sertifikat informasi,
merusak kompetensiatau
penyusun
memberikan
cara amdal;
membakar;
dan/atau
keterangan
i. menyusun
yang
j. memberikan
tidakamdal
benar.tanpa
informasi
memiliki
(2)
palsu,
Ketentuan . . .
- 47 -
BAB XI
PERAN MASYARAKAT
Pasal 70
(1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan
yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan aktif dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
(2) Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul,
keberatan, pengaduan; dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau
laporan.
(3) Peran masyarakat dilakukan untuk:
a. meningkatkan kepedulian dalam
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
b. meningkatkan kemandirian,
keberdayaan masyarakat, dan
kemitraan;
c. menumbuhkembangkan kemampuan
dan kepeloporan masyarakat;
ketanggapsegeraan
dan kearifan lokal d.masyarakat
dalam rangka untuk
menumbuhkembangkan
e. mengembangkan
melakukan fungsi
pelestarian pengawasan
dan
lingkungan
menjaga
sosial;hidup.
dan
budaya BAB XII . . .
- 48 -
BAB XII
PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Pengawasan
Pasal 71
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
atas ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Pasal 74
(1) Pejabat pengawas lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat
(3) berwenang:
a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau
transportasi; dan/atau
j. menghentikan pelanggaran tertentu.
Bagian Kedua
Sanksi Administratif
Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.
Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administratif
terhadap penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah
daerah secara sengaja tidak menerapkan sanksi
administratif terhadap pelanggaran yang serius di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Pa sa l 78
Pengenaa n san ksi a dmini stratif berupa
pembekua n a tau pensebagaimana
Sanksi administratif ca butan izin lingkungan
dimaksud
seba gaiman a dima ksud dalam Pasal 76 ayat
dalam Pasal 76 tidak membebaskan penanggung
(2) h uruf c da n huruf d dila kukan apabila
jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung
penanggung jawab
jawab pemulihan danusaha dan/atau kegiatan
pidana.
tidak melaksanakan paksaan pemerintah.Pa sa l 79 Pasal 80 . . .
- 51 -
Pa sa l 80
(1) Paksaan pemerinta h sebaga ima na
dima ksud da lam Pasal 76 ayat (2) h uruf b
berupa :
a. pen ghentian sementa ra kegiata n
pro duksi;
b. peminda han sa rana produksi;
c. pen utupan saluran pembuan gan a ir
limbah a tau emisi;
d. pembongkara n;
e. pen yitaan terhadap barang ata u ala t
yang berpoten si menimbulkan
pela nggaran ;
f. penghentian sementara seluruh
kegiatan; atau
g. tindaka n lain yan g bertujua n untuk
men ghen tikan pelan gga ra n da n
tindaka n memulihkan fungsi
lingkungan hidup.
(2) Pen gena an pa ksa an pemerinta h dapat
dijatuhkan ta npa dida hului teguran
apabila pela nggaran yang dila kukan
meni mbulka n:
a. an ca ma n yang sanga t serius ba gi
manusia dan lingkungan hidup;
b. dampak yang lebih besar da n lebih
luas jika tidak segera dihentikan
S etia p pena nggun g jawab usah a dan/ata u
pen cemaran dan/atau perusakan nya;
kegiatan ya ng tidak melaksana ka n paksa an
dan/ata u
pemerintahlingkungan
da pa t diken
hidup
ai jika
dendatidak
a tassegera
setia p
keterla mbata
dihentikan
n pelaksana
c.pencema
an saranksi
kerugian n dan
yan gpaksa
/a tauanbesa r ba gi
lebih
pemerintahperusa
. kann ya . Pasal 81 Pasal 82 . . .
- 52 -
Pa sa l 82
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
berwenang un tuk memaksa pena nggung
jawab usa ha da n/atau kegia tan untuk
mela kukan pemuliha n lingkun gan hidup
akibat pencema ra n da n/atau perusakan
lingkun gan hidup ya ng dilakukannya .
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
berwenang atau dapat menunjuk pihak
ketiga untuk melakuka n pemulih an
lingkun gan hidup akibat pen cemaran
dan/ata u perusaka n lingkungan hidup
yang dila kukan nya a tas beban biaya
pen anggung jawab usa ha dan /ata u
kegia tan.
Pasal 83
Ketentuan lebih lan jut men gen ai sa nksi
a dmin istratif diatur da lam Pera turan
Pemerintah .
BAB XIII
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Umum
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
Pasal 85
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di
luar pengadilan dilakukan untuk mencapai
kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran
dan/atau perusakan;
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak
akan terulangnya pencemaran dan/atau
perusakan; dan/atau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya
dampak negatif terhadap lingkungan
hidup.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak
berlaku terhadap tindak pidana lingkungan
hidup sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
(3) Dalam penyelesaian sengketa lingkungan
hidup di luar pengadilan dapat digunakan
jasa mediator dan/atau arbiter untuk
membantu menyelesaikan sengketa
lingkungan hidup.
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Pengadilan
Paragraf 1
Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan
Pasal 87
(1) Setiap penan ggung ja wa b usah a dan /a tau
kegia tan yang melakukan perbua tan
mela nggar hukum berupa pen cemaran
dan/ata u perusaka n lingkungan hidup
yang menimbulka n kerugian pa da oran g
lain ata u lingkun ga n hidup wa jib
membayar ganti rugi da n/ata u melakukan
tindaka n tertentu.
Paragraf 2
Tanggung Jawab Mutlak
Pasal 88
Setiap orang yang tindakannya, usahanya,
dan/atau kegiatannya menggunakan B3,
menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab
mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu
pembuktian unsur kesalahan.
Paragraf 3
Tenggat Kedaluwarsa untuk Pengajuan Gugatan
Pasal 89
Paragraf 5
Hak Gugat Masyarakat
Pa sa l 91
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan
perwakilan kelompok untuk kepentingan
dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan
masyarakat apabila mengalami kerugian
akibat pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat
kesamaan fakta atau peristiwa, dasar
hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil
kelompok dan anggota kelompoknya.
(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat
dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 6
Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup
Pasal 92
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
(1) Dalam
hidup,rangka
tuntutan untukpelaksanaan
organisasi
melakukan
lingkungan tanggung
tindakan jawab
hidup tertentu
berhak
tanpa adanyagugatan
mengajukan tuntutanapabila
untuk
ganti kepentingan
rugi,
memenuhi
kecuali
(2) persyaratan:
pelestarian
biaya
Hak atau
(3)
mengajukan
Organisasi
pengeluaran
fungsi lingkungan
gugatan
lingkungan
riil. terbatas
hidup.
hiduppada
dapat
a. berbentuk . . .
- 57 -
Paragraf 7
Gugatan Administratif
Pasal 93
(1) Setiap oran g da pat men ga juka n gugatan
terh adap keputusa n ta ta usaha n egara
apabila :
a. badan atau pejabat tata usaha negara
menerbitkan izin lingkungan kepada
usaha dan/atau kegiatan yang wajib
amdal tetapi tidak dilengkapi dengan
dokumen amdal;
b. badan atau pejabat tata usaha negara
menerbitkan izin lingkungan kepada
kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi
tidak dilengkapi dengan dokumen UKL-
UPL; dan /at au
c. badan atau peja bat tata usa ha n ega ra
keputusan
yang mentata erbitkan
usa ha negara
izin usamenga
ha dancu/a tau
padakegia
Hukum tan Acara
yan g Peradila
tidak dilen
n Ta
gkatapiUsaha
dengan
Negara.
(2) izin
Tata lingkun
cara pengajuan
gan. gugatan terha dap BAB XIV . . .
- 58 -
BAB XIV
PENYIDIKAN DAN PEMBUKTIAN
Bagian Kesatu
Penyidikan
Pasal 94
(1) Selain penyidik pejabat polisi Negara
Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup diberi
wewenang sebagai penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Hukum Acara Pidana untuk
melakukan penyidikan tindak pidana
lingkungan hidup.
Pasal 95
(1) Dalam rangka penegakan hukum terhadap
pelaku tindak pidana lingkungan hidup,
dapat dilakukan penegakan hukum terpadu
antara penyidik pegawai negeri sipil,
kepolisian, dan kejaksaan di bawah
koordinasi Menteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan penegakan hukum terpadu
diatur dengan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Kedua
Pembuktian
Pasal 96
Alat bukti yan g sah da lam tuntutan tinda k
pidan a lin gkunga n hidup terdiri ata s:
a . ketera ngan saksi;
b. ketera ngan ah li;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keteranga n terda kwa ; dan /a tau
f . alat bukti lain, terma suk a lat bukti ya ng
Pasal 97
Tindakdiatur
pidanadalam
dalam
peraturan
undang-undang
perundaninig-
merupakan
un da kejahatan.
ngan. KETENTUAN
BAB XV PIDANA Pasal 98 . . .
- 61 -
Pasal 98
(1) Setiap oran g yang denga n sengaja
mela kukan perbuata n yang
menga kiba tkan dilampa uin ya ba ku mutu
uda ra ambien , baku mutu air, baku mutu
air laut, a tau kriteria ba ku kerusakan
lingkun gan hidup, dipidana dengan
pidana pen jara pa lin g singkat 3 (tiga)
tahun dan palin g lama 10 (sepuluh ) tahun
dan den da palin g sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupia h) dan
palin g banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
Pasal 102
Setiap orang yang melakuka n pen gelola an
limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah). Pasal 103
Setiap orang yang mengh asilkan limbah B3 dan
tida k mela kukan pengelolaa n sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).
Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalam
wilayah Negara KesatuanPasal Republik
104 Indonesia
sebagaimana
S etia p ora ngdimaksud dalam Pasal
yan g melakuka 69 ayatlimbah
n dumping (1)
huruf c dipidana
da n/atau dengan
ba ha n ke mediapidana penja ra
lin gkunga palin g
n hidup
singkat
ta npa iz4in(empat) tahun dadimaksud
seba gaimana n pa ling dalalamam 12Pasal
(dua belas) tadenga
60, dipidana hun dan denda
n pida palin g sedikit
na penjara palin g
Rp4.000.000.000,
la ma 3 (tiga ) tah 00un(empat
dan den miliar
da rupiah
palin g) banya
dan k
pa ling ban ya k Rp12.000.000.000,00
Rp3.000.000.000, 00 (tiga miliar rupia(dua h). bela s
miliar rupia h). Pasal 105
Pasal 106 . . .
- 64 -
Pasal 106
Setiap orang yang memasukkan limbah B3 ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf d, dipidana den ga n pida na
penja ra paling sin gka t 5 (lima ) ta hun dan
pa ling la ma 15 (lima belas) ta hun da n denda
pa ling sedikit Rp5.000.000. 000,00 (li ma milia r
rupi ah) dan pa ling banya k
Rp15.000.000. 000, 00 ( lima bela s milia r
Pa sa l 107
rupi ah).
Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang
menurut peraturan perundang–undangan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana penjara
pa ling singka t 5 (lima ) ta hun da n paling lama
15 (lima bela s) ta hun dan denda palin g sedikit
Rp5.000.000.000, 00 (lima miliar rupia h) dan
pa ling ban yak Rp15.000.000. 000,00 (lima
Pa sa l 108
belas miliar rupiah ).
S etia p orang yang melakuka n pembakaran
la han seba ga ima na dima ksud dalam Pasal 69
a yat (1) huruf h , dipidan a den ga n pida na
penja ra paling sin gka t 3 (tiga) tah un dan paling
la ma 10 (sepuluh) tahun da n denda paling
sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milia r rupiah ). Pasal 109 . . .
- 65 -
Pasal 109
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1),
dipidana dengan pidan a penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
Pasal 110rupiah).
Setiap orang yang menyusun amdal tanpa
memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf i, dipidana denga n pidan a penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000, 00 (tiga miliar rupia h).
Pa sa l 111
(1) Peja bat pemberi izin lingkun gan yang
menerbitka n izin lingkun ga n tanpa
dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat
(1) dipidana den ga n pidana penja ra palin g
lama 3 (tiga) ta hun da n denda palin g
banya k Rp3.000.000. 000,00 (tiga milia r
kegia
rupiahtan
). yang men erbitkan izin usa ha
dan/ata u kegia tan tan pa di len gkapi
den(2)
ganPeja
izinbatlingkun gan izin
pemberi sebaga ima na
usaha dan /at au
dima ksud dala m Pasal 40 a yat (1)
dipida na den ga n pida na penja ra palin g
lama 3 (tiga) tahun da n denda palin g
banya k Rp3.000.000. 000,00 (tiga milia r
rupiah ). Pasal 112 . . .
- 66 -
Pa sa l 112
S etia p pej abat berwena ng ya ng dengan sengaja
tida k melakuka n pengawasan terhada p
ketaa ta n penan ggung ja wa b usah a dan/ata u
kegiatan terhada p peraturan perun dang-
unda ngan da n izin lin gkunga n sebaga ima na
dimaksud dala m Pa sa l 71 da n Pasal 72, yan g
mengakibatkan terjadinya pen cemaran
da n/atau kerusakan lingkun ga n yang
mengakibatkan hilan gnya nyawa man usia,
dipidan a dengan pida na penjara pa ling lama 1
(satu) tahun ata u den daPapa sa lling
113 banya k
Rp500.000.000, 00 (limainratus
S etia p ora ng yan g memberikan forma sijuta rupia h).
pa lsu, menyesatkan, menghila ngkan
in forma si, merusak informasi, ata u
memberika n ketera ngan yan g tidak bena r yan g
diperlukan dala m kaita nnya dengan
pengawa sa n dan penega kan h ukum yang
berka itan denga n perlindunga n dan
pengelolaa n lin gkungan hidup seba ga ima na
dimaksud da lam Pa sa l 69 a ya t (1) huruf j
dipidan a dengan pida na penjara pa ling lama 1
(satu) ta hun da n denda paling banyak
Rp1.000.000.000, 00 (sa tu miliar rupia h).
Pasal 115
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi, atau menggagalkan Pasal 114
Setiap penanggung
pelaksanaan tugas pejabat
jawab usaha
pengawas
dan/atau
lingkungan
kegiatan
hidup dan/atau
yang tidak
pejabat
melaksanakan
penyidik pegawai
paksaannegeri
pemerintah
sipil dipidanadipidana
dengandengan
pidana pidan
penjara
a penjara
paling lama
1paling
(satu)lama
tahun
1 (satu)
dan denda
tahunpaling
dan denda
banyakpaling
banyak Rp1.000.000.000,00
Rp500.000.000,00 (lima ratus(satu
jutamiliar
rupiah).
rupiah). Pasal 116 . . .
- 67 -
Pasal 116
(1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama
badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi
pidana dijatuhkan kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk
Pasal 119
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini, terhadap badan usaha dapat
dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata
tertib berupa:
Pasal 120
(1) Dala m melaksana kan ketentuan
sebaga ima na dimaksud dalam Pasal 119
huruf a , h uruf b, h uruf c, dan huruf d,
jaksa berkoo rdina si den ga n in sta nsi yang
bertan ggung ja wab di bidan g perlindungan
dan pen gelola an lingkungan hidup untuk
mela ksan akan eksekusi.
Pasal 122
(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,
dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun,
setiap penyusun amdal wajib memiliki
sertifikat kompetensi penyusun amdal.
(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,
dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun,
setiap auditor lingkungan hidup wajib
memiliki sertifikat kompetensi auditor
lingkungan hidup.
Pasal 123
Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan
hidup yang telah dikeluarkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib diintegrasikan ke dalam
Pada saat Undang-Undang
izin lingkungan paling lamaini1 mulai
(satu) berlaku,
tahun sejak
semua peraturan perundang-undangan
Undang-Undang ini ditetapkan. yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
N ega ra R epubl ik Indonesia TahunBAB 1997XVII
Nomor
68, Tamba han Lembaran KETENTUAN
Negara Republik PENUTUP
Indonesia Nomor 3699) dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentanganPasal
atau 124
belum
diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan
Undang-Undang ini. Pasal 125 . . .
- 70 -
Pa sa l 125
Pa da saat Unda ng-Undan g in i mulai berlaku,
Unda ng-Undan g N omor 23 Tah un 1997
tenta ng Pengelolaa n Lin gkunga n Hidup
(Lembara n Nega ra Republik In donesia Ta hun
1997 Nomor 68, Tambah an Lembaran Nega ra
Republik Indonesi a Nomor 3699) dicabut dan
din ya takan tidak berla ku.
Pasal 126
Undang-undang ini atkanmulai berlaku pada
Peraturan pela ksa naa n yang diaman
tanggal
da lam Unda ng-Undan g in i ditetapkan palin g
la ma 1 (satu) tah un terh itun g sejak Undang-
diundangkan.
Unda ng ini di berlakuka n.
Pasal 127
Agar . . .
- 71 -
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2009
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
INDONESIA
TAHUN 2009 NOMOR 140
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas tanggung jawab negara”
adalah:
a. negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam
Yang akan memberikan
dimaksud dengan manfaat yang sebesar-besarnya
“asas kelestarian dan
keberlanjutan” adalah bahwa setiap hidup
bagi kesejahteraan dan mutu orang rakyat,
memikul baik
generasi masa kini maupun generasi masa
kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi depan.
mendatang danb. negara menjamin
terhadap hak dalam
sesamanya warga satu
negara atas
generasi
pemanfaatan lingkungan
dengan melakukan
sumber daya hidup
upaya yang
alam baik dan
pelestarian
yang sehat.
daya
dukung c. negara
menimbulkan
ekosistem dan mencegah
pencemaran dilakukannya
memperbaiki
dan/atau
kualitas kegiatan
kerusakan
lingkungan
lingkungan
Huruf
hidup.
b hidup. Huruf c . . .
-7-
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas keserasian dan
keseimbangan” adalah bahwa pemanfa atan lingkungan
hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan
serta pelestarian ekosistem.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah
bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau
menyinergikan berbagai komponen terkait.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah bahwa
segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya
alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras
dengan Huruf
lingkungannya.
f
Yang dimaksud dengan “asas kehati-hatian” adalah
bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha
dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan
alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi
atau menghindari ancaman terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “asas keanekaragaman hayati”
adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk
mempertahankan keberadaan, keragaman, dan
keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri atas
sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani
yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya
secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Huruf j
Yang dimaksud dengan “asas pencemar membayar”
adalah bahwa setiap penanggung jawab yang usaha
dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan.
Huruf k
Yang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah bahwa
setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan
aktif dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Huruf l
Yang dimaksud dengan “asas kearifan lokal” adalah
bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup
Kearifan lokal dalam ayat
jelas.
Cukup jelas.
ini termasuk hak ulayat
yang diakui oleh
Cukup
DPRD.
Huruf
Huruf
jelas. dcb Huruf e . . .
- 10 -
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang dimaksud dalam ketentuan ini,
antara lain pengendalian:
a. pencemaran air, udara, dan laut; dan
b. kerusakan ekosistem dan kerusakan akibat
perubahan iklim.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)14
Pasal Cukup jelas. Pasal 15 . . .
- 11 -
Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “wilayah” adalah ruang yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrasi dan/atau aspek
fungsional.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dampak dan/atau risiko lingkungan hidup yang
dimaksud meliputi:
a. perubahan iklim;
b. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati;
c. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan lahan;
d. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya
alam;
e. peningkatan alih fungsi kawasan hutan
dan/atau lahan;
f. peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau
g. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pelibatan masyarakat dilakukan melalui dialog, diskusi,
Pasal
dan konsultasi
Pasal 16
Cukup
publik.
17
18
Ayatjelas.
(1) Ayat (2) . . .
- 12 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “baku mutu air” adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, a tau komponen ya ng ada a tau h arus
ada, da n/atau unsur pencemar ya ng diten gga ng
keberadaan nya di dalam a ir.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “baku mutu air limbah”
adalah ukuran batas atau kadar polutan yang
ditenggang untuk dimasukkan ke media air .
Huruf c
Yang dimaksud dengan “baku mutu air laut”
adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau harus
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air laut.
Yan g dima ksud denga n “ba ku mutu udara
ambien ” a dalah ukuran bata s atau ka dar za t,
Huruf d
energi,dimaksud
Yang dan/atau dengan
komponen “baku
yangmutu
seharusn
emisi”yaadalah
ada, da batas
ukuran n/atau atau
unsurkadar
pencemar
polutanyayang
ng diten
ditenggang
gga ng
keberadaan
untuk dimasukkan
nya daHuruf
ke
lam
media
udara
e udara.
a mbien. Huruf f . . .
- 13 -
Huruf f
Yang dimaksud dengan “baku mutu gangguan”
adalah ukuran batas unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya yang meliputi unsur
getaran, kebisingan, dan kebauan.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksudCukup
dengan “produksi biomassa”
jelas.
adalah bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya
tanah untuk
Ayatmenghasilkan
(3) biomassa.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kriteria baku kerusakan
tanah untuk produksi biomassa” adalah ukuran
batas perubahan sifat dasar tanah yang dapat
ditenggang berkaitan dengan kegiatan produksi
biomassa.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kriteria baku kerusakan
terumbu karang” adalah ukuran batas perubahan
fisik dan/atau hayati terumbu karang yang dapat
ditenggang.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “kerusakan lingkungan
hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan
dan/atau lahan” adalah pengaruh perubahan
pada lingkungan hidup yang berupa kerusakan
dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang
berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau
lahan yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Pasal
Pa Cukup
23Aya
sa l22 Cukup
jelas.
t (1)
jelas.
Cukupajelas.
Huruf Huruf b . . .
- 15 -
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Jasa d reni k da lam huruf ini termasuk produk
rekaya sa gen etik.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Aya t (2)
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Huruf a
Huruf
HurufbdcCukup jelas. Huruf e . . .
- 16 -
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Rencana pen gelola an dan peman ta ua n lin gkunga n
hidup dimaksudkan untuk menghin dari,
meminimalkan , memitigasi, da n/atau
men go mpensasikan dampak suatu usaha da n/atau
kegia tan.
Pasal 26
Ayat (1)
Peliba tan masyaraka t dila ksa naka n dala m proses
pen gumuman dan konsulta si publik dala m ran gka
men jaring saran da n ta nggapan .
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “piha k la in” a ntara la in lembaga
pen yusun amdal a tau konsulta n.
Pasal29
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 30 Pasal 31 . . .
- 17 -
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Rekomendasi UKL-UPL dinilai oleh tim teknis instansi
lingkungan hidup.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 37
Pasal Cukup
Cukup
38 jelas.
jelas. Pasal 39 . . .
- 18 -
Pasal 39
Ayat (1)
Pengumuman dalam Pasal ini merupakan pelaksanaan
atas keterbukaan informasi. Pengumuman tersebut
memungkinkan peran serta masyarakat, khususnya yang
belum menggunakan kesempatan dalam prosedur
keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam proses
pengambilan keputusan
Ayat (2) izin.
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan izin usaha dan/atau kegiatan
dalam ayat ini termasuk izin yang disebut dengan nama
lain seperti izin operasi dan izin konstruksi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Peruba ha n yan g dimaksud dala m ayat ini, anta ra lain ,
karen a kepemilika n beralih, perubah an tekn ologi,
pen ambaha n ata u penguran gan kapa sita s produksi,
dan/ata u lokasi usa ha dan /a tau kegiatan ya ng
berpindah tempat.
Pasal 41
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pendanaan lingkungan”
adalah suatu sistem dan mekanisme penghimpunan
dan pengelolaan dana yang digunakan bagi
pembiayaan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pendanaan lingkungan berasal
dari berbagai sumber, misalnya pungutan, hibah,
dan lainnya.
Huruf c
Insentif merupakan upaya memberikan dorongan
atau daya tarik secara moneter dan/atau
nonmoneter kepada setiap orang ataupun
Pemerintah dan pemerintah daerah agar melakukan
kegiatan yang berdampak positif pada cadangan
sumber daya alam dan kualitas fungsi lingkungan
hidup.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “mekanisme
kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
antardaerah” adalah cara-cara kompensasi/imbal
yang dilakukan oleh orang, masyarakat, dan/atau
pemerintah daerah sebagai pemanfaat jasa
lingkungan hidup kepada penyedia jasa lingkungan
hidup. Huruf d
Yang dimaksud dengan “intern alisasi biaya
lingkungan hidup” adalah memasukkan biaya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dalam perhitungan biaya produksi atau biaya suatu
usaha dan/atau
Ayat (2)
kegiatan.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “dana jaminan pemulihan
lingkungan hidup” adalah dana yang disiapkan oleh
suatu usaha dan/atau kegiatan untuk pemulihan
kualitas lingkungan hidup yang rusak karena
kegiatannya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “dana penanggulangan”
adalah dana yang digunakan untuk menanggulangi
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang timbul akibat suatu usaha dan/atau kegiatan.
Yang dimaksud dengan “pengadaan barang dan jasa
Huruf c
ramah lingkungan hidup”
Yang dimaksud dengan “dana adalah pengadaaan yang
amanah/bantuan”
memprioritaskan
adalah dana yang berasalbarang danhibah
dari sumber jasadanyang berlabel
donasi untuk kepentingan konservasi lingkungan
ramah
hidup. lingkungan hidup.
Ayat (3)
Huruf a Huruf b . . .
- 21 -
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pajak lingkungan hidup”
adalah pungutan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah terhadap setiap orang yang memanfaatkan
sumber daya alam, seperti pajak pengambilan air
bawah tanah, pajak bahan bakar minyak, dan pajak
sarang burung walet.
Yang dimaksud dengan “retribusi lingkungan hidup”
Yang dimaksud
Huruf c
dengan “perdagangan izin
Yang dimaksud dengan “sistem lembaga keuangan
pembuangan
ramah lingkungan hidup”limbah
adalah sistem dan/atau
keuangan yang menerapkan persyaratan
lembaga emisi” adalah
jual
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dalam kebijakan pembiayaan dan praktik sistem
Yang dimaksud
beli dengan
kuota banklimbah
lembaga keuangan
“pasar
dan lembaga dan/atau
modal ramah
keuangan emisi yang
lingkungan
nonbank. hidup” adalah pasar modal yang
diizinkan
menerapkan persyaratan perlindungan dan
untuk
pengelolaan dibuang ke media
lingkungan hidup bagi lingkungan hidup
perusahaan yang
antarpenanggung
masuk pasar modal atau jawab usaha dan/atau
perusahaan terbuka, kegiatan.
seperti penerapan persyaratan audit lingkungan
hidup bagi perusahaan yang akan menjual saham di
pasar modal.
Huruf d Huruf e . . .
- 22 -
Huruf e
Yang dimaksud dengan “pembayaran jasa
lingkungan hidup” adalah pembayaran/imbal yang
diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup
kepada penyedia jasa lingkungan hidup.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asuransi lingkungan hidup”
adalah asuransi yang memberikan perlindungan
pada saat terjadi pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “sistem label ramah
lingkungan hidup” adalah pemberian tanda atau
label kepada produk-produk yang ramah lingkungan
hidup.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Kriteria kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan
Ayat (1)
hidup meliputi, antara Cukuplain,
jelas.kinerja mempertahankan
kawasanAyatkoservasi
(2) dan penurunan tingkat pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
PasalCukup
46 jelas. Pasal 47 . . .
- 23 -
Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “analisis risiko lingkungan” adalah
prosedur yang antara lain digunakan untuk mengkaji
pelepasan dan peredaran produk rekayasa genetik dan
pembersihan (clean up) limbah B3.
Ayat (2)
Huruf a
Dalam ketentuan ini “pengkajian risiko” meliputi
seluruh proses mulai dari identifikasi bahaya,
penaksiran besarnya konsekuensi atau akibat, dan
penaksiran kemungkinan munculnya dampak yang
tidak diinginkan, baik terhadap keamanan dan
kesehatan manusia maupun lingkungan hidup.
Huruf b
Dalam ketentuan ini “pengelolaan risiko” meliputi
evaluasi risiko atau seleksi risiko yang memerlukan
pengelolaan, identifikasi pilihan pengelolaan risiko,
pemilihan tindakan untuk pengelolaan, dan
pengimplementasian tindakan yang dipilih.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “komunikasi risiko” adalah
proses interaktif dari pertukaran informasi dan
pendapat di antara individu, kelompok, dan institusi
yang berkenaan dengan risiko.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “usaha dan/atau kegiatan
Cukup jelas.
tertentu yang berisiko tinggi” adalah usaha dan/atau
kegiatan yang jika terjadi kecelakaan dan/atau
keadaan darurat
Pasal 48 menimbulkan dampak yang besar
Cukupkesehatan
dan luas terhadap jelas. manusia dan
lingkungan hidup seperti petrokimia, kilang minyak
dan gas bumi, serta pembangkit listrik tenaga
nuklir.Pasal 49 (1)Huruf a
Ayat Dokumen . . .
- 24 -
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup
Cukup jelas. jelas.
Cukup
Pasal 54jelas.
Ayat (1)
Ayat (2)Huruf a Huruf b . . .
- 25 -
Huruf b
Yang dimaksud dengan ”remediasi” adalah upaya
pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk
memperbaiki mutu lingkungan hidup.
Huruf c
Yang dimaksud dengan ”rehabilitasi” adalah upaya
pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan
manfaat lingkungan hidup termasuk upaya
pencegahan kerusakan lahan, memberikan
perlindungan,Huruf
dandmemperbaiki ekosistem.
Yang dimaksud dengan ”restorasi” adalah upaya
pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau
bagian-bagiannya berfungsi kembali sebagaimana
semula.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “pemeliharaan lingkungan hidup”
adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga pelestarian
fungsi lingkungan
Pasal 57 hidup dan mencegah terjadinya
penurunan
Konservasi
atau kerusakan
sumber lingkungan
daya alam meliputi,
hidup yangantara lain,
disebabkan
konservasiAyat (1) manusia.
oleh perbuatan
sumber daya air, ekosistem hutan,
ekosistem pesisir dan laut, energi, ekosistem lahan
Huruf a gambut, dan ekosistem karst. Huruf b . . .
- 26 -
Huruf b
Pencadangan sumber daya alam meliputi sumber
daya alam yang dapat dikelola dalam jangka panjang
dan waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Untuk melaksanakan pencadangan sumber daya
alam, Pemerintah, pemerintah provinsi, atau
pemerintah kabupaten/kota dan perseorangan dapat
membangun:
a. taman keanekaragaman hayati di luar kawasan
hutan;
b. ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30%
dari luasan pulau/kepulauan; dan/atau
c. menanam dan memelihara pohon di luar
kawasan hutan, khususnya tanaman langka.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ”pengawetan sumber daya
alam” adalah upaya untuk menjaga keutuhan dan
keaslian sumber daya alam beserta ekosistemnya.
Huruf c
Cukup jelas.
Yang dimaksud
Ayat (3)dengan ”mitigasi perubahan iklim”
Cukup
adalah jelas.
serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
upaya menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca
sebagai bentuk upaya penanggulangan dampak
Ayat (4)
perubahan
Huruf iklim.
a Yang . . .
- 27 -
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Kewajiban untuk melakukan pengelolaan B3 merupakan
upaya untuk mengurangi terjadinya kemungkinan risiko
terhadap lingkungan hidup yang berupa terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup,
mengingat B3 mempunyai potensi yang cukup besar untuk
menimbulkan dampak negatif.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan
yang mencakup
Yang dimaksud dengan
pengurangan,
pihak penyimpanan,
lain adalah badan usaha
pengumpulan,
yang melakukan pengangkutan,
Ayat
pengelolaan
(4) pemanfaatan,
limbah B3 dandan/atau
telah
pengolahan, termasuk
mendapatkan izin.Ayat
Cukup
penimbunan
(2)Cukup
(3)jelas. jelas.
limbah B3. Ayat (5) . . .
- 28 -
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Sistem informasi lingkungan hidup memuat, antara lain,
keraga ma n karakter ekologis, seba ra n penduduk,
sebaran potensi sumber daya alam, dan kearifa n lokal.
Aya t (2)
Cukup jelas.
Aya t (3)
Cukup jelas.
Aya t (4)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup
Cukupjelas.
jelas.
PasalAyat
64 (1)
65 Ayat (2) . . .
- 29 -
Ayat (2)
Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu
konsekuensi logis dari hak berperan dalam pengelolaan
lingkungan hidup yang berlandaskan pada asas
keterbukaan. Hak atas informasi lingkungan hidup akan
meningkatkan nilai dan efektivitas peran serta dalam
pengelolaan lingkungan hidup, di samping akan membuka
peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan
haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Informasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat ini dapat berupa data, keterangan, atau informasi lain
yang berkenaan dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang menurut sifat dan tujuannya
memang terbuka untuk diketahui masyarakat, seperti
dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup,
laporan, dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup,
baik pemantauan penaatan maupun pemantauan
perubahan kualitas lingkungan hidup dan rencana tata
ruang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi korban dan/atau
pelapor yang menempuh cara hukum akibat pencemaran
dan/atau Ayat (6)lingkungan hidup.
perusakan
Cukup
Perlindungan jelas.
ini Pasal 66
dimaksudkan untuk mencegah tindakan
pembalasan dari terlapor melalui pemidanaan dan/atau
gugatan perdata dengan tetap memperhatikan kemandirian
peradilan. Pasal 67 . . .
- 30 -
CukupPasal
jelas.
67
Cukup jelas.
Huruf Cukup
fPasal 68jelas.
Cukup jelas.
Pasal 69
Huruf g Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf b
B3 yang dilarang dalam ketentuan ini, antara lain,
Huruf h PCBs, dan dieldrin.
DDT,
Cukup jelas. Huruf c
Larangan dalam ketentuan ini dikecualikan bagi
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Huruf
Huruf d i
Cukup jelas.
Yang dilarang dalam huruf ini termasuk impor.
Huruf e
Huruf j
Cukup jelas.
Ayat (2) . . .
- 31 -
Ayat (2)
Kearifan lokal yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah
melakukan pembakaran lahan dengan lua s lahan
maksimal 2 hektare per kepala kelua rga untuk dita nami
tanaman jenis varieta s lokal dan dikelilingi oleh sekat
bakar seba gai pencega h pen ja laran api ke wilayah
sekelilingnya.
Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pemberian saran dan pendapat dalam ketentuan
ini
termasuk dalam penyusunan KLHS dan amdal.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 71
Yang dimaksud dengan “pelanggaran yang serius” adalah
Cukuphukum
tindakan melanggar jelas. yang mengakibatkan pencemaran
Pasal 72lingkungan hidup yang relatif besar dan
dan/atau kerusakan
menimbulkanCukup jelas.masyarakat.
keresahan
Cukup
Pasal
Pasal 73jelas.
74 Pasal 75 . . .
- 32 -
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “ancaman yang sangat
serius” adalah suatu keadaan yang berpotensi
sangat membahayakan keselamatan dan kesehatan
banyak orang sehingga penanganannya tidak dapat
ditunda.
Huruf b
Pasal 82
81 Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 83 . . .
- 33 -
Pasal 83
Cukup Jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk melindungi
hak keperdataan para pihak yang bersengketa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya putusan yang berbeda mengenai satu sengketa
lingkungan hidup untuk menjamin kepastian hukum.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Ayat (1)
Ketentuan dalam ayat ini merupakan realisasi asas yang
ada dalam hukum lingkungan hidup yang disebut asas
pencemar membayar. Selain diharuskan membayar ganti
rugi, pencemar dan /atau perusak lingkungan hidup dapat
pula dibebani oleh hakim untuk melakukan tindakan
hukum tertentu, misalnya perintah untuk:
a. memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah
b. memulihkan
sehingga limbah
timbulnya pencemaran
fungsisesuai
lingkungan
dan/atau
dengan
hidup;
baku
perusakan
dan/atau
mutu lingkungan
c. menghilangkan
hidup yang ditentukan;
lingkungan hidup.
Ayat
atau(2)memusnahkan
Cukup jelas. penyebab Ayat (3) . . .
- 34 -
Ayat (3)
Pembebanan pembayaran uang paksa atas setiap hari
keterlambatan pelaksanaan perintah pengadilan untuk
melaksanakan tindakan tertentu adalah demi pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 88
Yan g dimaksud denga n “bertan ggung jawab mutlak” atau
str ic t liability a dalah unsur kesalah an tidak perlu
dibuktikan oleh pihak pen ggugat seba ga i da sa r pembaya ra n
ganti rugi. Ketentuan aya t ini merupakan lex specialis dalam
guga tan tentan g perbuata n mela nggar hukum pa da
umumn ya. Besa rn ya nilai ganti rugi ya ng da pat dibebankan
terh adap pen cemar atau perusa k lin gkunga n hidup menurut
Pasal in i dapat ditetapkan sampa i bata s terten tu.
Pasal 89
Yang dimaksud Cukupdenganjelas.
“kerugian lingkungan hidup”
adalah kerugian yang timbul akibat pencemaran dan/atau
kerusakan Pasal 90
lingkungan hidup yang bukan merupakan hak
milik privat.
Tindakan tertentuAya t (1)
merupakan tindakan pencegahan dan
penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta
pemulihan fungsi lingkungan hidup guna menjamin tidak
akan terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadap
lingkunganAyat
hidup.
(2) Cukup jelas. Pasal 91 . . .
- 35 -
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan koordinasi adalah tindakan
berkonsultasi guna mendapatkan bantuan personil,
sarana, dan pra sarana yang dibutuhkan dalam
penyidikan.
Ayat (4)
Pemberitahuan dalam Pasal ini bukan merupakan
pemberitahuan dimulainya penyidikan, melainkan untuk
mempertegas wujud koordinasi antara pejabat penyidik
Ayatsipil
pegawai negeri (5)dan penyidik pejabat polisi Negara
Cukup jelas.
Republik Indonesia.
Pasal
Ayat (6)
95
Cukup
Cukup jelas.
jelas.
Pa sa l Huruf
96 a Cukup jelas. Huruf b . . .
- 36 -
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yan g dima ksud dengan ala t bukti lain, meliputi,
info rmasi yan g diuca pkan, dikirimka n, diterima, atau
disimpan seca ra elektroni k, magnetik, optik, da n/atau
yang serupa dengan itu; da n/atau a la t bukti data ,
rekaman , a tau info rmasi yan g dapat diba ca , diliha t,
dan diden gar ya ng da pa t dikelua rka n denga n dan/atau
tan pa ban tuan sua tu saran a, ba ik yang tertua ng di
ata s kertas, ben da f isik apa pun selain kertas, atau
yang tereka m secara elektronik, tidak terbata s pa da
tulisan , sua ra atau gambar, peta , rancanga n, f oto atau
sejenisnya, huruf, ta nda, an gka , simbol, a tau perporasi
yang memiliki makna a tau yan g dapat dipaha mi atau
dibaca.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “melepaskan produk rekayasa genetik”
adalah pernyataanPasal 99 suatu hasil pemuliaan produk
100
diakuinya
rekayasa genetik menjadi
Cukup varietas
jelas. unggul dan dapat
disebarluaskan setelah memenuhi persyaratan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 101 Yang . . .
- 37 -
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal
Pasal 109110
Cukup
Cukup jelas.jelas.
Pasal 112
111
Cukup jelas. Pasal 113 . . .
- 39
38 -
Pasal 121
Informasi palsu Cukup
Pasal
yangjelas.
113
dimaksud dalam Pasal ini dapat berbentuk
dokumen atau keterangan
Pasal 122 lisan yang tidak sesuai dengan fakta-
fakta yang senyatanya
Cukup jelas.atau informasi yang tidak benar.
Pasal 114
Pasal 123
Cukup jelas.
Izin dalam ketentuan ini, misalnya, izin pengelolaan limbah B3,
izin pembuangan air limbah ke laut, dan izin pembuangan air
limbah ke sumber air.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 124
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
Pasal 125
Cukup
Pasal jelas.
117
Cukup
Pasal jelas.
126
Pasal 118 Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan pelaku fungsional dalam Pasal ini
Pasal 127
adalah badan usaha dan badan hukum.
Tuntutan pida na dikena kan t erhada p pemimpin badan usaha
Cukup jelas.
dan badan hukum ka rena tin dak pida na badan usaha dan
badan hukum ada lah tinda k pidan a fungsion al seh in gga
pida na diken akan dan sanksi dija tuhka n kepada mereka
ya ng memiliki kewen anga n terhada p pela ku f isik da n
TAMBAHAN LEMBARAN
menerima tindakanNEGARA REPUBLIK
pel aku fisik tersebut.INDONESIA NOMOR 5059
Yan g dima ksud den ga n menerima ti ndakan dalam Pasal ini
Pasal
termasuk menyetujui, 119 , ata u tida k cukup
120
membiarkan
mela kukan penga Cukup
wasa n terhadap
jelas. tin dakan pelaku fisik,
dan/ata u memiliki kebi jakan yang memungkinkan terja din ya
tindak pida na tersebut. Pasal 121 . . .