Anda di halaman 1dari 110

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 2009

TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a . bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat


merupakan hak asasi setiap warga negara
Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
28H Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa pembangunan ekonomi nasional

sebaga imana diamanatkan oleh Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
diselenggarakan berda sarkan prinsip
pembangunan berkelan jutan dan berwawa san
lingkungan;

c. bahwa semangat otonomi daerah dalam


penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia telah membawa perubahan
hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan
pemerintah daerah, termasuk di bidang
menurun telahdanmengancam
perlindungan pengelolaankelangsungan
lingkungan hidup;
perikehidupa n man usia dan makhluk hidup
lainnya
mengakibatkan
d. bahwa kuasehingga perubahan
perlu dilakukan
litas lingkungan iklim sehingga
hidup perlindungan
yang semakin
dan
memperparah
pengelolaan penurunan
lingkungakualitas
n hidup
lingkungan
yang sungguh-
hidup
sungguh
karena itudanperlu
konsisten
dilakukan
olehperlindungan
semua pemangku
dan
e. bahwa
kepentingan;
pengelolaan
pemanasan
lingkungan
global
hidup;
yang semakin meningkat f. bahwa . . .
-2-

f . ba hwa aga r lebih menjamin kepastian h ukum


da n memberikan perl in dunga n terh adap ha k
setiap oran g un tuk men dapatkan lingkungan
h idup yang baik dan seha t seba gai bagian da ri
perlindun gan terh adap keseluruh an ekosistem,
perlu dilakuka n pembarua n terh adap Un dang-
Unda ng N omor 23 Tah un 1997 tentan g
Pengelolaa n Lingkun gan Hidup;

g. ba hwa berda sa rka n pertimbangan sebaga ima na


dimaksud dalam h uruf a , h uruf b, huruf c, huruf
d, huruf e, dan huruf f , perlu membentuk
Unda ng-Undan g tentan g Perlindungan dan
Pengelolaa n Lingkun gan Hidup;

Men gingat : Pa sa l 20, Pa sa l 21, Pa sa l 28H a yat (1), serta Pasal


33 ayat (3) dan a ya t (4) Un dang-Unda ng Da sa r
N ega ra Republik In donesia Tahun 1945;

Dengan Persetujua n Bersa ma


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONES IA
dan
PRESIDEN REPUB LIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG- UND ANG TENTANG PERLINDUNGAN DAN


PEN GELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia danBAB perilakunya,
I yang
mempengaruhi alam KETENTUAN
itu sendiri, kelangsungan
UMUM
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
1. Lingkungan
Dalam
makhluk
Undang-Undang
hidup
hiduplain.
adalah
ini kesatuan Pasal 1dengan:
yang dimaksud
ruang dengan
2. perlindungan . . .
-3-

2. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.

3. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar


dan terencana yang memadukan aspek lingkungan
hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini
dan generasi masa depan.

4. Rencana perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup yang selanjutnya disingkat
RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat
potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya
perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun
waktu tertentu.
5. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan

hidup yang merupakan kesatuan utuh-


menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup.

6. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah


rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
7. Daya dukung lingkungan hidup adalah
hidup yang terdiri
kemampuan lingkungan
atas sumber
hidup untuk
daya menyerap
mendukung
hayati dan
perikehidupan
zat,
nonhayati
energi,yang
dan/atau
manusia,
secarakomponen
keseluruhan
makhluklain
hidup
membentuk
yang
lain,
masuk
dan
9. kesatuan
keseimbangan
atau
Sumber
dimasukkan
8. Daya
ekosistem.
daya antarkeduanya.
tampung
alam
ke dalamnya.
adalah
lingkungan
unsur lingkungan
hidup adalah 10. Kajian . . .
-4-

10. Kajian lingkungan hidup strategis, yang


selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian
analisis yang sistematis, menyeluruh, dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program.

11. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang


selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.

12. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya


pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya
disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan
pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.

13. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran


batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.
dimasukkannya makhluk hidup, za t, energi,
14. Pencemaran
ukuran lingkungan
dan/ataubatas
komponen lainhidup
perubahan sifat adalah
ke dalam masuk atau
fisik, lingkungan
kimia,
hidup olehhayati
dan/atau kegiatan
lingkungan
manusiahidupsehingga
yangmelampaui
dapat
baku mutu oleh
ditenggang lingkungan
lingkungan
hiduphidup
yang untuk
telah dapat
15. Kriteria
ditetapkan.
tetap melestarikan
baku kerusakan
fungsinya.
lingkungan hidup adalah 16. Perusakan . . .
-5-

16. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan


orang yang menimbulkan perubahan langsung
atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga
melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup.

17. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan


langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat
fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup
yang melampaui kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup.

18. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan


sumber daya alam untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana serta
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.

19. Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang


diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh
aktivitas manusia sehingga menyebabkan
perubahan komposisi atmosfir secara global dan
selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim
alamiah yang teramati pada kurun waktu yang
dapat dibandingkan.

20. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau


disingkat B3 adalah za t,kegiatan.
energi, dan /a tau
kompon
21. Bahan en lain dan
berbahaya yan gberacun
karena yang
sifat,selanjutnya
konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
serta kelangsungan
selanjutnya disebut Limbah
hidup manusia
B3, adalahdansisa
makhluk
suatu
22. Limbah
hidup dan/atau
usaha lain.
bahan kegiatan
berbahayayang
danmengandung
beracun, yangB3. 23. Pengelolaan . . .
-6-

23. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang


meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbunan.

24. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan


membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam
jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu
dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan
hidup tertentu.

25. Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan


antara dua pihak atau lebih yang timbul dari
kegiatan yang berpotensi dan/atau telah
berdampak pada lingkungan hidup.

26. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh


perubahan pada lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
27. Organisasi lingkungan hidup adalah kelompok
orang yang terorganisasi dan terbentuk atas
kehendak sendiri yang tujuan dan kegiatannya
berkaitan dengan lingkungan hidup.

28. Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang


dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
persyaratan hukum dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah.

29. Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki


kesamaan ciri
masyarakat yangiklim,
secaratanah,
turunair, flora,bermukim
temurun dan fauna
asli, serta pola interaksi manusia dengan
di wilayah geografis tertentu karena adanya alam
ikatan
yang asal
pada menggambarkan
usul leluhur,integritas sistem alam
adanya hubungan yangdan
lingkungan
berlaku
kuat dengan hidup.
dalam lingkungan
tata kehidupan
hidup,masyarakat
serta adanyauntuk
antara lain
sistem nilai melindungi
yang menentukandan mengelola
pranata ekonomi,
lingkungan
30.Masyarakat
31.
hidup Kearifan
politik,
secara lokal
sosial,lestari.
danhukumadalah
hukum. adatnilai-nilai luhur yang
adalah kelompok 32. Setiap . . .
-7-

32. Setiap orang adalah orang perseorangan atau


badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum.

33. Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalah


seperangkat kebijakan ekonomi untuk mendorong
Pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap orang
ke arah pelestarian fungsi lingkungan hidup.

34. Ancaman serius adalah ancaman yang berdampak


luas terhadap lingkungan hidup dan menimbulkan
keresahan masyarakat.

35. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada


setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan.

36. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang


diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan
usaha dan/atau kegiatan.

37. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut


Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

38. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau


walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah.
urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
39. Menteri
pengelolaan
adalah
lingkungan
menteri yang
hidup.menyelenggarakan BAB II . . .
-8-

BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu
Asas

Pasal 2

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


dilaksanakan berdasarkan asas:

a. tanggung jawab negara;


b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. keterpaduan;
e. manfaat;
f. kehati-hatian;
g. keadilan;

h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati;
j. pencemar membayar;
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;
m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. otonomi daerah.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


bertujuan:
Indonesia dari
Bagian
pencemaran
Kedua dan/atau kerusakan
a. melindungi
lingkungan hidup;
wilayah
TujuanNegara Kesatuan
Pasal
Republik
3 b. menjamin . . .
-9-

b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan


manusia;
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup
dan kelestarian ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan lingkungan hidup;
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa
kini dan generasi masa depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas
lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi
manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup

Pasal 4

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


meliputi:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakanperlindungan
Perencanaan hukum. dan pengelolaan
lingkungan hidup dilaksanakan melalui tahapan:
PERENCANAAN
Pasal
BAB5IIIa.inventarisasi . . .
- 10 -

a. inventarisasi lingkungan hidup;


b. penetapan wilayah ekoregion; dan
c. penyusunan RPPLH.

Bagian Kesatu
Inventarisasi Lingkungan Hidup

Pasal 6

(1) Inventarisasi lingkungan hidup sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 huruf a terdiri atas
inventarisasi lingkungan hidup:
a. tingkat nasional;
b. tingkat pulau/kepulauan; dan
c. tingkat wilayah ekoregion.

(2) Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untuk


memperoleh data dan informasi mengenai sumber
daya alam yang meliputi:
a. potensi dan ketersediaan;
b. jenis yang dimanfaatkan;
c. bentuk penguasaan;
d. pengetahuan pengelolaan;
e. bentuk kerusakan; dan
f. konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat

pengelolaan.

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dan huruf


b menjadi dasar dalam penetapan wilayahBagian Kedua
ekoregion dan dilaksanakan oleh Menteri setelah
(1)berkoordinasi
Inventarisasidengan
lingkungan Penetapan
instansi
hidup
terkait. Wilayah
Pasal Ekoregion
sebagaimana 7 (2) Penetapan . . .
- 11 -

(2) Penetapan wilayah ekoregion sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kesamaan:
a. karakteristik bentang alam;
b. daerah aliran sungai;
c. iklim;
d. flora dan fauna;
e. sosial budaya;
f. ekonomi;
g. kelembagaan masyarakat; dan
h. hasil inventarisasi lingkungan hidup.

Pasal 8

Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat


wilayah
ekoregion sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat
(1) huruf c dilakukan untuk
Bagian Ketiga menentukan daya
dukung Penyusunan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan daya tampung serta cadangan sumber daya
alam. Pasal 9
(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf c terdiri atas:
a. RPPLH nasional;
b. RPPLH nasional;
a. provinsi; dan
c.
b. RPPLH kabupaten/kota.
ayatinventarisasi
(1) huruf tingkat
a disusunpulau/kepulauan;
berdasarkan dan
(2) RPPLH
(3) c.
inventarisasi
inventarisasi
nasional
provinsi
ayat nasional.
(1)tingkat
huruf
sebagaimana
bekoregion.
disusundimaksud
berdasarkan:
pada (4) RPPLH . . .
- 12 -

(4) RPPLH kabupaten/kota sebagaimana


dimaksud pada a yat (1) huruf c disusun
berdasarkan:
a. RPPLH provinsi;
b. inventarisasi tingkat pulau/kepulauan; dan
c. inventarisasi tingkat ekoregion.

Pasal 10
(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
disusun oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

(2) Penyusunan RPPLH sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) memperh atikan :
a. keragaman karakter dan fungsi ekologis;
b. sebaran penduduk;
c. sebaran potensi sumber daya alam;
d. kearifan lokal;
e. aspirasi masyarakat; dan
f. perubahan iklim.

(3) RPPLH diatur dengan:


a. peraturan pemerintah untuk RPPLH
nasional;
b. peraturan daerah provinsi untuk RPPLH
provinsi; dan
c. peraturan daerah kabupaten/kota untuk
RPPLH kabupaten/kota.

(4) RPPLH
pendayagunaan memuat rencana
dan pelestarian sumbertentang:
daya
a.dan
d.b.adaptasi
alam; pemanfaatan
pemeliharaan
dan
c.dan/atau
mitigasidan/atau
pengendalian,
dan fungsi pencadangan
perlindungan
terhadap
sumber
iklim.
lingkungan
pemantauan,
perubahan
daya
kualitas
alam;
hidup;
serta (5) RPPLH . . .
- 13 -

(5) RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuat


dalam rencana pembangunan jangka panjang
dan rencana pembangunan jangka menengah.

Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai inventarisasi
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, penetapan ekoregion sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, serta RPPLH
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal
10 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB IV
PEMANFAATAN

Pasal 12
(1) Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan
berdasarkan RPPLH.
(2) Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) belum tersusun, pemanfaatan sumber
daya alam dilaksanakan berdasarkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dengan memperhatikan:

a. keberlanjutan proses dan fungsi


lingkungan hidup;
b. keberlan juta n produktivitas lingkungan
h idup; da n
c. keselamatan, mutu hidup, dan
hiduptampung
seba gaimana
lingkungan
dimaksud
hidup pa
nada
sio nal
aya tdan
(2)
kesejahteraan masyarakat.
(3) Da
ditetapkan
yapulau/kepula
dukung
oleh:
a. Men danuan
teri undaya
; daya
tuk tampung lingkungan
dukung dan daya b. gubernur . . .
- 14 -

b. gubernur untuk daya dukung da n daya


tampung lingkungan hidup provinsi dan
ekoregion lintas kabupaten/kota; atau

c. bupati/walikota untuk daya dukung dan daya


tampung lingkungan hidup kabupaten/kota
dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota.
(4) Ketentuan lebih la njut men gen ai ta ta ca ra
penetapan daya dukun g dan da ya tampun g
lin gkunga n hidup sebaga ima na dima ksud
pa da aya t (3) dia tur dala m peraturan
pemerinta h.

BAB V
PENGENDALIAN

Bagian Kesa tu
Umum

Pasal 13

(1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup.

(2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah,
a. pencegahan;
pemerintah daerah, dan
b. penanggulangan; dan penanggung jawab
usaha dan/atau
c. pemulihan. kegiatan sesuai dengan
kewenangan, peran, dan tanggung jawab
(3) Pengendalian
masing-masing.pencemaran dan/atau kerusakan
Bagian Kedua . . .
- 15 -

Bagian Kedua
Pencegahan

Pasal 14
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
a. KLHS;
b. tata ruang;
c. baku mutu lingkungan hidup;
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
e. amdal;
f. UKL-UPL;
g. perizinan;
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;
i. peraturan perundang-undangan berbasis

lingkungan hidup;
j. anggaran berbasis lingkungan hidup;
k. analisis risiko lingkungan hidup;
l. audit lingkungan hidup; dan
m. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan

dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.

Paragraf 1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis

membuat KLHS untuk memastikanPasal bahwa15


prinsip pembangunan berkelanjutan telah
(1) Pemerintah
menjadi
melaksanakan dan
dan pemerintah
dasar KLHS terintegrasi daerah
sebagaimana wajib
dalamdimaksud
pembangunan
pada ayat (1) suatu
ke dalam
wilayah
penyusunan
dan/atau atau
(2)
kebijakan,
evaluasi:
Pemerintah
rencana,
dan dan/atau
pemerintah
program.
daerah wajib a. rencana . . .
- 16 -

a. rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta


rencana rincinya, rencana pembangunan
jangka panjang (RPJP), dan rencana
pembangunan jangka menengah (RPJM)
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan

b. kebijakan, rencana, dan/atau program yang


berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko lingkungan hidup.

(3) KLHS dilaksanakan dengan mekanisme:


a. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana,
dan/atau program terhadap kondisi
lingkungan hidup di suatu wilayah;
b. perumusan alternatif penyempurnaan
kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
c. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau
program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.

Pasal 16

KLHS memua t kajian anta ra lain :


a. kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko
lingkungan hidup;
c. kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
15 ayat (3) menjadi dasar bagi kebijakan,
terhadap
rencana, dan/atau program perubahan iklim; dan
pembangunan
f. tingkat
(1) Hasil
dalamKLHS
ketahanan
suatu sebagaimana
wilayah.
dan potensi
hayati.
dimaksud
keanekaragaman
Pasal
dalam17Pasal (2) Apabila . . .
- 17 -

(2) Apabila hasil KLHS sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) menyatakan bahwa daya dukung
dan daya tampung sudah terlampaui,
a. kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan tersebut wajib diperbaiki
sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan
b. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.

Pasal 18

(1) KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15


ayat (1) dilaksanakan dengan melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


penyelenggaraan KLHS diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Paragraf 2
Tata Ruang

Pasal 19
(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan keselamatan masyarakat, setiap
perencanaan tata ruang wilayah wajib
didasarkan pada KLHS.

(2) Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
memperhatikan daya dukung dan daya
hidup
tampungdiukur melaluihidup.
lingkungan baku mutu lingkungan
(1) Penentuan
hidup. terjadinya Baku
pencema
MuturaLingkungan
nParagraf
Pasal
lingkungan
20 3(2)
Hidup
Baku mutu . . .
- 18 -

(2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi:


a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah;
c. baku mutu air laut;
d. baku mutu udara ambien;
e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan; dan
g. baku mutu lain sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi.

(3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang


limbah ke media lingkungan hidup dengan
persyaratan:
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup;

dan
b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

(4) Ketentuan lebih la njut mengena i baku mutu


lin gkunga n hidup seba gaimana di ma ksud
pa da a yat (2) huruf a , h uruf c, huruf d, dan
huruf g diatur dalam Pera turan Pemerin tah.

(5) Ketentuan lebih la njut mengena i baku mutu


lin gkunga n hidup seba gaimana di ma ksud
pa da aya t (2) huruf b, huruf e, dan huruf f
dia tur dala m peratura n menteri.

lin gkunga n hidup, ditetapkan kriteria baku


Paragraf 4
Kriteria
(1)kerusakan
Untuk
Baku
menentukan
lingkungan
Kerusakanhidup.
terjadinya
Lingkungankerusakan
Pasal
Hidup21 (2) Kriteria . . .
- 19 -

(2) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup


meliputi kriteria baku kerusakan ekosistem dan
kriteria baku kerusakan akibat perubahan
iklim.

(3) Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:


a. kriteria baku kerusakan tanah untuk
produksi biomassa;
b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
c. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
yang berkaitan dengan kebakaran hutan
dan/atau lahan;
d. kriteria baku kerusakan mangrove;
e. kriteria baku kerusakan padang lamun;
f. kriteria baku kerusakan gambut;
g. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau
h. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya

sesuai dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi.

(4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan


iklim didasarkan pada paramater antara lain:
a. kenaikan temperatur;
b. kenaikan muka air laut;
c. badai; dan/atau
d. kekeringan.

(5)kuKetentuan
ba kerusa kanlebih lan jut mengena
lin gkungan hidup i kriteria
sebagaiman a dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) diatur dengan ata u berdasarkan
Peratura n Pemerintah . Paragraf 5 . . .
- 20 -

Paragraf 5
Amdal

Pasal 22
(1) Setia p usa ha dan /a ta u kegia tan yan g
berda mpa k penti ng terha dap lingkungan
hidup wajib memili ki a mda l.

(2) Da mpa k pent in g diten tukan berdasarkan


kriteria :
a. besa rnya jumla h pen duduk yan g akan
terkena da mpa k renca na usa ha dan /a tau
kegiatan ;
b. luas wilaya h penyeba ra n dampak;
c. in ten sita s da n la ma nya da mpa k
berlangsun g;
d. ba nyaknya ko mponen lin gkunga n hidup
la in ya ng aka n terkena dampa k;
e. sifa t kumula tif da mpak;
f. berba lik atau tidak berba liknya dampak;
da n/atau
g. kriteria lain sesua i dengan
perkembangan ilmu pen getah ua n dan
teknologi.

Pa sa l 23

(1) Kriteria usah a dan /a tau kegiata n yan g


berda mpa k pentin g ya ng wajib dilen gka pi
dengan
yangamdal
terbaruka
terdiri
n ma
a tas:
upun ya ng tida k
a . pen
terbarukan;
b. gubah
eksploitasi
an bensumber
tuk la da
han
benyatang
dan
a lam,
alam;ba ik c. proses . . .
- 21 -

c. proses da n kegi atan ya ng secara


poten sia l dapa t men imbulkan
pen cemaran dan /a ta u kerusakan
lingkun gan h idup serta pemborosan
dan kemerosotan sumber daya ala m
dalam pema nfa atan nya;

d. proses da n kegia tan yan g hasilnya


dapat mempen ga ruhi lingkun gan ala m,
lingkun gan buatan , serta lingkungan
sosia l dan budaya;
e. proses da n kegia tan yan g hasilnya
akan mempenga ruhi pelestarian
kawasan kon servasi sumber daya ala m
dan/ata u perlindun gan ca ga r budaya ;
f . introduksi jen is tumbuh- tumbuh an,
hewan, dan ja sa d ren ik;
g. pembua tan dan penggun aan bah an
ha ya ti dan nonh ayati;
h . kegia ta n ya ng mempunyai risiko tin ggi
dan/ata u mempengaruhi perta han an
negara; da n/atau
i. pen erapa n tekn ologi yang diperkirakan
mempun ya i poten si besa r untuk
mempen garuhi lingkun gan h idup.

(2) Ketentuan lebih lan jut mengenai jenis


usaha dan /a tau kegiatan ya ng wa jib
dilengkapi denga n a mda l seba ga imana
dimaksud pa da ayat (1) dia tur dengan
peraturan Menteri.
Do kumen a mda l sebagaimana dima ksud
da lam Pasal 22 merupa kan dasar penetapan
keputusan kelaya ka n lin gkungan Pa
hidup.
sa l 24 Pasal 25 . . .
- 22 -

Pa sa l 25

Do kumen amdal memuat:


a . pen gka jian men gen ai da mpa k ren ca na
usah a dan /a tau kegia tan;
b. evaluasi kegiata n di sekitar lokasi ren ca na
usah a dan /a tau kegia tan;
c. sa ra n masukan serta tan ggapan
ma sya ra kat terh adap rencana usa ha
dan/ata u kegiatan ;
d. pra kira an terhada p besaran dampak serta
sif at penting dampak ya ng terjadi jika
rencan a usah a dan/ata u kegia tan
tersebut dilaksana kan;
e. evaluasi seca ra holistik terh adap da mpa k
yang terja di untuk menentuka n kela yakan
atau ketidaklaya ka n lingkunga n hidup;
dan
f. rencan a pengelolaa n dan peman tauan
lingkun gan h idup.

Pa sa l 26

(1) Do kumen amdal sebagaima na di ma ksud


da lam Pasal 22 disusun oleh pemra ka rsa
dengan meliba tka n masyarakat.
(2) Pelibatan ma sya ra kat harus dila kukan
berda sa rka n prinsip pemberia n in forma si
ya ng tran sparan dan lengkap serta
adiberita
yat (1)huka
meliputi:
n sebelum kegia tan
adila
. yang
ksan akan . a dampak;
terken
ab.yatpemerh
(1) dapat
ati linmengajuka
gkungan hidup;
n keberatan
dan /ata u
(3)
(4) Masyarakat
Masyarakat seba
c. yang pterpengaruh
terhada dokumen
seba ga
ga imana
keputusan
imana
amdal. dimaksud
atasdalam
segala
dimaksud
proses pada
bentuk
pada
amdal. Pasal 27 . . .
- 23 -

Pasal 27

Da lam menyusun do kumen amdal,


pemra ka rsa sebagaima na dimaksud dala m
Pa sa l 26 ayat (1) da pa t memin ta bantuan
kepada pih ak lai n.

Pa sa l 28

(1) Penyusun amdal seba gaimana dima ksud


da lam Pa sa l 26 a ya t (1) dan Pa sa l 27
wa ji b memiliki sertifikat kompetensi
penyusun a mda l.
(2) Kriteria untuk memperoleh sertifikat
kompetensi penyusun a mdal
seba gaiman a dima ksud pa da aya t (1)
meliputi:
a . penguasaan metodologi pen yusun an
amda l;
b. kemampuan melakuka n pelingkupan,
prakiraa n, dan eva luasi dampak serta
penga mbilan keputusan ; dan
c. kemampuan menyusun ren ca na
pengelolaa n dan peman tauan
lin gkunga n hi dup.
(3) S ertifikat kompetensi pen yusun a mdal
seba gaiman a dima ksud pa da aya t (1)
diterbitka n oleh lembaga sertif ika si
kompetensi penyusun amdal yan g
ditetapkan oleh Menteri sesua i dengan
ketentua n peratura n perun dang-
sertif
Penila ika
i Amda
unda ngan. si da nl ya
kriteria
ng dibentuk
kompetenolehsi
penyusun
Men teri, gubernur,
amda l dia atau
tur dengan
bupati/walikota
peraturan
Men(1)
sesuai teri. (4)kumen
dengan
Do Ketentuan
kewena
amdal lebih
ngan din lanjut
nya.
Pa
ilai mengenai
saolleh
29 Komisi(2) Komisi . . .
- 24 -

(2) Ko misi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi


dari Menteri, gubern ur, a tau
bupati/wa liko ta sesuai dengan
kewen angan nya.
(3) Persyarata n dan tata ca ra lisensi
seba gaiman a dima ksud pa da aya t (2)
dia tur den gan Peratura n Men teri.

Pa sa l 30
(1) Kean ggo taan Komisi Pen ilai Amdal
seba gaiman a dimaksud da lam Pasal 29
terdiri a tas wakil dari unsur:
a . instansi lin gkunga n hidup;
b. instansi teknis terka it;
c. pakar di bidang pen geta huan yan g

terkait den ga n jenis usaha dan /at au


kegia ta n ya ng seda ng dikaji;
d. pakar di bidang pen geta huan yan g
terkait dengan dampak yang timbul
dari suatu usaha dan/ata u kegia tan
yang sedang dika ji;
e. wakil dari masyaraka t yang berpotensi
terkena da mpa k; dan
f . orga nisasi lingkungan hidup.
(2) Da lam melaksana kan tuga sn ya, Komisi
Penila i Amda l diban tu oleh tim tekn is
ya ng terdiri a tas pakar in dependen yan g
melakuka n ka jian tekn is dan sekreta riat
ya ng diben
Berdasarkan tukpenila
hasil untuk ian
itu. Komisi Penila i
Amda sebagaimana
l, Men teri, dimaksud
gubernur, pada
a tau ayat (3)
(3) Pakar independen dan sekretariat
bupati/wa
ditetapkan
likotaoleh
menetapkan
Menteri, keputusan
gubernur, atau
kelayaka
bupati/walikota
n a tau ketida
sesuai
kl ayakan
dengan lingkungan
hidupkewenangannya.
sesuai dengan kewenan gannPaya.sa l 31 Pasal 32 . . .
- 25 -

Pasal 32
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah

membantu penyusunan amdal bagi usaha


dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah
yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup.
(2) Bantuan penyusunan amdal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi,
biaya, dan/atau penyusunan amdal.
(3) Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan
golongan ekonomi lemah diatur dengan
peraturan perundang-undangan.

Pa sa l 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 sampai
dengan Pasal 32 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Paragra f 6
UKL-UPL

Pa sa l 34

(1) S etia p usaha dan /at au kegiata n yan g


tida k terma suk da lam kriteria wa jib
a mda l sebagaiman a di maksud dala m
Pa sa l 23 ayat (1) wa jib memiliki UKL-
wa
UPL.ji b dilen gka pi UKL-UPL sebaga ima na
dimaksud dalam Pasa l 34 ayat (2) wa jib
menetapkan
membuat sura
(2)jenis
t pernya
usah ataan
Gubernur dan kesan
atau /a tau ggupan
bupati/walikota
kegiatan yan ng
pengelolaa da nwapeman
jib dilen
tauan
gkalingkungan
pi dengan
hUKL-UPL.
idup.
(1) Usah a da n/atau kegiatan Pa sa ya
l 35ng (2)
tidaPenetapan
k ...
- 26 -

(2) Penetapan jenis usaha dan /a tau kegi atan


seba gaiman a dima ksud pa da aya t (1)
dila kukan berdasarkan kriteria :
a . tida k termasuk dala m kategori
berdampa k penting sebaga ima na
dimaksud da lam Pasal 23 a yat (1);
da n
b. kegiata n usa ha mikro dan kecil.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL
dan surat pernyata an kesan ggupan
pengelolaa n da n peman tauan lingkungan
h idup diatur dengan peraturan Menteri.

Paragraf 7
Perizinan

Pasal 36

(1) S etia p usaha dan /at au kegiata n yan g


wa ji b memiliki a mdal ata u UKL-UPL
wa ji b memiliki izin lin gkunga n.
(2) Izin lin gkunga n seba ga imana dima ksud
pa da ayat (1) dit erbitka n berdasarkan
keputusa n kela yakan l in gkunga n hidup
seba gaiman a dimaksud da lam Pasal 31
a tau rekomen dasi UKL- UPL.

(3) Izin lin gkunga n seba ga imana dima ksud


pa da aya t (1) wa jib mencan tumkan
persyarata n yang dimuat dala m
sesuai dengan kewenangannya wajib
keputusa n kela yakan l in gkunga n hidup
menolak permohonan izin lingkungan
a tau rekomen dasi UKL- UPL.
gubernur,permohonan
apabila atau bupa ti/walikota
izin tidak dilengkapi
sesuai
(1)
(4) Menteri,
Izin
dengan
lingkungan
amdal
kewena
gubernur,
atau
ngann
diterbitka
UKL-UPL.
atauya.bupati/walikota
n oleh
Pasal Menteri,
37 (2) Izin . . .
- 27 -

(2) Izin lin gkunga n seba ga imana dima ksud


da lam Pasal 36 ayat (4) dapat diba talkan
a pabila:
a. persyaratan yan g dia jukan dala m
permohon an izin mengan dun g ca cat
hukum, kekeliruan , penya lahgunaa n,
serta ketidakbenaran dan /at au
pemalsuan data, dokumen, dan /at au
info rmasi;
b. pen erbitann ya tanpa memenuhi syarat
sebaga ima na tercantum dala m
keputusan komisi ten tang kela yakan
lingkun gan h idup atau rekomendasi
UKL-UPL; a tau
c. kewajiba n ya ng ditetapkan dala m
dokumen a mda l a tau UKL- UPL tida k
dilaksa na ka n o leh pen anggung ja wa b
usah a da n/a tau kegia tan.

Pa sa l 38
Sela in ketentua n sebagaima na dima ksud
da lam Pa sa l 37 a ya t (2), izin lingkungan
da pa t dibata lkan mela lui keputusan
pengadila n ta ta usa ha nega ra .

Pa sa l 39
(1) Men teri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai denga n kewena ngan nya wa jib
mengumumka n setia p permoh ona n dan
keputusa n izi n lingkungan.
pa Pengumuman
untuk
(2) da aya
memperoleh
t (1) dila kukan
izin ima
sebaga usaha
dennagan
dan/a
ca ra
di ma tau
ksudyan g
(1) kegiatan
muda
Izin lingkunga
h diketahui
. n oleh
merupakan
ma syaraka
Pa
persya
sat.l 40
ra tan (2) Dalam . . .
- 28 -

(2) Da lam h al izin lin gkungan dicabut, izin


usaha dan/ata u kegiata n dibata lka n.
(3) Da lam ha l usa ha da n/atau kegi atan
mengala mi perubaha n, pena nggun g
ja wa b usah a dan/ata u kegiatan wa jib
memperba rui izin lingkungan.

Pa sa l 41
Ketentuan lebih lanjut mengen ai izin

sebagaiman a dima ksud da lam Pasal 36


sampai dengan Pasal 40 diatur dala m
Peratura n Pemerintah .

Paragraf 8
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup

Pasal 42

(1) Dalam rangka melestarikan fungsi


lingkungan hidup, Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengembangkan
dan menerapkan instrumen ekonomi
lingkungan hidup.
(2) Instrumen ekonomi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. perencanaan pembangunan dan kegiatan
ekonomi;
b. pendanaan lingkungan hidup; dan
c. insentifekonomi
kegiatan dan/atau disinsentif.
sebagaimana dimaksud
(1) Instrumen
a.dalam
neraca
Pasal
sumber
perencanaan
42 ayat
daya(2)alam
pembangunan
huruf
dan
hidup;
a Pasal
meliputi:
lingkungan
43
dan
b. penyusunan . . .
- 29 -

b. penyusunan produk domestik bruto da n


produk domestik regional bruto yang
mencakup penyusutan sumber daya
alam dan kerusakan lingkungan hidup;
c. mekanisme kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup antardaerah; dan
d. internalisasi biaya lingkungan hidup.

(2) Instrumen pendanaan lingkungan hidup


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat
(2) huruf b meliputi:
a. dana jaminan pemulihan lingkungan
hidup;
b. dana penanggulangan pencemaran
dan/atau kerusakan dan pemulihan
lingkungan hidup; dan
c. dana amanah/bantuan untuk
konservasi.

(3) Insentif dan/atau disinsentif sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf c
antara lain diterapkan dalam bentuk:
a. pengadaan barang dan jasa yang ramah
lingkungan hidup;
b. penerapan pajak, retribusi, dan subsidi
lingkungan hidup;
c. pengembangan sistem lembaga keuangan
dan pasar modal ya ng ramah lingkungan
hidup;
d. pengembangan sistem perdagangan izin
pembuangandan
perlindungan limbah dan/atau lingkungan
pengelolaan emisi;
e. pengembangan
h.
hidup.
f.sistem
g. pengembangan
pengembangan
penghargaan
sistemasuransi
sistem
pembayaran
kinerja
hidup;
lingkungan
label
lingkungan
di bidang
ramah
jasa
hidup;
(4) Ketentuan
dan ...
- 30 -

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai instrumen


ekonomi lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 43 ayat
(1) sampai dengan ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Paragraf 9
Peraturan Perundang-undangan Berbasis Lingkungan Hidup

Pasal 44

Setiap penyusunan peraturan perundang-


undangan pada tingkat nasional dan daerah
wajib memperhatikan perlindungan fungsi
lingkungan hidup dan prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
ini.

Paragraf 10
Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup

Pasal 45
(1) Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia serta pemerintah daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib
mengalokasikan anggaran yang memadai
untuk membiayai:
a. kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup; dan
b. program pembangunan yang berwawasan
dana alokasi khusus lingkunganlingkungan hidup.
hidup yang
memadai
(2) Pemerintah untuk
wajib diberikan kepada
mengalokasikan daerah
anggaran
yang memiliki kinerja perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Pasal 46 . . .
- 31 -

Pasal 46
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45, dalam rangka pemulihan kondisi
lingkungan hidup yang kualitasnya telah
mengalami pencemaran dan/atau kerusakan
pada saat undang-undang ini ditetapkan,
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengalokasikan anggaran untuk pemulihan
lingkungan hidup.

Paragraf 11
Analisis Risiko Lingkungan Hidup

Pasal 47
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup, ancaman
terhadap ekosistem dan kehidupan,
dan/atau kesehatan dan keselamatan
manusia wajib melakukan analisis risiko
lingkungan hidup.

(2) Analisis risiko lingkungan hidup


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pengkajian risiko;
b. pengelolaan risiko; dan/atau
c. komunikasi risiko.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis


risiko lingkungan hidup diatur dalam
Peraturan
PemerintahPemerintah.
mendorong penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan
audit lingkungan hidup dalam rangka
meningkatkan kinerja Audit Paragraf
lingkungan
Lingkungan
Pasal 12Hidup
hidup.
48 Pasal 49 . . .
- 32 -

Pasal 49
(1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup
kepada:
a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yang
berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup;
dan/atau
b. penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang menunjukkan
ketidaktaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
wajib melaksanakan audit lingkungan hidup.
(3) Pelaksanaan audit lingkungan hidup
terhadap kegiatan tertentu yang berisiko
tinggi dilakukan secara berkala.

Pasal 50
(1) Apabila penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat
(1), Menteri dapat melaksanakan atau
menugasi pihak ketiga yang independen
untuk melaksanakan audit lingkungan hidup
atas beban biaya penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

(2) Menteri mengumumkan hasil audit


lingkungan hidup.

Pasal 51
(1) ksud
dima Auditdalam
dimaksud palingkungan
da Pasal hidup
a yat (1)
48 dan sebagaimana
wajibPasal
memiliki
49
dilaksanakan
sertifikat kompetensi
oleh auditor
auditor
lingkungan
lingkungan
(2)
hidup.
Auditor lingkungan hidup sebaga ima na (3) Kriteria . . .
- 33 -

(3) Kriteria untuk memperoleh sertifikat


kompetensi audi tor lin gkunga n hidup
seba ga ima na dima ksud pada ayat (2)
meliputi kemampuan:
a. mema hami prinsip, metodologi, dan
tata laksana audit lingkungan hidup;
b. melakuka n a udit lingkungan hidup
yan g meliputi tah apan peren ca naa n,
pelaksa naa n, pengambilan
kesimpula n, da n pelaporan; dan
c. merumuskan rekomenda si la ngkah
perbaika n sebaga i tin dak lanjut audit
lingkungan hidup.
(4) Sert if ikat kompetensi auditor lingkungan
hidup sebagaiman a dimaksud pada ayat
(2) diterbitkan ol eh lembaga sertif ika si
kompetensi audito r lin gkungan hidup
sesua i dengan ketentuan pera turan
perundang- unda ngan .

Pa sa l 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai audit
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan
Peraturan Menteri.

Bagia n Ketiga
Pena nggula ngan

Pasal 53
kerusakanperusakan
dan/atau lingkungan lingkungan
hidup sebagaimana
hidup wajib
(1) Setiap orang
melakukan
dimaksud
pencemaran
padayang melakukan
penanggulangan
ayat
dan/atau pencemaran
(1) dilakukan
kerusakan
pencemaran
dengan:
(2)
dan/atau
a. Penanggulangan
pemberian
lingkungan
kerusakan
informasi
hidup
lingkungan
pencemaran
kepada
peringatan
masyarakat;
hidup.
dan/atau
b. pengisolasian . . .
- 34 -

b. pengisolasian pencemaran dan/atau


kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penanggulangan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat
Pemulihan

Pasal 54
(1) Setiap orang yan g melakuka n pen cemaran
dan/ata u perusaka n lingkungan hidup
wajib melakuka n pemuliha n fungsi
lingkun gan hidup.
(2) Pemulihan fun gsi lin gkungan hidup
sebaga ima na dima ksud pada ayat (1)
dilakuka n dengan taha pan:
a. penghentian sumber pencemaran dan
pembersihan unsur pencemar;
b. remedia si;
c. reh abilitasi;
pemulihan
d. restorasi; fun
dangsi lin gkungan hidup
/a tau
sebaga
perkembangan
e. cara ima
lainnayang
dimasesuai
ilmu
ksud pengetahuan
pada ayat (2)dan
dengan
(3) Ketentuan
diaturteknologi.
da lam
lebih
Peralanjut
turan mengena
Pemerinta
i h.
tata cara Pasal 55 . . .
- 35 -

Pasal 55
(1) Pemegang izin lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) wajib
menyediakan dana penjaminan untuk
pemulihan fungsi lingkungan hidup.
(2) Dana penjaminan disimpan di bank
pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya dapat
menetapkan pihak ketiga untuk melakukan
pemulihan fungsi lingkungan hidup dengan
menggunakan dana penjaminan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana
penjaminan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Pasal 56
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
sampai dengan Pasal 55 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

BAB VI
PEMELIHARAAN

melalui upaya:
a. konservasi sumber daya alam;Pasal 57
(1) Pemeliharaan
b. pencadangan
lingkungan
sumber
c. pelestarian
hidup
daya dan/atau
alam;
dilakukan
fungsi atmosfer.
(2) Konservasi . . .
- 36 -

(2) Konservasi sumber daya alam sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
kegiatan:
a. perlindungan sumber daya alam;
b. pengawetan sumber daya alam; dan
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya

alam.
(3) Pencadangan sumber daya alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat dikelola dalam jangka waktu tertentu.
(4) Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim;
b. upaya perlindungan lapisan ozon; dan
c. upaya perlindungan terhadap hujan
asam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai konservasi
dan pencadangan sumber daya alam serta
pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

BAB VII
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
SERTA LIMBAH BAHAN
wilayahBERBAHAYA DAN
Negara Kesatuan BERACUN
Republik Indonesia,
menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, memanfaatkan, Bagian Kesatu
membuang,
mengolah, Bahan
Pengelolaan dan/atau menimbun
Berbahaya dan B3 wajib
Beracun
(1) Setiap
melakukan
orang
pengelolaan
yang memasukkan
B3. Pasal
ke dalam
58 (2) Ketentuan . . .
- 37 -

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan


B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Pasal 59
(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3
wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkannya.
(2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa,
pengelolaannya mengikuti ketentuan
pengelolaan limbah B3.
(3) Dalam hal setiap orang tidak mampu
melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak
lain.
(4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin
dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
wajib mencantumkan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan
kewajiban yang harus dipatuhi pengelola
limbah B3 dalam izin.

(6) Keputusan pemberian izin wajib


diumumkan.
limbah B3
(7) Ketentuan diatur
lebih dalam
lanjut Peraturan
mengenai pengelolaan
Pemerintah. Bagian Ketiga . . .
- 38 -

Bagian Ketiga
Dumping

Pa sa l 60
S etia p oran g dilaran g mela kukan dumpin g
limbah dan /a tau bah an ke media lingkungan
h idup ta npa izin .

Pa sa l 61
(1) Dumping sebagaimana dimaksud dala m
Pasal 60 h anya dapa t dilakukan dengan
izin da ri Ment eri, gubern ur, a tau
bupa ti/walikota sesuai dengan
kewena ngann ya.
(2) Dumping sebaga ima na dimaksud pada
aya t ( 1) h anya da pat dilakuka n di loka si
yan g tela h ditentuka n.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengena i tata cara
dan persya ra tan dumping limba h a tau
baha n dia tur da lam Pera turan
Pemerin tah.

BAB VIII
SISTEM IN FORMASI

mengembangkan sistem informasi Pasal 62


lingkungan hidup untuk
(1) Pemerintah dan mendukung
pemerintah daerah
pelaksanaansecara
dilakukan dan pengembangan
terpadu dan terkoordinasi
kebijakan
perlindungan
dan wajib dipublikasikan
dan pengelolaan
kepada
lingkungan
hidup.(2) Sistem informasi lingkungan hidup
masyarakat. (3) Sistem . . .
- 39 -

(3) Sistem informasi lingkungan hidup paling


sedikit memuat informasi mengenai status
lingkungan hidup, peta rawan lingkungan
hidup, dan informasi lingkungan hidup lain.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem
informasi lingkungan hidup diatur dengan
Peraturan Menteri.

BAB IX
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 63
(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, Pemerintah bertugas dan
berwenang:
a. menetapkan kebijakan nasional;
b. menetapkan n orma , sta ndar, prosedur,

dan kriteria;
c. menetapkan da n melaksan akan
kebija kan mengenai RPPLH na sio nal;
d. menetapkan dan melaksanakan
kebija kan mengenai KLHS ;
e. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
f. menyelenggarakan inventarisasi sumber
daya alam nasional dan emisi gas rumah
kebijakan
kaca; mengenai sumber daya alam
hayati dan nonhayati, keanekaragaman
g. mengemban gka ndaya
hayati, sumber stan da r kerja da
genetik, sa ma
n ;
h. mengoordinasikan
pengen dalian
keamanan hayati da
penceman melaksan
produkrarekayasa akan
n dan/ata u
kerusa kan
genetik; i. menetapkan
lingkun ga n hdan
idup;
melaksanakan
j. menetapkan . . .
- 40 -

j. menetapkan dan melaksanakan


kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan
perlindungan lapisan ozon;
k. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai B3, limbah, serta
limbah B3;
l. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai perlindungan
lingkungan laut;
m. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup
lintas batas negara;
n. melakuka n pembin aan dan
pengawasan terhada p pelaksana an
kebija kan nasiona l, pera turan daera h,
dan peraturan kepala daera h;
o. melakuka n pembin aan dan
pengawasan ketaa tan pena nggun g
jawa b usaha dan/atau kegia tan
terh adap ketentuan perizin an
lingkungan dan pera turan perun dang-
undanga n;
p. mengemban gka n dan menerapkan
instrumen lingkungan hidup;
q. mengoordinasikan dan memfa silita si
kerja sa ma dan pen yelesa ian
perseli sih an antakebera
cara pengakuan rda erah serta
da an
penyelesaian sen gketa;
masyarakat hukum ada t, keari fan
lokal, da n ha gka
r. mengemban k masyaraka t h ukum
n dan melaksan akan
s. menetapkan
kebija
ada t yakan
ngstandar
pengelolaa
terkaitpelayanan
dengan
n pengaduan
minimal;
perlindungan
t. menetapkan
masyarakat;
dan pen gelola
kebijan
akan
lingkunga
men genn ai
h idup;
tata u. mengelola . . .
- 41 -

u. men gelola info rmasi lin gkungan hidup


na sion al;
v. mengoordin asikan , mengemba ngka n,
dan menyosia lisa sikan pema nf aat an
teknolo gi rama h li ngkungan h idup;
w. memberikan pendidikan, pelatihan,
pembinaan, dan penghargaan;
x. mengembangkan sarana dan standar
laboratorium lingkungan hidup;
y. menerbit ka n izin lin gkunga n;
z. menetapka n wila yah ekoregi on; dan
aa .melakukan pen egakan hukum

lin gkun gan hidup.


(2) Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pemerintah provinsi
bertugas dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
b. men eta pka n dan melaksan akan KLHS

tingkat provinsi;
c. men eta pka n dan mela ksan akan
kebija kan mengenai RPPLH provin si;
d. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber
daya alam dan emisi gas rumah kaca
pada tingkat provinsi;
f. men gembangkan da n melaksan akan
pen gawasan terha da p pela ksan aan
kerja sa ma dan kemitraan ;
pen genkan,
kebija da lian
peraturan
pencemadaera
ra nh,dan
dan/a tau
g. pera
men
kerusagoordin
turan
kan kepa asika
la da erahhidup lin ta akan
n
lin gkungandan melaksan s
kabupa ten /kotah.; mela kukan pembini.aan melakukan
dan ...
- 42 -

i. melakukan pembinaan dan pengawasan


ketaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan terhadap ketentuan
perizinan lingkungan dan peraturan
perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;

j. mengemban gka n da n menerapkan


in strumen lin gkunga n hidup;
k. mengoordinasikan da n memfa silita si
kerj a sama dan pen yelesa ian
perselisih an
a ntarkabupaten /a ntarkota serta
penyelesaia n sen gketa;
l. melakukan pembinaan, bantuan teknis,
dan pengawasan kepada
ka bupaten/kota di bidang program dan
kegiatan;
m. melaksanakan standar pelayanan
minimal;
n. menetapkan kebija ka n mengenai tata
cara pen gakua n kebera da an
masyarakat hukum adat, kea rif an
loka l, da n hak ma sya ra kat h ukum
a dat yang terkait dengan
perl indun ga n dan pen gelola an
lin gkungan hidup pa da tingkat
provinsi;

o. mengelo la in forma si lingkungan hidup


tin gka t pro vin si;
p. mengemban gkan dan
menyosia lisasikan pema
l ingkungan hidup pada tingka t nfa at an
tekn
provin ologi
si.s. ramelakukan
q. r.memberikan ma
menerbitkan hpendidikan,
lingkunga
pembinaan, npelatihan,
izinpenegaka
dan
tilin
ngkat
gkunhidup;
penghargaan;
pro
ngan
h vin
ukum
pada
si; (3)
da nDalam . . .
- 43 -

(3) Dalam perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup, pemerintah
kabupaten/kota bertugas dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan tingkat
kabupaten/kota;
b. men eta pka n dan melaksan akan KLHS
tingkat ka bupaten/kota;
c. men eta pka n dan mela ksan akan
kebija kan mengen ai RPPLH
kabupa ten /kota ;
d. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber
daya alam dan emisi gas rumah kaca
pada tingkat kabupaten/kota;
f. men gembangkan da n melaksan akan
kerja sa ma dan kemitraan ;
g. men gembangkan dan menerapkan
instrumen lingkungan hidup;
h. memfa silita si penyelesaia n sengketa ;
i. mela kukan pembina an dan
pen gawasan ketaa tan pena nggun g
jawab usaha dan/atau kegia tan
terh adap ketentuan periz in an
lingkungan da n peraturan perundang-
undanga n;
tata caj. ramela
penga kuan kebera
ksa nakan standardapelayan
an an
masyarakat h ukum adat,minimal; keari fan
lokal, da n ha k masyaraka t h ukum
k. ya
adat melang ksa nakan
terkait kebijakan
dengan mengena i
perlindungan
dan pengelolaa
kebijakan sistemn informasi
lin gkungan lingkungan
hidup
l. hidup
m. pada
men
mengembangkan
gelola
tingkat
tingkat kabupaten/kota
info
kabupaten/kota;
rmasi
dan tingkat
lin
melaksanakan
gkungan
; kan.bupaten/kota;
memberikan
hidup ...
- 44 -

n. memberikan pendidikan, pelatihan,


pembinaan, dan penghargaan;
o. menerbit ka n iz in lin gkun gan pada
tin gka t ka bupa ten/kota; dan
p. melakukan penegaka n hukum
lin gkun gan h idup pada t ingka t
kabupaten /kota .

Pasal 64
Tugas dan wewenang Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) dilaksanakan
dan/atau dikoordinasikan oleh Menteri.

BAB X
HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN

Bagian Kesatu
Hak

Pasal 65
(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak
asasi manusia.
(2) Setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses
dan/atau
keadilan keberatan terhadaphak
dalam memenuhi rencana
atas
usaha
perlindungan
dan/ataudan
kegiatan
pengelolaan
yang lingkungan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
diperkira
hidup sesuai
kan dengan
dapat men
peraturan
imbulka n dampak
(3) adap
(4) Setiap
terh Setiap orang
berhakberhak
perundang-undangan.
orang
lingkungan hidup.mengajukan
untuk usul
berperan dalam (5) Setiap . . .
- 45 -

(5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan


akibat dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengaduan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 66
Setiap orang yang memperjuangkan hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak
dapat dituntut secara pidana maupun digugat
secara perdata.
Bagian Kedua
Kewa jiban

Pa sa l 67
Setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.

Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup secara benar, akurat, terbuka, dan
tepat waktu; hidup dan/atau kriteria baku
lingkungan
b. menjaga
c.
kerusakan
menaati
keberlanjutan
lingkungan
ketentuan hidup.
tentang
fungsi
hidup;lingkungan
baku
dan mutu Bagian Ketiga . . .
- 46 -

Bagian Ketiga
Larangan

Pasal 69
(1) Setiap orang dilarang:
a. melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut
peraturan perundang-undangan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari
luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ke media lingkungan hidup
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan
hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media
lingkungan hidup;
g. melepaskan produk reka yasa genetik
ke media li ngkunga n hidup yan g
bertentan gan denga n pera turan
perundan g- un da ngan a tau izin
lingkungan;

h. menyesatkan, menghilangkan
melakukan pembukaan lahan informasi,
dengan
sertifikat informasi,
merusak kompetensiatau
penyusun
memberikan
cara amdal;
membakar;
dan/atau
keterangan
i. menyusun
yang
j. memberikan
tidakamdal
benar.tanpa
informasi
memiliki
(2)
palsu,
Ketentuan . . .
- 47 -

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf h memperhatikan dengan sungguh-
sungguh kearifan lokal di daerah masing-
masing.

BAB XI
PERAN MASYARAKAT

Pasal 70
(1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan
yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan aktif dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
(2) Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul,
keberatan, pengaduan; dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau
laporan.
(3) Peran masyarakat dilakukan untuk:
a. meningkatkan kepedulian dalam
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
b. meningkatkan kemandirian,
keberdayaan masyarakat, dan
kemitraan;
c. menumbuhkembangkan kemampuan
dan kepeloporan masyarakat;
ketanggapsegeraan
dan kearifan lokal d.masyarakat
dalam rangka untuk
menumbuhkembangkan
e. mengembangkan
melakukan fungsi
pelestarian pengawasan
dan
lingkungan
menjaga
sosial;hidup.
dan
budaya BAB XII . . .
- 48 -

BAB XII
PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRATIF

Bagian Kesatu
Pengawasan

Pasal 71
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
atas ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.

(2) Menteri, gubernur, a tau bupa ti/wali kota


dapat mendelegasikan kewenan ga nnya
dalam melakuka n pengawasan kepada
peja bat/in sta nsi tekn is yang berta nggung
jawab di bidan g perlindun ga n dan
pen gelola an lingkun ga n h idup.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota menetapkan
pejabat pengawas lingkungan hidup yang
merupakan pejabat fungsional.

Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap


Pasal 72
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
Menteri, yang
kegiatan gubernur,
izin lingkungannya
atau bupati/walikota
diterbitkan
sesuai
oleh
dengan kewenangannya
pemerintah daerah jika Pemerintah
wajib melakukan
menganggap
pengawasan
terjadi pelanggaran
ketaatanyang
penanggung
serius di jawab
bidangusaha
dan/atau kegiatan
perlindungan dan pengelolaan
terhadap izinlingkungan
lingkungan.
Pasalhidup.
73 PASAL 74 . . .
- 49 -

Pasal 74
(1) Pejabat pengawas lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat
(3) berwenang:
a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau

membuat catatan yang diperlukan;


d. memasuki tempat tertentu;
e. memotret;
f. membuat rekaman audio visual;
g. mengambil sampel;
h. memeriksa peralatan;
i. memeriksa instalasi dan/atau alat

transportasi; dan/atau
j. menghentikan pelanggaran tertentu.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat


pengawas lingkungan hidup dapat
melakukan koordinasi dengan pejabat
penyidik pegawai negeri sipil.
(3) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
dilarang menghalangi pelaksanaan tugas
pejabat pengawas lingkungan hidup.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengangkatan pejabat pengawas lingkungan
hidup dan tata cara pelaksanaan pengawasan
Pasal 75
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3),
Pasal 73, dan Pasal 74 diatur dalam Peraturan
Pemerintah. Bagian Kedua . . .
- 50 -

Bagian Kedua
Sanksi Administratif

Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.

Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administratif
terhadap penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah
daerah secara sengaja tidak menerapkan sanksi
administratif terhadap pelanggaran yang serius di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.

Pa sa l 78
Pengenaa n san ksi a dmini stratif berupa
pembekua n a tau pensebagaimana
Sanksi administratif ca butan izin lingkungan
dimaksud
seba gaiman a dima ksud dalam Pasal 76 ayat
dalam Pasal 76 tidak membebaskan penanggung
(2) h uruf c da n huruf d dila kukan apabila
jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung
penanggung jawab
jawab pemulihan danusaha dan/atau kegiatan
pidana.
tidak melaksanakan paksaan pemerintah.Pa sa l 79 Pasal 80 . . .
- 51 -

Pa sa l 80
(1) Paksaan pemerinta h sebaga ima na
dima ksud da lam Pasal 76 ayat (2) h uruf b
berupa :
a. pen ghentian sementa ra kegiata n
pro duksi;
b. peminda han sa rana produksi;
c. pen utupan saluran pembuan gan a ir
limbah a tau emisi;
d. pembongkara n;
e. pen yitaan terhadap barang ata u ala t
yang berpoten si menimbulkan
pela nggaran ;
f. penghentian sementara seluruh
kegiatan; atau
g. tindaka n lain yan g bertujua n untuk
men ghen tikan pelan gga ra n da n
tindaka n memulihkan fungsi
lingkungan hidup.
(2) Pen gena an pa ksa an pemerinta h dapat
dijatuhkan ta npa dida hului teguran
apabila pela nggaran yang dila kukan
meni mbulka n:
a. an ca ma n yang sanga t serius ba gi
manusia dan lingkungan hidup;
b. dampak yang lebih besar da n lebih
luas jika tidak segera dihentikan
S etia p pena nggun g jawab usah a dan/ata u
pen cemaran dan/atau perusakan nya;
kegiatan ya ng tidak melaksana ka n paksa an
dan/ata u
pemerintahlingkungan
da pa t diken
hidup
ai jika
dendatidak
a tassegera
setia p
keterla mbata
dihentikan
n pelaksana
c.pencema
an saranksi
kerugian n dan
yan gpaksa
/a tauanbesa r ba gi
lebih
pemerintahperusa
. kann ya . Pasal 81 Pasal 82 . . .
- 52 -

Pa sa l 82
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
berwenang un tuk memaksa pena nggung
jawab usa ha da n/atau kegia tan untuk
mela kukan pemuliha n lingkun gan hidup
akibat pencema ra n da n/atau perusakan
lingkun gan hidup ya ng dilakukannya .
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
berwenang atau dapat menunjuk pihak
ketiga untuk melakuka n pemulih an
lingkun gan hidup akibat pen cemaran
dan/ata u perusaka n lingkungan hidup
yang dila kukan nya a tas beban biaya
pen anggung jawab usa ha dan /ata u
kegia tan.

Pasal 83
Ketentuan lebih lan jut men gen ai sa nksi
a dmin istratif diatur da lam Pera turan
Pemerintah .

BAB XIII
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN

Bagian Kesatu
Umum

ditempuh apabila upaya penyelesaian


Pasal 84
sengketa di luar pengadilan yang dipilih
(1) dinyatakan
dapat
hidup ditempuh
dilakukan
Penyelesaiantidak melalui
secara
berhasil
sengketa suka
pengadilan
olehrela
lingkungansalah
oleh
ata
satu
hidup upara
di
(2)
(3) Pilihan
luar
pihak
atau
Gugatan
pengadilan.
para
yang
penyelesaian
pihak
melalui
bersengketa.
yangpengadilan
bersengketa.
sengketa hanya
lingkungan
dapatBagian Kedua . . .
- 53 -

Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan

Pasal 85
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di
luar pengadilan dilakukan untuk mencapai
kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran

dan/atau perusakan;
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak
akan terulangnya pencemaran dan/atau
perusakan; dan/atau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya
dampak negatif terhadap lingkungan
hidup.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak
berlaku terhadap tindak pidana lingkungan
hidup sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
(3) Dalam penyelesaian sengketa lingkungan
hidup di luar pengadilan dapat digunakan
jasa mediator dan/atau arbiter untuk
membantu menyelesaikan sengketa
lingkungan hidup.

memfasilitasi pembentukan lembaga


Pasal 86
penyedia jasa penyelesaian sengketa
(1)lingkungan
Masyarakathidup
dapatyang
membentuk lembaga
bersifat bebas dan
(2) Pemerintah
tidak berpihak.
dan pemerintah daerah dapat (3) Ketentuan . . .
- 54 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga


penyedia jasa penyelesaian sengketa
lingkungan hidup diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Pengadilan

Paragraf 1
Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan

Pasal 87
(1) Setiap penan ggung ja wa b usah a dan /a tau
kegia tan yang melakukan perbua tan
mela nggar hukum berupa pen cemaran
dan/ata u perusaka n lingkungan hidup
yang menimbulka n kerugian pa da oran g
lain ata u lingkun ga n hidup wa jib
membayar ganti rugi da n/ata u melakukan
tindaka n tertentu.

(2) Setiap orang ya ng mela kukan


peminda htan ga na n, pengubaha n sifa t dan
ben tuk usaha , dan /a tau kegia tan da ri
suatu ba da n usah a yan g melan gga r
hukum tidak melepaska n tan ggung ja wa b
hukum dan /a tau kewajiba n bada n usa ha
tersebut.

(3) Pen gadilan dapat menetapkan


pembaya ran ua ng pa ksa terh adap setia p
ha ri keterlambata
berdasarkan n ataperun
peraturan s pelaksana
dang- an
putusa n (4)
un danga pengadila
n. Besa rnn.ya ua ng paksa diputuskanParagraf 2 . . .
- 55 -

Paragraf 2
Tanggung Jawab Mutlak

Pasal 88
Setiap orang yang tindakannya, usahanya,
dan/atau kegiatannya menggunakan B3,
menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab
mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu
pembuktian unsur kesalahan.

Paragraf 3
Tenggat Kedaluwarsa untuk Pengajuan Gugatan
Pasal 89

(1) Tenggat kedaluwarsa untuk mengajukan


gugatan ke pengadilan mengikuti tenggang
waktu sebagaimana diatur dalam ketentuan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
dihitung sejak diketahui adanya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
(2) Ketentuan mengenai tenggat kedaluwarsa
tidak berlaku terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan
yang menggunakan dan/atau
berta nggun g ja wa b dimengelola
bidang B3
serta menghasilkan
lingkun dan/atauang
gan h idup berwen mengelola
mengajukan
limbah
guga tanB3.
ganti rugi dan tinda kan tertentu
terh adap usa ha dan/atau kegiatan yan g
menyebabkan pencemaran dan /a tau 4
Paragraf
kerusa ka n lin gkunga n hidup yang
Hak Gugatmenga
Pemerintah dan Pemerintah
kiba tkan Daerah
kerugian lingkungan
(1) Insta
hidup.
nsi pemeri ntah dan pemerintah
Pasal daerah
90 (2) Ketentuan . . .
- 56 -

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian


lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Paragraf 5
Hak Gugat Masyarakat

Pa sa l 91
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan
perwakilan kelompok untuk kepentingan
dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan
masyarakat apabila mengalami kerugian
akibat pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat
kesamaan fakta atau peristiwa, dasar
hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil
kelompok dan anggota kelompoknya.
(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat
dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 6
Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup

Pasal 92
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
(1) Dalam
hidup,rangka
tuntutan untukpelaksanaan
organisasi
melakukan
lingkungan tanggung
tindakan jawab
hidup tertentu
berhak
tanpa adanyagugatan
mengajukan tuntutanapabila
untuk
ganti kepentingan
rugi,
memenuhi
kecuali
(2) persyaratan:
pelestarian
biaya
Hak atau
(3)
mengajukan
Organisasi
pengeluaran
fungsi lingkungan
gugatan
lingkungan
riil. terbatas
hidup.
hiduppada
dapat
a. berbentuk . . .
- 57 -

a. berbentuk badan hukum;


b. menegaskan di dalam anggaran
dasarnya bahwa organisasi tersebut
didirikan untuk kepentingan pelestarian
fungsi lingkungan hidup; dan
c. telah melaksanakan kegiatan nyata
sesuai dengan anggaran dasarnya paling
singkat 2 (dua) tahun.

Paragraf 7
Gugatan Administratif

Pasal 93
(1) Setiap oran g da pat men ga juka n gugatan
terh adap keputusa n ta ta usaha n egara
apabila :
a. badan atau pejabat tata usaha negara
menerbitkan izin lingkungan kepada
usaha dan/atau kegiatan yang wajib
amdal tetapi tidak dilengkapi dengan
dokumen amdal;
b. badan atau pejabat tata usaha negara
menerbitkan izin lingkungan kepada
kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi
tidak dilengkapi dengan dokumen UKL-
UPL; dan /at au
c. badan atau peja bat tata usa ha n ega ra
keputusan
yang mentata erbitkan
usa ha negara
izin usamenga
ha dancu/a tau
padakegia
Hukum tan Acara
yan g Peradila
tidak dilen
n Ta
gkatapiUsaha
dengan
Negara.
(2) izin
Tata lingkun
cara pengajuan
gan. gugatan terha dap BAB XIV . . .
- 58 -

BAB XIV
PENYIDIKAN DAN PEMBUKTIAN

Bagian Kesatu
Penyidikan

Pasal 94
(1) Selain penyidik pejabat polisi Negara
Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup diberi
wewenang sebagai penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Hukum Acara Pidana untuk
melakukan penyidikan tindak pidana
lingkungan hidup.

(2) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil


berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran
laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
b. melakukan pemeriksaan terhadap setiap
orang yang diduga melakukan tindak
pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
dari setiap orang
pembukuan, catatan,
berkenaan
dan dokumen
denganlain
c.berkenaan
meminta tindak
peristiwa keterangan
denganpidana dan
tindak bahan
dipidana bukti
bidangdi
perlindungan
bidang perlindungan
dan pengelolaan
dan pengelolaan
lingkungan hidup;
d. melakukan pemeriksaane. atasmelakukan . . .
- 59 -

e. melakukan pemeriksaan di tempat


tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti, pembukuan, catatan, dan
dokumen lain;
f. melakukan penyitaan terhadap bahan
dan barang hasil pelanggaran yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak
pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
g. meminta bantuan ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
h. menghentikan penyidikan;
i. memasuki tempat tertentu, memotret,
dan/atau membuat rekaman audio
visual;
j. melakukan penggeledahan terhadap
badan, pakaian, ruangan, dan/atau
tempat lain yang diduga merupakan
tempat dilakukannya tindak pidana;
dan/atau
k. menangkap dan menahan pelaku tindak
pidana.
(3) Dalam melakukan penangkapan dan
penahanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf k, penyidik pejabat pegawai
negeri sipil berkoordinasi
sipil melakukan penyidikan,dengan penyidik
penyidik pejabat
pejabat polisi Negara Republik Indonesia.
pegawai negeri sipil memberitahukan kepada
penyidik
memberitahukan
(4) Dalam hal pejabat dimulainya
polisi
penyidik Negara
pejabat penyidikan
Republik
pegawai negeri
Indonesia
kepada penuntut
dan penyidik
umum pejabat
dengan polisi
tembusan
Negara
Republikpenyidik
kepada Indonesia
pejabat
memberikan
polisi Negara
bantuan
guna
Republik
(5)kelancaran
Penyidik
Indonesia.
penyidikan.
pejabat pegawai negeri sipil (6) Hasil . . .
- 60 -

(6) Hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh


penyidik pegawai negeri sipil disampaikan
kepada penuntut umum.

Pasal 95
(1) Dalam rangka penegakan hukum terhadap
pelaku tindak pidana lingkungan hidup,
dapat dilakukan penegakan hukum terpadu
antara penyidik pegawai negeri sipil,
kepolisian, dan kejaksaan di bawah
koordinasi Menteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan penegakan hukum terpadu
diatur dengan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Kedua
Pembuktian

Pasal 96
Alat bukti yan g sah da lam tuntutan tinda k
pidan a lin gkunga n hidup terdiri ata s:
a . ketera ngan saksi;
b. ketera ngan ah li;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keteranga n terda kwa ; dan /a tau
f . alat bukti lain, terma suk a lat bukti ya ng

Pasal 97
Tindakdiatur
pidanadalam
dalam
peraturan
undang-undang
perundaninig-
merupakan
un da kejahatan.
ngan. KETENTUAN
BAB XV PIDANA Pasal 98 . . .
- 61 -

Pasal 98
(1) Setiap oran g yang denga n sengaja
mela kukan perbuata n yang
menga kiba tkan dilampa uin ya ba ku mutu
uda ra ambien , baku mutu air, baku mutu
air laut, a tau kriteria ba ku kerusakan
lingkun gan hidup, dipidana dengan
pidana pen jara pa lin g singkat 3 (tiga)
tahun dan palin g lama 10 (sepuluh ) tahun
dan den da palin g sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupia h) dan
palin g banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).

(2) Apa bila perbua tan seba gaimana di ma ksud


pada ayat (1) men gakibatkan orang luka
dan/ata u ba haya kesehata n man usia,
dipida na den ga n pida na penja ra palin g
singkat 4 (empa t) tah un dan pa ling lama 12
(dua belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp4.000.000.000,00 (empat milia r rupia h)
dan palin g banyak Rp12.000.000.000,00
(dua belas milia r rupia h).

(3) Apa bila perbua tan seba gaimana di ma ksud


pada ayat (1) men gakibatkan orang luka
berat a ta u mati, dipidana denga n pida na
pen jara pa ling singka t 5 (lima ) tahun dan
palin
mengag kiba
la ma 15 dilampa
tkan (lima belauin s)
ya tahun
ba ku dan
mutu
denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00
uda ra ambien , baku mutu air, baku mutu
(lima miliar
air laut, a taurupiah)
kriteriadan paling
ba ku banyak
kerusakan
Rp15.000.000.000,00 (lima
lingkun gan hidup, dipidana dengan belas miliar
rupiah
pidana ). pen jara paling singkat 1 (satu)
tahun dan palin g la ma 3 (tiga) tahun da n
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
Pasal 99
(satu miliar rupiah) dan paling banyak
(1) Setiap ora ng yan
Rp3.000.000.000,00 (tigag miliar
karenarupia
kel alaia
h). nnya(2) Apabila . . .
- 62 -

(2) Apa bila perbua tan seba gaimana di ma ksud


pada ayat (1) men gakibatkan orang luka
dan/ata u ba haya kesehata n man usia,
dipida na den ga n pida na penja ra palin g
singkat 2 (dua) ta hun dan paling lama 6
(ena m) ta hun dan denda paling sedikit
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupia h)
dan paling banyak Rp6.000.000.000,00
(ena m miliar rupiah).

(3) Apa bila perbua tan seba gaimana di ma ksud


pada ayat (1) men gakibatkan orang luka
berat a ta u mati, dipidana denga n pida na
pen jara pa ling singkat 3 (tiga ) tah un dan
palin g lama 9 (sembilan) tahun dan denda
palin g sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah) dan paling banyak
Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar
rupiah ).
Pa sa l 100
(1) Setiap oran g ya ng mela nggar baku mutu

air limbah, ba ku mutu emisi, a tau baku


mutu gangguan dipidan a, dengan pida na
pen jara palin g lama 3 (tiga ) ta hun dan
denda paling banyak Rp3.000.000.000,00
S etia (tiga
p o ra ng ya
miliar ng melepaska n dan /a tau
rupiah).
mengeda rka n pro duk rekaya sa genetik ke
media(2) Tindak
lingkun ganpida na sebagaima
h idup na dingan
yang bertenta ma ksud
pada ayat (1) h anya dapat diken
dengan pera turan perundan g-un da ngan a tau akan
apabila
iz in lin gkungasanksi administratif
n sebagaima na dimaya ng
ksudtelah
dala m
Pa sa ldijatuhkan
69 a yat (1)tidakhuruf
dipatuhi a tau
g, dipidana dengan
pidan pela nggaran
a penja ra palin dilakukan lebih
g singkat da ri tahun
1 (satu) sa tu
kali. g la ma 3 (tiga) tah un dan denda paling
dan palin
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling ban yak Rp3.000.000.000,00 Pasal 101
(tiga
milia r rupia h). Pasal 102 . . .
- 63 -

Pasal 102
Setiap orang yang melakuka n pen gelola an
limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah). Pasal 103
Setiap orang yang mengh asilkan limbah B3 dan
tida k mela kukan pengelolaa n sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).
Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalam
wilayah Negara KesatuanPasal Republik
104 Indonesia
sebagaimana
S etia p ora ngdimaksud dalam Pasal
yan g melakuka 69 ayatlimbah
n dumping (1)
huruf c dipidana
da n/atau dengan
ba ha n ke mediapidana penja ra
lin gkunga palin g
n hidup
singkat
ta npa iz4in(empat) tahun dadimaksud
seba gaimana n pa ling dalalamam 12Pasal
(dua belas) tadenga
60, dipidana hun dan denda
n pida palin g sedikit
na penjara palin g
Rp4.000.000.000,
la ma 3 (tiga ) tah 00un(empat
dan den miliar
da rupiah
palin g) banya
dan k
pa ling ban ya k Rp12.000.000.000,00
Rp3.000.000.000, 00 (tiga miliar rupia(dua h). bela s
miliar rupia h). Pasal 105

Pasal 106 . . .
- 64 -

Pasal 106
Setiap orang yang memasukkan limbah B3 ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf d, dipidana den ga n pida na
penja ra paling sin gka t 5 (lima ) ta hun dan
pa ling la ma 15 (lima belas) ta hun da n denda
pa ling sedikit Rp5.000.000. 000,00 (li ma milia r
rupi ah) dan pa ling banya k
Rp15.000.000. 000, 00 ( lima bela s milia r
Pa sa l 107
rupi ah).
Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang
menurut peraturan perundang–undangan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana penjara
pa ling singka t 5 (lima ) ta hun da n paling lama
15 (lima bela s) ta hun dan denda palin g sedikit
Rp5.000.000.000, 00 (lima miliar rupia h) dan
pa ling ban yak Rp15.000.000. 000,00 (lima
Pa sa l 108
belas miliar rupiah ).
S etia p orang yang melakuka n pembakaran
la han seba ga ima na dima ksud dalam Pasal 69
a yat (1) huruf h , dipidan a den ga n pida na
penja ra paling sin gka t 3 (tiga) tah un dan paling
la ma 10 (sepuluh) tahun da n denda paling
sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milia r rupiah ). Pasal 109 . . .
- 65 -

Pasal 109
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1),
dipidana dengan pidan a penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
Pasal 110rupiah).
Setiap orang yang menyusun amdal tanpa
memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf i, dipidana denga n pidan a penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000, 00 (tiga miliar rupia h).
Pa sa l 111
(1) Peja bat pemberi izin lingkun gan yang
menerbitka n izin lingkun ga n tanpa
dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat
(1) dipidana den ga n pidana penja ra palin g
lama 3 (tiga) ta hun da n denda palin g
banya k Rp3.000.000. 000,00 (tiga milia r
kegia
rupiahtan
). yang men erbitkan izin usa ha
dan/ata u kegia tan tan pa di len gkapi
den(2)
ganPeja
izinbatlingkun gan izin
pemberi sebaga ima na
usaha dan /at au
dima ksud dala m Pasal 40 a yat (1)
dipida na den ga n pida na penja ra palin g
lama 3 (tiga) tahun da n denda palin g
banya k Rp3.000.000. 000,00 (tiga milia r
rupiah ). Pasal 112 . . .
- 66 -

Pa sa l 112
S etia p pej abat berwena ng ya ng dengan sengaja
tida k melakuka n pengawasan terhada p
ketaa ta n penan ggung ja wa b usah a dan/ata u
kegiatan terhada p peraturan perun dang-
unda ngan da n izin lin gkunga n sebaga ima na
dimaksud dala m Pa sa l 71 da n Pasal 72, yan g
mengakibatkan terjadinya pen cemaran
da n/atau kerusakan lingkun ga n yang
mengakibatkan hilan gnya nyawa man usia,
dipidan a dengan pida na penjara pa ling lama 1
(satu) tahun ata u den daPapa sa lling
113 banya k
Rp500.000.000, 00 (limainratus
S etia p ora ng yan g memberikan forma sijuta rupia h).
pa lsu, menyesatkan, menghila ngkan
in forma si, merusak informasi, ata u
memberika n ketera ngan yan g tidak bena r yan g
diperlukan dala m kaita nnya dengan
pengawa sa n dan penega kan h ukum yang
berka itan denga n perlindunga n dan
pengelolaa n lin gkungan hidup seba ga ima na
dimaksud da lam Pa sa l 69 a ya t (1) huruf j
dipidan a dengan pida na penjara pa ling lama 1
(satu) ta hun da n denda paling banyak
Rp1.000.000.000, 00 (sa tu miliar rupia h).
Pasal 115
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi, atau menggagalkan Pasal 114
Setiap penanggung
pelaksanaan tugas pejabat
jawab usaha
pengawas
dan/atau
lingkungan
kegiatan
hidup dan/atau
yang tidak
pejabat
melaksanakan
penyidik pegawai
paksaannegeri
pemerintah
sipil dipidanadipidana
dengandengan
pidana pidan
penjara
a penjara
paling lama
1paling
(satu)lama
tahun
1 (satu)
dan denda
tahunpaling
dan denda
banyakpaling
banyak Rp1.000.000.000,00
Rp500.000.000,00 (lima ratus(satu
jutamiliar
rupiah).
rupiah). Pasal 116 . . .
- 67 -

Pasal 116
(1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama
badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi
pidana dijatuhkan kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk

melakukan tindak pidana tersebut atau


orang yang bertindak sebagai pemimpin
kegiatan dalam tindak pidana tersebut.

(2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang, yang berdasarkan
hubungan kerja atau berdasarkan hubungan
lain yang bertindak dalam lingkup kerja
badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan
terhadap pemberi perintah atau pemimpin
dalam tindak pidana tersebut tanpa
memperhatikan tindak pidana tersebut
dilakukan secara sendiri atau bersama-
sama.
Terhadap tindak pidana sebagai ma na dima ksud
da lam Pasal 116 a yat (1) h uruf a, sa nksi
Pasal 117
pidan a dijatuhkan kepada badan usaha yang
Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi
diwakili
perintah atauoleh pengurus
pemimpin yan g berwenan g
tindak pidana
mewa kili dimaksud
sebagaimana di daladalam
m dan Pasal di
116 lua
ayat r(1)pen ga dilan
huruf b, ancaman pidana yang dijatuhkan berupa
sesuai den gan
pidana penjara peratura
dan denda n perundang-undan
diperberat dengan gan
selaku
sepertiga. pela ku fungsiona l.

Pasal 118 Pasal 119 . . .


- 68 -

Pasal 119
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini, terhadap badan usaha dapat
dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata
tertib berupa:

a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari


tindak pidana;
b. penutupan seluruh atau sebagian tempat
usaha dan/atau kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan
tanpa hak; dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawah
pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.

Pasal 120
(1) Dala m melaksana kan ketentuan
sebaga ima na dimaksud dalam Pasal 119
huruf a , h uruf b, h uruf c, dan huruf d,
jaksa berkoo rdina si den ga n in sta nsi yang
bertan ggung ja wab di bidan g perlindungan
dan pen gelola an lingkungan hidup untuk
mela ksan akan eksekusi.

(2) Dalam melaksanakan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119
huruf e, Pemerintah berwenang untuk
mengelola ba da n usa ha yan g dija tuhi
sanksi penempa tan di ba wa h penga mpuan
un tuk melaksan akan putusan pen ga dilan
dalam waktuberkekua
yang telah paling talama 2 (dua)tetap.
n h ukum tahun,
setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi
belum memiliki dokumen amdal wajib
BAB XVI
(1) Pada
menyelesaikan
saat berlakunya
audit lingkungan
KETENTUAN
Undang-Undang
Pasal
hidup.
PERALIHAN
121ini, (2) Pada . . .
- 69 -

(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,


dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun,
setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi
belum memiliki UKL-UPL wajib membuat
dokumen pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 122
(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,
dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun,
setiap penyusun amdal wajib memiliki
sertifikat kompetensi penyusun amdal.
(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,
dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun,
setiap auditor lingkungan hidup wajib
memiliki sertifikat kompetensi auditor
lingkungan hidup.

Pasal 123
Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan
hidup yang telah dikeluarkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib diintegrasikan ke dalam
Pada saat Undang-Undang
izin lingkungan paling lamaini1 mulai
(satu) berlaku,
tahun sejak
semua peraturan perundang-undangan
Undang-Undang ini ditetapkan. yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
N ega ra R epubl ik Indonesia TahunBAB 1997XVII
Nomor
68, Tamba han Lembaran KETENTUAN
Negara Republik PENUTUP
Indonesia Nomor 3699) dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentanganPasal
atau 124
belum
diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan
Undang-Undang ini. Pasal 125 . . .
- 70 -

Pa sa l 125
Pa da saat Unda ng-Undan g in i mulai berlaku,
Unda ng-Undan g N omor 23 Tah un 1997
tenta ng Pengelolaa n Lin gkunga n Hidup
(Lembara n Nega ra Republik In donesia Ta hun
1997 Nomor 68, Tambah an Lembaran Nega ra
Republik Indonesi a Nomor 3699) dicabut dan
din ya takan tidak berla ku.

Pasal 126
Undang-undang ini atkanmulai berlaku pada
Peraturan pela ksa naa n yang diaman
tanggal
da lam Unda ng-Undan g in i ditetapkan palin g
la ma 1 (satu) tah un terh itun g sejak Undang-
diundangkan.
Unda ng ini di berlakuka n.

Pasal 127

Agar . . .
- 71 -

Agar setiap orang mengetahuinya,


memerintahkan pengundangan Undang-Undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2009
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
INDONESIA
TAHUN 2009 NOMOR 140
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ANDI MATTALATTA

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Kepala
Bidang
BiroSETIO
Peraturan
Perekonomian
SAPTO
Perundang-undangan
NUGROHO
dan Industri,
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDON ESIA
NOMOR 32 TAHUN 2009
TEN TANG
PERLINDUNGAN DAN PENG ELOLAAN LINGKUNGAN HID UP

I. UMUM

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat
merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan
seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk
melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar
lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan
penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup
lain.

2. Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada posisi silang


antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan
cuaca serta musim yang menghasilkan kondisi alam yang tinggi
nilainya. Di samping itu Indonesia mempunyai garis pantai
terpanjang kedua di dunia dengan jumlah penduduk yang
besar. Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati
dan sumber
dampak daya alam
perubahan iklim.yang melimpah.
Dampak Kekayaan
tersebut meliputiituturunnya
perlu
dilindungi dan dikelola dalam suatu sistem perlindungan
produksi pangan, terganggunya ketersediaan air, tersebarnya dan
pengelolaan
hama lingkungan
dan penyakit hidupserta
tanaman yangpenyakit
terpadu manusia,
dan terintegrasi
naiknya
antara lingkungan laut, darat, dan udara berdasarkan
permukaan laut, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan
Indonesiawawasan
punahnya Nusantara.
keanekaragaman
juga berada pada posisi yanghayati.
sangat rentan terhadap Ketersedian . . .
-2-

Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas ataupun


kualitas tidak merata, sedangkan kegiatan pembangunan
membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat.
Kegiatan pembangunan juga mengandung risiko terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapat
mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas
lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban
sosial.
Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi

dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab


negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan. Selain itu,
pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan
kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan
berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi lingkungan,
desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap
kearifan lokal dan kearifan lingkungan.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut


dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu
kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang harus dilaksanakan secara taat asas dan
konsekuen dari pusat sampai ke daerah.
Undang-Undang ini mewajibkan Pemerintah dan pemerintah
daerah untuk membuat kajian lingkungan hidup strategis
3. Penggunaan sumber
(KLHS) untuk daya alambahwa
memastikan harus prinsip
selaras, pembangunan
serasi, dan
seimbang dengan
berkelanjutan telahfungsi lingkungan
menjadi dasar danhidup. Sebagaidalam
terintegrasi
konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, program
rencana,
pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan
dan/atau program. Dengan perkataan lain, hasil KLHS harus
pelestarian lingkungan
dijadikan dasar hidup danrencana
bagi kebijakan, mewujudkan
dan/atautujuan
program
pembangunan berkelanjutan.
pembangunan dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS
menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah
terlampaui, kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai dengan
rekomendasi KLHS dan segala usaha dan/atau kegiatan yang
telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup tidak diperbolehkan lagi. 4. Ilmu . . .
-3-

4. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas


hidup dan mengubah gaya hidup manusia. Pemakaian produk
berbasis kimia telah meningkatkan produksi limbah bahan
berbahaya dan beracun. Hal itu menuntut dikembangkannya
sistem pembuangan yang aman dengan risiko yang kecil bagi
lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain.
Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan beracun
beserta
Di samping limbahnya
menghasilkan perlu dilindungi
produk yang bermanfaatdan
bagi dikelola dengan baik.
masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan dampak, antara
Wilayah Negara
lain, dihasilkannya Kesatuan
limbah Republik
bahan berbahaya Indonesia
dan beracun, yang harus bebas dari
buangan
apabila dibuanglimbah
ke dalambahan
media berbahaya
lingkungan hidupdan
dapatberacun dari luar
mengancam lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan
wilayah
hidup manusiaIndonesia.
serta makhluk hidup lain.

Menyadari potensi dampak negatif yang ditimbulkan sebagai


konsekuensi dari pembangunan, terus dikembangkan upaya
pengendalian dampak secara dini. Analisis mengenai dampak
lingkungan (amdal) adalah salah satu perangkat preemtif
pengelolaan lingkungan hidup yang terus diperkuat melalui
peningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan penyusunan
amdal dengan mempersyaratkan lisensi bagi penilai amdal dan
diterapkannya sertifikasi bagi penyusun dokumen amdal, serta
dengan memperjelas sanksi hukum bagi pelanggar di bidang
amdal.
lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan
mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan
Amdal juga menjadi salah satu persyaratan utama dalam
perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan
memperoleh
hidup sudah terjadi,izin
perlulingkungan
dilakukan upayayang
represifmutlak
berupa dimiliki sebelum
penegakan
diperoleh hukum yang
izin usaha.efektif, konsekuen, dan konsisten
terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang
sudah
5. Upaya
terjadi.
preventif dalam rangka pengendalian dampak Sehubungan . . .
1997 tentang Pengelolaan- 4 - Lingkungan Hidup
dengan
Sehubungan Undang-
dengan hal tersebut, perlu dikembangkan satu
Undang
sistem hukum iniperlindungan
adalah adanya penguatan
dan pengelolaan yang
lingkungan terdapat
hidup
yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastian
dalam
hukum sebagai landasan bagi perlindungan dan pengelolaan
Undang-Undang
sumber daya alam serta kegiatan ini pembangunan
tentang lain.prinsip-prinsip
perlindungan dan
Undang-Undang ini juga mendayagunakan berbagai ketentuan
pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan
hukum, baik hukum administrasi, hukum perdata, maupun
pada
hukum tata pidana. Ketentuan hukum perdata meliputi
kelola
penyelesaian pemerintahan
sengketa lingkungan yang hidupbaik
di luar karena
pengadilan dalam
dan di dalam pengadilan. Penyelesaia n sengketa lingkungan
setiap proses
hidup di dalam pengadilan meliputi gugatan perwakilan
perumusan
kelompok, hak dan penerapan
gugat organisasi instrumen
lingkungan, ataupun pencegahan
hak
pencemaran
gugat pemerintah. Melalui cara tersebut diharapkan selain
6. Penegakan hukum pidana dalam Undang-Undang ini
akan
dan/ataumenimbulkan
memperkenalkan efek jera
ancaman
kerusakan juga
hukuman akan meningkatkan
minimum
lingkungan di hidup
samping serta
kesadaran
maksimum,seluruh pemangku
perluasan kepentingan
alat bukti, pemidanaan tentang
bagi betapa
penanggulangan
pentingnya perlindungan
pelanggaran dan pengelolaan
baku mutu, keterpaduan lingkungan
penegakan hukum hidup
dan
pidana, penegakan
demi kehidupan
dan pengaturan hukum
generasi masa mewajibkan
tindakkini dan masa
pidana pengintegrasian
depan.
korporasi. Penegakan
hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan asas ultimum
aspek
remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum
transparansi,
pidana sebagai upaya partisipasi,
terakhir akuntabilitas,
setelah penerapandan keadilan.
penegakan
hukum administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asas
ultimum remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil
7. tertentu,
Perbedaan yaituantara
mendasar pemidanaan terhadap
Undang-Undang Nomor 23 pelanggaran
Tahun baku mutu
air limbah, emisi, dan gangguan.
8. Selain . . .
-5-

8. Selain itu, Undang-Undang ini juga mengatur:


a. keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;
b. kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;
c. penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;
d. penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup, yang meliputi instrumen


kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutu
lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan,
instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan
perundang-undangan berbasis lingkungan hidup,
anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis risiko
lingkungan hidup, dan instrumen lain yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

e. pendayagunaan perizinan sebagai instrumen


pengendalian;
f. pendayagunaan pendekatan ekosistem;
g. kepastian dalam merespons dan mengantisipasi
perkembangan lingkungan global;
h. penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi,
akses partisipasi, dan akses keadilan serta penguatan
hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
Menteri untuk melaksanakan seluruh kewenangan
i. penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
secara lebih jelas;
lingkungan hidup serta melakukan koordinasi dengan instansi
lain. Melalui kelembagaan
j. penguatan Undang-Undang ini juga, Pemerintah
perlindungan memberi
dan pengelolaan
kewenangan yanghidup
lingkungan sangat luas
yang kepada
lebih efektifpemerintah daerah
dan responsif; dan
dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
k. penguatan
hidup kewenangan
di daerah pejabatyang
masing-masing pengawas lingkungan
tidak diatur dalam
hidup dan penyidik pegawai negeri sipil lingkungan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan hidup.
9. Undang-Undang
Lingkungan Hidup.
ini memberikan kewenangan yang luas kepada Oleh . . .
-6-

Oleh karena itu, lembaga yang mempunyai beban kerja


berdasarkan Undang-Undang ini tidak cukup hanya suatu
organisasi yang menetapkan dan melakukan koordinasi
pelaksanaan kebijakan, tetapi dibutuhkan suatu organisasi
dengan portofolio menetapkan, melaksanakan, dan mengawasi
kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Selain itu, lembaga ini diharapkan juga mempunyai ruang
lingkup wewenang untuk mengawasi sumber daya alam untuk
kepentingan konservasi. Untuk menjamin terlaksananya tugas
pokok dan fungsi lembaga tersebut dibutuhkan dukungan
pendanaan dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang
memadai untuk Pemerintah dan anggaran pendapatan dan
belanja daerah yang memadai untuk pemerintah daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.
Pasal 2

Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas tanggung jawab negara”
adalah:
a. negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam
Yang akan memberikan
dimaksud dengan manfaat yang sebesar-besarnya
“asas kelestarian dan
keberlanjutan” adalah bahwa setiap hidup
bagi kesejahteraan dan mutu orang rakyat,
memikul baik
generasi masa kini maupun generasi masa
kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi depan.
mendatang danb. negara menjamin
terhadap hak dalam
sesamanya warga satu
negara atas
generasi
pemanfaatan lingkungan
dengan melakukan
sumber daya hidup
upaya yang
alam baik dan
pelestarian
yang sehat.
daya
dukung c. negara
menimbulkan
ekosistem dan mencegah
pencemaran dilakukannya
memperbaiki
dan/atau
kualitas kegiatan
kerusakan
lingkungan
lingkungan
Huruf
hidup.
b hidup. Huruf c . . .
-7-

Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas keserasian dan
keseimbangan” adalah bahwa pemanfa atan lingkungan
hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan
serta pelestarian ekosistem.

Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah
bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau
menyinergikan berbagai komponen terkait.

Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah bahwa
segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya
alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras
dengan Huruf
lingkungannya.
f
Yang dimaksud dengan “asas kehati-hatian” adalah
bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha
dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan
alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi
atau menghindari ancaman terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Huruf gdengan “asas ekoregion”


Yang dimaksud keadilan” adalah
adalahbahwa
bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
mencerminkan keadilan
memperhatikan karakteristik
secara
sumber
proporsional
daya alam,
bagi setiap
warga negara,
ekosistem, kondisi
baik geografis,
lintas daerah,
budaya
lintas
masyarakat
generasi,
maupun lintas
setempat, dan
Huruf
kearifan
gender.
h lokal. Huruf i . . .
-8-

Huruf i
Yang dimaksud dengan “asas keanekaragaman hayati”
adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk
mempertahankan keberadaan, keragaman, dan
keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri atas
sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani
yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya
secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Huruf j
Yang dimaksud dengan “asas pencemar membayar”
adalah bahwa setiap penanggung jawab yang usaha
dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan.

Huruf k
Yang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah bahwa
setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan
aktif dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Huruf l
Yang dimaksud dengan “asas kearifan lokal” adalah
bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

Huruf m“asas otonomi daerah” adalah


Yang dimaksud dengan
Yang
bahwadimaksud
Pemerintahdengan “asas tatadaerah
dan pemerintah kelolamengatur
pemerintahan
dan
yang baik” adalah bahwa perlindungan
mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang dan pengelolaan
lingkungan hidup
perlindungan dijiwai oleh lingkungan
dan pengelolaan prinsip partisipasi,
hidup dengan
transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerahkeadilan.
dalam bingkai Negara
HurufKesatuan
n Republik Indonesia. Pasal 3 . . .
-9-

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup
Kearifan lokal dalam ayat
jelas.
Cukup jelas.
ini termasuk hak ulayat
yang diakui oleh
Cukup
DPRD.
Huruf
Huruf
jelas. dcb Huruf e . . .
- 10 -

Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Ayat (1)

Cukup jelas.
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang dimaksud dalam ketentuan ini,
antara lain pengendalian:
a. pencemaran air, udara, dan laut; dan
b. kerusakan ekosistem dan kerusakan akibat
perubahan iklim.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)14
Pasal Cukup jelas. Pasal 15 . . .
- 11 -

Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “wilayah” adalah ruang yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrasi dan/atau aspek
fungsional.

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Dampak dan/atau risiko lingkungan hidup yang
dimaksud meliputi:
a. perubahan iklim;
b. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati;
c. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan lahan;
d. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya
alam;
e. peningkatan alih fungsi kawasan hutan
dan/atau lahan;
f. peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau
g. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia.

Ayat (3)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pelibatan masyarakat dilakukan melalui dialog, diskusi,
Pasal
dan konsultasi
Pasal 16
Cukup
publik.
17
18
Ayatjelas.
(1) Ayat (2) . . .
- 12 -

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “baku mutu air” adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, a tau komponen ya ng ada a tau h arus
ada, da n/atau unsur pencemar ya ng diten gga ng
keberadaan nya di dalam a ir.

Huruf b
Yang dimaksud dengan “baku mutu air limbah”
adalah ukuran batas atau kadar polutan yang
ditenggang untuk dimasukkan ke media air .

Huruf c
Yang dimaksud dengan “baku mutu air laut”
adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau harus
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air laut.
Yan g dima ksud denga n “ba ku mutu udara
ambien ” a dalah ukuran bata s atau ka dar za t,
Huruf d
energi,dimaksud
Yang dan/atau dengan
komponen “baku
yangmutu
seharusn
emisi”yaadalah
ada, da batas
ukuran n/atau atau
unsurkadar
pencemar
polutanyayang
ng diten
ditenggang
gga ng
keberadaan
untuk dimasukkan
nya daHuruf
ke
lam
media
udara
e udara.
a mbien. Huruf f . . .
- 13 -

Huruf f
Yang dimaksud dengan “baku mutu gangguan”
adalah ukuran batas unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya yang meliputi unsur
getaran, kebisingan, dan kebauan.

Huruf g
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksudCukup
dengan “produksi biomassa”
jelas.
adalah bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya
tanah untuk
Ayatmenghasilkan
(3) biomassa.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kriteria baku kerusakan
tanah untuk produksi biomassa” adalah ukuran
batas perubahan sifat dasar tanah yang dapat
ditenggang berkaitan dengan kegiatan produksi
biomassa.

Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi


biomassa mencakup lahan pertanian atau lahan
budi daya dan hutan. Huruf b . . .
- 14 -

Huruf b
Yang dimaksud dengan “kriteria baku kerusakan
terumbu karang” adalah ukuran batas perubahan
fisik dan/atau hayati terumbu karang yang dapat
ditenggang.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “kerusakan lingkungan
hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan
dan/atau lahan” adalah pengaruh perubahan
pada lingkungan hidup yang berupa kerusakan
dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang
berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau
lahan yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.

Huruf h
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Pasal
Pa Cukup
23Aya
sa l22 Cukup
jelas.
t (1)
jelas.
Cukupajelas.
Huruf Huruf b . . .
- 15 -

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Jasa d reni k da lam huruf ini termasuk produk
rekaya sa gen etik.

Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.

Huruf i
Cukup jelas.

Aya t (2)
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25

Huruf a
Huruf
HurufbdcCukup jelas. Huruf e . . .
- 16 -

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Rencana pen gelola an dan peman ta ua n lin gkunga n
hidup dimaksudkan untuk menghin dari,
meminimalkan , memitigasi, da n/atau
men go mpensasikan dampak suatu usaha da n/atau
kegia tan.

Pasal 26
Ayat (1)
Peliba tan masyaraka t dila ksa naka n dala m proses
pen gumuman dan konsulta si publik dala m ran gka
men jaring saran da n ta nggapan .
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “piha k la in” a ntara la in lembaga
pen yusun amdal a tau konsulta n.

Pasal29
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 30 Pasal 31 . . .
- 17 -

Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Rekomendasi UKL-UPL dinilai oleh tim teknis instansi
lingkungan hidup.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 37
Pasal Cukup
Cukup
38 jelas.
jelas. Pasal 39 . . .
- 18 -

Pasal 39
Ayat (1)
Pengumuman dalam Pasal ini merupakan pelaksanaan
atas keterbukaan informasi. Pengumuman tersebut
memungkinkan peran serta masyarakat, khususnya yang
belum menggunakan kesempatan dalam prosedur
keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam proses
pengambilan keputusan
Ayat (2) izin.
Cukup jelas.
Pasal 40

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan izin usaha dan/atau kegiatan
dalam ayat ini termasuk izin yang disebut dengan nama
lain seperti izin operasi dan izin konstruksi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Peruba ha n yan g dimaksud dala m ayat ini, anta ra lain ,
karen a kepemilika n beralih, perubah an tekn ologi,
pen ambaha n ata u penguran gan kapa sita s produksi,
dan/ata u lokasi usa ha dan /a tau kegiatan ya ng
berpindah tempat.

Pasal 41
Cukup jelas.

Yang dimaksud dengan “instrumen ekonomi dalam


perencanaan pembangunan” adalah upaya
Pasal 42
internalisasi aspekCukup
lingkungan hidup ke dalam
Ayat (1)
jelas.
perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan
dan kegiatan
Ayatekonomi.
(2) Huruf a Huruf b . . .
- 19 -

Huruf b
Yang dimaksud dengan “pendanaan lingkungan”
adalah suatu sistem dan mekanisme penghimpunan
dan pengelolaan dana yang digunakan bagi
pembiayaan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pendanaan lingkungan berasal
dari berbagai sumber, misalnya pungutan, hibah,
dan lainnya.

Huruf c
Insentif merupakan upaya memberikan dorongan
atau daya tarik secara moneter dan/atau
nonmoneter kepada setiap orang ataupun
Pemerintah dan pemerintah daerah agar melakukan
kegiatan yang berdampak positif pada cadangan
sumber daya alam dan kualitas fungsi lingkungan
hidup.

Disinsentif merupakan pengenaan beban atau


ancaman secara moneter dan/atau nonmoneter
kepada setiap orang ataupun Pemerintah dan
bruto”
pemerintahadalah nilaimengurangi
daerah agar semua kegiatan
barang yang
dan jasa
yang
berdampak negatif pada cadangan sumber daya
alam dan kualitas fungsi lingkungan hidup.
diproduksi
Pasal 43 oleh suatu daerah pada periode
Ayat (1)
tertentu. Huruf a
Yang dimaksud dengan “neraca sumber daya alam”
adalah gambaran mengenai cadangan sumber daya
alam dan perubahannya, baik dalam satuan fisik
maupun dalam
Yang dimaksud nilai
dengan moneter.
“produk domestik bruto”
adalah nilai semuaHuruf b dan jasa yang diproduksi
barang
Yang oleh suatu negara
dimaksud dengan pada periode
“produk tertentu.
domestik regional Huruf c . . .
- 20 -

Huruf c
Yang dimaksud dengan “mekanisme
kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
antardaerah” adalah cara-cara kompensasi/imbal
yang dilakukan oleh orang, masyarakat, dan/atau
pemerintah daerah sebagai pemanfaat jasa
lingkungan hidup kepada penyedia jasa lingkungan
hidup. Huruf d
Yang dimaksud dengan “intern alisasi biaya
lingkungan hidup” adalah memasukkan biaya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dalam perhitungan biaya produksi atau biaya suatu
usaha dan/atau
Ayat (2)
kegiatan.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “dana jaminan pemulihan
lingkungan hidup” adalah dana yang disiapkan oleh
suatu usaha dan/atau kegiatan untuk pemulihan
kualitas lingkungan hidup yang rusak karena
kegiatannya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “dana penanggulangan”
adalah dana yang digunakan untuk menanggulangi
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang timbul akibat suatu usaha dan/atau kegiatan.
Yang dimaksud dengan “pengadaan barang dan jasa
Huruf c
ramah lingkungan hidup”
Yang dimaksud dengan “dana adalah pengadaaan yang
amanah/bantuan”
memprioritaskan
adalah dana yang berasalbarang danhibah
dari sumber jasadanyang berlabel
donasi untuk kepentingan konservasi lingkungan
ramah
hidup. lingkungan hidup.
Ayat (3)
Huruf a Huruf b . . .
- 21 -

Huruf b
Yang dimaksud dengan “pajak lingkungan hidup”
adalah pungutan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah terhadap setiap orang yang memanfaatkan
sumber daya alam, seperti pajak pengambilan air
bawah tanah, pajak bahan bakar minyak, dan pajak
sarang burung walet.
Yang dimaksud dengan “retribusi lingkungan hidup”

adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah


daerah terhadap setiap orang yang memanfaatkan
sarana yang disiapkan pemerintah daerah seperti
retribusi pengolahan air limbah.
Yang dimaksud dengan “subsidi lingkungan hidup”

adalah kemudahan atau pengurangan beban yang


diberikan kepada setiap orang yang kegiatannya
berdampak memperbaiki fungsi lingkungan hidup.

Yang dimaksud
Huruf c
dengan “perdagangan izin
Yang dimaksud dengan “sistem lembaga keuangan
pembuangan
ramah lingkungan hidup”limbah
adalah sistem dan/atau
keuangan yang menerapkan persyaratan
lembaga emisi” adalah
jual
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dalam kebijakan pembiayaan dan praktik sistem
Yang dimaksud
beli dengan
kuota banklimbah
lembaga keuangan
“pasar
dan lembaga dan/atau
modal ramah
keuangan emisi yang
lingkungan
nonbank. hidup” adalah pasar modal yang
diizinkan
menerapkan persyaratan perlindungan dan
untuk
pengelolaan dibuang ke media
lingkungan hidup bagi lingkungan hidup
perusahaan yang
antarpenanggung
masuk pasar modal atau jawab usaha dan/atau
perusahaan terbuka, kegiatan.
seperti penerapan persyaratan audit lingkungan
hidup bagi perusahaan yang akan menjual saham di
pasar modal.
Huruf d Huruf e . . .
- 22 -

Huruf e
Yang dimaksud dengan “pembayaran jasa
lingkungan hidup” adalah pembayaran/imbal yang
diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup
kepada penyedia jasa lingkungan hidup.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asuransi lingkungan hidup”
adalah asuransi yang memberikan perlindungan
pada saat terjadi pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “sistem label ramah
lingkungan hidup” adalah pemberian tanda atau
label kepada produk-produk yang ramah lingkungan
hidup.

Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45
Kriteria kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan
Ayat (1)
hidup meliputi, antara Cukuplain,
jelas.kinerja mempertahankan
kawasanAyatkoservasi
(2) dan penurunan tingkat pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
PasalCukup
46 jelas. Pasal 47 . . .
- 23 -

Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “analisis risiko lingkungan” adalah
prosedur yang antara lain digunakan untuk mengkaji
pelepasan dan peredaran produk rekayasa genetik dan
pembersihan (clean up) limbah B3.

Ayat (2)
Huruf a
Dalam ketentuan ini “pengkajian risiko” meliputi
seluruh proses mulai dari identifikasi bahaya,
penaksiran besarnya konsekuensi atau akibat, dan
penaksiran kemungkinan munculnya dampak yang
tidak diinginkan, baik terhadap keamanan dan
kesehatan manusia maupun lingkungan hidup.

Huruf b
Dalam ketentuan ini “pengelolaan risiko” meliputi
evaluasi risiko atau seleksi risiko yang memerlukan
pengelolaan, identifikasi pilihan pengelolaan risiko,
pemilihan tindakan untuk pengelolaan, dan
pengimplementasian tindakan yang dipilih.

Huruf c
Yang dimaksud dengan “komunikasi risiko” adalah
proses interaktif dari pertukaran informasi dan
pendapat di antara individu, kelompok, dan institusi
yang berkenaan dengan risiko.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “usaha dan/atau kegiatan
Cukup jelas.
tertentu yang berisiko tinggi” adalah usaha dan/atau
kegiatan yang jika terjadi kecelakaan dan/atau
keadaan darurat
Pasal 48 menimbulkan dampak yang besar
Cukupkesehatan
dan luas terhadap jelas. manusia dan
lingkungan hidup seperti petrokimia, kilang minyak
dan gas bumi, serta pembangkit listrik tenaga
nuklir.Pasal 49 (1)Huruf a
Ayat Dokumen . . .
- 24 -

Dokumen audit lingkungan hidup memuat:


a. informasi yang meliputi tujuan dan proses
pelaksanaan audit;
b. temuan audit;
c. kesimpulan audit; dan
d. data dan informasi pendukung.

Huruf b
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 50
Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup
Cukup jelas. jelas.

Cukup
Pasal 54jelas.
Ayat (1)
Ayat (2)Huruf a Huruf b . . .
- 25 -

Huruf b
Yang dimaksud dengan ”remediasi” adalah upaya
pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk
memperbaiki mutu lingkungan hidup.
Huruf c
Yang dimaksud dengan ”rehabilitasi” adalah upaya
pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan
manfaat lingkungan hidup termasuk upaya
pencegahan kerusakan lahan, memberikan
perlindungan,Huruf
dandmemperbaiki ekosistem.
Yang dimaksud dengan ”restorasi” adalah upaya
pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau
bagian-bagiannya berfungsi kembali sebagaimana
semula.
Huruf e
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “pemeliharaan lingkungan hidup”
adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga pelestarian
fungsi lingkungan
Pasal 57 hidup dan mencegah terjadinya
penurunan
Konservasi
atau kerusakan
sumber lingkungan
daya alam meliputi,
hidup yangantara lain,
disebabkan
konservasiAyat (1) manusia.
oleh perbuatan
sumber daya air, ekosistem hutan,
ekosistem pesisir dan laut, energi, ekosistem lahan
Huruf a gambut, dan ekosistem karst. Huruf b . . .
- 26 -

Huruf b
Pencadangan sumber daya alam meliputi sumber
daya alam yang dapat dikelola dalam jangka panjang
dan waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Untuk melaksanakan pencadangan sumber daya
alam, Pemerintah, pemerintah provinsi, atau
pemerintah kabupaten/kota dan perseorangan dapat
membangun:
a. taman keanekaragaman hayati di luar kawasan
hutan;
b. ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30%
dari luasan pulau/kepulauan; dan/atau
c. menanam dan memelihara pohon di luar
kawasan hutan, khususnya tanaman langka.

Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ”pengawetan sumber daya
alam” adalah upaya untuk menjaga keutuhan dan
keaslian sumber daya alam beserta ekosistemnya.

Huruf c
Cukup jelas.

Yang dimaksud
Ayat (3)dengan ”mitigasi perubahan iklim”
Cukup
adalah jelas.
serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
upaya menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca
sebagai bentuk upaya penanggulangan dampak
Ayat (4)
perubahan
Huruf iklim.
a Yang . . .
- 27 -

Yang dimaksud dengan ”adaptasi perubahan iklim”


adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan
kejadian iklim ekstrim sehingga potensi kerusakan
akibat perubahan iklim berkurang, peluang yang
ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat
dimanfaatkan, dan konsekuensi yang timbul akibat
perubahan iklim dapat diatasi.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Kewajiban untuk melakukan pengelolaan B3 merupakan
upaya untuk mengurangi terjadinya kemungkinan risiko
terhadap lingkungan hidup yang berupa terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup,
mengingat B3 mempunyai potensi yang cukup besar untuk
menimbulkan dampak negatif.

Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan
yang mencakup
Yang dimaksud dengan
pengurangan,
pihak penyimpanan,
lain adalah badan usaha
pengumpulan,
yang melakukan pengangkutan,
Ayat
pengelolaan
(4) pemanfaatan,
limbah B3 dandan/atau
telah
pengolahan, termasuk
mendapatkan izin.Ayat
Cukup
penimbunan
(2)Cukup
(3)jelas. jelas.
limbah B3. Ayat (5) . . .
- 28 -

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Sistem informasi lingkungan hidup memuat, antara lain,
keraga ma n karakter ekologis, seba ra n penduduk,
sebaran potensi sumber daya alam, dan kearifa n lokal.
Aya t (2)
Cukup jelas.
Aya t (3)
Cukup jelas.
Aya t (4)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 63

Cukup
Cukupjelas.
jelas.
PasalAyat
64 (1)
65 Ayat (2) . . .
- 29 -

Ayat (2)
Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu
konsekuensi logis dari hak berperan dalam pengelolaan
lingkungan hidup yang berlandaskan pada asas
keterbukaan. Hak atas informasi lingkungan hidup akan
meningkatkan nilai dan efektivitas peran serta dalam
pengelolaan lingkungan hidup, di samping akan membuka
peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan
haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Informasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat ini dapat berupa data, keterangan, atau informasi lain
yang berkenaan dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang menurut sifat dan tujuannya
memang terbuka untuk diketahui masyarakat, seperti
dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup,
laporan, dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup,
baik pemantauan penaatan maupun pemantauan
perubahan kualitas lingkungan hidup dan rencana tata
ruang.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi korban dan/atau
pelapor yang menempuh cara hukum akibat pencemaran
dan/atau Ayat (6)lingkungan hidup.
perusakan
Cukup
Perlindungan jelas.
ini Pasal 66
dimaksudkan untuk mencegah tindakan
pembalasan dari terlapor melalui pemidanaan dan/atau
gugatan perdata dengan tetap memperhatikan kemandirian
peradilan. Pasal 67 . . .
- 30 -

CukupPasal
jelas.
67
Cukup jelas.

Huruf Cukup
fPasal 68jelas.
Cukup jelas.
Pasal 69
Huruf g Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf b
B3 yang dilarang dalam ketentuan ini, antara lain,
Huruf h PCBs, dan dieldrin.
DDT,
Cukup jelas. Huruf c
Larangan dalam ketentuan ini dikecualikan bagi
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Huruf
Huruf d i
Cukup jelas.
Yang dilarang dalam huruf ini termasuk impor.

Huruf e

Huruf j
Cukup jelas.

Ayat (2) . . .
- 31 -

Ayat (2)
Kearifan lokal yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah
melakukan pembakaran lahan dengan lua s lahan
maksimal 2 hektare per kepala kelua rga untuk dita nami
tanaman jenis varieta s lokal dan dikelilingi oleh sekat
bakar seba gai pencega h pen ja laran api ke wilayah
sekelilingnya.
Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pemberian saran dan pendapat dalam ketentuan
ini
termasuk dalam penyusunan KLHS dan amdal.
Huruf c
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 71
Yang dimaksud dengan “pelanggaran yang serius” adalah
Cukuphukum
tindakan melanggar jelas. yang mengakibatkan pencemaran
Pasal 72lingkungan hidup yang relatif besar dan
dan/atau kerusakan
menimbulkanCukup jelas.masyarakat.
keresahan
Cukup
Pasal
Pasal 73jelas.
74 Pasal 75 . . .
- 32 -

Pasal 75
Cukup jelas.

Pasal 76
Cukup jelas.

Pasal 77
Cukup jelas.

Pasal 78
Cukup jelas.

Pasal 79
Cukup jelas.

Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “ancaman yang sangat
serius” adalah suatu keadaan yang berpotensi
sangat membahayakan keselamatan dan kesehatan
banyak orang sehingga penanganannya tidak dapat
ditunda.

Huruf b
Pasal 82
81 Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 83 . . .
- 33 -

Pasal 83
Cukup Jelas.

Pasal 84
Ayat (1)
Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk melindungi
hak keperdataan para pihak yang bersengketa.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya putusan yang berbeda mengenai satu sengketa
lingkungan hidup untuk menjamin kepastian hukum.

Pasal 85
Cukup jelas.

Pasal 86
Cukup jelas.

Pasal 87
Ayat (1)
Ketentuan dalam ayat ini merupakan realisasi asas yang
ada dalam hukum lingkungan hidup yang disebut asas
pencemar membayar. Selain diharuskan membayar ganti
rugi, pencemar dan /atau perusak lingkungan hidup dapat
pula dibebani oleh hakim untuk melakukan tindakan
hukum tertentu, misalnya perintah untuk:
a. memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah
b. memulihkan
sehingga limbah
timbulnya pencemaran
fungsisesuai
lingkungan
dan/atau
dengan
hidup;
baku
perusakan
dan/atau
mutu lingkungan
c. menghilangkan
hidup yang ditentukan;
lingkungan hidup.
Ayat
atau(2)memusnahkan
Cukup jelas. penyebab Ayat (3) . . .
- 34 -

Ayat (3)
Pembebanan pembayaran uang paksa atas setiap hari
keterlambatan pelaksanaan perintah pengadilan untuk
melaksanakan tindakan tertentu adalah demi pelestarian
fungsi lingkungan hidup.

Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 88
Yan g dimaksud denga n “bertan ggung jawab mutlak” atau
str ic t liability a dalah unsur kesalah an tidak perlu
dibuktikan oleh pihak pen ggugat seba ga i da sa r pembaya ra n
ganti rugi. Ketentuan aya t ini merupakan lex specialis dalam
guga tan tentan g perbuata n mela nggar hukum pa da
umumn ya. Besa rn ya nilai ganti rugi ya ng da pat dibebankan
terh adap pen cemar atau perusa k lin gkunga n hidup menurut
Pasal in i dapat ditetapkan sampa i bata s terten tu.

Yan g dimaksud den gan “sampai batas waktu tertentu”


adal ah jika men urut pen eta pa n peratura n perunda ng-
undanga n diten tukan keha rusan a sura nsi ba gi usaha
dan/ata u kegiata n yan g bersangkuta n a tau tela h tersedia
dana lingkungan hidup.

Pasal 89
Yang dimaksud Cukupdenganjelas.
“kerugian lingkungan hidup”
adalah kerugian yang timbul akibat pencemaran dan/atau
kerusakan Pasal 90
lingkungan hidup yang bukan merupakan hak
milik privat.
Tindakan tertentuAya t (1)
merupakan tindakan pencegahan dan
penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta
pemulihan fungsi lingkungan hidup guna menjamin tidak
akan terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadap
lingkunganAyat
hidup.
(2) Cukup jelas. Pasal 91 . . .
- 35 -

Pasal 91
Cukup jelas.

Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.

Pasal 94
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan koordinasi adalah tindakan
berkonsultasi guna mendapatkan bantuan personil,
sarana, dan pra sarana yang dibutuhkan dalam
penyidikan.
Ayat (4)
Pemberitahuan dalam Pasal ini bukan merupakan
pemberitahuan dimulainya penyidikan, melainkan untuk
mempertegas wujud koordinasi antara pejabat penyidik
Ayatsipil
pegawai negeri (5)dan penyidik pejabat polisi Negara
Cukup jelas.
Republik Indonesia.

Pasal
Ayat (6)
95
Cukup
Cukup jelas.
jelas.
Pa sa l Huruf
96 a Cukup jelas. Huruf b . . .
- 36 -

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Yan g dima ksud dengan ala t bukti lain, meliputi,
info rmasi yan g diuca pkan, dikirimka n, diterima, atau
disimpan seca ra elektroni k, magnetik, optik, da n/atau
yang serupa dengan itu; da n/atau a la t bukti data ,
rekaman , a tau info rmasi yan g dapat diba ca , diliha t,
dan diden gar ya ng da pa t dikelua rka n denga n dan/atau
tan pa ban tuan sua tu saran a, ba ik yang tertua ng di
ata s kertas, ben da f isik apa pun selain kertas, atau
yang tereka m secara elektronik, tidak terbata s pa da
tulisan , sua ra atau gambar, peta , rancanga n, f oto atau
sejenisnya, huruf, ta nda, an gka , simbol, a tau perporasi
yang memiliki makna a tau yan g dapat dipaha mi atau
dibaca.

Pasal 97
Cukup jelas.

Pasal 98
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “melepaskan produk rekayasa genetik”
adalah pernyataanPasal 99 suatu hasil pemuliaan produk
100
diakuinya
rekayasa genetik menjadi
Cukup varietas
jelas. unggul dan dapat
disebarluaskan setelah memenuhi persyaratan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 101 Yang . . .
- 37 -

Yang dimaksud dengan “mengedarkan produk rekayasa genetik”


adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
penyaluran komoditas produk rekayasa genetik kepada
masyarakat, baik untuk diperdagangkan maupun tidak.

Pasal 102
Cukup jelas.

Pasal 103
Cukup jelas.

Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal
Pasal 109110
Cukup
Cukup jelas.jelas.
Pasal 112
111
Cukup jelas. Pasal 113 . . .
- 39
38 -

Pasal 121
Informasi palsu Cukup
Pasal
yangjelas.
113
dimaksud dalam Pasal ini dapat berbentuk
dokumen atau keterangan
Pasal 122 lisan yang tidak sesuai dengan fakta-
fakta yang senyatanya
Cukup jelas.atau informasi yang tidak benar.
Pasal 114
Pasal 123
Cukup jelas.
Izin dalam ketentuan ini, misalnya, izin pengelolaan limbah B3,
izin pembuangan air limbah ke laut, dan izin pembuangan air
limbah ke sumber air.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 124
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
Pasal 125
Cukup
Pasal jelas.
117
Cukup
Pasal jelas.
126
Pasal 118 Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan pelaku fungsional dalam Pasal ini
Pasal 127
adalah badan usaha dan badan hukum.
Tuntutan pida na dikena kan t erhada p pemimpin badan usaha
Cukup jelas.
dan badan hukum ka rena tin dak pida na badan usaha dan
badan hukum ada lah tinda k pidan a fungsion al seh in gga
pida na diken akan dan sanksi dija tuhka n kepada mereka
ya ng memiliki kewen anga n terhada p pela ku f isik da n
TAMBAHAN LEMBARAN
menerima tindakanNEGARA REPUBLIK
pel aku fisik tersebut.INDONESIA NOMOR 5059
Yan g dima ksud den ga n menerima ti ndakan dalam Pasal ini
Pasal
termasuk menyetujui, 119 , ata u tida k cukup
120
membiarkan
mela kukan penga Cukup
wasa n terhadap
jelas. tin dakan pelaku fisik,
dan/ata u memiliki kebi jakan yang memungkinkan terja din ya
tindak pida na tersebut. Pasal 121 . . .

Anda mungkin juga menyukai