Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian dan Pengembangan


1. Pengertian Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan atau Research and Development
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan prosuk yang telah ada, yang dapat
dipertanggung jawabkan. Sukmadinata (2010: 4)
Menurut Sugiyono (2010:407), metode penelitian dan
pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and
development adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut.
Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu jenis
penelitian pragmatik yang menawarkan suatu cara untuk menguji teori
dan memvalidasi praktik yang terus-menerus dilakuakan secara
esensial melalui tradisi yang tidak menentang, dan juga merupakan
suatu cara untuk mendapatkan prosedur-prosedur, tehnik-tehnik dan
peralatan-peralatan baru, yang didasarkan pada analisis metodik
tentang kasus-kasus spesifik (Emzir, 2010 : 164).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian pengembangan adalah penelitian yang dilakukan melalui
suatu proses yang sistematis untuk menghasilkan suatu produk baru
atau mengembangkan produk yang telah ada serta menguji
keefektifannya.

2. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan


Penelitian dan pengembangan dibidang pendidikan memiliki
tujuan yang utama yaitu bukan untuk menguji teori tetapi untuk
mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan
disekolah. Produk-produk yang dihasilkan dari penelitian dan

12
13

pengembangan mencakup materi pelatihan guru, materi ajar,


seperangkat tujuan perilaku, materi media dan sistem-sistem
menejemen. Penelitian dan pengembangan secara umum berlaku
secara luas pada istilah-ilstilah tujuan, personal dan waktu sebagai
pelengkap. Produk-produk dikembangkan untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan tertentu dengan spesifikasi yang detail. Ketika
menyelesaikan, produk dites dilapangan dan direvisi sampai suatu
tingkat efektivitas awal tertentu dicapai. Walaupun siklus penelitian
dan pengembangan sesuatu mahal, tetapi menghasilkan produk
berkualitas yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan bidang
pendidikan. (Gay, Mils dan Airasian (2009:18) dalam Emzir
(2010:263)
Menurut Sukmadinata, (2009:166) Penelitian dan pengembangan
merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara
hasil-hasil penelitian dasar dengan penelitian terapan. Sering dihadapi
adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat
teoritis dengan penelitian terapan yang bersifat praktis. Kesenjangan
ini dapat dihilangkan atau disambungkan dengan penelitian dan
pengembangan
Dengan demikian penelitian pengembangan ini memiliki peranan
yang sangat penting dibidang pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan suatu produk yang telah ada ataupun menciptakan
produk yang baru kemudian menguji efektifitasnya. Sehingga dapat
menghasilkan produk yang berkualitas. Dengan adanya penelitian dan
pengembangan ini dapat dapat dijadikan suatu alat evaluasi untuk
berbagai aspek pendidikan.

B. Tes
Istilah Tes umumnya mengarah pada pengujian (testing). Menurut
Tery Overtoon (2008) dalam Hariyanto (2014:21) yang tertulis dalam
buku yang berjudul Assesmen Pembelajaran mendefinisikan tes sebagai
suatu metode untuk menentukan kecapakan siswa dalam menyelesaikan
14

sesuatu tugas atau mempertunjukkan penguasaan keterampilan atau


penguasaan pengetahuan sesuatu bahan ajar.
Menurut Arikunto, (2013:66) Tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan. Berdasarkan pemaparan di atas tes
dapat didefinisikan sebagai suatu alat untuk menilai dan menentukan
kecakapan, keterampilan dan pengetahuan siswa terhadap suatu bahan
ajar.
Secara umum tes ini memiliki banyak macamnya dapat
diklasifikasikan menurut enam aspek, yaitu menurut sifatnya, menurut
tujuannya, menurut pembuatannya, menurut pelaksanaannya, menurut
keruntutan pelaksanaannya dan menurut acuan yang dipergunakan.

1. Klasifikasi Tes
Menurut, Mulyadi (2010:57) Pembagian Tes berdasarkan
pembuatannya diklasifikasikan menjadi dua yaitu Tes Baku (Standard
direct test) dan Tes Buatan Guru (Teacher Made Test).
a) Tes baku (Standard direct test)
Tes standar atau tes yang dibakukan yaitu tes yang
pembuatannya telah melalui proses standardisasi, baik mengenai
realibilitas maupun validitasnya. Biasanya tes ini dibuat oleh
sekelompok (tim) yang ahli dibidang pembuatan tes . Contohnya tes
kecakapan, tes intelegensi, tes subyektif dan free essay test. (Hariyanto,
2014:31)
b) Tes buatan guru (teacher made test)
Tes buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan instruksional
untuk kelas tertentu. Tes buatan guru yaitu tes yang dibuat oleh guru
untuk kepentingan prestasi belajar. Contohnya adalah tes obyektif
meliputi Tes benar-salah (True-False), Tes Pilihan Ganda (Multiple
Choice Test), Menjodohkan (Matching Test), dan Tes isian
(Completiont Test) (Arikunto, 2012:179-190).
15

2. Kriteria tes yang baik


Untuk mengetahui sebuah tes yang ingin dikembangkan itu baik
atau sebaliknya dapat diketahui dengan dua cara yaitu analisis validitas
logis dan analisis validitas empiris.
1. Validitas logis
Istilah “validitas logis” mengadung kata “logis” berasal dari
kata “logika” yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka
validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada
kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan hasil penalaran. (Arikunto:2011:65)
Kondisi valid tersebut terpenuhi jika instrumen yang
bersangkutan sudah dirancang dengan baik mengikuti teori dan
ketentuan yang ada. Menurut supranata (2004:1) validitas logis ini di
maksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi teknis, isi dan
editorial. Secara teknis dimaksudkan sebagai penelaahan soal
berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal.
Analisis isi dimaksudkan sebagai penelaahan khusus yang berkaitan
dengan kelayakan pengetahuan yang ditanyakan. Analisis secara
editorial berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial
dari soal yang satu ke soal lainnya.
Analisis validitas logis lainnya dapat juga dikategorikan dari
segi materi, konstruksi dan bahasa. Analisis materi dimaksudkan
sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi keilmuan yang
ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuannya yang sesuai
dengan soal. Analisis kontruksi dimaksudkan sebagai penelaahan
yang umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal yang
berkaitan dengan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar
menurut EYD
2. Validitas empiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang
artinya “pengalaman” . sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki
validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
16

(Arikunto:2011:66). Menurut sukardi, (2009:32) jika dibandingkan


analisis validitas logis dan analisis validitas empiris maka validitas
empiris pada umumnya lebih objektif.
Analisis Validitas empiris juga dengan kata lain dapat disebut
sebagai analisis kuantitatif soal yang dilakukan untuk mengetahui
berfungsi tidaknya sebuah soal melalui analisis statistik.
Sebagaimana dikatakan oleh Supranata, (2004:10) mengatakan
bahwa hasil analisis kuantitatif atau validitas empiris dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana soal dapat membedakan antara
peserta tes yang berkemampuan tinggi dalam hal yang
didefinisikan oleh kriteria dengan peserta tes yang kemampuannya
rendah. Analisis kuantitafif diperoleh melalui analisis statistik yang
menekankan pada analisis internal dari soal tersebut meliputi:
parameter tingkat kesukaran soal, daya pembeda, realibilitas,
distraktor, dan validitas.
Adapaun tujuan analisis adalah untuk meningkatkan
kualitas soal yaitu apakah soal :
1. Dapat diterima karena didukung oleh data statistik yang memadai.
2. Diperbaiki karena terbukti terdapat beberapa kelemahan atau
bahkan
3. Tidak digunakan sama sekali karena bukti empiris tidak berfungsi
sama sekali (Kusaeri dan Supranata, 2004:10).

C. Soal Pilihan Ganda


1. Pengertian Soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya
dapat dipilih dari beberapa kemungkinanan jawaban yang telah
disediakan. Konstruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban.
Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus
merupakan jawaban benar atau paling benar sedangkan pengecoh
merupakan jawaban tidak benar, namun daya jebaknya harus
17

berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilihnya jika tidak


menguasai materi (Mursyi, 2009).
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya
harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan. Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok
soal (stem) dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri dari kunci
jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang
benar atau paling benar. Pengecoh menupakan jawaban yang tidak
benar atau kurang tepat, namun memungkinkan seseorang terkecoh
untuk memilihnya apabila tidak menguasai materi dengan baik
(Suprananto, 2012:107).
Jumlah jawaban dalam soal pilihan ganda biasanya ada empat
atau lima. Semakin tinggi tingkat siswa yang diuji biasanya pilihan
jawabannya juga semakin banyak. Bagi siswa SD kelas IV sampai
kelas IX SMP pilihannya sering kali ada empat. Mulai tingkat SMA ke
atas pilihan jawabannya tersedia 5 buah. (Hariyanto,2014:43)
Dari beberapa difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa soal
pilihan ganda adalah soal-soal yang jawabannya telah disediakan,
biasanya terdiri dari empat atau lima pilihan jawaban yang
memungkinan siswa untuk memilih salah satu pilihan jawaban yang
tepat dari pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan.

2. Kaidah-Kaidah Menulis Soal Pilihan Ganda


Ada beberapa kaidah yang harus diikuti dalam penulisan soal
pilihan ganda agar tersusun bermutu. Menurut Suprananto,(2012:108)
Kaidah-kaidah tersebut mencakup beberapa aspek yaitu :
a. Materi
Soal harus sesuai dengan indikator pembelajaran. Artinya,
soal harus menanyakan perilaku atau materi yang hendak diukur
sesuai dengan tuntutan indikator.
Pilihan jawaban dalam soal harus homogen dan logis ditinjau
dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari
18

materi yang sama yang terkandung dalam pokok soal,


penulisannya harus setara dan semua pilihan jawaban harus
berfungsi, serta setiap soal harus mempunyai hanya satu jawaban
benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban
yaitu pilihan jawaban yang paling benar.
b. Konstruksi
Pokok soal yang benar harus dirumuskan secara jelas dan
tegas. Artinya, kemampuan atau materi yang hendak diukur atau
ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau
penafsiran yang berbeda dari yang dimaksud penulis dan hanya
mengandung satu persoalan untuk setiap nomor. Bahasa yang
digunakan harus komunikatif sehingga mudah dimengerti siswa
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja, jangan memberi petunjuk ke arah
yang benar, jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda, panjang rumusan jawaban harus relatif sama dan tampilan
berupa gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat
pada soal harus jelas berfungsi.
c. Kaidah bahasa
Setiap soal harus menggunakan bahasa Indonesia yang benar
sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), menggunakan bahasa
yang komunikatif, dan pilihan jawaban jangan mengulang kata
atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

3. Kelebihan dan Kekurangan Soal Pilihan Ganda


Menurut Hariyanto, (2014:44) Tes pilihan ganda memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tes pilihan ganda dianyaranya :
1. Sejumlah besar gagasan dapat diungkapkan dalam periode waktu
tanggapan yang pendek.
2. Pertanyaan ini mudah cara menjawabnya dan cepat pemberian
skornya.
19

3. Pertanyaan-pertanyaan dapat mencakup tanggapan dari seluruh


tataran kognitif, mulai dari pengetahuan ke evaluasi.
4. Pertanyaan-pertanyaan dapat diperbaiki melalui analisis butir tes

Sedangkan kelemahan dari tes pilihan ganda ini dianyaranya :

1. Tidak dapat menilai tataran kognitif kreasi


2. Siswa-siswa yang mahir dalam bahasa cenderung diuntungkan
3. Memerlukan waktu banyak untuk menyusun butir-butir pertanyaan
yang baik, terutama terkait dengan tingkat kognitif yang lebih
tinggi.

D. Representasi Visual
Representasi adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan
ide/gagasan yang dipelajari dengan cara tertentu. Ragam representasi yang
sering digunakan dalam mengkomunikasikan ide-ide antara lain: diagram
(gambar) atau sajian benda konkrit, tabel, chart, pernyataan, teks tertulis,
ataupun kombinasi dari semuanya (Rahmi, 2002).
Menurut Anggraini dan Kirana (2014:14) istilah visual sendiri
berasal dari bahasa Latin dari kata“Vidare” yang berarti melihat. Melihat
sebuah visual harus dipandu dengan penguraian makna (decoding) visual
yang tepat.
Jadi yang dimaksud dengan representasi visual ialah kemampuan
untuk mengkomunikasikan ide/gagasan yang dipelajari dari sebuah
gambar, foto, diagram, grafik, tabel dan lain sebagainya.
Dalam Teori Dual Coding Paivo yang menjelaskan bahwa visual
dapat meningkatkan pembelajaran. Teori ini mengusulkan bahwa
seseorang yang mengkodekan informasi seperti bahasa, proposisi maupun
gambar representasi menunjukkan bahwa gambar yang berisi informasi
yang tidak terkandung dalam teks, informasi yang ditampilkan dalam
gambar tersebut lebih mudah dipahami dan diingat karena dikodekan
dalam kedua sistem memori sehingga dapat memfasilitasi memori untuk
mengingat (recall). Wandersee, (2005:133).
20

Visual dapat bisa berupa : gambar representasi seperti gambar,


lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya suatu benda.
Gambar bertujuan untuk memvisualisasikan konsep yang ingin
disampaikan, diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep,
organisasi dan struktur isi materi, peta yang menunjukkan hubungan-
hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi, grafik seperti table,
grafik dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecenderungan data
atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka. Arsyad,
(2014:89).
Visual memegang peranan penting dalam proses belajar. Visual
dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara
isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Pengajaran pun akan menjadi
lebih efektif apabila objek dan kejadian dapat divisualisasikan secara
realistik atau menyerupai kejadian yang sebenarnya. Smaldino (2011:69)
mengatakan bahwa penggunaan visual yang efektif dapat meningkatkan
kemampuan kritis dalam menangani aspek visual.
Menurut Smaldino (2011:72) visual memiliki banyak peran dalam
proses pembelajaran diantaranya, menyediakan acuan konkret bagi
gagasan (kata-kata yang tidak tampak atau bersuara akan diwakili oleh
visual karena bersifat ikonik yaitu memiliki kemiripan dengan hal-hal
yang mewakili), mewakili gagasan abstrak menjadi konkret, memotivasi
pemelajar, mengarahkan perhatian, mengulangi informasi, mengingatkan
kembali pembelajaran sebelumnya, dan mengurangi usaha belajar.
Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian proses
penyampaian informasi atau pesan dengan menggunakan media visual.
Visual erat kaitannya dengan Grafis seperti gambar, sket, foto, diagram,
tabel dan lain-lain. Webster mendefinisikan graphics sebagai seni atau
ilmu menggambar, terutama diartikan untuk menggambar mekanik. Dalam
penerapannya kepada media visual bukan hanya sekedar gambar saja.
(Sudjana dan ahmad, 2013:8,19).
21

1. Bentuk-bentuk visual
Berikut ini pemaparan dari bentuk-bentuk visual, Menurut Sudjana dan
Ahmad (2013:27) :
a) Bagan (chart)
Istilah bagan meliputi berbagai jenis-jenisnya seperti peta,
grafik, lukisan, diagram, poster dan bahkan kartun. Dalam hubungan
ini, bagan didefinisikan sebagai kombinasi antara media grafis dan
gambar foto yang dirancang untuk memvisualisasikan secara logis
dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan. Fungsi yang utama
dari bagan adalah menunjukkan hubungan, perbandingan, jumlah
relative, perkembangan, proses, klasifikasi dan organisasi.
Ada beberapa jenis bagan diantaranya bagan pohon, bagan
alir, bagan arus dan bagan table.
1) Bagan Pohon
Sesuai dengan namanya, bagan pohon dikembangakan
dari dasar yang terdiri atas beberapa akar menuju batang
tunggal. Kemudian cabang-cabang pohon tersebut
menggambarkan perkembangan serta hubungan. Contohnya
adalah bagan silsilah.
2) Bagan alir (flowchart)
Bagan alir adalah bagan proses yang menunjukkan suatu
urutan, prosedur, atau aliran proses. Bagan alir sering digambar
secara horizontal dan menampilkan bagaimana kegiatan yang
berbeda-beda, adonan, atau prosedur muncul sebagai suatu
kesatuan yang menyeluruh.
3) Bagan arus (alur)
Bagan alur menggambarkan hubungan kronologis antara
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Biasanya berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa bersejarah atau hubungan orang-orang
terkenal dengan peristiwa-peristiwa itu. Contohnya yaitu gambar
dan lukisan. Biasanya disertakan garis waktu yaitu urutan waktu
dari serangkaian peristiwa.
22

4) Bagan tabel
Berisikan informasi angka-angkaatau data. Bagan tabel ini
berfungsi untuk menunjukkan informasi waktu yang
ditampilkan dalam bentuk kolom-kolom, misalnya jadwal
penerbangan, data Persentase jumlah penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan danetnis pada suatu perusahaan atau instansi.
b) Diagram
Diagram adalah suatu gambaran sederhana yang dirancang
untuk memperlihatkan hubungan timbal balik terutama dengan garis-
garis. Sebuah diagram yang baik adalah sangat sederhana yakni
hanya bagian-bagian terpenting saja yang diperlihatkan. Diagram
lebih sulit dibaca daripada bagan, karena hanya terdiri atas sebuah
garis, sebuah garis besar dari sebuah objek nyata atau sebuah sketsa
penampang memotong dari suatu objek misalnya silinder dari sebuah
kendaraan bermotor, organ tubuh vital,pegunungan bumi, dan lain
sebagainya.
c) Grafik
Grafik didefinisikan sebagai penyajian visual data berangka.
Grafik juga dapat menggambarkan hubungan dan perbandingan
antara unit-unit data, kecenderungan pada data itu. Adapun tujuan
umum dari grafik adalah untuk memperlihatkan perbandingan,
informasi kualitatif dengan cepat secara sederhana. Terdapat
beberapa macam grafik dan yang paling umum digunakan adalah
grafik garis yaitu grafik yang biasa digunakan bila data itu
berkelanjutan, grafik batang yaitu grafik yang mengelompokkan
data pada sejumlah batang baik secara vertikal maupun horizontal
dan panjang batang menunjukkan Persentase data, Grafik lingkaran
atau piring yaitu grafik yang menggambarkan bagian-bagian dari
suatu keseluruhan serta grafik gambar merupakan bentuk alternatif
dari grafik batang dimana serangkaian gambar sederhana digunakan
untuk melukiskan nilai.
23

d) Poster
Poster dapat didefinisikan kombinasi visual dari rancangan
yang kua, dengan warna dan pesan yang dimaksud untuk menangkap
perhatian orang lain. Poster yang baik harus bersifat dinamis,
menonjolkan kualitas dan sesederhana mungkin. Poster memiliki
beberapa kegunaan yaitu untuk motivasi, sebagai peringatan dan
pengalaman yang kreatif.
e) Kartun
Kartun adalah penggambaran dalam bentuk tulisan atau
karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi yang didesain untuk
mempengaruhi opini masyarakat. Kartun berfungsi dalam pengajaran
untuk menjelaskan rangkaian isi bahan dalam satu urutan logis yang
mengandung makna.
f) Komik
Komik didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang
mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan
yang erat dihubungkan dengan gambar.

2. Jenis-jenis Visual
Jenis - jenis visual sebagaimana dikatakan oleh Clark & Lyson
(2004) dalam Smaldino, dkk (2011:75) terbagi menjadi enam kategori,
diantaranya:
a) Realistik
Visual realistik menampilkan objek sebenarnya yang sedang
dipelajari. Sebagai missal, foto berwarna dari sebuah kereta tertutup
merupakan visual yang realistik. Dengan menggunakan warna-
warna alamiah dapat meningkatkan derajat realisme.
b) Analogis
Visual analogis menyampaikan sebuah konsep atau topik dengan
menampilkan sesuatu lainnya dan menyiratkan kemiripan. Menurut
Newby, Ertmer dan Stepich (1995) dalam Smaldino, dkk (2011:76)
memperlihatkan bahwa para siswa yang belajar konsep biologi
24

diuntungkan dari penggunaan analog-analog visual. Visual semacam


itu membantu para pemelajar menafsirkaninformasi baru yang terkait
dengan pengetahuan sebelumnya dan karenanya memudahkan
belajar.
c) Organisasional
Visual organisasional menampilkan hubungan kualitatif di antara
berbagai elemen. Contoh-contoh yang umum meliputi digram
klasifikasi, time lines, diagram alur dan peta. Pengatur-pengatur
grafis ini bisa memperlihatkan hubungan di antara titik-titik atau
konsep-konsep utama dalam material tekstual.
d) Relasional
Visual rasional mengomunikasikan hubungan kuantitatif. Contoh-
contohnya meliputi diagram batang, grafik gambar, diagram kue dan
grafik garis.
e) Transformasional
Visual transformasional menggambarkan pergerakan atau perubahan
sesuai dengan tempat. Contoh-contohnya adalah digram beraminasi
tentang bagaimana menjalankan sebuah prosedur. Visual-visual ini
menampilkan perubahan atau pergerakan sejalan dengan waktu dan
tempat.
f) Interpretif
Visual interpretif menggambarkan hubungan teoritis atau abstrak.
Contohnya yaitu diagram skematik dari sebuah sirkuit listrik. Visual
interpretif membantu para pembelajar membangun model mental
dari kejadian atau proses yang tak terlihat, abstrak, atau keduanya.

Jenis-jenis spesifik visual dalam pembelajaran berupa visual non


terproyeksi dan terproyeksi. Visual terproyeksi meliputi semua yang
berasal dari peranti lunak presentasi, gambar digital, kamera dokumen, dan
proyektor OHP. Sedangkan visual non terproyeksikan meliputi semua
visual yang tidak memerlukan perlengkapan khusus dalam pengambilan
visualnya yang dapat berupa tulisan atau gambar diam. (Smaldino : 2011)
25

Ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui dalam penulisan


berbasis visual, diantaranya:

1. Visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan garis, karton,


bagan dan diagram. Gambar realistis harus digunakan secara hati-hati
karena gambar yang amat rinci dengan realism sulit diproses dan
dipelajari bahkan sering sekali mengganggu perhatian siswa untuk
mengamati apa yang seharusnya diperhatikan.
2. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat
pada teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik
3. Grafik digunakan untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi
sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan siswa
menggunakan informasi.
4. Ulangi sajian visual dan libatkan sisa untuk meningkatkan daya ingat.
5. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep
misalnya dengan konsep yang divisualkan secara berdampingan.
6. Hindari visual yang tak berimmbang dan tekankan kejelasan dan
ketepatan dalam semua visual.
7. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
8. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca
9. Visual, khususnya diagram dapat membantu untuk memppelajari
materi yang agak kompleks
10. Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan khusus
akan efektif apabila: (a) jumlah objek dalam visual yang akan
ditafsirkan dengan benar dijaga agar terbatas, (b) jumlah aksi terpisah
yang penting pesan-pesannya harus ditafsirkan dengan benar
sebaiknya terbatas, dan (c) semua objek dan aksi yang dimaksudkan
dilukiskan secara realistic sehingga tidak terjadi penafsiran ganda.
11. Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan
mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk
mempermudah pengolahan informasi.
12. Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk
menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual, member
26

nama orang,tempat atau objek, menghubungkan kejadian atau aksi


dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya dan
menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang
kerjakan,pikirkan atau kata-kata.
13. Warna harus di gunakan secara realistik.
14. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan
perhatian dan membedakan komponen-komponen. (Arsyad:2014:89)

3. Level Visual
Menurut Yen dan Mc Tigue (2009) dalam Anagnostopoulou (2015)
peran fungsional representasi visual ada tiga level diantaranya :
a. Level 1
Level ini merupakan level terendah. Di dalam level ini
menampilkan informasi berlebih untuk pernyataan sendiri.
Representasi tersebut untuk menjawab pertanyaan dianggap tidak
perlu, karena tanpa dukungan representasional, pertanyaan masih
bisa dijawab dengan benar.
b. Level 2
Representasi visual level ini memberikan sebagian informasi yang
diperlukan, tetapi tidak cukup untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Artinya siswa harus memperoleh informasi dari representasi visual.
Teks verbal, dan pengetahuan sebelumnya untuk dapat menjawab
soal
c. Level 3
Representasi visual level ini berisi semua informasi yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Siswa harus bisa menafsirkan
dan mengatur kembali informasi untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Namun mereka tidak bergantung pada pengetahuan mereka
sebelumnya, tetapi mereka perlu pengetahuan terprosedur.
27

E. Keterampilan Berpikir Kritis


Menurut Soemardjo dalam Bono, (1992:33) berpikir merupakan
suatu proses pikiran guna memecahkan masalah atau menjelaskan suatu
situasi serta menjabarkan segala hal-ikhwal menurut akal.
Berpikir kritis erat kaitannya dengan berpikir reflektif, John Dawey
seorang filusuf berkebangsaan inggris yang dikenal sebagai bapak tradisi
berpikir kritis modern, mendefinisikan berpikir kritis sebagai,
“pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai
sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja
dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-
kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya” Fisher, (2008:2).
Berpikir kritis adalah metode berpikir mengenai hal,substansi atau
masalah apa saja dimana sipemikir meningkatkan kualitas pemikirannya
dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam
pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya
(Paul,Fisher and Nosich, 1993, hlm.4 dalam Fisher, 2008, hal 4)
Berdasarkan beberapa definisi berpikir kritis yang telah dipaparkan
di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis ialah kemampuan untuk
menalar dan berpikir reflektif untuk menentukan apa yang harus dilakukan
dan diyakini berdasarkan fakta dan informasi-informasi yang didapat
untuk memutuskan suatu kesimpulan.
Untuk dapat menyusun soal yang menuntut penalaran tinggi seperti
berpikir kritis terdapat beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman
dengan melibatkan berbagai aspek diantaranya pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi bukan hanya ingatan. Dalam Taksonomi
Bloom kemampuan berpikir kritis terdapat pada tingkatan C4, C5 dan C6
yaitu analisis, evaluasi dan sintesis. Kemudian memberikan stimulus
seperti gambar, grafik, foto, tabel, symbol, peta, film dan lain sebagainya.
Setelah itu mengukur kemampuan berpikir kritisnya. (Kusaeri dan
Suprananto, 2012:152)
Menurut Norris dan Ennis (1985) berpikir kritis adalah pemikiran
yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang
28

mesti dipercaya atau dilakukan. Terdapat 11 komponen berpikir kritis


menurut Ennis (1985) yaitu : (1) merumuskan masalah; (2) menganalisis
argumen; (3) bertanya dan menjawab pertanyaan; (4) menilai kredibilitas
sumber informasi; (5) mengamati dan melaporkan hasil pengamatan; (6)
membuat dan menilai deduksi; (7) keputusan dan menilai induksi; (8)
mendefinisikan dan menilai definisi; (9) mengidentifikasi asumsi; (10)
memutuskan dan melaksanakan; dan (11) berinteraksi dengan orang-
orang. Berikut ini penjelasan Indikator berpikir kritis, Ennis (1985) yang
diambil dalam buku Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing
Mind : A Resource Book For Teaching Thinking Virginia.

Nomor Indikator Sub Indikator


1 Memfokuskan  Mengidentifikasi atau merumuskan
pertanyaan pertanyaan
 Mengidentifikasi atau merumuskan
criteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
 Menjaga kondisi berpikir
2 Menganalisis  Mengidentidikasi kesimpulan
argument  Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan
 Mengidentifikasi alasn yang tidak
dinyatakan
 Melihat persamaan dan perbedaan
 Mengidentifikasi dan menangani
penyimpangan
 Melihat struktur dari suatu argument
 Membuat ringkasan
3 Bertanya dan  Mengapa ?
menjawab  Apa pokok pikiran utama
pertanyaan  Apa maksud … ?
 Apa contoh dari ?
29

 Apakah yang bukan contoh dari ?


 Bagaimana yang terjadi untuk kasus ?
 Apa perbedaan dari perlakuan ini?
 Apa fakta dari ?
 Bagaimana pendapatmu ?
 Akankah kamu melengkapi pendapat
tersebut ?
4 Mempertimbangkan  Mempertimbangkan keahlian
apakah sumber  Mempertimbangkan kemenarikan
dapat diperccaya konflik
atau tidak  Mempertimbangkan kesesuaian
sumber
 Mempertimbangkan reputasi
 Mempertimbangkan penggunaan
prosedur yang tepat
 Mempertimbangkan resiko untuk
reputasi
 Kemampuan untuk memberikan
alasan
 Kebiasaan berhati-hati
5 Mengobservasi dan  Melibatkan sedikit dugaan
mempertimbangkan  Menggunakan waktu yang singkat
laporan observasi antara observasi dan laporan
 Melaporkan hasil observasi
 Merekam hasil observasi
 Menggunakan bukti-bukti yang benar
 Menggunakan akses yang baik
 Menggunakan teknologi
 Mempertanggungjawabkan hasil
observasi
6 Mendeduksi dan  Siklus logika euler
mempertimbangkan  Mengkondisikan logika
30

hasil deduksi  Menyatakan tafsiran


7 Menginduksi dan  Membuat dan menentukan hasil
mempertimbangkan pertimbangan berdasarkan latar
hasil induksi belakang fakta-fakta
 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan akibat
 Membuat dan mempertimbangkan
hasil pertimbangan berdasarkan
penarikan fakta
 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan keseimbangan dan
masalah
8 Mendefinisikan  Membuat definisi
suatu istilah dan  Strategi membuat definisi bertindak
mempertimbangkan memberikan penjelasan lanjut
suatu definisi  Mengidentifikasi dan menangani
ketidakbenaran yang disengaja
membuat isi definisi
9 Mengidentifikasi  Penjelasan bukan pernyataan
asumsi-asumsi  Mengonstruksi argument
10 Menentukan suatu  Mengungkap masalah
tindakan  Memlih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang
mungkin
 Merumuskan solusi alternatif
 Menentukan indikator sementara
 Menentukan tindakan sementara
 Mengulang kembali
 Mengamati penerapannya
11 Berinteraksi dengan  Menggunakan argument
orang lain  Menggunakan strategi logika
 Menggunakan strategi retorik
31

F. Langkah-Langkah Pengembangan Tes


Menurut Borg dan Gall (1989) yang dikutip dalam buku
Metodologi Penelitian Pendidikan ada sepuluh langkah strategi penelitian
dan pengembangan, yaitu :
1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).
Pengukuran kebutuhan, studi literature, penelitian dalam skala kecil dan
pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.
2. Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi
kemampuan-kemampuan yang diperlakukan dalam pelaksanaan
penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian
tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian kemungkinan
pengujian dalam lingkungan terbatas.
3. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product).
Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan
instrument evaluasi
4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing).
5. Merevisi hasil uji coba (main product revision).
6. Uji coba lapangan (main field testing)
7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operasional product
revision)
8. Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing)
9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision)
10. Diseminasi dan Implementasi (dissemination and implementation).
Melaporkan hasilnya dalam pertemuan professional dan dalam jurnal

G. Sistem Indra
Indra adalah organ reseptor sensorik yang berfungsi untuk menerima
rangsangan. Reseptor sensorik adalah strukutur penerima rangsangan dari
luar (eksteroreseptor) seperti bau, warna, dan rasa ataupun rangsangan dari
dalam (interoreseptor) contohnya presoreseptor, osmoreseptor, dan
kemoreseptor.
32

Berdasarkan sifat sinyal yang dideteksi (yang ditransduksikan),


reseptor sensoris dibagi menjadi lima kategori, yaitu mekanoreseptor yang
dirangsang oleh perubahan bentuk fisik yang disebabkan oleh stimulus
seperti tekanan,sentuhan dan regangan, kemoreseptor ialah reseptor umum
yang menghantarkan informasi mengenai konsentrasi zat terlarut total
dalam suatu larutan dan reseptor spesifik yang merespon terhadap masing-
masing jenis molekul, fotoresptor yang dirangsang oleh sinar, nosireseptor
(painreseptor) yang mendeteksi rasa sakit dan termoreseptor yang
mendeteksi perubahan suhu.
Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari
lima indra yaitu indra penglihatan (mata), indra pendengaran (telinga),
indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah), dan indra peraba
(kulit).
1. Indra Penglihatan (Mata)
Bola mata terdiri atas sklera (sclera), lapisan luar yang keras dan
berwarna putih terbuat dari jaringan ikat dan lapisan dalam yang tipis
dan berpigmen yang disebut koroid. Dibagian depan mata, sklera
terdapat kornea (cornea) yang transparan yang melewatkan cahaya ke
dalam mata serta bertindak sebagai lensa tetap. Dibagian depan mata
koroid membentuk iris yang berbentuk donat, yang memberikan
warna pada mata. Dengan mengubah ukuran, iris meregulasi jumlah
cahaya yang memasuki pupil, lubang di tengah iris. Tepat di dalam
koroid, retina membentuk lapisan terdalam dari bola mata dan
mengandung lapisan-lapisan neuron dan fotoreseptor. Suatu titik
dibagian luar bawah retina, tempat saraf optik melekat ke mata. karena
tidak ada fotoreseptor dalam cakram optik maka akan terbentuk bintik
buta. Jika terdapat cahaya yang melalui bagian tersebut maka cahaya
tidak difokuskan.
Lensa (lens) dan badan bersilia (ciliary body) membagi mata
menjadi dua rongga anterior diantara kornea dan lensa serta rongga
posterior yang jauh lebih besar di belakang lensa. Badan bersilia terus
menerus menghasilkan aqueous humor yang jernih dan berair, yang
33

mengisi rongga anterior. Sumbatan saluran yang mengalirkan aqueous


humor dapat mengakibatkan glaukoma. Kondisi berupa peningkatan
tekanan di mata yang dapat merusak saraf optik menyebabkan
penglihatan berkurang bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.
Rongga posterior, yang terisi oleh vitreous humor serupa jeli,
menyususn sebagian besar volume mata. lensa sendiri ialah cakram
protein yang transparan.
Pada bagian retina terdapat sel batang dan sel kerucut, dua tipe
fotoreseptor yang berbeda bentuk dan fungsi. Sel batang lebih sensitif
terhadap warna namun tidak bisa membedakan warna sehingga
memungkinkan kita saat melihat malam hari. Sel kerucut lebih
sensitif terhadap warna dan sedikit berperan dalam penglihatan malam
sehingga memungkinkan hanya untuk penglihatan siang hari. Ada tiga
spektrum sel kerucut masing-masing memberikan sensitivitas yang
berbeda terhadap spektrum tampak, sehingga memberikan respon
yang optimal terhadap cahaya merah, hijau dan biru. Sehingga dalam
tes buta terdapat terbuta warna merah, hijau dan biru. Tes buta warna
dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya ada tes istihara dan
tes holmgren
Jumlah sel batang dan sel kerucut bervariasi pada retina
manusia. Secara keseluruhan, retina manusia mengandung 125 juta sel
batang dan sekitar 6 juta sel kerucut.Ada suatu kondisi dimana
seseorang tidak dapat melihat warna sarna sekali. Cacat tersebut
dinamakan buta warna yang mempengaruhi total maupun sebagian
kemampuan individu untuk membedakan warna.Variasi dari buta
warna yang dibawa sejak lahir cukup nyata, antaralain :
a) Akromatisme atau Akromatopsia, adalah kebuataan warna total
dimana semua warna dilihat sebagai tingkatan warna abu-abu.
b) Diakromatisme, adalah kebutaan tidak sempurna yang
menyangkut ketidakmampuan untuk membedakan warna-wama
merah dan hijau. Untuk kesimpang siuran warna ini ada tiga
tipe,yaitu:
34

1. Deutrinophia, yaitu orang yang kehilangan kerucut hijau


sehinggaia tidak dapat melihat warna hijau.
2. Protanophia, yaitu orang yang kehilangan kerucut merah
sehingga ia buta warna merah
3. Tritanophia, yaitu kondisi yang ditandai oleh ketidakmampuan
untuk mengenali warna biru dan kuning dimana conus biru
atau kuning tidak peka terhadap suatu daerah spektrum visual.

Menurut Hering, buta warna partial disebabkan karena orangtua


tidak mempunyai substansi warna merah-hijau (daltonis).
Rodopsin terbentuk dari protein dan retinen (vitamin A). Dalam
keadaan gelap, semua retinen dan opsin di dalam sel batang dan
kerucut diubah menjadi pigmen peka cahaya.
Pada waktu terang rhodopsin dipecah terus menerus sehingga
akan habis atau tidak ada. Sedangkan pada saat gelap, rhodopsin tidak
dipecah sehingga banyak tertimbun. Jika seseorang datang dari tempat
terang ketempat gelap atau remang-remang, kepekaan retina lambat
laun akan meningkat dan menjadi maksimum setelah 20 menit. Waktu
itulah yang dibutuhkan untuk menimbun cukup rhodopsin. Dalam
keadaan tersebut sinar hijau adalah sinar yang tercepat memecahnya,
sedangkan sinar merah adalah sinar yang lambat memecahnya.
Sebaliknya, jika seseorang pergi dari tempat gelap ketempat terang,
matanya akan menjadi silau untuk Sementara (5 menit) karena conus
penuh dengan rhodopsin dan diperlukan waktu untuk mencapai taraf
keseimbangan lagi antara produksi dan penguraian.
Jika mata mengalami ketidaknormalan fungsional maupun
struktural kemungkinan akan mengalami beberapa kelainan sebagai
berikut :
a. Miopi, jika bayangan benda jatuh di depan bintik kuning karena
bentuk lensa mata terlalu cembung. Penderita dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata negatif (lensa cekung)
b. Hipermetropi atau Hiperopia, jika bayangan benda jatuh di
belakang bintik kuning karena bentuk lensa mata terlalu pipih.
35

Penderita dapat dibantu dengan menggunakan kacamata positif


(lensa cembung)
c. Astigmatisme, diakibatkan karena ketidakteraturan pada lengkung
kornea sehingga bayangan benda tidak fokus pada satu titik.
Penderita dapat dibantu dengan menggunakan kacamata silinder.
d. Diplopia, diakibatkan karena kelemahan pada salah satu atau lebih
dari satu otot pengendali gerakan mata.
e. Presbiopi, jika bayangan jatuh di belakang retina karena bentuk
lensa mata terlalu pipih. Penderita biasanya berusia lanjut.
Penderita dapat dibantu dengan menggunakan kacamata rangkap.
f. Buta warna, ketidakmampuan warna dalam membedakan warna-
warna tertentu.
g. Rabun senja (hemeralopi), yaitu gangguan penglihatan akibat
kekurangan vitamin A
h. Xeroftalmia dan kerotomalasi, yaitu gangguan penglihatan akibat
pengeringan kornea
i. Katarak, gangguan penglihatan karena ada bagian pada satu atau
kedua lensa yang kabur.
(Bobick dan Balaban, 2014)

2. Indra Pendengar (Telinga)


Dalam pendengaran, telinga mengubah energi gelombang ini
menjadi impuls saraf yang dipersepsi oleh otak sebagai suara.
Langkah pertama dalam pendengaran melibatkan struktur-struktur
di dalam telinga yang mengubah getaran udara yang bergerak
menjadi gelombang tekanan dalam cairan. Saat mencapai telinga
luar, udara yang bergerak menyebabkan membran timpani
bergetar. Ketiga tulang telinga bagian tengah meneruskan getaran
itu ke jendela oval, suatu membran yang terletak di permukaan
koklea. Ketika salah satu dari tulang-tulang itu, sanggurdi,
menggetarkan jendela oval, getaran itu menciptakan gelombang
tekanan dalam cairan di dalam koklea. Saat memasuki kanal
vestibular, gelombang tekanancairan mendorong ke bawah duktus
36

koklea dan membran basilar dan sel-sel rambut yang melekat


bergetar naik dan turun. Rambut-rambut yang menjulur dari sel-sel
rambut yang bergerak dibengkokkan oleh membran tektorial yang
terletak pada posisi yang tetap di atas sel.
Telinga mengantarkan informasi ke otak tentang dua variabel
suara yang penting : volume dan titinada. Volume (kenyaringan)
ditentukan oleh amplitudo, atau tinggi, gelombang suara.
Gelombang suara beramplitudo besar menyebabkan getaran yang
lebih kuat dari membran basilar, penekukan rambut-rambut yang
lebih besar pada sel-sel rambut, dan lebih banyak potensial aksi di
dalam neuron sensoris. Titinada (Pitch) adalah fungsi frekuensi
gelombang suara, jumlah getaran per satuan waktu. Gelombang
berfrekuensi tinggi menghasilkan suara bertitinada tinggi,
sedangkan gelombang berfrekuensi rendah menghasilkan suara
bertitinada rendah. Titinada umumnya dinyatakan sebagai siklus
per detik, atau hertz (Hz). Manusia muda yang sehat dapat
mendengar dalam kisaran 20-20.000 Hz, anjing dapat mendengar
suara tertinggi 40.000 Hz, sementara kelelawar dapat
mengeluarkan dan mendengarkan suara berdetik pada frekuensi di
atas 100.000 hz. Sementara kelelawar dapat mengeluarkan dan
mendengarkan suara berdetik pada frekuensi di atas 100.000 Hz,
dan menggunakan kemampuan ini untuk menentukan lokasi benda.
Sejumlah organ di telinga bagian dalam manusia dan
sebagian besar mamalia yang lain mendeteksi pergerakan, posisi
dan keseimbangan tubuh. Bagian tersebut terletak di dalam
vestibula di belakang jendela oval, utrikulus dan
sakulus.memungkinkan kita mempersepsi posisi terhadap gravitasi
atau percepatan linier. Masing-masing dari ruang ini mengandung
lembaran sel-sel rambut yang menjulur kedalam material
bergelatin. Di dalam gel ini tertanam banyak partikel kalsium
karbonat kecil yang disebut otolit. Otolit bertanggung jawab dalam
mempersepsi percepatan maupun gerakan kepala ke kiri dan ke
37

kanan. Tiga kanal semisirkuler yang terhubung ke utrikulus


mendeteksi perputaran kepala dan bentuk percepatan sudut yang
lain salah satunya seperti saat memutarkan badan, memutar kepala,
dll. (Campbell,2010:266-268)
Telinga dapat mengalami ketidaknormalan struktural maupun
fungsional sebagai berikut.
a. Tuli
1. Tuli konduktif terjadi disebabkan oleh menumpuknya
kotoran telinga di saluran pendengaran, sehingga
mengganggu transmisi suara ke koklea.
2. Tuli saraf terjadi bila terdapat kerusakan pada saraf
pendengaran atau kerusakan pada koklea khususnya pada
organ korti, (Bobick dan Balaban, 2014).
b. Presbikusis adalah kerusakan pada sel saraf pendengaran yang
pada umumnya terjadi pada usia manula.
c. Motion sickness atau mabuk perjalanan merupakan gangguan
pada fungsi keseimbangan telinga. Penyebabnya adalah
rangsangan yang terus menerus oleh gerakan atau getaran-
getaran yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun
udara.
d. Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi, gegar otak, dan alergi.
e. Meniere terjadi akibat peningkatan jumlah cairan pada labyrin.
Penyakit ini biasanya menerang usia lanjut.

3. Indra Pembau (Hidung)


Sel-sel reseptor olfaktoris melapisi bagian atas rongga hidung
dan mengirimkan impuls melalui akson langsung ke gelembung
olfaktori di otak. Ujung penerima sel-sel tersebut mengandung silia
yang menjulur ke dalam lapisan mukus yang menyelaputi rongga
hidung. Manusia dapat membedakan ribuan aroma yang berbeda,
38

masing-masing disebabkan oleh odoran yang berbeda secara


struktural. (Campbell,2010:271)
Ketika menginjak usia lanjut, neuron-neuron tersebut
mengalami kerusakan seiring dengan berlalunya waktu. Orang-
orang biasanya mengalami penurunan indra olfaktori seiring
dengan usia. Malahan, diperkirakan bahwa seseorang akan
kehilangan sekitar satu persen dari penerima olfaktori setiap
tahunnya. Jika sel-sel olfaktori terluka bahkan rusak maka sel-sel
basal kecil terletak dalam lapisan epitel ofaktori, mampu membagi
dan mengubah diri menjadi sel-sel penerima olfaktori. Sel-sel ini
bertindak sebagai sekelompok sel batang saraf, (Bobick dan
Balaban, 2014:165)
Hidung dapat mengalami ketidaknormalan struktural maupun
fungsional sebagai berikut.
a. Anosmia
Anosmia adalah hilangnya kemampuan membaui sebagian
atau seluruhnya. Kondisi tersebut bisa diakibatkan oleh
berbagai faktor, termasuk peradangan pada lapisan rongga
hidung karena infeksi pernafasan, merokok secara berlebihan
atau akibat menggunakan narkoba tertentu seperti kokain.
b. Pilek
Salesma dan Influenza adalah gangguan pada indra penciuman
dimana penderita mengalami infeksi pada alat pernafasan.
Gangguan ini disebabkan oleh virus dan umumnya
menyebabkan batuk, pilek, sakit leher, danterkadang juga
disertai dengan panas serta sakit pada persendian.
c. Sinusitis
Sinusitis atau peradangan sinus yang terjadi pada rongga-
rongga dalam tulang yang berhubungan dengan rongga hidung.
Sinusitis memiliki tanda-tanda berikut : (1) terasa sakit di
wajah, khususnya sekitar mata. terlebih ketika mengetuk
tulang atau menundukkan kepala, (2) hidung sering tersumbat
39

karena adanya nanah atau ingus yang kental dan (3) terkadang
disertai panas.
d. Rhintis Allergica bisa disebabkan reaksi alergi pada hidung
karena masuknya substansi asing dalam saluran tenggorokan.
e. Epistaksis yaitu perdarahan dari hidung yang dapat berupa
perdarahan anterior dan perdarahan posterior. Perdarahan
anterior merupakan perdarahan yang berasal dari septum
bagian depan (pleksus kiesselbach atau arteri etmoidalis
anterior).
f. Polip adalah pertumbuhan jaringan pada saluran pernapasan
hidung atau pada sinus.

4. Indra Pengecap (Lidah)


Sel-sel reseptor pengecapan pada mamalia adalah sel epitel
termodifikasi yang terorganisasi menjadi kuncup pengecap (teste
bud) yang tersebar disejumlah area lidah dan mulut. Sebagian besar
kuncup pengecap di lidah terasosiasi dengan penjuluran berbetuk
puting yang disebut papila (papilla). Reseptor pada kuncup
pengecap bertanggung jawab untuk mengenali lima tipe testan.
Empat testan mempresentasikan persepsi rasa yang familiar seperti
manis, asin, asam dan pahit. Tastan kelima, disebut umami
ditimbulkan oleh asam amino glutamat. Sering sekali digunakan
sebagai penambah rasa, monosodium glutamat (MSG) ditentukan
secara alamiah pada makanan seperti daging dan keju tua. Wilayah
lidah manapun yang memiliki kuncup pengecap dapat mendeteksi
lima rasa tersebut. (Campbell,2010:270)
Lidah dapat mengalami ketidaknormalan struktural maupun
fungsional sebagai berikut
a. Oral candidosis, gejala ini ditandai dengan lidah yang
berwarna putih krem disebabkan karena infeksi jamur candida
albicans
40

b. Sariawan, adalah gejala erosi pada lapisan epitel di dalam


mulut yang dapat menimbulkan rasa perih ketika makan.
Sariawan disebabkan oleh kekurangan vitamin A, makan
makanan yang bersifat panas, kekurangan zat besi, atau karena
penurunan daya tahan tubuh.
c. Ageusia, merupakan salah satu gangguan pada lidah, dimana
lidah tidak dapat merasakan rasa sama sekali.
d. Glossopyrosis, adalah sebuah gangguan pada lidah dengan
gejala lidah terasa perih dan terbakar namun tanpa gejala.
Penyebabnya adalah penggunaan obat kumur dalam jangka
panjang.
e. Atropic glistis, adalah sebuah gangguan pada lidah yang
ditandai dengan lidahnya akan tampak licin dan mengkilat.
Gangguan ini disebabkan oleh kekurangan zat besi.

5. Indra Peraba (Kulit)


Indra peraba pada manusia adalah kulit. Kulit memiliki
beberapa tipe reseptor sensorik. Misalnya, berupa mekanoreseptor,
nosiseptor dan termoreseptor. Oleh sebab itu, kulit sangat sensitif
terhadap sentuhan, panas, dingin, tekanan dan rasa sakit (nyeri).
Jika kulit diransang, maka berbagai ransangan yang berbeda dapat
muncul. Perbedaan macam ransangan yang muncul di tentukan
oleh reseptor-reseptor khusus (indra) yang terdapat pada ujung-
ujung saraf.
Reseptor pada kulit adalah sebagai berikut:
a) Korpuskula Paccini, merupakan marupakan sraf perasa tekanan
kuat
b) Ujung saraf sekeliling rambut, merupakan saraf peraba
c) Korpuskula Ruffini, merupakan saraf perasa panas
d) Ujung saraf Crausse, merupakan saraf perasa dingin
e) Korpuskula Meissner, merupakan saraf perasa nyeri
41

f) KorpuskulaMerkel, merupakan saraf perasa sentuhan dan


tekanan dingin
Kulit dapat mengalami ketidaknormalan struktural maupun
fungsional sebagai berikut
1. Jerawat disebabkan oleh tersumbatnya pori-pori kulit oleh
kotoran.
2. Panu adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur dan dapat
menimbulkan rasa gatal.
3. Kudis disebabkan oleh tungau yang dikenal dengan nama
Sarcoptes scabiei. Penderita akan merasa gatal yang luar biasa.
Penyakit ini seringkali dijumpai pada anak-anak. Kudis
biasanya ditemukan pada selah-selah jari tangan, pergelangan
tangan, dan pinggang batas celana.
4. Eksim ditandai dengan badan yang meradang dan iritasi. Eksim
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya setelah memegang
sabun ternyata tangan terasa gatal. Gejala yang timbul pada
kulit bervariasi, ada yang terasa gatal ringan dan ada juga yang
merasaan panas.

Anda mungkin juga menyukai