Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI DENGAN

KEJADIAN KARIES GIGI TAHUN 2015


(Studi Pada Siswa SD Yos Sudarso Dan SDN 02 Desa Sungai Ayak Kecamatan
BelitangHilir Kabupaten Sekadau)
Evyana1, Rohmawati2, Tedy Dian Pradana 3
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jl.Jend.A.Yani No.111 Pontianak Kalimantan Barat Telp. 0561 737278
Email: evyanapakpahan@gmail.com, rochmawati12@gmail.com,tedypradana@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit yang sering terjadi pada anak usia sekolah adalah salah satunya penyakit gigi dan
mulut yaitu karies gigi. Karies gigi merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi yang
bersifat kronis dan disebabkan oleh aktifitas jasad renik yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada gigi (karies gigi). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
pengetahuan dan perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi SD Yos Sudarso dan
SD Negeri 02 Desa sungai Ayak, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau 2015.
Penelitian ini menggunakan desain Case Control dengan Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 233 orang. Sampel penelitian sebanyak 72 orang (36 kasus dan 36 kontrol) yang
diambil melalui teknik Simple Random. Uji statistik yang digunakan uji chi-square dengan
tingkat kepercayaannya 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan (p value = 0,00), perilaku waktu menggosok gigi (p value =
0,00,), keterampilan menggosok gigi (p value =0,00) dengan kejadian karies gigi. Variabel
yang tidak berhubungan yaitu perilaku penggunaan pasta gigi (p value = 0,54), perilaku
waktu menggosok gigi (p value = 0,34), penggunaan sikat gigi (p value = 0,35).
Disarankan pemeliharaan gigi sejak usia dini dalam pengetahuan tentang perilaku dan
keterampilan menggosok gigi yang baik dan benar kepada anak SD Yos Sudarso dan SDN 02
Sungai Ayak.

Kata kunci : Pengetahuan, perilaku, kejadian karies gigi.

Daftar Pustaka : 17 (2005-2014).

1
RELATED KNOWLEDGE AND BEHAVIOR BY RUBBING DENTAL DENTAL
caries EVENTS 2015
(Studies in Elementary Students Yos Sudarso And SDN 02 Sift Sungai Village District of
BelitangHilir Sekadau)

ABSTRACT

Disease is common in school-age children is one of dental and oral diseases are dental caries.
Dental caries is a dental hard tissue damage that is chronic and is caused by the activity of
microorganisms that causes tooth decay (dental caries). The purpose of this study was to
determine the correlation between knowledge and behavior of brushing teeth with dental
caries incidence Yos Sudarso SD and SD Negeri 02 Sift river village, District Belitang Hilir,
Sekadau, 2015.
This study uses a case-control design with a population in this study amounted to 233 people.
The research sample as many as 72 people (36 cases and 36 controls) were taken through
simple random technique. The statistical test used chi-square test with a confidence level of
95%. The results showed that there was significant relationship between knowledge (p value
= 0.00), skills brushing teeth (p value = 0.00) and the incidence of dental caries. time behavior
brushing teeth (p value = 0.008,), skills brushing teeth (p value = 0.000) Variables are not
related, the behavior of the use of toothpastes (p value = 0,54), time behavior brushing teeth
(p value = 0.34), use a toothbrush (p value = 0.35).
Suggested maintenance of teeth from an early age in the knowledge of the behavior and skills
to brush their teeth properly to elementary school children Yos Sudarso and SDN 02 Sungai
Ayak.

Keywords : Knowledge, behaviors, incidence of dental caries.


References : 14 (2005-2014).

2
PENDAHULUAN terjadi pada anak-anak karena anak-anak
Masalah kesehatan gigi dan mulut, menjadi cenderung lebih menyukai makanan manis-
perhatian yang sangat penting dalam manis dan minuman yang bisa menyebabkan
pembangunan kesehatan yang salah satunya terjadinya karies gigi. Anak-anak umumnya
disebabkan oleh rentannya kelompok anak senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak
usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi.1 makan gula-gula dan jarang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian membersihkannya, maka gigi-giginya banyak
integral dari kesehatan secara keseluruhan. yang mengalami karies.7 Kabupaten Sekadau
Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak termasuk salah satu dari lima
diderita masyarakat adalah penyakit karies Kabupaten/Kota dengan prevalensi masalah
gigi kemudian diikuti oleh penyakit gigi dan mulut tertinggi setelah Kabupaten
periodontal di urutan ke dua.2 Landak dan Bengkayang dengan angka
Karies gigi sejauh ini menjadi masalah 29,7%. Untuk menilai status kesehatan gigi
kesehatan anak yang sangat memerlukan dan mulut dalam hal ini karies gigi
perhatian. World Health Organization digunakan nilai DMF-T (Decay Missing
(WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka Filled Teeth). Indeks DMF-T Kabupaten
kejadian karies pada anak masih sebesar 60- Sekadau sangat tinggi mencapai 6,14%.8
90%. Demikian halnya dengan pemasalahan Data Karies gigi pada anak sekolah dasar di
Negara Indonesia yang berkaitan dengan Kecamatan Belitang Hilir Kabupaten
kesehatan gigi, terdapat 89% anak dengan Sekadau pada tahun 2014 menyebutkan
usia di bawah 12 tahun menderita penyakit bahwa dari total 602 murid Sekolah Dasar,
yang berhubungan dengan gigi dan mulut.3 sebesar 54,48% mengalami karies gigi
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar diakibatkan karena perilaku menggosok gigi
(Riskesdas) tahun 2013, dilihat dari yang kurang baik.9
kelompok umur, golongan umur muda lebih Hasil survey pendahuluan yang dilakukan
banyak menderita karies gigi aktif peneliti di SD Yos Sudarso dan SD Negeri
dibandingkan umur 45 tahun ke atas, dimana 02 Sungai Ayak terhadap 10 murid
umur 10-24 tahun karies gigi aktifnya adalah ditemukan (80%) diantaranya mengalami
66,8-69,5%, umur 45 tahun ke atas 53,3% karies gigi. Berdasarkan hasil wawancara
dan pada umur 65 tahun ke atas sebesar dengan murid-murid tersebut diketahui
43,8%. Keadaan ini menunjukkan karies gigi bahwa (80%) siswa tidak mengetahui
aktif banyak terjadi pada golongan usia bagaimana menjaga kesehatan gigi yang
produktif.4 baik. Selain itu (70%) siswa memiliki
Karies gigi sendiri merupakan kerusakan perilaku yang kurang dalam pemeliharaan
yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari kesehatan gigi seperti hanya menyikat gigi
email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang pagi hari dan tidak menyikat gigi atau
gigi). Terjadinya karies gigi ini dipengaruhi kumur-kumur sebelum tidur atau setelah
oleh beberapa faktor seperti mikroorganisme, makan dan menyukai makanan yang manis.
struktur gigi, substrat, dan waktu. Penjalaran Hal ini menunjukkan adanya masalah gigi
karies gigi dimulai dari email, dan apabila pada anak terutama pada usia sekolah, oleh
tidak segera dibersihkan maka dapat menjalar karena itu peneliti merasa tertarik untuk
hingga ke bawah hingga sampai ruang pulpa melakukan penelitian tentang hubungan
yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh pengetahuan dan perilaku menggosok gigi
darah yang menyebabkan rasa nyeri.5 dengan kejadian karies gigi pada siswa SD
Kejadian karies gigi ini banyak diderita oleh Yos Sudarso dan SDN 02 Desa Sungai Ayak
anak-anak usia sekolah. Usia yang paling Kecamatan Belitang Hilir Kabupaten
rentan terhadap kejadian karies gigi adalah Sekadau.
antara 4-8 tahun yaitu pada gigi primer,
sedangkan pada gigi sekunder adalah antara
usia 12-18 tahun.6 Karies gigi ini banyak

3
METODE dan 36 responden sebagai kelompok kontrol,
Penelitian ini merupakan penelitian analitik sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah
dengan pendekatan case control (kasus 72 responden dengan matching umur dan
pembanding) untuk mempelajari hubungan jenis kelamin anak. Kuesioner identitas
antara pengetahuan, penggunaan pasta gigi, digunakan untuk mendapatkan data
waktu menggosok gigi, penggantian sikat karakteristik responden seperti nama, umur,
gigi sebagai variabel bebas terhadap kejadian jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua,
karies gigi sebagai variabel terikat.10 pekerjaan orang tua. Kuesioner pengetahuan
Teknik sampling yang digunakan dalam dan perilaku digunakan untuk mendapatkan
penelitian ini adalah melalui teknik Simple data tingkat pengetahuan responden dan
Random dengan jumlah sebesar 36 sampel, perilaku penggunaan pasta gigi, perilaku
dengan perbandingan besar sampel antara waktu menggosok gigi, perilaku penggunaan
kasus : kontrol = 1:1, dimana sampel terdiri sikat gigi, dan keterampilan menggosok gigi
dari 36 responden sebagai kelompok kasus respaonden.
HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Variabel Penelitian di SD Yos Sudarso Dan SDN 02
Desa Sunga Ayak Kecamatan BelitangHilir Kabupaten Sekadau Tahun 2015
Frekuensi
Variabel
Kasus (%) Kontrol (%)
Pengetahuan
Tidak Baik 13 ( 36,1 ) 3 ( 8,3 )
Baik 23 ( 63,9 ) 33 ( 91,7 )
( 91,7)
Perilaku Penggunaan Pasta Gigi
Tidak Baik 28 ( 77,8 ) 31 ( 86,1 )
Baik 8 ( 22,2 ) 5 ( 13,9 )

Perilaku Waktu Menggosok gigi


Tidak Baik 23 ( 63,9 ) 18 ( 50,0 )
Baik 13 ( 36,1) 18 ( 50,0 )

Perilaku Penggunaan Sikat Gigi


Tidak Baik 32 ( 88,9 ) 35 ( 97,2)
Baik 4 ( 11,1 ) 1 ( 2,8 )

Keterampilan Menggosok gigi


Tidak Baik 36 ( 100 ) 26 ( 72,2 )
Baik 0 (0) 10 ( 27,8 )

(86,1%) dibanding pada kelompok kasus


Distribusi Pengetahuan yaitu sebesar (77,8%).(tabel 1)
Berdasarkan distribusi frekuensi Distribusi Perilaku Waktu Menggosok
pengetahuan di SD Yos Sudarso dan SDN Gigi
02 Desa Sungai Ayak Kecamatan Belitang Berdasarkan distribusi frekuensi kasus
Hilir Kabupaten Sekadau, didapat yang tidak menggosok gigi tidak baik lebih
responden yang pengetahuan tidak baik besar (63,9%) dibandingkan pada
pada kelompok kasus sebesar (36,1%) kelompok kontrol yang menggosok
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol gigi.(tabel 1)
yaitu sebesar (8,3% ). (tabel 1) Distribusi Perilaku Penggunaan Sikat
Distribusi Perilaku Penggunaan Pasta Gigi
Gigi Berdasarkan distribusi frekuensi perilaku
Berdasarkan distribusi frekuensi perilaku penggunaan sikat gigi tidak baik pada
penggunaan pasta gigi tidak baik pada kelompok kontrol lebih tinggi yaitu sebesar
kelompok kontrol lebih tinggi yaitu sebesar
4
(97,2%) dibanding pada kelompok kasus pada kelompok kasus lebih tinggi yaitu
yaitu sebesar (88,9%).(tabel 1) sebesar (100%) dibanding pada kelompok
Keterampilan Menggosok Gigi kontrol yaitu sebesar (72,2%).(tabel 1)
Berdasarkan distribusi frekuensi
Keterampilan Menggosok gigi tidak baik
Tabel 2. Hubungan antara Variabel Penelitian dengan Kejadian Karies Gigi SD Yos Sudarso Dan SDN 02
Desa Sunga Ayak Kecamatan BelitangHilir Kabupaten Sekadau Tahun 2015

Variabel Kejadia Karies Gigi Pvalue PR 95% CI


Kasus (%) Kontrol (%)

Pengetahuan
Kurang Baik 13 (36,1) 3 (8,3)
Baik 23 (63,9) 33 (91,7) 0,01 6,271 1,590-24,312

Perilaku Penggunaan Pasta Gigi


Tidak Baik 28 (77,8) 31 (86,1)
Baik 8 (22,2) 5 (13,9) 0,54
Perilaku Waktu Menggosok Gigi
Tidak Baik 23 (63,9) 18 (50,0)
Baik 13 (36,1) 18 (50) 0,341
Perilaku Penggunaan Sikat Gigi
Tidak Baik 32 (88,9) 35 (97,2)
Baik 4 (11,1) 1 (2,8) 0,35
Keterampilan Menggosok Gigi
Tidak Baik 36 (100) 26 (72,2)
Baik 0 (0) 10 (13,9) 0,00

Ket. PR = Prevalensi Ratio


C = Confident Interval (derajat kepercayaan)

penggunaan pasta gigi baik lebih kecil


Pengetahuan yaitu 13,9%. Hasil uji statsistik diperoleh
Proporsi responden yang pengetahuan nilai p value = 0,54 (>0,05), ini
kurang baik lebih sedikit yaitu sebesar menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
36,1%, pada kelompok kontrol proporsi yang bermakna antara perilaku
pengetahuan baik lebih besar yaitu 91,7% penggunaan pasta gigi dengan kejadian
Hasil uji statsistik diperoleh nilai p value = karies gigi pada murid SD Yos Sudarso
0,01 (˂ 0,05), ini menunjukkan bahwa dan SDN 02 Desa Sungai Ayak tahun
ada hubungan yang bermakna antara 2015.(tabel 2)
pengetahuan dengan kejadian karies gigi
pada murid SD Yos Sudarso dan SDN 02 Perilaku waktu Menggosok Gigi dengan
Desa Sungai Ayak tahun 2015. Kejadian Karies Gigi
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Proporsi responden pada kelompok kasus
PR = 6,271 artinya prevalensi risiko yang waktu menggosok gigi tidak baik
mengalami kejadian karies gigi berpeluang yaitu sebesar 63,9% lebih besar dari
6,271 kali. (tabel 2) kelompok kontrol yaitu sebesar 50%. Hasil
uji statsistik, diperoleh nilai p value =
Perilaku Penggunaan Pasta Gigi Dengan 0,341 (>0,05), ini menunjukkan bahwa
Kejadian Karies Gigi tidak ada hubungan yang bermakna antara
Proporsi responden pada kelompok kasus waktu menggosok gigi dengan kejadian
yang perilaku penggunaan pasta gigi tidak karies gigi pada murid SD Yos Sudarso
baik berbanding lebih sedikit yaitu 77,8%, dan SDN 02 Desa Sungai Ayak tahun
pada kelompok kontrol proporsi perilaku 2015. (tabel 2)
5
Perilaku Penggunaan Sikat gigi alami maupun secara terencana yaitu
Proporsi responden pada kelompok kasus melalui proses pendidikan. Mulut
yang memiliki perilaku penggunaan sikat meupakjan pintu gerbang pertama dalam
gigi tidak baik berbanding lebih sedikit sistem pencernaan. Tidak banyak orang
yaitu 88,9%, pada kelompok kontrol yang menyadari besarnya peranan mulut
proporsi terbanyak penggunaan sikat gigi bagi kesehatan seseorang, oleh karena itu
baik lebih sedikit yaitu 2,8%. Hasil uji kesehatan gigi dan mulut sangat berperan
statsistik, diperoleh nilai p value = 0,35, dalam menunjang kesehatan seseorang.12
(> 0,05), ini menunjukkan bahwa tidak Menurut peneliti pengetahuan responden
terdapat hubungan yang bermakna antara rata-rata baik tersebut diantaranya
perilaku penggunaan sikat gigi dengan mungkin disebabkan karena iklan TV
kejadian karies gigi pada murid SD Yos maupun radio yang sering didengar serta
Sudarso dan SDN 02 Desa Sungai Ayak pengetahuan yang disampaikan oleh guru
tahun 2015. (tabel 2) disekolah, namun mereka jarang ataupun
tidak memperaktekan apa yang mereka
Keterampilan Menggosok Gigi tahu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Proporsi responden pada kelompok kasus ada hubungan pengetahuan dengan
memiliki keterampilann menggosok gigi kejadian karies, sehingga disarankan untuk
tidak baik yaitu 100%, lebih besar memberikan pengetahuan kesehatan gigi
dibandingkan pada kelompok kontrol dan mulut ini sejak dini, karena lebih dini
sebesar 72,2%. Hasil uji statsistik, anak mulai mengerti akan pentingnya
diperoleh nilai p value = 0,00, (˂ 0,05), ini kesehatan serta larangan yang harus dijauhi
menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi
yang bermakna antara keterampilan kejadian karies gigi.
menggosok gigi dengan kejadian karies
gigi pada murid SD Yos Sudarso dan SDN Hubungan Antara Perilaku Penggunaan
02 Desa Sungai Ayak tahun 2015.(tabel 2) Pasta Gigi dengan Kejadian Karies Gigi
Pada Murid SD Yos Sudarso dan SDN
PEMBAHASAN 02 Sungai Ayak.
Hubungan Antara pengetahuan Dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
Kejadian Karies Gigi Pada Murid SD kelompok kontrol yang perilaku
Yos Sudarso dan SDN 02 Sungai Ayak. penggunaan pasta gigi tidak baik yaitu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 86,1%, lebih tinggi dibanding pada
sebagian besar responden memiliki kelompok kasus yaitu sebesar 77,8%. Hasil
pengetahuan baik yaitu sebesar 63,9% dan analisa uji statistik menunjukkan bahwa
kontrol 91,7%. Hasil analisa uji statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku penggunaan pasta gigi
yang bermakna antara pengetahuan dengan dengan kejadian karies gigi. Flour
kejadian karies gigi. Pengetahuan digunakan secara luas untuk mencegah
merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi karies. Penyikatan gigi dua kali sehari
setelah penginderaan terhadap suatu objek dengan menggunakan pasta gigi yang
tertentu.11 Dilihat dari hasil penelitian mengandung flour terbukti dapat
dilapangan didapat bahwa pengetahuan menurunkan karies.13
yang dimiliki seseorang belum tentu Hasil penelitian di atas menunjukkan
mengubah perilaku orang tersebut dalam bahwa perilaku penggunaan pasta gigi
melakukan sesuatu. Hal ini tergantung memiliki hubungan terhadap kejadian
pada fasilitas dan kemauan dalam karies gigi. Hal ini disebabkan karena pada
melakukan sesuatu kegiatan sehingga jawaban per-item lebih banyak tidak
dalam penelitian ini responden memilki memakai pasta gigi saat menggosok gigi.
pengetahuan yang baik terhadap kesehatan Menurut peneliti perilaku penggunaan
gigi namun tingkat kejadian karies masih pasta gigi rendah disebabkan ekonomi
tinggi. Pengetahuan bisa diperoleh secara keluarga dalam menyediakan atau membeli
7
pasta gigi, sehingga penggunaan pasta gigi dianjurkan adalah 2 kali sehari, yaitu pagi
pada saat menggosok gigi rendah pada setelah sarapan dan malam hari sebelum
murid SD Yos Sudarso dan SDN 02 Desa tidur.15
Sungai Ayak tahun 2015. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa
Disarankan pada murid SD Yos Sudarso terdapat hubungan yang bermakna antara
dan SDN 02 Desa Sungai Ayak dalam waktu menggosok gigi dengan kejadian
menggosok gigi menggunakan pasta gigi karies gigi pada anak SD Yos Sudarso dan
yang mengandung flouride. Menurut SDN 02 Desa Sungai Ayak,.
Angela (2005), penyikatan gigi dua kali Disarankan bagi petugas kesehatan yang
sehari dengan menggunakan pasta gigi bekerja sama dengan pihak sekolah untuk
yang mengandung flour terbukti dapat memberikan pengarahan dan penyuluhan
menurunkan karies. kepada murid-murid dalam meningkatkan
kesadaran kesadaran waktu menggosok
Hubungan Antara Waktu Menggosok gigi yang baik dan benar, serta diharapkan
Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Pada para orang tua untuk dapat memonitoring
Murid SD Yos Sudarso dan SDN 02 anak-anak mereka dalam pengkatan
Sungai Ayak. kesehatan gigi terutama waktu menggosok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gigi, sehingga anak-anak mereka dapat
responden pada kelompok kasus yang terhindar dari risiko karies gigi.
menggosok gigi tidak baik lebih besar Hubungan Antara Perilaku Penggunaan
63,9% dibanding pada kelompok kontrol Sikat Gigi dengan Kejadian Karies Gigi
yang menggosok gigi baik yaitu 50%. Pada Murid SD Yos Sudarso dan SDN
Hasil analisa uji statistik menunjukkan 02 Sungai Ayak.
bahwa tidak terdapat hubungan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
bermakna antara waktu menggosok gigi responden kelompok kasus yang perilaku
terhadap kejadian karies gigi pada murid penggunakan sikat gigi tidak baik lebih
SD Yos Sudarso dan SDN 02 Sungai rendah yaitu (88,9%), dibanding responden
Ayak. Perilaku menggosok gigi setelah pada kelompok kontrol yang perilaku
bangun tidur dan setelah sarapan pagi penggunakan sikat gigi tidak baik yaitu
masih rendah, hal ini dikarenakan (97,2%). Dari hasil uji statistik chi square
responden lebih mengetahui bahwa dengan p value = 0,35, maka disimpulkan
menggosok gigi adalah sebelum makan. bahwa tidak terdapat hubungan yang
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan signifikan antara perilaku penggunaan
rata-rata responden menggosok gigi sikat gigi dengan kejadian karies gigi pada
sebelum makan. Dimana hal ini murid SD Yos Sudarso dan SDN 02 Desa
bertentangan dengan teori bahwa waktu Sungai Ayak.
yang tepat untuk menggosok gigi yaitu Hasil penelitian di lapangan didapat dari
pada pagi hari setelah sarapan pagi.14 analisis per-item diketahui bahwa
Menurut peneliti kebiasaan waktu pernyataan perilaku penggunaan sikat gigi
menggosok gigi yang salah pada responden yang paling rendah pada kelompok kasus
mengakibatkan terjadinya karies gigi pada adalah sikat gigi diganti minimal 3 bulan
murid SD Yos Sudarso dan SDN 02 sekali yaitu sebesar (11,1%), sedangkan
Sungai Ayak. jawaban yang paling tinggi pada
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pernyataan sikat gigi tidak boleh dipakai
terdapat hubungan yang bermakna antara oleh banyak orang (ayah, ibu, kakak, adik
waktu menggosok gigi dengan kejadian dll) adalah (41,7%).
karies gigi pada anak SD Yos Sudarso dan Menurut peneliti penggunaan sikat gigi
SDN 02 Sungai Ayak. bersama-sama (satu sikat gigi digunakan
Perilaku waktu menggosok gigi yang salah bergantian didalam keluarga), disebabkan
menggakibatkan terjadinya karies gigi karena ketidaktahuan responden maupun
pada responden, hal ini sesuai dengan teori keluarganya akan bahaya penggunaan sikat
bahwa frekuensi menggosok gigi yang gigi bersama, hal ini bertentangan dengan
8
teori yang menyatakan bahwa penggunaan gigi pada murid SD Yos Sudarso dan SDN
sikat gigi tidak boleh dipakai oleh banyak 02 Desa Sungai Ayak.
orang, dikarenakan dalam sikat gigi dapat Hasil penelitian di lapangan dengan cara
tertinggal sejumlah bakteri dan terus observasi dilakukan oleh peneliti secara
berkembang-biak, dan hal ini akan dapat langsung dan tidak menggunakan phantom
menularkan berbagai penyakit kepada gigi untuk alat peraga responden, sehingga
pengguna sikat gigi yang lain.16 mendapatkan hasil yang kurang valid,
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa sedangkan menurut Ilyas dan Putri (2012),
tidak terdapat hubungan antara perilaku menyatakan bahwa untuk anak agar cara
penggunaan sikat gigi dengan kejadian menggosok gigi mendapatkan hasil yang
baik disarankan untuk menggunakan alat
karies gigi, namun demikian dianjurkan
peraga (phantom gigi), sehingga diketahui
bagi siswa/anak-anak untuk mengubah tingkat keterampilan anak dalam menyikat
perilaku yang kurang baik dalam menjaga gigi.17
kesehatan gigi, seperti tidak menggunakan Peneliti menyimpulkan bahwa ada
sikat gigi secara beramai-ramai, hal ini hubungan antara keterampilan menggosok
dapat disampaikan oleh guru maupun gigi dengan kejadian karies gigi pada anak
petugas kesehatan setempat guna SD Yos Sudarso dan SDN 02 Desa Sungai
Ayak. Untuk mengurangi tingkat kejadian
memberikan penyuluhan mengenai
karies gigi dimasa datang diharapkan
kesehatan gigi dan mulut. Sikat gigi perlu adanya kerja sama petugas kesehatan
di ganti secara rutin karena sikat gigi yang dalam prasarana sekolah (UKGS) dengan
telah rusak akan mempengaruhi dalam petugas sekolah setempat untuk membantu
proses penyikatan. Hal ini dapat merusak edukasi tentang cara menggosok gigi dan
gusi anak sehingga gusi dapat berdarah. prilaku mencegah karies gigi sejak usia
Sikat gigi juga dapat menjadi tempat dini.
berkembangnya kuman yang KESIMPULAN DAN SARAN
mengakibatkan gangguan pada mulut dan Ada hubungan antara pengetahuan
tenggorokan. Untuk itu perlu diganti secara kesehatan gigi dan keterampilan
rutin. Sikat gigi hanya boleh digunakan menggosok gigi dengan kejadian karies
oleh seorang diri, karena kuman yang ada gigi. Disarankan kepada responden untuk
melakukan pemeliharaan gigi sejak usia
di sikat gigi akan berpindah dari satu orang
dini dalam pengetahuan tentang perilaku
ke orang lainnya. dan keterampilan menggosok gigi yang
baik dan benar kepada anak SD Yos
Hubungan Antara Keterampilan Sudarso dan SDN 02 Sungai Ayak.
Menggosok Gigi dengan Kejadian
Karies Gigi Pada Murid SD Yos UCAPAN TERIMA KASIH
Sudarso dan SDN 02 Sungai Ayak. Ucapan terima kasih ditujukan kepada guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada beserta staf SD Yos Sudarso dan SDN 02
responden kelompok kasus yang memilki Sungai Ayak, petugas medis dan kepala
keterampilan menggosok gigi tidak baik Puskesmas Sungai Ayak yang sudah
lebih tinggi (100%) dibandingkan dengan mengijinkan dilakukannya penelitian ini
responden pada kelompok kontrol yang dan seluruh responden dalam penelitian
memiliki keterampilan menggosok gigi ini.
tidak baik (72,2%). Dari hasil uji statistik
chi square dengan p value = 0,00, maka
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara keterampilan
menggosok gigi dengan kejadian karies

9
DAFTAR PUSTAKA 9. Profil Puskesmas Sungai Ayak. 2015.
Hasil Skrining Kesehatan Gigi dan
1. Mardiah A & Andriani. 2014. Faktor- Mulut Puskesmas Sungai Ayak 2015.
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kabupaten Sekadau.
Kejadian Karies Terhadap Status
Karies Gigi Murid SD Kelas IV dan V 10. Notoatmodjo, 2010. Metodologi
Di Wilayah Kecamatan Leung Bata Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Cipta.
Ilmiah Nasuwakes Vol. 7 No. 1, April
2014. 11. Notoatmodjo, 2007. Promosi
kesehatan ilmu prilaku. Jakarta :
2. Depkes, RI, 2005. Pedoman Upaya Rineka Cipta
Kesehatan Nasional 2001. Jakarta :
Studi Morbilitas dan Disabilitas Tim 12. Riyanti, 2009. Upaya peningkatan
Surkesnas. kesehatan gigi dan mulut melalui
perubahan perilaku anak. Fakultas
3. Hastuti S & Andriyani A. 2010. Kedokteran Gigi. Bandung :
Perbedaan Pengaruh Pendidikan Universitas Padjajaran.
Kesehatan Gigi Dalam Meningkatkan
Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi 13. Angela A. Pencegahan Primer Pada
Pada Anak Di SD Negeri 2 Sambi Anak Beresiko Karies Tinggi. Dent J
Kecamatan Sambi Kabupaten 2005: 38(3) : 130, 132-133
Boyolali. Gaster, Vol. 7, No. 2
14. Kidd, EAM, and Bechael.SJ.(1992).
Agustus 2010.
Dasar-Dasar Karies, penyakit dan
4. Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan penanggulangannya. Alih Bahasa
Dasar. Badan Penelitian Dan Narlan Sumawinta dan Safrida Faruk.
Pengembangan Kesehatan Penerbit EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI Tahun
15. Sari S.A. 2013. Hubungan kebiasaaan
2013. Jakarta.
mnggosok gigi dengan timbulnya
5. Hermawan. R. 2010. Menyehatkan karies gigi pada anak usia sekolah
Daerah Mulut. Yogyakarta ; Buku kelas 4-6 di SDN Ciputat 6
Biru Tanggerang Selatan Provinsi Benten.
Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
6. Wong, D.L, Hockenberry, M, et al. Kesehatan. Jakarta : Universitas islam
(2009). Buku Ajar Keperawatan Negeri Syarif Hadayatullah.
Pediatrik. Alih bahasa, Monica Ester;
(6th.ed). volumen 2. Jakarta: EGC. 16. Qing-Qing.92010.
http://erabaru.net/kesehatan/34-
7. Rosidi.A, dkk, 2013. Hubungan kesehatan/13566-sikat gigi-1-bulan-
Antara Konsumsi Makanan tidak-diganti-akan-menambah-jutaan
Kariogenik Dengan Kejadian Karies kuman.tanggal 20-05-2010
Gigi Pada Anak SDN 1 Gogodalem
Kec. Bringin Kab. Semarang. Jurnal 17. Ilyas. 2012, Efek Penyuluhan Metode
Kesehatan Akper Ngudi Waluyo Demonstrasi Menyikat Gigi Terhadap
Ungaran (dipublikasikan). [15 Maret Penurunan Indeks Plak Gigi Pada
2015] dari URL : Murid Sekolah Dasar. Jurnal
http//www/jurnal.unimus.ac.id. Kesehatan Masyarakat Bagian Ilmu
Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas
8. Profil DINKES Kal-Bar, 2013. Data Kedokteran Gigi, Makasar : UNM.
Karies Gigi Tahun 2013.

10
11

Anda mungkin juga menyukai