Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu unsur kesejahteran umum yang akan

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 serta hakekat pembangunan nasional yaitu

pembangunan masyarakat yang seutuhnya dan pembangunan

masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk mempertinggi

derajat kesehatan pada umumnya dan untuk mewujudkan hidup sehat

yang sesuai dengan sistem kesehatan Nasional demi terwujudnya

Masyarakat yang sehat.

Untuk itu diperlukan tenaga kesehatan masyarakat yang

profesional yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang

masalah kesehatan sebagai salah satu upaya untuk menyembuhkan

penderita dan secara berangsur-angsur berkembang kearah kesatuan

upaya peningkatan, pencegahan dan pemulihan bersifat menyeluruh dan

berkesinambungan.

PBL adalah salah satu proses belajar untuk mendapatkan

kemampuan profesional kesehatan masyarakat yang merupakan

kemampuan spesifik yang harus dimiliki tenaga profesi bidang kesehatan

masyarakat, yakni kemampuan untuk dapat menerapkan diagnosis,

1
mengembangkan program intervensi kesehatan masyarakat dan

melaksanakan pendekatan komunitif serta bekerja dalam tim multi

disiplioniret.

Untuk mendukung program ini diperlukan pengetahuan mendalam

tentang masyarakat yang mencakup kebutuhan dan permintaan sumber

daya yang bisa dimanfaatkan. Angka-angka kependudukan, cakupan

program serta dan bentuk-bentuk kerja sama.

Dalam upaya tersebut diperlukan data-data antara lain : Data

demografi dan data kesehatan. Data-data ini memiliki mekanisme

pengolahan yang dalam penalaran dan analisisnya melalui PBL,

pengalaman itu di peroleh dengan sempurna dan diharapkan mampu

menentukan masalah kesehatan dan mengembangkan program

kesehatan secara terpadu. Dengan demikian PBL mempunyai peranan

yang sangat penting dan strategis sehingga perlu dilaksanakan dengan

baik dan benar.

1.2 Maksud dan Tujuan PBL III

1.2.1 Maksud PBL III

a. Memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang

diprioritaskan pada PBL II.

b. Memperoleh kemampuan dan keterampilan dalam menyelesaikan

suatu masalah kesehatan di masyarakat.

2
1.2.2. Tujuan PBL III

a. Tujuan umum :

Meningkatkan pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang

ilmu kesehatan masyarakat dan aplikasinya di tengah-tengah

masyarakat.

b. Tujuan khusus :

1. Mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan intervensi bersama

dengan masyarakat.

2. Mahasiswa mampu mengevaluasi/menilai keberhasilan

pelaksanaan kegiatan.

3. Mahasiswa mampu membuat suatu laporan kegiatan pada

setiap kegiatan yang telah dilakukan.

3
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1. Keadaan Geografi

Desa Abbulosibatang merupakan salah satu diantara Desa yang

ada di wilayah pemerintahan kecamatan Marusu kabupaten Maros

Propinsi Sulawesi Selatan Desa ini berada ± 24 Km dari pusat ibukota

Propinsi Sulawesi Selatan serta berjarak ± 12 Km dari Kantor Kecamatan

Marusu. Secara administrasi Desa Abbulosibatang terbagi menjadi tiga

Dusun antara lain: Dusun Pampangan, Dusun Borong dan Dusun

Bontoramba.

Dalam kegiatan pengalaman belajar lapangan (PBL) III yang

menjadi fokus deskriptif kelompok kami adalah Dusun Pampangan yang

merupakan salah satu Dusun dari Desa Abbulosibatang.

Letak Geografis Dusun Abbulosibatang

Secara umum letak Dusun Abbulosibatang adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bontomate’ne.

 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nisombalia.

 Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.

 Sebelah timur berbatasan dengan Tellumpocoe.

Dilihat dari segi geografisnya, luas wilayah Pampangan adalah

sekitar 12 km2. (Selatan-Utara), 7 km2. (Timur-Barat)

4
2.2. Keadaan Demografi.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Kantor Desa

Abbulosibatang, Penduduk yang mendiami Desa Abbulosibatang

seluruhnya berjumlah 918 jiwa, dengan kepala keluarga 190 KK. Khusus

untuk Dusun Pampangan perincian penduduknya sebagai berikut :

 Jumlah KK = 190 KK

 Jumlah laki-laki = 419 Jiwa

 Jumlah perempuan = 499 Jiwa

 Jumlah penduduk seluruhnaya = 918 Jiwa

2.3. Status Kesehatan

Menurut Hendrik. L. Blum, ada 4 faktor yang mempengaruhi status

kesehatan, yaitu :

1. Lingkungan.

2. Perilaku Masyarakat.

3. Pelayanan kesehatan.

4. Hereditas atau genetika

2.3.1. Lingkungan

Keadaan lingkungan Dusun Pampangan Desa Abbulosibatang

hampir seluruhnya dikelilingi oleh wilayah persawahan dan empang yang

dijadikan sebagai sumber penghasilan masyarakat.

5
Keadaan lingkungan di Dusun Pampangan sudah cukup baik

dimana masyarakatnya sudah mempunyai kesadaran untuk menjaga

kebersihan lingkungan dan memanfaatkan pekarangan rumah mereka,

namun di dusun Pampangan Kepadatan rumah cukup tinggi, dimana jarak

anatara rumah-rumah penduduk cukup dekat yaitu 2-5 m. Pencemaran

udara relatif kecil karena kendaraan yang melewati jalan masih relative

sedikit, disamping itu jalan yang menghubungkan Dusun Pampangan,

dengan Dusun Bontoramba masih belum bagus karena jalanannya belum

di aspal.

2.3.2. Prilaku Masyarakat

Dari segi prilaku, tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya

masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari prilaku merokok dari

sebagian masyarakat yang sudah mendarah daging dalam hidup mereka

sejak dahulu terutama bagi kaum adam. Dan satu masalah yang paling

menonjol adalah kebiasaan mereka berhajat di sembarang tempat yang

tidak memenuhi syarat kesehatan, sebut saja disemak-semak, bahkan

ada yang buang air besar di sawah. Dan juga menyangkut SPAL yang

tidak memenuhi syarat kesehatan, dimana mereka masih menggunakan

peresapan/penampungan, tanpa mereka sadari akan dampak negatifnya

(tempat berkembang biak bibit penyakit).

6
2.4. Faktor Sosial Budaya

2.4.1. Status Sosial Budaya

Status sosial masyarakat di Dusun Pampangan pada umumnya

sama karena tidak ada perbedaan masyarakat dalam suatu wilayah, yang

berbeda hanya antara aparat pemerintah desa dengan rakyatnya.

2.4.2. Pendidikan Masyarakat

Berdasarkan hasil pendataan kami pada PBL I di lapangan

diperoleh hasil yaitu jumlah penduduk rata-rata tidak tamat SD. Banyak

masyarakat yang beranggapan pada waktu itu bahwa pendidikan tidak

terlalu penting ditambah lagi dengan persoalan yang kemudian membuat

masyarakat berpikir pada sekolah akan membuang-buang uang saja.

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pelaksanakan Program Intervensi

Sebelum melaksanakan program PBL III kami terlebih dahulu

melakukan survei lapangan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya

perubahan prioritas masalah sebagaimana yang telah ditetapkan pada

PBL II.

Adapun kegiatan yang kami lakukan yaitu berupa survei lapangan,

pertemuan serta musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat dengan

tokoh-tokoh agama setempat. Kami juga mengadakan pertemuan

langsung dengan masyarakat berupa penyuluhan yang dilaksanakan di

Posko PBL III Dusun Pampangan. Dari hasil kegiatan yang dilaksanakan

diperoleh kesimpulan bahwa masalah tempat pembuangan sampah dan

jamban merupakan prioritas masalah utama yang perlu segera

diintervensi.

Adapun kegiatan ekstra yang kami lakukan yaitu mengajar di SDN

37 Pampangan tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya,

mengajar mengaji di Mesjid Pampangan dan mengajar mata pelajaran

umum di Posko PBL III. Dan kami juga mengadakan malam ramah tamah

yang diadakan di Posko PBL III Dusun Pampangan sekaligus acara

perpisahan Desa.

8
3.1.1 Intervensi POA I (Tempat Pembuangan Sampah)

Pada Intervensi Tempat Pembuangan Sampah kami mengadakan

Intervensi fisik dan non fisik. Intervensi fisik yang dilakukan yaitu membuat

tempat sampah percontohan, sedangkan intervensi non fisik yaitu dengan

mengadakan penyuluhan kepada masyarakat Dusun Pampangan.

TABEL 1
Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Pembuangan Sampah

No. Tempat membuang sampah N %


1 Dikumpulkan Lalu Dibakar 104 57,74
2 Dikumpul Lalu Ditimbun 8 4,21
3 Dikebun/ Semak/ Sawa/ Tempat 38 20
terbuka
4 Dibuang disekitar rumah 33 17,37
5 Dibuang di TPA 7 3,68
Total 190 100
Sumber : Data Primer Januari 2008

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat

membuang sampah di kebun/semak/sawah/tempat terbuka (20%) dan di

buang disekitar rumah (17,37%).

Adapun Intervensi yang dilakukan yaitu intervensi fisik dan non

fisik. Intervensi fisik yang dilakukan yaitu dengan membuat tempat

sampah percontohan untuk masyarakat Pampangan. Kami bergotong-

royong untuk memasang tempat sampah percontohan tersebut. Kami

memasang 3 tempat sampah, yang di letakkan di dekat SDN 37

9
Pampangan yang juga sangat berdekatan dengan rumah-rumah

penduduk, di letakkan di Kantor Desa Abbulosibatang dan yang satunya

lagi di letakkan posko PBL III Dusun Pampangan. Sedangkan intervensi

non fisik yang dilakukan yaitu dengan mengadakan penyuluhan yang

dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2009 di Posko PBL III Dusun

Pampangan.

Tujuan dari intervensi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan

serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya membuang sampah pada

tempatnya dan untuk meningkatkan kepemilikan Tempat Sampah serta

dapat merubah kebiasaan buruk masyarakat Dusun Pampangan yang

suka membuang sampah mereka di sekitar rumah.

3.1.2 Intervensi POA II (Jamban)

Intervensi POA Kedua sesuai dengan penetapan prioritas masalah

yang dilaksanakan pada PBL II yaitu mengenai jamban.

TABEL 2
Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jamban

No. Kepemilikan Jamban N %


1 Ya 93 48,95
2 Tidak 97 51,05
Total 190 100 %
Sumber : Data Primer Januari 2008

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kepemilikan jamban

pada masyarakat Dusun Pampangan masih kurang, karena hanya 93 KK

10
yang memilki jamban atau sekitar (48,95%), dan yang tidak memiliki

jamban yaitu 97 KK atau sekitar (51,05%).

Kegiatan intervensi Jamban ini dilakukan karena kesadaran

masyarakat Dusun Pampangan masih rendah, masih terdapat sekitar

51,05% yang belum mempunyai jamban, sebagian besar buang air di WC

di sawah/kebun dan semak-semak/tempat terbuka lainnya.

Adapun intervensi yang dilakukan adalah intervensi non fisik.

Intervensi non fisik yang dilakukan yaitu kami mengadakan penyuluhan

tentang pentingnya jamban keluarga untuk mencegah masyarakat agar

tidak membuang air besar di sembarang tempat. Penyuluhan ini

dilaksanakan di Posko PBL III Dusun Pampangan pada tanggal 8 Februari

2009, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat. Kami

memberikan penyuluhan tentang dampak membuang air besar di

sembarang tempat dan penyakit yang ditimbulkan serta memberikan

tekhnik dan cara membuat jamban yang sehat dengan menawarkan jenis

jamban yang sesuai dengan ekonomi keluarga.

Tujuan dari intervensi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan

serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya jamban keluarga dan

untuk meningkatkan kepemilikan Jamban serta dapat merubah kebiasaan

buruk masyarakat yang ada di Dusun Pampangan yang suka membuang

air besar di sawah/kebun, semak-semak, dan tempat terbuka lainnya.

11
3.2. Pembahasan

3.2.1. Intervensi POA I (Tempat Sampah)

Sampah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia oleh

karena adanya sampah-sampah pada umumnya adalah sebagai akibat

dari adanya kegiatan-kegiatan manusia itu sendiri.

Permasalahan mengenai sampah timbul sejalan dengan tingkatan

perkembangan dan kemajuan teknologi, di samping itu produksi sampah

pun terusmeningkat. Meningkatnya jumlah penduduk di lain pihak sumber

daya alam yang termasuk lahan digunakan dan dimanfaatkan semaksimal

mungkin sehingga menambah kompleksnya permasalahan yang dihadapi.

Beberapa metode pembuangan sampah yang telah dikenal oleh

masyarakat sejak lama, antara lain : Pembuangan di atas tanah,

pembuangan ke badan-badan air, pembakaran, digunakan sebagai

makanan ternak, penimbunan/pembuangan di atas tanah.

Jenis dan karakteristik sampah pada umumnya dapat dibedakan

atas beberapa jenis yaitu mulai dari yang mudah membusuk sampai yang

tidak dapat membusuk. Yang dapat dibakar dan sulit dibakar. Sampah

tersebut dibedakan atas : Sampah Basa, Sampah Kering, Abu, Sampah

Jalan, Bangkai Binatang, Mobil Rongsokan, Sampah Industri, Sampah

Bongkaran, Sampah Khusus.

Sumber produksi sampah pada umumnya berhubungan dengan

penggunaan tanah dan pembagian daerah untuk berbagai kegunaan.

12
Pada dasarnya sumber sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa

kategori.

Hewan reservoir yang berhubungan erat dengan sampah adalah

lalat. Lalat dapat menularkan elentric disease (thypoid fever, bacillary dan

amebic dysentery, diarrhoe, cholera, infeksi cacing) myasis, tularemia,

conjunctivitis dan lain-lain.

Cara penularan penyakit secara mekanis dalam lima jalan :

1. Melalui bagian-bagian mulut

2. Melalui muntahan

3. Melalui bulu-bulu tubuh dimana organisme phatogen melekat

4. Melalui kaki-kaki

5. Melalui fecesnya

Sampah-sampah kaleng, ban mobil bekas, pecahan gelas, botol,

tempurung kelapa dan lain sebagainya sangat cocok untuk bersarang dan

berkembang biaknya nyamuk. Oleh karena itu perlunya penanganan

sedini mungkin untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh sampah.

Dengan penyediaan tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan.

3.2.2. Intervensi POA II (Jamban)

Pembuangan tinja yang buruk sering kali berhubungan dengan

kurangnya penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-

kondisi demikian ini akan berakibat terhadap kesehatan serta

13
mempersukar penilaian peranan masing-masing komponen dalam

transmisi penyakit. Namun demikian sudah diketahui bahwa terdapat

hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan yang

dipaparkan oleh H.L Blum, yaitu tentang status kesehatan pada faktor

lingkungan. Keduanya dapat dikatakan bersifat langsung maupun tidak

langsung. Dan apabila tinja dibuang di sembarang tempat, maka dapat

merusak lingkungan disekitarnya dengan menimbulkan bau yang tidak

sedap dihirup, sehingga dapat menimbulkan penyakit seperti diare, thypus

colera, disentri dan lain-lain.

Efek langsung misalnya dapat mengurangi insiden penyakit-

penyakit tertentu. Sedangkan hubungan tidak langsung dari pembuangan

tinja terhadap kesehatan bermacam-macam, tetapi umumnya berkaitan

dengan komponen-komponen lain dalam sanitasi lingkungan. Sebagai

contoh :

a. Peningkatan kondisi higiene lingkungan akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

b. Penurunan “insiden” penyakit-penyakit yang penularannya melalui air,

udara, akan disertai dengan penurunan morbiditas penyakit-penyakit

lain yang penyebabnya tidak langsung berhubungan dengan tinja atau

air yang tercemar.

Pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu :

a. Tidak berkontaminasi dengan tanah.

b. Tidak berkontaminasi dengan air permukaan.

14
c. Tidak terkontaminasi air tanah.

d. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat

dan telur untuk berkembang biak.

e. Kakus harus terlindung atau tertutup.

f. Penerapan tekhnologi yang tepat guna yaitu cara penggunaan mudah,

kontruksi murah, pemeliharaan mudah serta menggunakan bahan-

bahan yang ada di daerah setempat.

Adapun jenis-jenis kakus:

1. Pit Privy (kakus lubang gali/cubluk)

Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang kedalaman tanah

dengan diameter 80-120 cm,sedalam 2,5 sampai 8 meter. Dindingnya

diperkuat dengan batu bata agar tidak mudah ambruk.Lama

pemakaiannya 2-15 tahun. Jenis kakus ini hanya dapat dibuat ditempat-

tempat dimana air tanah letaknya dalam. Adapun hal yang perlu

diperhatikan ;

 Tidak dapat diterapkan pada permukaan air yang tinggi karena dapat

mengkontaminasi air tanah dangkal atau sumber air minum di

sekitarnya. Untuk itu, sebagai pedoman dalam membuat lubang kakus

harus terletak minimal 15-30 meter dari sumur terdekat dan jika sumur

digunakan untuk umum maka jaraknya harus lebih jauh lagi, paling

sedikit 50-100 meter.

 Jangan pernah memberi desinfektan karena dapat mengganggu

proses pembusukan sehingga cubluk cepat penuh.

15
 Untuk mencegah bertelurnya nyamuk, harus diberi minyak tanah tiap

minggu.

 Untuk mencegah bau yang menyengat pada cubluk, dapat diberi kapur

barus.

2. Aqua Privy ( kakus cair )

Jenis kakus ini hampir mirip dengan kakus lubang gali,hanya saja

pada lubang jenis kakus ini terbuat dari tangki yang kedap air dan berisi

air, terletak langsung di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan

bentuk peralihan antar kakus lubang gali dengan septic tank.

Fungsi tangki adalah menerima, menyimpan dan mencernakan

tinja serta melindunginya dari lalat dan serangan serangga lainnya.

Bentuk tangki dapat bulat, bujur sangkar atau empat persegi panjang dan

diletakkan dengan posisi vertikal dengan diameter 80-120 cm.

Tinja masuk ke dalam tangki dan memungkinkan bahan-bahan

padat untuk mengendap dalam bentuk lumpur (sludge) dan terjadi proses

digesti secara anaerobic di dasar-dasar tangki. Cairan di atasnya yang

relatif jernih (effluent) dialirkan keluar melalui pipa ke lapangan

perembesan.

3. Angsa – Trine

Kakus ini bukanlah merupakan tipe kakus tersendiri tapi hanya

modifikasi closetnya saja. Pada kakus ini closetnya berbentuk leher angsa

sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau

busuk dari cubluk tidak di ruangan rumah kakus. Bila closet dalam

16
keadaan terpakai maka feses tertampung sementara dan apabila telah

disiram air maka dengan sendirinya tinja akan turun menuju tempat

penampungannya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuang tinja:

 Kita harus membuang tinja di kakus agar terbebas dari penyakit yang

disebabkan oleh kuman-kuman atau bakteri-bakteri yang terdapat

dalam tinja.

 Bila kita tidak mempunyai kakus, maka boleh saja kita membuang tinja

di dalam lubang-lubang tanah galian. Namun, beberapa hal yang harus

diperhatikan yaitu tempat itu harus berjarak sekurang-kurangnya 10 m

dari sumber air dan jauh dari pemukiman masyarakat serta harus

ditutup tanah setelah selesai membunag tinja.

 Kita harus mencuci tangan dengan air dan sabun setelah buang air

besar.

3.3. Faktor Pendukung dan Penghambatan

3.3.1 Intervensi POA I (Tempat Sampah)

1. Faktor Pendukung

a. Adanya Mahasiswa sebagai tenaga penyuluh.

b. Adanya kesediaan masyarakat Dusun Pampangan untuk

menyediakan tempat pemasangan tempat sampah

percontohan.

17
c. Adanya kesediaan masyarakat untuk turut membantu dalam

proses pemasangan tempat sampah percontohan.

2. Faktor Penghambat

a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengaruh sampah

terhadap kesehatan.

b. Adanya kebiasaan masyarakat yang sering membuang sampah

disembarang tempat.

c. Adanya pemahaman bahasa Indonesia yang masih kurang

sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat diterima

dengan optimal.

3.3.2 Intervensi POA II (Jamban)

1. Faktor Pendukung

a. Adanya Mahasiswa sebagai tenaga penyuluh.

b. Sudah ada beberapa warga yang memiliki jamban yang sesuai

dengan standar kesehatan sehingga bisa menjadi contoh bagi

masyarakat yang lain.

c. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya jamban sudah mulai

meningkat.

d. Partisipasi aktif dari masyarakat Dusun Pampangan sangat

membantu dalam proses pelaksanaan kegiatan.

18
2. Faktor Penghambat

a. Kebiasaan masyarakat yang terbiasa membuang air besar di

semak-semak sehingga mereka belum memanfaatkan jamban

yang memenuhi standar kesehatan.

b. Tingkat pendapatan masyarakat yang masih rendah.

c. Adanya pemahaman bahasa Indonesia yang masih kurang

sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat diterima

dengan optimal.

19
BAB IV

EVALUASI PROGRAM INTERVENSI

4.1 Evaluasi POA I (Tempat Sampah)

4.1.1Input

a. Mempersiapkan materi penyuluhan tentang pentingnya Tempat

Sampah bagi masyarakat dan lingkungan untuk disampaikan

kepada masyarakat Dusun Pampangan.

b. Mengadakan diskusi dengan TOMA dan TOGA di Dusun

Pampangan mengenai program penyuluhan Kesehatan Masyarakat

dalam rangka meningkatkan kepemilikan tempat sampah dan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya

Tempat Sampah.

c. Pembagian postest serta pembagian undangan kepada

masyarakat untuk mengikuti penyuluhan.

d. Menyiapkan tempat penyuluhan dan mempersiapkan

perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk program

penyuluhan.

e. Mempersiapkan bahan baku dan peralatan yang diperlukan

f. Diskusi dengan masyarakat untuk menentukkan tempat dimana

tempat sampah akan dipasang.

20
Budget/Sumber Daya Yang dibutuhkan untuk Intervensi non Fisik

Sumber Daya Yang Yang Yang


Dibutuhkan Tersedia Dibutuhkan
Kertas ½ Rim 30 Lembar
Karton 1 Lembar 1 Lembar
Spidol Besar 1 Buah 1 Buah
Spidol kecil Warna 6 Buah 3 Buah
Undangan 40 Lembar 20 Lembar
Camera Digital 2 Buah 2 Buah
Aqua 1 Dos 1 Dos
Snack 30 Bungkus 20 Bungkus

Budget/Sumber Daya Yang dibutuhkan untuk Intervensi Fisik

Sumber Daya Yang Yang Yang


Dibutuhkan Tersedia Dibutuhkan

Drom 3 Buah 3 Buah


Besi Penyangga 6 Potong 6 Potong
Cat 4 Kaleng 2 Kaleng
Kuas 2 Buah 2 Buah
Tiner 2 Botol 1 Botol
Kertas ½ Rim 6 Lembar

21
4.1.2Proses

Penyuluhan tentang Tempat Sampah dilaksanakan pada hari

Minggu tanggal 8 Februari 2009 di Posko PBL III Dusun Pampangan.

Pembagian anggota kelompok PBL III sesuai dengan tugas yang

telah ditetapkan, kemudian penyuluhan tentang pentingnya Tempat

Sampah. Penyuluhan ini dilakukan sebanyak satu kali. .

TABEL KETERLAKSANAAN INTERVENSI


POA I (TEMPAT SAMPAH)

Keterlaksanaan
Program Terlaksana Tidak Terlaksana
Penyuluhan Tentang  -
Tempat Sampah
Pembuatan Tempat  -
Sampah Percontohan

4.1.3Out Put

Setelah kami melakukan persiapan dan pelaksanaan POA

kemudian kami melakukan evaluasi atau peninjauan ke masyarakat pada

Dusun Pampangan yang telah diberikan penyuluhan, untuk melihat

kepemilikan Tempat Sampah, peningkatan pengetahuan dan perubahan

perilaku serta perubahan sikap mengenai masalah kesehatan.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan ternyata mendapatkan hasil bahwa

masyarakat yang memiliki Tempat Sampah meningkat dari 48,4% menjadi

22
50%. Dan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pentingnya tempat sampah dari 75% menjadi 100%.

TABEL PRE-POST TEST


POA I (PENYULUHAN TTG TEMPAT SAMPAH)

Pre-Test Post-Test
(Pengetahuan Ttg Tempat (Pengetahuan Ttg Tempat
Program Sampah) Sampah)
Cukup % Kurang % Cukup % Kurang %
Penyuluhan 15 75% 5 25% 20 100% - -
Ttg Tempat org org Org
Sampah

TABEL KEPEMILIKAN TEMPAT SAMPAH


POA I (PEMBUATAN TEMPAT SAMPAH PERCONTOHAN)

Kepemilikan Tempat Kepemilikan Tempat


Sampah Sebelum Sampah Sesudah
Program Intervensi Intervensi
N % N %
Pembuatan 92 KK 48,4% 95 KK 50%
Tempat
Sampah
Percontohan

23
4.2 Evaluasi POA II (Jamban)

4.2.1Input

a. Mempersiapkan materi penyuluhan tentang pentingnya jamban

keluarga bagi masyarakat dan lingkungan untuk disampaikan

kepada masyarakat Dusun Pampangan.

b. Mengadakan diskusi dengan TOMA dan TOGA di Dusun

Pampangan mengenai program penyuluhan Kesehatan Masyarakat

dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pentingnya jamban.

c. Pembagian undangan kepada masyarakat untuk mengikuti

penyuluhan.

d. Menyiapkan tempat penyuluhan dan mempersiapkan perlengkapan

dan peralatan yang diperlukan untuk program penyuluhan.

Budget/Sumber Daya Yang dibutuhkan

Sumber Daya Yang Yang Yang


Dibutuhkan Tersedia Dibutuhkan
Kertas ½ Rim 30 Lembar
Karton 1 Lembar 1 Lembar
Spidol Besar 1 Buah 1 Buah
Spidol kecil Warna 6 Buah 3 Buah
Undangan 40 Lembar 20 Lembar
Camera Digital 2 Buah 2 Buah
Aqua 1 Dos 1 Dos
Snack 30 Bungkus 20 Bungkus

24
4.2.2Proses

Penyuluhan tentang jamban dilaksanakan pada hari senin tanggal

8 Februari 2009 di Posko PBL III Dusun Pampangan.

Pembagian anggota kelompok PBL III sesuai dengan tugas yang

telah ditetapkan, kemudian penyuluhan tentang pentingnya Jamban.

Penyuluhan ini dilakukan sebanyak satu kali.

TABEL KETERLAKSANAAN INTERVENSI


POA II (JAMBAN)

Keterlaksanaan
Program Terlaksana Tidak Terlaksana
Penyuluhan Tentang  -
Jamban

4.2.3Out Put

Setelah kami melakukan persiapan dan pelaksanaan POA

kemudian kami melakukan evaluasi atau peninjauan ke masyarakat pada

Dusun Pampangan yang telah diberikan penyuluhan, untuk peningkatan

pengetahuan dan perubahan perilaku serta perubahan sikap mengenai

masalah kesehatan. Dan kami mengharapkan pengetahuan masyarakat

tentang pentingnya jamban meningkat dari 50% menjadi 85%.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan ternyata mendapatkan hasil bahwa

pengetahuan masyarakat tentang pentingnya jamban meningkat menjadi

sebesar 100%.

25
TABEL PRE-POST TEST
POA II (PENYULUHAN TTG JAMBAN)

Pre-Test Post-Test
(Pengetahuan Ttg Jamban) (Pengetahuan Ttg Jamban)
Program
Cukup % Kurang % Cukup % Kurang %
Penyuluhan 10 50 10 50 20 100 - -
Tentang Org % org % org %
Jamban

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah, maka kami

melakukan intervensi kegiatan sebagai berikut:

 Masalah tempat sampah dan jamban tetap menjadi prioritas dalam

PBL III, pada PBL II masyarakat yang tidak memiliki tempat

pembuangan sampah sekitar 37,37% sedangkan yang tidak

memiliki jamban sekitar 51,05%

 Dalam pelaksanaan program intervensi non fisik pada kedua

masalah yaitu tempat sampah dan jamban begitu pula dengan

intervensi fisik pada tempat sampah dapat berjalan dengan baik

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

 Pencapaian target secara kualitatif cukup baik.

5.2 Saran

Dengan adanya PBL III ini diharapkan kepada masyarakat agar

senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah

pada tempatnya dan bisa mengetahui tentang pentingnya jamban

keluarga baik bagi lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Makassar.2008. Laporan Hasil Pengalaman Belajar Lapangan I

Dusun Pampangan, Desa Abbulosibatang, Kecamatan Marusu,

Kabupaten Maros

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Makassar.

2008. Laporan Hasil Pengalaman Belajar Lapangan II Dusun

Pampangan, Desa Abbulosibatang, Kecamatan Marusu, Kabupaten

Maros

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Makassar.

2007. Laporan Hasil Pengalaman Belajar Lapangan III Dusun Kuri

Lompo, Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros

2007.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Makassar.

2009. Jurnal & Panduan Pengalaman Belajar Lapangan.

http://organisasi.org

28

Anda mungkin juga menyukai