Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu bagian dari organ tubuh yang memiliki
perawanan yang sangat penting bagi tubuh. Kerusakan pada organ ginjal akan
bedampak pada tubuh, baik lokal maupun secara sistemik. Kelainan ginjal
dapat berupa gagal ginjal kronik (GGK). Kelainan ini sangat berdampak
terhadap status kesehatan individu.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai asuhan keperawatan
pada pasien dengan gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik, bradder training
dan pemeriksaan diagnostik dengan melakukan pemeriksaan urine 24 jam.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka sangat perlu kiranya materi
ini untuk dijelaskan dan dijabarkan oleh penyusun dengan menyusun makalah
yang berjudul “Kelainan Sistem Perkemihan Akibat Gagal Ginjal
Kronik”.

B. Tujuan Penulisan
Penyusunan makalah ini tentu memiliki dasar dan tujuan. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
a. Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami dan mengetahui tentang
gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik, serta mampu melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik
b. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian gagal ginjal kronik;
b. Mahasiswa mengetahui penyebab, patofisiologi, manifestasi gagal
ginjal konik;

Keperawatan Medikal Bedah Page 1


c. Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan gagal ginjal kronik;
d. Mahasiswa mampu melaksanakan pemeriksaan diagnostik berupa
pemeriksaan urine 24 jam dan bradder training.

C. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
studi pustaka. Penyusun mengumpulkan berbagai referensi yang berkaitan
dengan materi gagal ginjal dan pemeriksaan urine serta bradder training
kemudian menyusunnya menjadi sebuah makalah.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
 Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang penyusunan makalah, tujuan
penulisan, metode yang digunakan serta sistematika penulisan makalah ini.
 Bab IITinjauan teroritis mengenai Gagal Ginjal Kronik.
 Bab III Penutup, berisi kesimpulan dari makalah ini.

Keperawatan Medikal Bedah Page 2


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
GAGAL GINJAL KRONIK

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun (Lorraine M.
Wiolson. 1995 : 813).
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
cukup lanjut, hal ini terjadi laju filtrasi glomerolus (LFG) kurang dari 50
ml/menit (Suharjono. 2000 : 427).
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penurunan faal ginjal yang
menahun, yang umumnya tidak reversibel dan cukup lanjut.
Gagal ginjal kronik adalah keadaan irreversible, ditandari fungsi
nefron yang berkurang dan berlangsung progresif (Dr. Jan Tamboyong.
2000 : 121).
Gagal ginjal kronik adalah destruksi ginjal yang progresif dan terus
menerus (Elizabeth J. Corwin. 2001 : 490).

B. Etiologi
Pada gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus; glomerulonefritis kronik; pielonefritis; hipertensi
yang tidak dapat dikontrol; obstruksi traktus urinarius; lesi herediter; seperti
penyakit ginjal polikistik; gangguan vaskuler; infeksi; medikasi; atau agens
toksik. Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagak ginjal
kronis mencakup timah, cadmium, merkuri dan kromium. Dianalisis atau

Keperawatan Medikal Bedah Page 3


transplantasi ginjal kadang-kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup
pasien.
C. Manifestasi Klinis
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia pasien.
Manifestasi klinis kardiovaskuler, pada gagal ginjal kronis mencakup
hipertensi, gagal jantung kongestif dan edema fulmoner dan perikarditis.
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup resa gatal yang parah
(pruritis). Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.

D. Pemeriksaan Diagnostik
Menggambarkan status kesehatan dari individu dan factor-faktor yang
berperan terhadap status klien. Pemeriksaan tesebut meliputi :
a. Radiologi
Dilakukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi GGK.
b. Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal.
Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
Foto polos yang disertai dengan tomogram memberi keterangan yang lebih
baik.
c. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter poksimal,
kandung kemih serta prostat.
d. Urin
Volume kurang dari 40 mililiter /hari disebut oliguria atau urin tidak ada
disebut anuria. Warna secara abnormal keruh, berat jenis kurang dari 1,015
osmolitas kurang dari 350 05 mol/kg menunjuka kerusakan tuberkel.
Natrium lebih besar dari 40 mikroequivalen per liter ginjal tidak mampu

Keperawatan Medikal Bedah Page 4


mengabsorpsi natrium. Proteinuria (3-4) secara kuat menunjukan
kerusakan glomerulus.
e. Darah
Kreatinin meningkat, kadar kreatinin 10 miligram perdesiliter. Hematokrit
menurun karena adanya anemia, Hb biasanya dibawah 7-8 gram
perdesiliter. Masa hidup sel darah merah menurun karena defisiensi
eritropoetin.

E. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis
Menentukan tatalaksana penyebabnya dan mengoptimalisasi serta
mempertahankan keseimbangan cairan dan garam.
a. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 gram/hari) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea, menyebabkan penurunan ureum dan
prebaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
b. Mengontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung
kiri. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam
dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah.
c. Mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit
Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar
(batasi hingga 60 milimol perhari), diuretic berat kalium, obat-obatan yang
berhubungan ekresi kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis.
Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15
milimol /liter.
d. Mencegah terlaksananya penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang dapat mengikat fosfat seperti
alumunium hidroksida (300-800 miligram) atau kalsium bikarbonat (500-

Keperawatan Medikal Bedah Page 5


3000 miligram) pada setiap makan, namun hati-hati dengan toksitas obat
tersebut.

e. Mendeteksi dini dan terapi infeksi


Pasien urinaria harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi
lebih kuat.
f. Memodifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan karena metabolic toksiknya
dan dikeluarkan oleh ginjal. Juga obat-obatan yang meningkatkan
katabolisme dan ureum.
g. Mendeteksi dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan enselopati uremia, perikarditis,
neuropati perifer, hiperkalemia juga mengikat infeksi yang mengancam
jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialysis.
h. Mempersiapkan dialysis dan program transplantasi
Segera disiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan
analisis biasanya adalah gagal ginjal dengan segala klinis yang jelas meski
telah dilakukan konservatif atau terjadi komplikasi.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal
ginjal akut, hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa
pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya
hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum
(nilai kalium > 5,5 mEq/L, SI: 5,5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi
puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status
klinis. Peningakatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion
pengganti resin (Natrium polistriten sulfonat [kayexalatel]), secara oral
atau melalui retensi enema.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan

Keperawatan Medikal Bedah Page 6


Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukan dan haluaran oral
dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses, drainase luka dan
perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian
cairan.

F. Komplikasi
Pada gagal ginjal kronik dapat terjadi komplikasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Pada sistem gastrointestinal dapat terjadi anoreksia berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein dalam usus, foetur ureutik disebabkan oleh
ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri dimulut menjadi
ammonia, gastric uremikum dapat menyebabkan anoreksia, nausea dan
komitus, (egukan chiccup), gastritis erosit, ulkus peptikum dan colitis
uremik.
2. Sistem integument dapat terjadi kulit berwarna pucat akibat anemia dan
kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom. Gatal-gatal dengan
eksoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium pada pori-pori
kulit, skimosis akibat gangguan hematologik, bekas garukan karena gatal.
3. Sistem syaraf dan otot dapat terjadi penderita merasakan pegal dan selalu
menggerakan kakinya, rasa kesemutan seperti terbakar, terutama di telapak
kaki, lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, kejang-kejang,
miopati, kelemahan dan hipertropi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas
proksimal.
4. Sistem kardiovaskuler dapat terjadi hipertensi akibat peningkatan aktivitas
sistem rennin angiotensin – aldosteron, nyeri dada dan sesak nafas akibat
perikarditis, gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, edema
akibat penimbunan cairan.
5. Sistem endokrin dapat terjadi gangguan toleransi glukosa, metabolisme
lemak, metabolisme vitamin D, dapat juga terjadi gangguan seksual seperti

Keperawatan Medikal Bedah Page 7


fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone
dan spermatogenesis menurun. Pada wanita timbul gangguan menstruasi,
ovulasi sampai amenorhoe.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan GGK yaitu:
1. Bradder Training
Bradder training merupakan suatu bentuk tindakan yang umumnya
diberikan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan yang dilakukan
pemasangan kateter dalam waktu yang relatif lama. Bradder training diberikan
atau dilakukan untuk mengembalikan fungsi kontraksi otot-otot kandung kemih
sebagai akibat dari pemasangan kateter dalam jangka waktu lama. Hal tersebut
terjadi karena kandung kemih akan selalu berada pada keadaan kosong. Setiap
uine yang terbentuk akan secara langsung mengalir keluar melalui slang kateter
tanpa menunggu kontraksi kandung kemih (rangsangan untuk miksi). Oleh karena
itu, bradder training harus dilakukan agar fungsi otot-otot kandung kemih dapat
berfungsi kembali setelah kateter dilepaskan.

Adapun cara untuk melakukan bradder training adalah sbagai beikut :

1. Beritahukan pasien bahwa kateter untuk sementara waktu diklem atau ditutup.
Infomasikan pada klien bahwa penutupan tersebut dimaksudkan untuk melatih
kemampuan otot kandung kemih untuk berkontraksi.
2. Minta klien untuk melaporkan jika klien merasakan rangsangan atau sensasi
untuk berkemih.
3. Tunggu selama 4 – 6 jam. Dalam 4 jam biasanya urine sudah terbentuk dan
terkumpul dalam kandung kemih.
4. Setelah 4 – 6 jam, kaji dan tanyakan kepada klien apakah klien merasakan
rangsangan untuk berkemih. Jika tidak terdapat rangsangan berkemih atau
klien tidak melaporkan adanya keinginan untuk berkemih menandakan bahwa
fungsi otot kandung kemih belum berfungsi dengan baik.

Keperawatan Medikal Bedah Page 8


5. Buka klem pada slang dan kaji berapa banyak urine yang tertampung dalam
kantong urine selama penutupan klem tersebut.
6. Lakukan tindakan serupa pada hari berikutnya hingga klien merasakan
rangsangan untuk berkemih.

2. Pemeriksaan Urine 24 Jam

Pemeriksaan urine 24 jam dilakukan untuk mengetahui keadaan kimiawi


dalam urine, misalnya untuk mengetahui komponen-komponen patologi dalam
urine akibat kerja ginjal yang tidak adekuat.
Pengambilan sampel urine dilakukan dengan cara membuka atau
memisahkan bagian slang kateter dengan urine bag. Setelah itu, dengan
menggunakan wadah atau tempat khusus, sampel urine diambil dari slang kateter
yang sudah dipisahkan dari urine bag.

H. Klasifikasi

Klasifkasi penyakit gagal ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas
dasar derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockeroft-Gault sebagai berikut:

LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140 – umur) x berat badan


72 x kreatinin plasma (mg/dl)

*) pada perempuan dikalikan 0,85

Keperawatan Medikal Bedah Page 9


Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis atas Dasar Derajat Penyakit

Derajat/
Penjelasan LFG (ml/mnt/1,73m2)
Stadium
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau > 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60 – 89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30 – 59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialysis

Stadium 1:
Kerusakan ginjal dengan LFG normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal
dapat dideteksi sebelum LFG mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit
ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan GGK
dan mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Stadium 2:
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada LFG (60-89). Saat fungsi
ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan GGK kita
dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain.
Stadium 3:
Penurunan lanjut pada LFG (30-59). Saat GGK sudah berlanjut pada
stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya
bekerja sama dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
Stadium 4:
Penurunan berat pada LFG (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi
GGK dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan
ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih
hemodialisis, kita akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan
memperkuat pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum
secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam perut
kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang
satu ginjal untuk dicangkok.

Keperawatan Medikal Bedah Page 10


Stadium 5:
Kegagalan ginjal (LFG di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup
untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau
pencangkokan ginjal.

I. Evaluasi Diagnostik
1. Pemeriksaan darah bertujuan untuk menguji penurunan fungsi ginjal,
menunjukkan kenaikan kadar nitrogen, kreatinin, natrium, dan kalium urea;
kadar pH dan bikarbonat turun; dan kadar Hb dan Ht rendah.
2. Uji pembersihan kreatinin bertujuan untuk menguji penurunan fungsi ginjal,
menunjukkan deteriorasi perlahan-lahan pada fungsi ginjal.
3. Biopsy ginjal bertujuan untuk menentukan sel jaringan untuk
memungkinkan identifisasi hitologis pada patologi mendasar.
4. X-Ray pada ginjal atau abdomen, CT-Scan pada ginjal, MRI, atau USG
menunjukkan ukuran ginjal mengecil.
5. Gravitasi khusus urin menjadi tepat pada 1,010; urinalisasis bisa
menunjukkan proteinuria, glikosuria, eritrosit, leukosit, dan warna lain,
tergantung pada penyebabnya.

G. Patofisiologi

Keperawatan Medikal Bedah Page 11


Etiologi
Iskemia nefron

Kerusakan sel tubulus

Penurunan aliran darah ginjal

Penurunan aliran arah ke glomerolus

Kerusakan glomerolus

Penurunan ultra glomerolus

Penurunan progresif GFR

Gagal ginjal kronik

Fungsi glomerolus Sekresi hormone Penurunan fungsi Reabsorpsi HCo3


terganggu glukoprotein terganggu ginjal menurun

Proses eritropoisis
Penurunan tekanan Sisa metabolic tdk Peningkatan H+
terganggu
osmotik koloid diekskresikan
Pembentukan eritrosit
berkurang Resiko tinggi gangguan
Tekanan hidrostatik Uremia integritas kulit
menurun Hemoglobin berkurang
Akumulasi ureum Retensi H+ dalam
Perpindahan cairan dari O2 yang diikat berkurang dlm gastrointestinal darah
CIS ke CES
Transpor O2 ke jaringan
berkurang Mengiritasi Gangguan keseimbangan
Edema Gastrointestinal asam basa : Asidosis
Gangguan pemenuhan metabolik
Ketidakseimbangan O2 Peningkatan HCl
cairan & elektrolit Metabolisme Inadekuat
Mual muntah
Pembentukan ATP
terganggu
Nutrisi inadekuat
Energi yang dihasilkan
berkurang
Nutrisi kurang
Kelemahan otot dari kebutuhan

Intoleransi aktivitas

Keperawatan Medikal Bedah Page 12


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN AKIBAT
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Biodata identitas klien dan penanggung jawab
1) Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan
dan lain-lain.
2) Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering dan paling berat dirasakan klien yang
menderita gagal ginjal kronik, dengan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit biasanya mengeluh sakit kepala, mual dan muntah, nyeri
punggung, sesak nafas, kelemahan dan udema.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan sakit panggul, sesak nafas,
mual, muntah, anoeksia, konstipasi, diare, sakit kepala, mudah lelah,
kelemahan motorik dan edema dan yang perlu dikaji dengan
menggunakan teknik PQRST.
P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat
dan menguranginya)
Q : Qualitatif /Quantitatif

Keperawatan Medikal Bedah Page 13


(Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar,
sejauhmana merasakannya sekarang)

R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)
S : Skala
(Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)
T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah
tiba-tiba atau bertahap)

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit hipertensi,
diabetes mellitus, batu ginjal, glomeruloefritis, pielonefritis kronik,
kanker ginjal.

3. Pemriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Observasi penampilan fisik apakah ada penurunan tingkat kesadaran
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah, suhu, respirasi dan nadi
c) Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi berat, papitasi, nyeri dada (angina). Distensi jugularis vena
pressure (JVP). Nadi kuat, edema jaringan umum dan distritmia
jantung, nadi lemah dan halus, hipertensi ortostatik menunjukan
hipovolemia, yang jarang pada sakit tahap akhir, pucat kulit coklat
kehijauan, kuning kecenderungan perdarahan.
d) Sistem Perncernaan
Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metaliktak pada sedap
pada mulut (pernapasan amoniak). Perubahan turgor kulit dan
kelembaban, edema (umum, tergantung). Ulserasi gusi, perdarahan

Keperawatan Medikal Bedah Page 14


gusi /lidah, penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan
tak bertenaga.

e) Sistem Pernafasan
Nafas pendek, dispnea noktural proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum dan banyak, takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi atau
kedalaman (pernafasan kusmaul). Batuk produktif dengan sputum
merah muda dan encer (edema paru).
f) Sistem Perkemihan
Penurunan frekuensi urin, oligoria, anuria (gagal ginjal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare dan konstipasi, perubahan warna urin
contoh kuning pekat, merah coklat, oliguria, dapat menjadi anuria.
g) Sistem Integumen
Kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi, pruritis, demam (sepsis,
dehidrasi) : hormoterima dapat secara actual terjadi peningkatan pada
pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal (efek
GGK /depresi respon imun), petekie, area, ekimosis pada kulit.
h) Sistem Muskuloskeletal
Fraktur tulang, defosit kalsium (klasifikasi metatastik) pada kulit,
jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi, malaise, kelemahan
pada ekstremitas, kelemahan otot, penurunan rentan gerak.
i) Sistem Persyarafan
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot /kejang, rasa terbakar pada
kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah,
gangguan status mental.

4. Aktivitas Sehari-hari
Efek penumpukan cairan dan elektrolit secara umum akan mempengaruhi
pola nutrisi (anoreksia, vomitus, nausea), istirahat tidur, aktivitas
(kelemahan) eliminasi (konstipasi dan oliguri) serta personal hygiene.

Keperawatan Medikal Bedah Page 15


5. Aspek Psikologik
Klien akan memperlihatkan kecemasan terhadap kondisinya, mudah
marah, menarik diri, tampak murung, dimana hal ini berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan klien terhadap tindakan medis dan perawatan.
6. Aspek Spiritual
Tentang keyakinan klien tehadap penyakitnya dihubungkan dengan agama
serta bagaimana kedekatannya ke agama, harapan hidup.

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Kelebihan cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap gagal ginjal (uremia).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder
terhadap gagal ginjal.

C. Perencanaan
DP 1 : Kelebihan cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria Hasil : - Nilai elektrolit serum dalam batas normal
- Tidak ada edema

Intervensi Rasional
 Memantau, memasukkan, dan  Dengan memantau haluaran dan
haluaran urin dan memantau TTV masukan dapat mengidentifikasi
tiap 4 jam. indikasi atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan.
 Memantau kreatinin dan BUN  Dengan memantau kreatinin dan
serum. BUN serum dapat menunjukan
kebutuhan akan dialysis segera.
 Auskultasi bunyi jantung dan  Kelebihan cairan menimbulkan

Keperawatan Medikal Bedah Page 16


paru-paru. edema paru dan gagal jantung
kronik.
 Siapkan untuk dialysis sesuai  Dilakukan untuk memperbaiki
indikasi. kelebihan volume,
ketidakseimbangan elektrolit,
asam basa, dan untuk
menghilangkan toksin.

DP 2 : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : - Hilangnya anoreksia
- Hilangnya mual dan muntah
- Makanan yang diberikan habis

Intervensi Rasional
 Kaji kebutuhan nutrisi klien,  Mengidentifikasi kekurangan
hitung kalori dan protein yang nutrisi
dibutuhkan.
 Berikan makan sedikit dalam  Porsi lebih kecil dapat
frekuensi sering. meningkatkan asupan makanan.
 Perhatikan adanya mual dan  Gejala yang menyertai akumulasi
muntah. toksin yang dapat menurunkan
asupan dan memerlukan
intervensi.
 Timbang berat badan setiap hari.  Untuk mengetahui peningkatan
atau penurunan berat badan pada
klien.
 Kolaborasi
 Batasi kalium dan natrium sesuai  Untuk mencegah kerusakan ginjal
dengan indikasi. lebih lanjut, khususnya bila
dialysis tidak menjadi bagian
pengobatan atau selama proses
penyembuhan.
 Berikan obat antiemetik sesuai  Untuk menghilangkan mual dan
dengan indikasi. muntah.

DP 3 : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


pruritis sekunder terhadap gagal ginjal (uremia).
Tujuan : Kulit tetap utuh

Keperawatan Medikal Bedah Page 17


Kriteria Hasil : - Kemerahan tidak ada
- Keluhan pruritis lebih sedikit
- Tidak ada tanda gerakan pada kulit.

Intervensi Rasional
 Inspeksi kulit pada perubahan  Menandakan area sirkulasi
warna, turgor, vaskuler. buruk /kerusakan yang dapat
Perhatikan kemerahan, ekskoriasi, menimbulkan pembentukan
observasi terhadap ekimosis dan dekubitus /infeksi.
purpura.
 Infeksi area tergantung terhadap  Jaringan edema lebih cenderung
odema. rusak /robek.
 Pertahankan linen tetap kering.  Menurunkan iritasi dermal dan
resiko kerusakan kulit.
 Selidiki keluhan gatal.  Meskipun dialysis mengalami
masalah kulit yang berkenaan
dengan uremik, gatal dapat terjadi
karena kulit adalah rute ekskresi
untuk produksi sisa.

DP 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi


sekunder terhadap gagal ginjal.
Tujuan : Kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat terpenuhi
Kriteria Hasil : - Berkurangnya keluhan lelah dan peningkatan aktivitas
Intervensi Rasional
 Memantau hasil laboratorium,  Dengan memantau hasil
hasil kalsium dan serum serta laboratorium dapat
kadar fosfat. mengidentifikasi perkembangan
atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
 Mempertahankan asupan protein  Pembatasan protein dan kalsium,
dan kalsium yang diprogramkan. mengontrol pembentukan sisa
nitrogen.
 Kaji kemampuan untuk  Mengidentifikasi kebutuhan
berpartisipasi pada aktivitas yang individual dan membantu
diinginkan /dibutuhkan. pemilihan intervensi.
 Rencana periode istirahat adekuat.  Mencegah kelelahan berlebihan
dan menyimpan energi untuk
penyembuhan, regenerasi
jaringan.
 Tingkatkan partisipasi sesuai  Meningkatkan rasa membaik
toleransi pasien. /meningkatkan kesehatan dan

Keperawatan Medikal Bedah Page 18


membatasi frustasi.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup
lanjut, hal ini terjadi laju filtrasi glomerolus (LFG) kurang dari 50 ml/menit.
Pada gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus; glomerulonefritis kronik; pielonefritis; hipertensi yang tidak
dapat dikontrol; obstruksi traktus urinarius; lesi herediter; seperti penyakit ginjal
polikistik; gangguan vaskuler; infeksi; medikasi; atau agens toksik. Lingkungan
dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagak ginjal kronis mencakup timah,
cadmium, merkuri dan kromium. Dianalisis atau transplantasi ginjal kadang-
kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien.

B. Saran
Gagal ginjal merupakan penyakit yang sangat berbahaya, untuk itu perlu
pengetahuan yang mendalam tentang penyakit ini, sehingga tindakan pencegahan
dapat kita lakukan sedini dan seefektif mungkin.
Dalam penulisan makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya

Keperawatan Medikal Bedah Page 19

Anda mungkin juga menyukai