Uppk Bumn Bumd PDF
Uppk Bumn Bumd PDF
Pada era demokrasi dan transparansi dewasa ini, aparatur negara tetap menjadi
tumpuan harapan untuk menjadi salah satu dinamisator ke arah pemulihan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan setelah krisis multi dimensi yang melanda bangsa dan
negara sejak tahun 1997.
Dalam pada itu, berbagai penilaian yang mengindikasikan merajalelanya KKN di negeri
kita, termasuk pada lingkup birokrasi pemerintahan merupakan tantangan tersendiri yang
harus dijawab oleh seluruh aparatur negara. Apabila kita tidak dapat membersihkan diri kita
sendiri secara sungguh-sungguh akan mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap
aparatur negara semakin rendah, yang pada gilirannya kepercayaan rakyat kepada
pemerintah akan sirna. Upaya yang terencana dan transparan dengan melibatkan seluruh
komponen masyarakat untuk menjadikan pemerintahan yang bersih (clean government)
menuju ke arah kepemerintahan yang baik (good governance) tidak bisa ditunda lagi.
Sehubungan hal tersebut saya menghargai hasil karya BPKP yang merespons surat
Men.PAN Nomor: 37a/M.PAN/2/2002 tanggal 8 Pebruari 2002 tentang Intensifikasi dan
Percepatan Pemberantasan KKN dengan menerbitkan 5 (lima) Buku Pedoman Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi yaitu di bidang Pengelolaan APBN/APBD,
BUMN/BUMD, Perbankan, Kepegawaian, Sumber Daya Alam dan Pelayanan Masyarakat.
Saya berharap agar seluruh aparat baik yang bertugas di Instansi Pemerintah
Pusat/Daerah, BUMN/BUMD maupun Perbankan dapat menggunakan Buku Pedoman ini dan
mengembangkannya sesuai kondisi lingkungan tugas masing-masing sehingga dapat
mencegah dan menanggulangi kasus-kasus KKN secara efektif dan efisien.
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
FEISAL TAMIN
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
(BPKP)
Korupsi sudah dianggap sebagai penyakit moral, bahkan ada kecenderungan semakin
berkembang dengan penyebab multifaktor. Oleh karena itu penanganannya perlu dilakukan
secara sungguh-sungguh dan sistematis, dengan menerapkan strategi yang komprehensif -
secara preventif, detektif, represif, simultan dan berkelanjutan dengan melibatkan semua
unsur terkait, baik unsur-unsur Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, maupun masyarakat
luas.
Dalam rangka memenuhi RENSTRA BPKP Tahun 2000-2004, serta sebagai hasil
koordinasi dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara mengenai intensifikasi dan
percepatan pemberantasan KKN, BPKP telah menerbitkan Buku “Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Korupsi Pada Pengelolaan Pelayanan Masyarakat”.
Meskipun Buku ini telah disusun dengan upaya yang maksimal, namun dengan segala
keterbatasan dan kendala yang dihadapi Tim Penyusun, disadari bahwa di dalamnya masih
terdapat banyak kelemahan dan kekurangan baik dari materi yang disajikan maupun cara
penyajiannya, sehingga memerlukan penyempurnaan secara terus-menerus. Untuk itu
masukan yang positif dan konstruktif dari para pembaca dan pemakai buku ini sangat
diharapkan.
Buku ini diharapkan dapat menjadi petunjuk praktis bagi Instansi Pemerintah baik di
Pusat maupun di Daerah serta BUMN/BUMD untuk menanggulangi kasus-kasus korupsi
dalam pengelolaan pelayanan masyarakat, bukan saja bagi Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah(APIP)/Satuan Pengawas Intern (SPI) masing-masing, tetapi juga bagi para
pimpinan instansi/BUMN/BUMD yang bersangkutan. Hal ini disebabkan pemberantasan
korupsi bukan semata-mata tanggung jawab APIP/SPI, karena sifat tugasnya lebih pada
penanggulangan korupsi secara detektif dan represif. Penanggulangan korupsi yang lebih
efektif dan efisien adalah secara preventif yang merupakan tanggung jawab manajemen.
Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan korupsi yang disajikan dalam buku ini
merupakan upaya minimal, yang perlu dilaksanakan secara maksimal dan dikembangkan
oleh setiap institusi tersebut di atas secara terus menerus sesuai dengan kompleksitas
permasalahan yang dihadapi. Keberhasilan buku ini sangat tergantung pada upaya pihak-
pihak yang kompeten untuk menjalankannya dengan tindakan yang nyata, konsisten disertai
dengan komitmen yang kuat untuk mencegah dan menanggulangi korupsi secara
berkesinambungan.
Kepada semua pihak yang telah mencurahkan segenap tenaga, pikirannya dan
membantu baik secara moril maupun materiil dalam penyusunan buku ini, termasuk
APIP/SPI yang telah menyampaikan masukan-masukan kami sampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membimbing kita dalam
melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan dan Pembangunan, serta upaya pencegahan dan
penanggulangan korupsi ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
KEPALA
ARIE SOELENDRO
DAFTAR ISI
Halaman
Bab I UMUM
A. Dasar Pemikiran 6
B. Pengertian Umum 8
C. Tujuan dan Sasaran 9
D. Ruang Lingkup 9
E. Sistim Pengendalian Manajemen 10
F. Metode Penyajian 12
A. DASAR PEMIKIRAN
2. Aspek organisasi, yaitu kurang adanya keteladanan dari pimpinan, kultur organisasi
yang tidak benar, sistem akuntabilitas yang tidak memadai, kelemahan sistem
pengendalian manajemen, dan kecenderungan manajemen menutupi perbuatan
korupsi yang terjadi dalam organisasinya.
BPKP dalam buku SPKN yang telah tersebut telah menyusun strategi preventif, detektif
dan represif yang perlu dilakukan, sebagai berikut:
1. Strategi Preventif.
2. Strategi Detektif
3. Strategi Represif.
Pelaksanaan strategi preventif, detektif dan represif sebagaimana tersebut di atas akan
memakan waktu yang lama, karena melibatkan semua komponen bangsa, baik legislatif,
eksekutif maupun judikatif. Sambil terus berupaya mewujudkan startegi di atas, perlu
dibuat upaya-upaya nyata yang bersifat segera. Upaya yang dapat segera dilakukan
untuk mencegah dan menanggulangi korupsi tersebut antara lain adalah dengan
meningkatkan fungsi pengawasan, yaitu sistem pengawasan internal (built in control),
maupun pengawasan fungsional, yang dipadukan dengan pengawasan masyarakat
(wasmas) dan pengawasan legislatif (wasleg).
Salah satu usaha yang dilakukan dalam rangka peningkatan pengawasan internal dan
fungsional tersebut, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ditugaskan
menyusun petunjuk teknis operasional pemberantasan KKN sesuai surat Menteri PAN
Nomor: 37a/M.PAN/2/2002 tanggal 8 Februari 2002. Petunjuk teknis ini disajikan
sedemikian rupa agar dapat digunakan sebagai pedoman praktis bagi Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dan Satuan Pengawasan Intern (SPI)
BUMN/BUMD dan Perbankan dalam upaya mencegah dan menanggulangi korupsi di
lingkungan kerja masing-masing.
B. PENGERTIAN UMUM
Gerakan pencegahan dan penanggulangan korupsi tidak hanya melibatkan pejabat yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan keuangan, melainkan termasuk semua pihak yang
terlibat dalam pengelolaan perusahaan dan perbankan. Tujuan pencegahan dan
penanggulangan korupsi di lingkungan BUMN/BUMD dan Perbankan adalah untuk
menghapus segala bentuk korupsi dalam rangka menunjang terwujudnya Good
Corporate Governance dengan sasaran sebagai berikut:
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup upaya pencegahan dan penanggulangan korupsi dalam buku ini meliputi
bidang-bidang kegiatan yang potensial dan rawan penyimpangan dalam pengelolaan
BUMN/BUMD dan Perbankan. Pembagian bidang kegiatan pada BUMN/BUMD dilakukan
berdasarkan pendekatan siklus akuntansi (accounting system cycles), sedangkan pada
Perbankan dilakukan berdasarkan operasi perbankan (banking business).
Kasus-kasus penyimpangan yang disajikan pada buku ini baru mencakup beberapa kasus
berdasarkan temuan hasil pemeriksaan yang dilaporkan oleh aparat pengawasan
fungsional termasuk SPI. Dengan demikian, kasus-kasus yang disajikan belum mencakup
seluruh penyimpangan yang terjadi dalam pengelolaan BUMN/BUMD dan Perbankan.
Upaya-upaya preventif yang disajikan dalam buku ini baru merupakan upaya minimal,
yang perlu dilaksanakan secara maksimal. Oleh karena itu, pimpinan BUMN/BUMD dan
Perbankan diharapkan dapat mengembangkan sesuai dengan kompleksitas
penyimpangan yang dihadapi dan kesesuaiannya dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku pada perusahaan. Demikian juga dengan upaya-upaya detektif, baru mencakup
upaya-upaya yang dianggap penting dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan yang
terjadi. Sebagaimana dengan upaya-upaya preventif, upaya-upaya detektif yang
disajikan masih perlu dikembangkan sesuai kondisi yang dihadapi di lapangan, yang
secara rinci dituangkan dalam program pemeriksaan (audit program).
Upaya-upaya detektif yang dilakukan juga harus didukung dengan bukti-bukti yang
relevan dan cukup. Bukti-bukti dimaksud perlu dikumpulkan sebagai pendukung dalam
memformulasikan temuan hasil pemeriksaan. Selanjutnya, temuan hasil pemeriksaan,
khususnya yang disebabkan oleh kelemahan pengendalian manajemen, dapat
dipergunakan sebagai masukan (feed back) untuk memperbaiki sistem pengendalian
manajemen dimaksud.
1. Lingkungan Pengendalian.
2. Penaksiran Risiko.
Setiap perusahaan menghadapi berbagai risiko baik dari dalam maupun dari luar
perusahaan yang harus dinilai. Suatu prekondisi dari penaksiran risiko adalah
penetapan tujuan-tujuan dihubungkan dengan berbagai tingkat yang berbeda dan
secara internal konsisten (taat asas). Penaksiran risiko adalah identifikasi dan analisis
dari risiko yang relevan untuk pencapaian tujuan, pembentukan suatu basis untuk
penentuan bagaimana risiko harus dikelola. Hal ini terutama disebabkan kondisi
ekonomi, industri, peraturan-peraturan dan metode operasi perusahaan yang terus
mengalami perubahan, sehingga dibutuhkan suatu mekanisme untuk
mengidentifikasi dan menghadapi risiko tertentu berkaitan dengan perubahan
tersebut.
3. Aktivitas Pengendalian.
5. Pemantauan
Sistem pengendalian manajemen perlu dipantau. Hal ini dapat dicapai dengan adanya
aktivitas pemantauan yang berkelanjutan, evaluasi yang terpisah, berdiri sendiri atau
kombinasi keduanya. Pemantauan yang berkesinambungan terjadi pada saat operasi.
Hal itu mencakup aktivitas reguler manajemen dan supervisi, dan tindakan-tindakan
personil lainnya yang dapat diambil dalam menjalankan tugas mereka. Lingkup dan
frekuensi dari evaluasi yang tersendiri akan tergantung terutama pada penilaian
suatu risiko dan efektivitas prosedur pemantauan yang sedang berjalan.
Penyimpangan pengendalian manajemen harus dilaporkan ke atas dengan hal-hal
yang serius dilaporkan kepada manajemen puncak dan kepada Dewan Komisaris.
F. METODE PENYAJIAN
Metode penyajian upaya pencegahan dan penanggulangan korupsi pada buku ini
dilakukan dengan 2 (dua) cara. Pada BUMN/BUMD dilakukan berdasarkan pendekatan
siklus akuntansi (accounting system cycles), sedangkan pada Perbankan dilakukan
berdasarkan pendekatan operasi Perbankan (banking business). Pada bagian awal
terlebih dahulu diuraikan secara singkat fakta dan proses kejadian penyimpangan yang
terjadi, diikuti dengan upaya pencegahan dan penanggulangan secara preventif dan
detektif, sedangkan khusus mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan secara
represif disajikan tersendiri pada bab lain (bab III).
Pengelolaan dana pihak ketiga meliputi pengelolaan dana pihak lain pada Bank
dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito yang
penarikannya dapat dilakukan menurut ketentuan yang disetujui bersama dengan
pemilik dana. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kegiatan ini antara
lain pemberian kredit pada perusahaan terkait Bank dengan bunga yang lebih
rendah dari bunga deposito yang ditempatkan, pemberian suku bunga deposito
diatas suku bunga yang tertera dalam bilyet deposito, yang pada saat jatuh
tempo kelebihan bunga tersebut dibukukan pada biaya lain-lain sehingga
mengurangi PPh untuk Negara, pencairan dua kali deposito milik pihak terkait
pada Bank dengan cara memanfaatkan rekening suspen-non tunai, pengambilan
tabungan nasabah tidak aktif dengan cara memalsukan tandatangan nasabah dan
memindahkan ke rekening pegawai Bank, dan pemanfaatan rekening giro
nasabah yang telah tutup untuk menarik dana.
Penempatan dana Bank adalah penanaman dana pada Bank lain baik di dalam
negeri maupun di luar negeri dalam bentuk interbank call money, tabungan,
deposito berjangka, dan lain-lain yang sejenis dengan tujuan untuk memperoleh
penghasilan. Penempatan dana bank termasuk dalam bentuk wesel, surat
pengakuan hutang, saham, obligasi dan sekuritas kredit. Penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi pada kegiatan ini antara lain penempatan dana pada
Bank di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa dengan Bank, yang
pada saat jatuh tempo dana tersebut sengaja tidak dapat dicairkan sehingga
harus ditalangi dengan dana BLBI, penempatan dana pada Bank lain dengan
tingkat bunga yang lebih tinggi dari tingkat bunga pada dokumen yang selisih
bunga ditransfer ke rekening pejabat Bank, penempatan dana pada cabang Bank
di luar negeri yang dipinjamkan kepada perusahaan milik keluarga pemilik Bank di
luar negeri, penempatan dana pada perusahaan reksadana yang belum
mendapatkan ijin dari Bapepam, yang pada saat jatuh tempo tidak dapat ditarik
karena perusahaan ditutup, peminjaman Uang Antar Bank dengan suku bunga
melebihi suku bunga penjaminan pemerintah, yang selanjutnya di rekayasa
menjadi deposito atas nama salah satu direktur Bank Kreditor, serta pelarian dana
ke luar negeri dan menyalurkannya ke perusahan group yang dilakukan dengan
cara membuat perjanjian dibawah tangan dengan Fund Manager di luar negeri.
c. Pemberian kredit.
Pemberian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Termasuk dalam pemberian kredit adalah kredit dalam rangka pembiayaan
bersama dan kredit dalam proses penyelamatan. Penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi pada kegiatan ini antara lain pemberian kredit kepada nasabah yang
tidak disertai dengan pengikatan jaminan yang memadai, pemberian fasilitas
kredit konstruksi kepada nasabah dengan jaminan kontrak pekerjaan fiktif,
pemberian fasilitas kredit kepada keluarga pejabat Bank dengan jaminan pejabat
Bank yang bersangkutan, pemberian fasilitas overdraft kepada nasabah
bermasalah tanpa melalui analisa dan pertimbangan yang matang, pemberian
kredit untuk menutupi kekurangan pembayaran untuk spekulasi jual beli valas
yang nilainya melebihi margin deposit nasabah, sehingga kredit menjadi macet,
penghindaran pelanggaran BMPK dengan merekayasa pencairan KUK fiktif untuk
kepentingan group terkait Bank, serta penerimaan cicilan pinjaman yang telah
dihapus buku tidak disetorkan pada bank namun digunakan untuk kepentingan
pribadi petugas Bank.
Pengembangan upaya preventif dan detektif tersebut sangat perlu dilakukan karena
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada perusahaan pada umumnya disebabkan
adanya kolusi baik antar petugas di dalam perusahaan, maupun dengan pihak luar yang
terkait dengan perusahaan.
A. Pengelolaan BUMN/BUMD
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
2) Kontrak penjualan komoditi secara forward tidak direalisasi pembeli dengan cara
memberi imbalan kepada oknum perusahaan penjual, karena harga komoditas
tersebut turun pada saat kontrak jatuh tempo.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Detektif:
4) Premi asuransi tidak disetorkan oleh agen yang ditunjuk perusahaan, tetapi
dipergunakan untuk kepentingan pribadi oleh agen yang bersangkutan.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
6) Hasil penjualan produksi scrap yang masih mempunyai nilai ekonomis tidak
disetor ke kas perusahaan dimana hasil produksi scrap ini sengaja tidak
dibukukan sebelumnya.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan jenis scrap produksi yang masih mempunyai nilai
ekonomis dan mewajibkan petugas produksi membuat laporan atas scrap
yang dihasilkan.
b. Prosedur pengendalian scrap harus menetapkan petugas yang
bertanggungjawab atas scrap yang dihasilkan,
c. Petugas produksi wajib menyerahkan scrap yang dihasilkan kepada petugas
yang bertanggungjawab atas scrap.
d. Fungsi gudang harus membuat kartu persediaan scrap yang mencatat setiap
mutasi scrap baik yang dijual maupun yang dikeluarkan untuk keperluan lain.
e. Setiap bahan baku yang digunakan maupun hasil produksi atas penggunaan
bahan baku harus ditimbang untuk mengetahui ada tidaknya hasil scrap.
f. Bahan baku yang digunakan dengan hasil produksi harus dianalisa untuk
mengetahui kuantitas scrap yang dihasilkan.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan verifikasi kebenaran scrap yang masuk ke gudang dengan cara
membandingkan laporan produksi scrap dengan jumlah scrap yang
diserahkan kepada gudang.
b. Melakukan pengujian scrap yang masuk ke gudang dengan cara
membandingkan jumlah scrap yang diserahkan dengan mutasi pada kartu
persediaan scrap.
c. Melakukan pengujian kewajaran scrap dengan membanding-kan antara
jumlah produksi dengan penggunaan bahan baku.
Upaya-upaya Preventif:
a. Setiap penyaluran barang harus sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang.
b. Setiap koperasi harus memperoleh rekomendasi sebagai penyalur dari
Departemen Koperasi.
c. Setiap pengeluaran barang harus berdasarkan bukti pemesanan, faktur, surat
perintah pengeluran barang dan bukti pengambilan barang dari gudang.
d. Penerima barang harus menanda tangani surat jalan, membubuhi cap
Koperasi dan mencantumkan nama jelas penerima barang.
Upaya-upaya Detektif:
8) Hasil penjualan dengan kredit ditagih oleh petugas yang tidak berwenang dan
tidak disetorkan ke kas perusahaan.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
9) Hasil penagihan atas penjualan kredit kategori macet tidak disetorkan ke Kas
perusahaan tetapi dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
10) Penjualan secara kredit dilakukan tanpa perjanjian dan tanpa jaminan atau bank
garansi dengan imbalan tertentu dari pembeli.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan verifikasi atas kebenaran jumlah pengeluaran barang dengan cara
membandingkan laporan pengeluaran barang dengan nilai penjualan dalam
buku penjualan.
b. Melakukan penelitian apakah setiap pengeluaran barang didasarkan atas surat
perintah pengeluaran barang yang ditanda tangani oleh Bagian Penjualan.
c. Melakukan stock opname atas persedian barang di gudang secara periodik
dan sewaktu-waktu
d. Melakukan penilaian terhadap penunjukan rekanan apakah rekanan yang
ditunjuk tersebut mempunyai track record yang baik dan kredibilitasnya tinggi
11) Pembayaran atas penjualan dicatat di buku kas tetapi uangnya disetor ke
rekening bank pribadi kasir sehingga pembayaran seolah-olah sudah sudah
diterima perusahaan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan satu rekening bank atas nama perusahaan untuk
menampung penerimaan kas.
b. Direksi harus menetapkan pemisahan fungsi penjualan, penyimpanan, fungsi
pencatatan dan penerimaan kas/bank.
c. Direksi harus menetapkan petugas yang wajib melaksanakan rekonsiliasi bank
secara periodik.
d. Direksi harus menetapkan bahwa setiap akhir hari kerja buku kas/bank
ditutup dan dicocokkan dengan fisik uang tunai.
e. Direksi harus menetapkan bahwa setiap pembayaran penjualan yang sah
harus divalidasi oleh petugas lain yang tidak merangkap sebagai kasir dan
mengumumkan hal ini kepada pelanggan yang akan melakukan pembayaran.
Upaya-upaya Detektif:
12) Penjualan tunai dicatat sebagai penjualan kredit sementara hasil pembayarannya
disetorkan ke rekening pribadi pegawai perusahaan.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas daftar hadir peserta lelang dan formulir yang
diambil peserta untuk mengikuti pelelangan.
b. Melakukan pengujian keabsahan pemenang lelang dengan cara
menelusurinya ke formulir yang diisi peserta, daftar hadir, untuk mengetahui
identitas peserta dan kehadirannya pada pelelangan.
c. Melakukan pengujian atas harga pemenang lelang untuk meyakini bahwa
harga terbaik telah diperoleh dengan membandingkan harga pemenang
dengan seluruh harga yang diajukan para penawar.
d. Melakukan pengujian atas pelaksanaan undangan secara luas dan terbuka
dengan cara meneliti pengumuman yang dibuat panitia pelelangan, kapan,
kepada siapa dan di mana dibuat.
e. Melakukan penelitian atas kronologis data dalam dokumen lelang.
14) Pembayaran hasil penjualan dari pelanggan tertentu tidak lancar karena tidak
adanya batas waktu pembayaran namun tetap memperoleh pengiriman barang.
Kondisi ini terjadi karena pejabat di Bagian Penjualan mendapat imbalan dari
pelanggan tersebut.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian dan pengujian atas setiap umur piutang yang kurang
lancar.
b. Melakukan penelitian terhadap perjanjian penjualan yang umur piutangnya
telah lama dan membandingkannya dengan format baku yang telah
ditetapkan.
c. Melakukan penelitian terhadap kartu piutang, apakah seluruh mutasi-mutasi
yang terjadi telah sesuai dengan transaksi yang terjadi baik terhadap
penjualan dan pembayarannya.
d. Melakukan penelitian terhadap bukti-bukti penyerahan/ pengiriman barang,
bukti-bukti penagihan piutang serta bukti-bukti pembayaran/ pelunasan.
15) Penjualan tiket jasa angkutan tidak disetor ke kas perusahaan dan dipergunakan
untuk kepentingan pribadi oleh petugas penjualan tiket.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
16) Penggunaan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi dengan cara membuat
laporan refund (pengembalian) tiket oleh Bagian Akuntansi
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan prosedur dan tata cara perencanaan kebutuhan
terhadap pengadaan barang dan jasa
b. Direksi harus menetapkan pejabat dan unit kerja yang bertanggungjawab
untuk menyusun perencanaan terhadap pengadaan barang dan jasa
c. Perencanaan pengadaan barang dan jasa harus berdasarkan pengajuan dari
unit kerja yang membutuhkan.
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
3) Harga Perhitungan Sendiri (HPS) pengadaan barang dan jasa disusun hanya
formalitas untuk mendukung Penunjukan langsung yang mengakibatkan
terjadinya kemahalan harga.
Upaya-upaya Preventif:
a. Harga Perhitungan Sendiri disusun oleh panitia yang ditunjuk Direksi dan
dianggarkan lebih dahulu.
b. Penyusunan HPS harus melalui penelitian yang mendalam dengan
membandingkan harga pekerjaan sejenis pada beberapa perusahaan.
c. Melakukan tender terbuka atas setiap pekerjaan yang bersifat reguler, tidak
spesifik, dan umum.
d. Penunjukan langsung baru dapat dilakukan apabila pekerjaan yang akan
dilakukan bersifat darurat, sangat spesifik, dan tidak ada lagi rekanan yang
sejenis.
e. Penunjukan langsung yang bernilai besar harus mendapat persetujuan dari
Dewan Komisaris.
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan Bagian Pengadaan menyusun Daftar Rekanan
Terseleksi mencakup persyaratan yang harus dipenuhi calon rekanan agar
dapat mengikuti kegiatan pengadaan barang dan jasa pada perusahaan
sesuai nilai pengadaan dan tingkat kesulitan pelaksanaan.
b. Calon rekanan yang mengajukan kualifikasi perusahaannya harus
melampirkan bukti-bukti pendukung sesuai dengan kemampuan yang
diajukan seperti bukti setoran bank, rekening koran bank, dan laporan
keuangan yang telah di audit kantor akuntan publik (bagi rekanan/kontraktor
yang berskala nasional)
c. Pejabat yang ditugaskan menyusun Daftar Rekanan Terseleksi harus terlebih
dahulu menganalisis aktiva calon rekanan serta bukti tambahan seperti
setoran bank, rekening koran bank, dan laporan yang telah di audit kantor
akuntan publik.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan review hasil analisis aktiva calon rekanan dan data serta bukti
tambahan seperti setoran bank, rekening koran bank, dan laporan keuangan
yang telah di audit kantor akuntan publik (bagi kontraktor yang berskala
nasional).
b. Melakukan pengujian subtantif dengan cara konfirmasi pembuktian
kepemilikan kepada yang bersangkutan.
c. Melakukan pengujian setempat pada kantor dan aktiva/peralatan yang
dilaporkan dalam pengisian Daftar Rekanan Terseleksi.
d. Melakukan pengujian kebenaran pengalaman kerja calon rekanan dengan
cara konfirmasi kepada perusahaan di mana calon rekanan pernah melakukan
pengadaan barang/jasa.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
10) Pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui perantara (tidak langsung kepada
agen tunggal produk yang dibeli), karena pejabat di Bagian Pengadaan mendapat
imbalan dari perantara tersebut.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
11) Sebagian atau seluruh pekerjaan/pengadaan barang dan jasa yang telah diikat
dengan kontrak dengan rekanan ternyata dilaksanakan sendiri oleh karyawan
perusahaan dengan harga yang lebih rendah dari nilai kontrak.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
12) Pekerjaan yang telah diikat kontrak dengan rekanan dilaksanakan sendiri dengan
menggunakan peralatan milik perusahaan dan biaya penggunaan alat juga
dibebankan kepada perusahaan.
Upaya-upaya Preventif:
13) Harga pembebasan lahan lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat dan dibayarkan kepada orang yang tidak berhak dengan
imbalan tertentu.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
14) Memberi perpanjangan waktu pengadaan barang dan jasa dengan membuat
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang tidak benar dengan imbalan tertentu
dari rekanan.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
15) Penerimaan komisi dan atau discount atas pengadaan barang dan jasa dari pihak
ketiga tidak disetor ke kas Perusahaan
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan pengujian apakah setiap komisi dan atau discount telah disetorkan
ke Kas Perusahaan.
b. Melakukan pengujian apakah komisi dan atau discount yang diterima oleh
Kasir/Bagian Keuangan/Bagian Pembelian/pejabat perusahaan telah
disetorkan ke kas Perusahaan.
c. Melakukan pengujian kas pada Kasir untuk mengetahui apakah terdapat
kelebihan kas yang berasal dari komisi dan atau discount ;
d. Melakukan konfirmasi kepada rekanan terkait apakah terdapat pemberian
komisi atau/dan discount.
e. Melakukan pengujian apakah discount harga, potongan pembelian telah
dimasukkan dalam perjanjian/kontrak/ pembelian/pengadaan.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
3) Pembayaran biaya gaji (lembur) lebih tinggi dari seharusnya karena karyawan
yang tidak hadir menitipkan kartu jam pegawainya kepada karyawan lain,
kelebihan gaji/lembur tersebut dibagi di antara karyawan tersebut dan/ atau
dengan pengawas/petugas penjaga mesin pencatat waktu.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan petugas penjaga mesin pencatat waktu dan kartu
jam per pegawai dengan pergantian secara periodik.
b. Direksi harus menetapkan prosedur pengecekan terhadap karyawan yang
belum mencetak kartu jam pegawainya saat jam pulang dengan
keberadaannya, dan petugas penjaga rutin pencatat waktu untuk memberikan
check mark atas setiap kartu jam pegawai yang tidak sesuai antara kartu jam
pegawai dengan keberadaannya saat akhir jam kerja.
c. Direksi harus menetapkan prosedur untuk setiap pegawai yang akan
melaksanakan lembur, mencetakan terlebih dahulu pada akhir jam kerja rutin
pada mesin pencatat waktu.
d. Direksi harus menetapkan prosedur bagi setiap karyawan yang akan
melaksanakan lembur harus memperoleh surat perintah lembur dari pejabat
yang berwenang untuk diserahkan kepada petugas penjaga mesin pencatat
waktu.
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan petugas penjaga mesin pencatat waktu dan kartu
jam per pegawai dengan pergantian secara berkala.
b. Direksi harus menetapkan prosedur pengecekan terhadap kartu kehadiran
karyawan.
c. Direksi harus menetapkan kewenangan bagi petugas penjaga mesin pencatat
waktu untuk memberikan check mark terhadap kartu jam pegawai yang
belum hadir.
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
6) Biaya klaim kesehatan terlalu tinggi karena kartu berobat pegawai perusahaan
dimanfaatkan oleh oknum karyawan/pejabat yang tidak berhak mendapat
penggantian biaya pengobatan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan kartu berobat bagi setiap karyawan dan anggota
keluarganya yang biaya pengobatannya ditanggung perusahaan dengan
identitas yang rinci berikut fotonya.
b. Direksi harus mewajibkan agar kartu berobat yang dipegang para pegawai
dan anggota keluarganya diisi setiap kali dilakukan pengobatan dan
pengambilan obat di apotik.
c. Direksi harus menetapkan dokter dan atau rumah sakit serta apotik tempat
karyawan dapat memperoleh pengobatan.
d. Pengajuan permintaan pembayaran (reimbuse) harus dilengkkapi dengan foto
copy resep dan identitas pasien dan tanggal pemeriksaan dilaksanakan.
e. Direksi harus menetapkan petugas yang melakukan verifikasi klaim yang
diajukan oleh pihak dokter/ rumah sakit/ apotik dan membandingkannya
dengan kartu berobat pegawai.
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
8) Asuransi jaminan hari tua beberapa pejabat dibuka sekaligus pada beberapa
perusahaan asuransi sehingga biaya asuransi pegawai meningkat melebihi RKAP
dan premi melebihi batasan yang diijinkan Direksi, yang dilakukan oknum
perusahaan untuk mendapat komisi dari perusahaan asuransi tersebut.
Upaya-upaya Preventif:
9) Pesangon sebagai hak karyawan yang memasuki masa pensiun tidak diberikan
sesuai jumlah seharusnya dengan cara membuat perhitungan yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, dan selisihnya dimanfaatkan oknum perusahaan
untuk keuntungan pribadi.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
10) Pesangon yang menjadi hak karyawan yang memasuki masa pensiun sebagian
dipotong oleh oknum karyawan bagian keuangan dengan cara membuat bukti
pembayaran ganda.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian terhadap kartu pembayaran pesangon untuk
mengetahui karyawan yang mendapat pesangon.
b. Melakukan penelitian apakah atas pembayaran pesangon telah mendapat
persetujuan pejabat yang berwenang.
c. Melakukan verifikasi terhadap kebenaran perhitungan besarnya pesangon.
d. Melakukan konfirmasi secara sampling kepada karyawan yang menerima
pesangon.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan pemisahan antara fungsi permintaan barang,
pembelian, penerimaan dan pembayaran, dipisahkan dengan fungsi
penyimpangan.
b. Direksi harus menetapkan persediaan besi berdasarkan analisa kebutuhan
dan menetapkan bahwa pembelian hanya dapat dilakukan bila persediaan
mencapai atau lebih rendah dari persediaan besi.
c. Direksi harus mewajibkan penetapkan spesifikasi persediaan yang dapat
dibeli bila kebutuhan pemakai tidak terdapat di gudang.
d. Direksi harus menetapkan bahwa setiap penerimaan fisik barang di gudang
harus dibandingkan dengan surat jalan dan dibuat Berita Acara Penerimaan
Barang.
e. Setiap pencatatan utang dari penerimaan persediaan dibuat berdasarkan
surat permintaan pembelian, surat pesanan, dan bukti penerimaan barang
serta faktur dan packing slip.
f. Persediaan barang bekas pakai harus di catat dan disimpan terpisah dari
barang baru.
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
4) Oknum petugas gudang membuat bukti pengeluaran barang gudang palsu untuk
menutupi ketekoran persediaan karena penjualan yang dilakukannya.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
a. Setiap pinjaman dalam jumlah besar ataupun penerbitan surat berharga harus
melalui persetujuan Dewan Komisaris dan harus dituangkan dalam Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan.
b. Direksi harus menetapkan prosedur analisis terhadap pembelian Commercial
Paper (investasi) untuk menghindari tidak kembalinya investasi yang
dilakukan dan penetapan tujuan untuk setiap rencana pinjaman atau
penerbitan surat berharga
c. Setiap transaksi penerbitan surat berharga perusahaan dan pembelian surat
berharga harus tercatat dan dilakukan analisa yang memadai mengenai
potensi yang diharapkan diperoleh.
Upaya-upaya Detektif:
3) Pelunasan pinjaman dalam jumlah besar yang telah ditetapkan dalam RKAP tidak
segera dibayarkan kepada Bank oleh oknum karyawan bagian keuangan namun
dipergunakan untuk usaha perusahaan yang berisiko tinggi, untuk mendapat laba
yang tinggi namun gagal sehingga pinjaman tersebut menjadi macet serta
perusahaan terkena denda dan beban bunga yang lebih besar.
Upaya-upaya Preventif:
a. Pelunasan hutang kepada Bank harus dituangkan dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
b. Dewan Komisaris dan Dewan Direksi harus mempunyai kendali dan sarana
pemantauan pelaksanaan RKAP dalam hal ini rencana pelunasan pinjaman
yang jumlahnya material.
c. Direksi agar membentuk Escrow Account sebagai rekening penampung
pembayaran pinjaman dan pencairannya harus diketahui Dewan Komisaris.
Upaya-upaya Detektif:
1) Cek untuk setoran PPh Pasal 25 tidak disetorkan ke Kas Negara/Bank Persepi
tetapi diambil dan digunakan untuk kepentingan pribadi oleh petugas penyetor
dengan membuat bukti setoran pajak fiktif.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
2) Penerimaan bunga hasil penempatan dana pada pihak ketiga tidak disetorkan ke
kas perusahaan dan tidak dicatat sebagai pendapatan tetapi diterima oleh oknum
petugas bagian keuangan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan prosedur penempatan dana dan setiap dana yang
dikeluarkan dalam jumlah besar agar jelas tujuan pengeluarannya.
b. Setiap penempatan dana harus mendapat persetujuan dari Direksi atau
pejabat yang ditunjuk.
c. Direksi harus menetapkan kewajiban membuat laporan kepada pihak
manajemen mengenai posisi kas/bank dan penempatan dana secara periodik.
d. Perkiraan Investasi dalam penyajiannya dalam neraca harus dibuatkan
rinciannya secara detail mencakup jenis penempatan dan kontrak-kontrak
yang diadministrasikan dalam kartu-kartu.
Upaya-upaya Detektif:
3) Dana hasil emisi saham dan atau penerbitan obligasi yang diterima penjamin
emisi (underwriter) tidak segera disetorkan ke rekening emiten, tetapi oleh
oknum karyawan/pejabat penjamin emisi dipergunakan untuk penempatan
Deposit On Call.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
5) Penjaminan promes oleh perusahaan asuransi yang melebihi retensi sendiri (batas
buffer/nilai pertanggungan maksimal yang dapat ditanggung sendiri) yang
dilakukan oleh oknum karyawan/pejabat perusahaan asuransi untuk
mendapatkan komisi, tetapi pada saat jatuh tempo tidak dapat dibayar oleh
penerbit promes.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
6) Penjualan tanah yang dilakukan dengan penyerahan sertifikat Hak Guna Usaha
sebelum pelunasan pembayaran dengan imbalan tertentu yang mengakibatkan
pembeli menjual kembali aktiva tetap (tanah) tersebut kepada pihak lain.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian apakah terdapat tanah milik perusahaan yang tidak
dimanfaatkan.
b. Melakukan pengujian fisik lokasi tanah yang tidak dimanfaatkan tersebut
apakah digunakan untuk tujuan lain selain kepentingan perusahaan.
c. Melakukan pengujian apakah tanah perusahaan yang digunakan oleh pihak
lain telah mendapat persetujuan dari pejabat perusahaan yang berwenang.
d. Melakukan penelitian apakah besarnya sewa/hasil tanah tersebut telah
mendapat persetujuan dari Pejabat yang berwenang dan penerimaannya
disetorkan ke kas perusahaan.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
9) Penjualan aset perusahaan tidak melalui prosedur yang berlaku dan tanpa
persetujuan pejabat yang berwenang untuk keuntungan pribadi oknum
karyawan/pejabat perusahaan yang berkepentingan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Setiap aset milik perusahaan harus dicatat dalam daftar inventaris milik
perusahaan.
b. Melakukan pengecekan fisik setiap akhir tahun.
c. Penjualan atau penghapusbukuan barang yang telah terdaftar dalam Daftar
Inventaris perusahaan dilakukan setelah mendapat persetujuan pejabat yang
berwenang, dan melaporkannya kepada pejabat yang berwenang.
Upaya-upaya Detektif:
10) Penjualan aset milik perusahaan dilakukan tidak melalui lelang melainkan dengan
penunjukkan langsung kepada pegawai/ pejabat perusahaan dengan harga
murah melalui manipulasi kondisi barang yang akan dijual.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
12) Pendaftaran gedung tua sebagai objek pertanggungan asuransi kerugian dengan
nilai tinggi yang kemudian dibakar untuk memperoleh klaim ganti rugi untuk
keuntungan pribadi oknum perusahaan.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
13) Mobil perusahaan sebagai korban tabrakan yang didaftar sebagai peserta
asuransi kerugian oleh oknum perusahaan asuransi dan kemudian diajukan klaim
ganti rugi.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
14) Mendaftarkan orang yang telah meninggal sebagai peserta asuransi jiwa yang
diajukan oleh oknum karyawan/pejabat perusahaan untuk memperoleh klaim
asuransi jiwa akibat kecelakaan.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
15) Hasil perhitungan nilai kerugian oleh petugas bagian apraisal (penilai) atas
gedung dan atau persediaan yang terbakar dinilai lebih tinggi dari yang
sebenarnya, yang diharapkan oleh oknum pegawai/pejabat perusahaan mendapat
imbalan tertentu dari pihak tertanggung.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
B. PENGELOLAAN PERBANKAN
Pengelolaan dana pihak ketiga meliputi pengelolaan dana pihak lain pada Bank
dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito yang
penarikannya dapat dilakukan menurut ketentuan yang disetujui bersama dengan
pemilik dana. Penyimpangan-penyimpangan yang pada umumnya terjadi pada
pengelolaan dana pihak ketiga sebagai berikut:
1) Memberikan tingkat bunga deposito pada perusahaan terkait pada Bank yang
lebih tinggi dari tingkat bunga kredit, dimana sumber dana penempatan deposito
tersebut berasal dari kredit yang diperoleh dari bank yang bersangkutan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Pemberian tarif bunga deposito harus mengikuti ketentuan tarif yang berlaku
pada Bank dengan mempertimbangkan cost of money.
b. Pemilik dan atau pengurus Bank harus mengumumkan pihak terkaitnya dan
menyerahkan surat pernyataan kepada Bank Indonesia yang menyatakan
pihak terkait tidak akan melakukan intervensi pengelolaan Bank.
c. Direksi harus menerapkan sistem pembukuan komputer yang dapat menolak
setiap transaksi pembukaan deposito atas nama nasabah kredit yang bunga
depositonya lebih tinggi daripada bunga kredit.
Upaya-upaya Detektif:
2) Memberikan suku bunga deposito diatas suku bunga yang tertera dalam Bilyet
Deposito (special rate), yang pada saat jatuh tempo kelebihan bunga tersebut
dibukukan pada biaya lain-lain sehingga mengurangi PPh untuk Negara.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
5) Nota kredit dari Bank lain untuk deposito nasabah diubah menjadi sebagian
deposito dan sebagian tabungan dengan cara memalsukan tanda tangan
nasabah, di mana tabungannya dikuasai dan dimanfaatkan oleh Teller.
Upaya-upaya Preventif:
a. Nota kredit masuk baru diakui setelah dana efektif masuk ke rekening giro
Bank di Bank Indonesia.
b. Intruksi nasabah melalui telepon harus diberitahukan kepada pejabat Bank
dan dilakukan konfirmasi ulang kepada nasabah.
c. Melakukan pemeriksaan fisik uang tunai dan surat berharga yang dikuasai
teller secara mendadak dan pemeriksaan secara diam-diam atas rekening
tabungan teller.
d. Akses terhadap sarana kerja teller dibatasi dan melakukan mutasi pegawai
teller secara periodik.
Upaya-upaya Detektif:
6) Deposito milik pihak terkait pada Bank dicairkan sebanyak dua kali dengan cara
memanfaatkan rekening suspen-non tunai.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian kelengkapan aplikasi pembukaan deposito untuk
mengetahui apakah pembukaan dan penutupan deposito dilakukan sesuai
dengan prosedur yang berlaku di Bank.
b. Melakukan verifikasi kebenaran bukti-bukti pendukung transaksi pembukaan
dan pencairan deposito.
c. Melakukan penelitian terhadap mutasi deposito pihak terkait dengan Bank dan
menguji perhitungan bunga Bank dan pembebanan biaya bunga.
d. Melakukan penelitian atas daftar outstanding deposito dan mutasi rekening
suspen account.
Upaya-upaya Preventif:
a. Pemberian password untuk teller harus atas seijin pejabat Bank dan harus
diubah secara periodik.
b. Setiap setoran dan pencairan deposito nasabah harus melalui proses verifikasi
dan diberikan tanda validasi dengan menggunakan mesin validasi otomatis.
c. Petugas teller harus dimutasi secara periodik.
8) Rekening giro nasabah yang telah ditutup dimanfaatkan untuk menarik dana
untuk kepentingan pribadi pegawai Bank.
Upaya-upaya Preventif:
a. Aplikasi pembukaan rekening giro harus diisi dengan lengkap disertai bukti diri
dan dokumen yang sah.
b. Penyimpanan data nasabah hanya dapat diakses oleh pegawai yang telah
mendapat otorisasi dari pejabat Bank.
c. Pemberian password komputer teller harus atas seijin pejabat dan diubah
secara periodik.
d. Data nasabah yang menutup rekeningnya harus segera dihapus dari sistem
komputer dan pelaksanaannya dimonitor secara periodik.
Upaya-upaya Detektif:
Penempatan dana Bank adalah penanaman dana pada Bank lain baik di dalam
negeri maupun di luar negeri dalam bentuk interBank call money, tabungan,
deposito berjangka, dan lain-lain yang sejenis dengan tujuan untuk
memperoleh penghasilan. Penempatan dana Bank termasuk dalam bentuk
wesel, surat pengakuan hutang, saham, obligasi dan sekuritas kredit.
Penyimpangan-penyimpangan yang pada umumnya terjadi pada pengelolaan
dana pihak ketiga sebagai berikut:
1) Penempatan dana pada bank di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa
dengan bank, yang pada saat jatuh tempo dana tersebut sengaja tidak dapat
dicairkan sehingga harus ditalangi dengan dana bantuan likuiditas Bank
Indonesia.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
2) Penempatan dana pada bank lain dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dari
tingkat bunga yang tertera pada dokumen, dan selisih bunga ditransfer ke
rekening pejabat Bank.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
3) Penempatan dana pada cabang Bank di luar negeri yang dipinjamkan kepada
perusahaan milik keluarga pemilik/pengurus Bank di luar negeri, dan
dipergunakan untuk membeli saham Bank pada saat Bank melakukan emisi
saham, dengan tujuan untuk menaikkan harga saham.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
4) Penempatan dana pada perusahaan reksadana yang belum mendapatkan ijin dari
Bapepam, yang pada saat jatuh tempo tidak dapat ditarik karena perusahaan
telah ditutup.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
5) Melakukan pinjaman Uang Antar Bank dengan suku bunga melebihi suku bunga
penjaminan pemerintah, yang selanjutnya direkayasa menjadi deposito atas
nama salah satu direktur Bank Kreditor, dan pada saat jatuh tempo deposito
tersebut dicairkan dengan menggunakan dana dari program penjaminan
pemerintah.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
3. Pemberian Kredit
1) Pemberian kredit kepada nasabah tidak disertai dengan pengikatan jaminan yang
memadai, bukti kepemilikan jaminan tidak diserahkan, dan jaminan telah
diagunkan untuk kredit di Bank lain.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
4) Pemberian fasilitas kredit kepada keluarga pejabat Bank dengan jaminan pejabat
Bank yang bersangkutan, yang pada saat kreditnya macet, oleh pejabat Bank
yang bersangkuan kredit tersebut dihapusbukukan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Surat pernyataan jaminan dari pejabat bank harus diketahui oleh atasan
pejabat Bank yang bersangkutan.
b. Bagian kredit harus melaporkan perkembangan kredit yang dijamin oleh
pejabat Bank secara rutin dengan tembusan kepada atasan pejabat penjamin
kredit.
c. Memberikan peringatan dini kepada penjamin apabila kolektibilitas kredit
kurang lancar.
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian apakah sebelum memberikan kredit kepada nasabah,
bagian kredit sudah meneliti kredit yang sedang dinikmati nasabah, baik dari
Bank maupun dari Bank lainnya.
b. Melakukan penelitian apakah Direksi telah menetapkan perhitungan
maksimum pemberian kredit ekspor pre shipment dan apakah pemberian
kredit ekspor pre shipment tersebut telah sesuai dengan pehitungan
maksimum pemberian kredit.
c. Melakukan penelitian apakah perhitungan rencana volume ekspor, harga
pengadaan barang ekspor, rencana produksi, harga bahan, dan biaya
produksi yang diajukan oleh nasabah dalam proposal permohonan kredit telah
dihitung dengan cermat dan sesuai dengan kemampuan ekspor nasabah.
d. Melakukan penelitian apakah perhitungan kebutuhan dana pre-shipment telah
dihitung sesuai dengan kemampuan ekspor yang sebenarnya.
e. Melakukan penelitian apakah mutasi rekening pinjaman nasabah cukup aktif
dan penarikan serta penyetoran dana telah sesuai dengan realisasi ekspor
yang sebenarnya dan digunakan sesuai dengan tujuan pinjaman.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
10) Penjualan agunan kredit kepada pihak terkait nasabah dibawah harga pasar
dengan memperoleh imbalan dari pembeli.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan limit harga pelelangan sesuai dengan harga pasar
yang berlaku/harga wajar.
b. Direksi harus menunjuk petugas untuk melakukan survey harga pasar agunan
yang akan dijual, sebagai dasar menetapkan limit harga pelelangan tersebut.
c. Direksi harus menetapkan bahwa pelelangan agunan harus dilaksanakan
dengan pelelangan terbuka (penawaran terbuka).
Upaya-upaya Detektif:
11) Penerimaan cicilan pinjaman yang telah dihapus buku tidak disetorkan pada bank
namun digunakan untuk kepentingan pribadi petugas Bank, yang dilakukan
dengan cara tidak memvalidasi bukti setor debitur (hanya di cap dengan stempel
Bank).
Upaya-upaya Preventif:
12) Pelunasan kredit salah satu perusahaan grup terkait kepada Bank lain dilakukan
dengan cara menset-off penempatan dana Bank milik pihak terkait pada Bank
pemberi kredit.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Transaksi derivatif adalah transaksi dari surat berharga atau kepentingan lain
atau suatu kewajiban penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
dalam pasar uang dan pasar modal. Penyimpangan-penyimpangan yang pada
umumnya terjadi dalam pengelolaan transaksi derivatif adalah:
1) Membuat transaksi valas (SWAP) dengan pihak terkait Bank, dimana Bank
menjual valas secara forward dengan kurs yang lebih rendah dari pada kurs spot
sehingga Bank mengalami kerugian transaksi valas.
Upaya-upaya Preventif:
a. Setiap perintah pembelian valas dari nasabah harus diverifikasi lebih dulu oleh
analis Divisi Treasury dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi saat ini
dan perhitungan yang matang.
b. Kesepakatan (deal) swap valas di dealing room harus melalui verifikasi bagian
pembukuan valas dan mendapat persetujuan dari Kepala Divisi dan dilaporkan
kepada SKAI secara berkala.
c. Menyusun suatu sistem komputer di dealing room yang dapat memberikan
peringatan/menolak setiap transaksi pembelian valas forward yang tidak
wajar.
d. Memisahkan fungsi petugas yang menganalisa kelayakan permintaan nasabah
dengan petugas yang akan melakukan deal di dealing room.
e. Seminggu sekali SKAI memeriksa transaksi yang tercatat di komputer Divisi
Treasury Bank yang sudah deal maupun yang pending.
Upaya-upaya Detektif:
2) Memberikan fasilitas Forex Line kepada nasabah fiktif untuk transaksi valas yang
dibuat merugikan Bank dan menguntungkan nasabah. Keuntungan transaksi
valas tersebut kemudian dimasukan ke rekening giro nasabah dan ditarik
berangsur-angsur atas nama pihak terkait Bank.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
3) Bank melakukan kontrak Put Option Valuta Asing (hak untuk menjual valas)
dengan suatu perusahaan paper company dengan jaminan uang, yang pada saat
jatuh tempo (execution date) Bank tidak dapat menyediakan valas dimaksud
sehingga paper company mencairkan jaminannya. Uang jaminan tersebut
kemudian dimasukan ke rekening perusahaan di luar negeri atas nama pengurus
Bank.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
4) Fasilitas diskonto dari Advising Bank kepada eksportir tidak dapat dikembalikan
karena Usance L/C importir tidak dapat dibayar oleh opening Bank di luar negeri.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
5) Menutupi kerugian akibat transaksi derivatif yang telah jatuh tempo dengan cara
menangguhkannya didalam rekening Defferred Account di Neraca.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan analisis atas laporan harian transaksi derivatif dan daftar foreign
exchane line yang diberikan.
b. Melakukan penelitian atas penyebab kerugian Bank dalam transaksi derivatif
dan arus dana dari kerugian transaksi derivatif kepada rekening nasabah.
c. Melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen pendukung transaksi
derivatif.
Aktivitas Bank lainnya adalah aktivitas Bank selain kegiatan-kegiatan di atas serta
transaksi yang belum mengubah posisi aktiva dan passiva bank pada tanggal laporan
tetapi harus dilaksanakan oleh bank apabila persyaratan yang disepakati dengan
nasabah terpenuhi, yang disajikan dalam laporan komitmen dan kontinjensi
1) Pendapatan bunga kredit dilaporkan lebih besar dari jumlah sebenarnya dengan
tujuan untuk menaikkan laba dan memperbesar jasa produksi.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan ketentuan pendapatan bunga yang diakui sebagai
pendapatan adalah yang dihasilkan dari kredit yang selambat-lambatnya
hanya menunggak tiga bulan.
b. Program komputer harus didesain secara otomatis untuk menolak
pendapatan bunga dari kredit yang telah menunggak lebih dari tiga bulan.
Upaya-upaya Detektif:
2) Pemotongan PPh Pasal 23 atas bunga tabungan, deposito, dan giro nasabah tidak
dilaporkan dan atau hanya sebagian disetorkan ke Kantor Kas Negara.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
Upaya-upaya Preventif:
a. Pembelian aktiva tetap harus dianggarkan lebih dahulu dalam RKAP yang
telah disetujui Komisaris dan Pemegang Saham.
b. Pengadaan akitva baru Bank harus memperhatikan ketersediaan dana dan
kondisi likuiditas Bank.
c. Pembayaran pengadaan aktiva tetap harus didukung syarat formal dan
material telah dipenuhi vendor.
Upaya-upaya Detektif:
5) Mengeluarkan biaya tenaga kerja asing yang tidak bekerja untuk Bank tetapi
untuk kepentingan perusahaan group terkait Bank, atas perintah pemilik Bank.
Upaya-upaya Preventif:
Upaya-upaya Detektif:
6) Penerbitan Bank Garansi oleh Bank tidak diikuti dengan pembayaran provisi dan
setoran jaminan dengan imbalan tertentu dari nasabah kepada petugas Bank.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi menetapkan bahwa Bank Garansi yang akan diterbitkan harus
dilampiri dengan bukti setor provisi dan/atau bukti setor setoran jaminan
b. Blanko Bank Garansi harus memakai dokumen dengan nomor yang telah
dicetak (prenumbered) dan dicatat dalam buku Bank Garansi yang terbit.
c. Bagian akuntansi harus melakukan kontrol hubungan secara periodik antara
kewajiban Bank Garansi pada komponen komitmen dan kontinjensi dengan
daftar setoran jaminan dan pendapatan provisi Bank.
Upaya-upaya Detektif:
7) Pencairan Bank Garansi oleh perusahaan pemberi kerja yang dilakukan dengan
membuat pekerjaan seolah-olah tidak memenuhi klausul kontrak berdasarkan
kerjasama antara pemberi kerja, kontrakor dan pegawai Bank penerbit Garansi.
Upaya penanggulangan secara represif pada dasarnya merupakan pelaksanaan tindak lanjut
atas kasus penyimpangan yang ditemukan pada masing-masing BUMN/BUMD dan Perbankan
dari hasil langkah-langkah detektif yang telah memenuhi hal sebagai berikut:
- Setiap kasus penyimpangan yang telah diidentifikasikan merugikan keuangan Negara dari
langkah detektif agar didukung dengan bukti yang memadai termasuk penjelasan/
keterangan tertulis dari pihak yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut.
- Setiap kasus penyimpangan harus dibahas melalui pemaparan kasus untuk menentukan
langkah-langkah penyelesaian yang diperlukan. Dalam pemaparan tersebut, jika perlu,
menyertakan pihak dari instansi penyidik guna menentukan adanya Tindak Pidana
Korupsi/perdata.
4. Premi asuransi tidak disetorkan oleh agen yang ditunjuk perusahaan, tetapi 19
dipergunakan untuk kepentingan pribadi oleh agen yang bersangkutan.
6. Hasil penjualan produksi scrap yang masih mempunyai nilai ekonomis tidak 20
disetor ke kas perusahaan karena sengaja tidak dibukukan
8. Hasil penjualan dengan kredit ditagih oleh petugas yang tidak berwenang dan 21
tidak disetorkan ke kas perusahaan.
9. Hasil penagihan atas penjualan kredit kategori macet tidak disetorkan ke Kas 22
perusahaan tetapi dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
10. Penjualan secara kredit dilakukan tanpa perjanjian dan tanpa jaminan atau 22
bank garansi dengan imbalan tertentu dari pembeli.
11. Pembayaran atas penjualan dicatat di buku kas tetapi uangnya disetor ke 23
rekening pribadi kasir, pembayaran seolah-olah sudah sudah diterima
perusahaan.
15. Penjualan tiket jasa angkutan penumpang tidak disetor ke kas perusahaan 25
dan dipergunakan untuk kepentingan pribadi oleh petugas penjual tiket.
3. Harga Perhitungan Sendiri (HPS) pengadaan barang dan jasa disusun hanya 27
formalitas untuk mendukung Penunjukan langsung yang mengakibatkan
terjadinya kemahalan harga.
10. Pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui perantara (tidak langsung 31
kepada agen tunggal produk yang dibeli), karena pejabat di Bagian
Pengadaan mendapat imbalan dari perantara tersebut.
11. Sebagian atau seluruh pekerjaan/pengadaan barang dan jasa yang telah 32
diikat dengan kontrak dengan rekanan ternyata dilaksanakan sendiri oleh
karyawan perusahaan dengan harga yang lebih rendah dari nilai kontrak.
12. Pekerjaan yang telah diikat kontrak dengan rekanan dilaksanakan sendiri 32
dengan menggunakan peralatan milik perusahaan dan biaya penggunaan alat
juga dibebankan kepada perusahaan.
13. Harga pembebasan lahan lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh 33
Pemerintah Daerah setempat dan dibayarkan kepada orang yang tidak berhak
dengan imbalan tertentu.
14. Memberi perpanjangan waktu pengadaan barang dan jasa dengan membuat 33
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang tidak benar dengan imbalan
tertentu dari rekanan.
15. Penerimaan komisi dan atau discount atas pengadaan barang dan jasa dari 34
pihak ketiga tidak disetor ke kas Perusahaan
3. Pembayaran biaya gaji (lembur) lebih tinggi dari seharusnya karena karyawan 36
yang tidak hadir menitipkan kartu jam pegawainya kepada karyawan lain,
kelebihan gaji/lembur tersebut dibagi di antara karyawan tersebut dan/ atau
dengan pengawas/petugas penjaga mesin pencatat waktu.
6. Biaya klaim kesehatan terlalu tinggi karena kartu berobat pegawai perusahaan 37
dimanfaatkan oleh oknum karyawan/pejabat yang tidak berhak mendapat
penggantian biaya pengobatan.
8. Asuransi jaminan hari tua beberapa pejabat dibuka sekaligus pada beberapa 38
perusahaan asuransi sehingga biaya asuransi pegawai meningkat melebihi
RKAP dan premi melebihi batasan yang diijinkan Direksi dengan melibatkan
oknum karyawan untuk mendapat komisi dari perusahaan asuransi tersebut.
10. Pesangon yang menjadi hak karyawan yang memasuki masa pensiun 39
sebagian dipotong oleh oknum karyawan bagian keuangan dengan cara
membuat bukti pembayaran ganda.
3. Pelunasan pinjaman dalam jumlah besar yang telah ditetapkan dalam RKAP 44
tidak segera dibayarkan kepada Bank oleh oknum karyawan bagian keuangan
namun dipergunakan untuk usaha perusahaan yang berisiko tinggi, untuk
mendapat laba yang tinggi namun gagal sehingga pinjaman tersebut menjadi
macet serta perusahaan terkena denda dan beban bunga yang lebih besar.
1. Cek untuk setoran PPh Pasal 25 tidak disetorkan ke Kas Negara/Bank Persepi 45
tetapi diambil dan digunakan untuk kepentingan pribadi oleh petugas
penyetor dengan membuat bukti setoran pajak fiktif.
2. Penerimaan bunga hasil penempatan dana pada pihak ketiga tidak disetorkan 46
ke kas perusahaan dan tidak dicatat sebagai pendapatan tetapi diterima oleh
oknum petugas bagian keuangan.
3. Dana hasil emisi saham dan atau penerbitan obligasi yang diterima penjamin 46
emisi (underwriter) tidak segera disetorkan ke rekening emiten, tetapi oleh
oknum karyawan/pejabat penjamin emisi dipergunakan menempatan Deposit
On Call.
4. Pembelian promes yang berpotensi tidak tertagih pada saat jatuh tempo 47
dilakukan oleh oknum karyawan/ pejabat perusahaan dengan imbalan
tertentu dari penerbit promes.
10. Penjualan aset milik perusahaan dilakukan tidak melalui lelang melainkan 50
dengan penunjukkan langsung kepada pegawai/ pejabat perusahaan dengan
harga murah melalui manipulasi kondisi barang yang akan dijual.
13. Mobil perusahaan sebagai korban tabrakan yang didaftar sebagai peserta 52
asuransi kerugian oleh oknum perusahaan asuransi dan kemudian diajukan
klaim ganti rugi.
14. Mendaftarkan orang yang telah meninggal sebagai peserta asuransi jiwa yang 52
diajukan oleh oknum karyawan/pejabat perusahaan untuk memperoleh klaim
asuransi jiwa akibat kecelakaan.
15. Hasil perhitungan nilai kerugian oleh petugas bagian apraisal (penilai) atas 53
gedung dan atau persediaan yang terbakar dinilai lebih tinggi dari yang
sebenarnya, yang diharapkan oleh oknum pegawai/pejabat perusahaan
mendapat imbalan tertentu dari pihak tertanggung
Lampiran 2
5. Nota kredit dari Bank lain untuk deposito nasabah diubah menjadi
56
sebagian deposito dan sebagian tabungan dengan cara memalsukan
tanda tangan nasabah, di mana tabungannya dikuasai dan
dimanfaatkan Teller.
6. Deposito milik pihak terkait pada Bank dicairkan dua kali dengan cara
56
memanfaatkan rekening suspen-non tunai.
2. Penempatan dana pada bank lain dengan tingkat bunga yang lebih 58
tinggi dari tingkat bunga pada dokumen, dan selisih bunga ditransfer
ke rekening pejabat Bank.
3. Penempatan dana pada cabang Bank di luar negeri yang dipinjamkan 59
kepada perusahaan milik keluarga pemilik/pengurus Bank di luar
negeri, dipergunakan untuk membeli saham Bank pada saat Bank
melakukan emisi saham, dengan tujuan untuk menaikkan harga
saham.
10. Penjualan agunan kredit kepada pihak terkait nasabah dibawah harga 66
pasar dengan imbalan dari pembeli.
11. Penerimaan cicilan pinjaman yang telah dihapus buku tidak disetorkan 66
pada bank namun digunakan untuk kepentingan pribadi petugas
Bank, yang dilakukan dengan cara tidak memvalidasi bukti setor
debitur (di cap dengan stempel Bank)
12. Pelunasan kredit salah satu perusahaan grup terkait kepada Bank lain 67
dilakukan dengan cara menset-off penempatan dana Bank milik pihak
terkait pada Bank pemberi kredit.
3. Bank melakukan kontrak Put Option Valuta Asing (hak untuk menjual
68
valas) dengan suatu perusahaan paper company (jaminan uang), yang
pada saat jatuh tempo Bank tidak dapat menyediakan valas dimaksud
sehingga paper company mencairkan jaminannya. Uang jaminan
tersebut kemudian dimasukan ke rekening perusahaan di luar negeri
atas nama pengurus Bank.
TIM PENYUSUN