Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

ASUHAN KEPERAWATAN

PROLAPSUS UTERI

OLEH:

NAMA : SRI RATHMA MAKIAN

NIM : P201601126

Q3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prolapsus uteri adalah pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks berada di
dalam orifisium vagina ( prolapsus derajat 1 ), serviks berada di luar orifisium
(prolapsus derajat 2 ), atau seluruh uterus berada di luar orifisium. Prolapsus uteri
disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya karena kelemahan jaringan ikat di rongga
panggul, perlukaan jalan lahir. Menopause juga faktor pemicu terjadinya prolapses uteri.
Pada prolapsus uteri gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang kala
penderita dengan prolaps yang sangat berat tidak mempunyai keluhan apapun,
sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan

B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan definisi Prolapsus uteri?
2. Apa yang di maksud dengan etiologi Prolapsus uteri?
3. Apa yang di maksud dengan klasifikasi Prolapsus uteri?
4. Apa yang di maksud dengan pathway Prolapsus uteri?
5. Apa yang di maksud dengan manifistasi klinik Prolapsus uteri?
6. Apa yang di maksud dengan pemeriksaan penunjang Prolapsus uteri?
7. Apa yang di maksud dengan penatalaksanaan medis Prolapsus uteri?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang di maksud dengan definisi Prolapsus uteri
2. Untuk mengetahui yang di maksud dengan etiologi Prolapsus uteri
3. Untuk mengetahui yang di maksud dengan klasifikasi Prolapsus uteri
4. Untuk mengetahui yang di maksud dengan pathway Prolapsus uteri
5. Untuk mengetahui yang di maksud dengan manifestasi klinik Prolapsus uteri
6. Untuk mengetahui yang di maksud dengan pemeriksaan penunjang Prolapsus
uteri
7. Untuk mengetahui yang di maksud dengan penatalaksaan medis proplapsus uteri
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Prolaps uteri adalah kantong uterus turur ke vagina yang terjadi karena trauma pada
saat melahirkan pada fasia endo pelvis akibat peregangan uterus sakral (uterus-sakrum)
dan ligamentum cardinal yang membantu menyokong uterus.

B. Etiologi

Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit,
merupakan penyebab prolapsus genitalis, dan memperburuk prolaps yang sudah ada.
Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap, prasat
Crede yang berlebihan untuk mengeluarkam plasenta, dan sebagainya. Jadi, tidaklah
mengherankan bila prolapsus genitalia terjadi segera sesudah partus atau dalam masa
nifas. Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya prolapsus
genitlis. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, faktor penyebabnya adalah
kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.

C. Klasifikasi

Klasifikasi prolaps uterus menurut Friedman dan Little (1961) antara lain :

1. Prolapsus uteri tingkat I, yaitu serviks uteri turun sampai introitus vaginae,
prolapsus uteri tingkat II yaitu serviks menonjol keluar dari intoitus vaginae;
Prolapsus uteri tingkat III, yaitu seluruh uterus keluar dari vagina, prolapsus ini
juga di namakan prosidensia uteri.
2. Prolapsus uteri tingakat I, yaitu serviks masih berada di dalam vagina, prolapsus
uteri tingkat III, yaitu servik keluar dari introitus, sedang pada prosidensia
uteri, uterus seluruhnya keluar dari vagina
3. Prolapsus uteri tingkat I, yaitu serviks mencapai intoitus vagina; prolapsus uteri
tingkat II, yaitu uterus keluar dari inkoitus kurang dari setengah bagian; prolapsus
uteri tingkat III, yaitu uterus keluar dari introitus lebih besar dari 1/2 bagian.
4. Prolapsus uteri tingkat I, yaitu serviks mendekati prosesus spinosus; prolapsusu
uteri tingkat II, yaitu serviks terdapat antara prosesu spinosus dan introitus
vaginae; prolapsus uteri tingkat III, yaitu serviks keluar dari introitus.
5. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi nomor 4, di tambah dengan prolapsus uteri
tingkat IV (prosidensia uteri).

D. Patofisiologi

Prolapsus uteri terbagi dalam berbagai tingkatan dari yang ringan sampai
prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan pervaginam
yang susah, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi
dinding vagina bawah pada kala 2, pentalaksanaan dan terdapat kelemahan-kelemahan
pada ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia endo pelvik, dan reparasi otot-otot
serta fasia dasar panggul. Penurunan uterus ini akan menjadi lebih mudah jika dalam
dalam keadaan tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik terutama apabila
hormon estregon telah berkurang sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah.

Kekendoran fasia di bagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetik atau
sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rektum ke depan dan menyebabkan
dinding vagina menonjol ke lumen vagina yang di namakan rektokel. Enterokel adalah
hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina atas bagian belakang menjadi turun dan
menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.
E. Pathway

Partus berulang

Partus sering

Partus penyulit

Tarikan janin pada pembukaan belum lengkap

Prasat coede
Kelemahan ligamen - ligamen pasia endopeluk
Laserasi pada dinding vagina bawah kala 2

Reparasi otot-otot fasia dasar panngul

Tekanan intra abdomen meningkat

Otot dasar panggul atrofi / melemah

\ Penurunan uterus

Prolaps uteri tingkat 1 Prolaps uteri tingkat 2 Prolaps uteri tingkat 3 Prolaps uteri tingkat 4
F. Manifistasi Klinis

Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai :

a. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia


eksterna.
b. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala :
1) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian
bila lebih berat juga pada malam hari.
2) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
3) Stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk
mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urinae pada sistokel
yang besar sekali.
G. Pemeriksaan Penunjang
Friedman dan Little(1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut:

a. Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan


pemeriksaan jari,apakah portio pada normal atau portio sampai introitus
vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
b. Penderita berbaring pada posisi litotomi,ditentukan pula panjangnya
serviks uteri.Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan
Elongasio kolli.
c. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita
mengejan.Jika dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam,kateter
itu diarahkan kedalam sitokel,dapat diraba kateter tersebut dekat sekali
pada dinding vagina.Uretrokel letaknya lebih kebawah dari sistokel,dekat
pada oue.
Menegakkan diagnosis retrokel mudah,yaitu menonjolnya rectum kelumen
vagina 1/3 bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong,memanjang dari
proksimal kedistal,kistik dan tidak nyeri.

Untuk memastikan diagnosis,jari dimasukkan kedalam rectum,dan


selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen
vagina.Enterokel menonjol kelumen vagina lebih keatas dari retrokel.Pada
pemeriksaan rectal,dinding rectum lurus,ada benjolan ke vagina terdapat di atas
rectum.

H. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan dengan cara ini tidak seberapa memuaskan tapi cukup membantu. Biasanya
pengobatan ini di lakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, ayau penderita masih
ingin mendapatkan anak lagi, atau penderita menolak untuk di operasi, atau kondisinya
tidak mengizinkan untuk operasi

a. Latihan-latihan otot dasar panggul


Latihan ini berguna pada prolapsus ringan, terutama yang terjadi pada pasca
persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot
dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini di lakukan
selama beberapa bulan yaitu dengan cara penderita disuruh menguncupkan anus
dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah selesai berhajat; atau
penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing
dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan ini menjadi lebih efektif dengan
menggunakan perineometer menurut Kegel.

b. Stimulasi otot-otot dengan alat listrik


Kontraksi otot-otot- dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik
yaitu dengan elektrode dipasang dalam presarium yang di masukkan ke dalam
vagina.
c. Pengobatan dengan presarium
Pengobatan dengan presarium yakni menahan uterus di tempatnya selama
di pakai oleh karena itu jika pesairum diangkat maka akan timbul prolapsus uteri.
Pengobatan ini hanya bersifat paliatif. Prinsip pemakaian pesarium ialah bahwa
alat akan mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian
dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian
bawah. Jika pesarium terlalu kecil atau dasar panggul terlalu lemah maka
pesarium akan jatuh dan prolapsus uteri akan timbul lagi. Pesarium yang paling
baik adalah yang terbentuk cincin dan terbuat dari plastik.

Indikasi penggunaan pesarium adalah :

1) Kehamilan.
2) Penderita belum siap untuk dilakukan operasi.
3) Sebagai terapi test, menyatakan bahwa operasi harus dilakukan.
4) Sebagai terapi konservatif.
5) Untuk menghilangkan simptom yang ada, sambil menunggu waktu operasi dapat
dilakukan.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Informasi Data Pasien

1.Nama Pasien : Ny. Surti

2.Nama Suami : Tn. Bandi

3.Usia : 42 thn

4.Alamat : Jl. Petojo 3 Rt02 Rw 01 Jakarta Barat

5.Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

6.Agama : Islam

7.Pendidikan : SMA

8.No. Rekam medis : 01012748

9.Masuk RS : 30-02-2014 Pk. 11:06

1. Anamnesis :
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 01 Maret 2014 WIB
dan data sekunder

2. Keluhan utama :
Seluruh peranakan turun sejak 8 tahun SMRS

3. Riwayat penyakit sekarang :


Sejak 8 tahun sebelum masuk RS, pasien merasa peranakan turun setelah
melahirkan anak ke tiga. Awalnya turun sedikit, bisa masuk sendiri bila pasien
tiduran, namun lama kelamaan peranakan turun semuanya. Peranakan dirasakan
turun bila pasien batuk atau BAB. Sejak 8 tahun SMRS peranakan turun
seluruhnya, tidak dapat masuk sendiri, namun pasien masih bisa memasukkan
peranakan seluruhnya. Peranakan turun bila pasien sedang batuk, BAB,
beraktivitas, berjalan atau berdiri dan dapat dimasukkan seluruhnya bila pasien
tiduran. Terdapat keluhan nyeri perut, nyeri punggung bawah dan perdarahan,
namun tidak ada keluhan nyeri pada peranakan yang turun.

Pasien kemudian berobat ke Puskesmas, diberi obat (pasien tidak ingat


namanya), keluhan nyeri dan perdarahan hilang namun keluhan peranakan turun
masih ada. Pada pasien terdapat keluhan BAK sering, nyeri hilang timbul
karakteristik seperti di remas-remas, skala nyaer 4-5. Namun tidak ada keluhan
BAK nyeri. Tidak ada keluhan demam sebelumnya. Hingga saat ini pasien sering
mengeluh keluar flek-flek dari kemaluan. Pasien berobat ke RS atas anjuran dari
anaknya.

4. Riwayat penyakit dahulu :


Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, batuk lama disangkamAlergi
(+) sea food, debu, obat golongan penisilin Asma (-)

5. Riwayat penyakit keluarga :


Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, Asma disangkal Riwayat
Obstetri, Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan.

6. Riwayat sosial :
Pasien seorang ibu rumah tangga, sehari- hari sering melakukan aktivitas berat,
seperti menggendong cucu dan mengangkat ember. Pasien tidak merokok, tidak
minum alkohol, tidak ada riwayat berbaganti-ganti pasangan.

7. Riwayat menstruasi :
Menstruasi pertama saat usia 15 tahun, siklus teratur tiap bulan, lamanya lupa,
tidak nyeri. Pasien sudah menopause sejak 4 tahun yang lalu.
8. Riwayat menikah :
Pasien menikah 1x

9. Riwayat kehamilan: P3 A0
Anak pertama : wanita, 24 tahun, lahir spontan di rumah sakit, berat
saat lahir 2300 gram

Anak kedua : Laki-laki, 22 tahun, lahir spontan di rumah sakit, berat


saat lahir 2800 gram

Anak ketiga : Laki-laki, 20 tahun, lahir spontan di bidan, berat saat lahir
3000 gram

10. Riwatyat KB :
KB (+) spiral 20 tahun yang lalu, selama 4 tahun.

11. Pemeriksaan fisik :


Dilakukan tanggal 01 Maret 2014 di ruang perawatan kebidanan Lt 7 RSCM

Kesadaran : compos mentis

Keadaan gizi : Baik

Status gizi : BB 64 kg TB 165 cm

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 87 x/menit

Suhu : 36.0 °C

Pernafasan : 22 x/menit

a. Status Generalis :
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Paru : vesikuler +/+, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing

Jantung : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen : Kembung, hati limpa tidak teraba, bunyi usus (+) normal,
massa (-), nyeri tekan (-)

Ektremitas : akral hangat, edema (-), capillary refill time < 2”

b. Status Ginekologi :
Inspeksi : Tampak massa uterus keluar sebagian dari
introitus vagina, bentuk bulat, warna
merah, discharge (-).

Palpasi : Teraba massa ukuran 3cmx2cmx2cm, konsistensi


kenyal, nyeri tekan (+).

Vaginal touche : Massa dapat dimasukkan, kesan uteri atrofi, nyeri (+).

Sondase uterus : tertahan

Kesan : prolapsus uteri derajat III, sistokel derajat III,


rektokel derajat III.

2. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS: Gangguan rasa Tekanan intra


nyaman: nyeri
a. Pasien mengatakan Nyeri Abodomen
perut (+), nyeri punggung meningkat
bawah (+), nyeri hilang
timbul
DO

P : nyeri muncul saat


peranakan turun, R : disekitar
kemaluan, Q : nyeri seperti di
remas-remas, S : skala nyeri 4-
5, T : nyeri hilang timbul

Td : 120/80, N: 80X/menit
RR: 20X/menit, Suhu : 36,8

2 DS: Resiko tinggi infeksi Massa uterus yang


keluar
a. Pasien mengatakan
peranakannya turun

seluruhnya

b. Pasien mengatakan keluar


darah saat peranakannya
turun
DO: pemeriksaan lab

Leukosit : 12000

Bakteri urine : +

Suhu : 37,8

3 DS: Resiko tinggi Gesekan portio


perdarahan uterus dengan celana
a. Pasien mengatakan keluar
flek-flek dari kemaluan
DO:
a. Pemeriksaan Lab:
Hb : 13,0 g/dl

3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. tekanan intraabdominal meningkat
b. Resiko infeksi b.d. adanya luka akibat gesekan massa uterus yang keluar
dengan celana.
c. Perdarahan b.d. gesekan porio uteri oleh celana.

4. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji krakteristik nyeri


nyeri b.d Tekanan intra keperawatan selama 2x24 P,Q,R,S,T
jam masalah keperawatan 2. Beri tindakan
Abodomen meningkat
ganguan rasa nyaman nyeri keperawatan berupa
teratasi dengan kriteria hasil : posisi yang nyaman
berupa semi fowler
 Pasien mengatakan Nyeri
3. Ajarkan dan anjurkan
perut (-)
tehnik relaksasi berupa
 nyeri punggung bawah
nafas dalam dan distraksi
(-)
4. Kolaborasi dengan
 nyeri hilang
dokter dalam pemberian
obat analgetik dan
rencana tindakan operasi
2. Resiko tinggi infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda
masa uterus yang keluar keperawatan selama 3x24 infeksi berupa
jam masalah keperawatan rubor,color,dolor, tumor
resiko tinggi infeksi tidak 2. Tehnik aseptik dalam
terjadi teratasi dengan setiap tindakan
kriteria hasil : keperawatan kepada
pasien
 Nilai leukosit dalam
3. Ajarkan dan anjurkan
batas normal 5-10
pasien untuk personal
 Tidak ada tanda-tanda
hygine daerah genetalia
infeksi yaitu
4. Kolaborasi pemberian
panas,kemerahan,
antibiotik dan tindakan
bengkak,
operatif

3. Resiko tinggi perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi faktor-faktor


b.d gesekan portio uterus keperawatan selama 2x24 yang menyebabkan
jam masalah keperawatan perdarahan
resiko perdarahan tidak 2. Anjurkan kepada pasien
terjadi dengan kriteria hasil : untuk memakai pakain
yang longgar
 Flek-flek pada kemaluan
3. Kolaborasi pemberian
tidak ada
obat anti perdarahan dan
 Hb tidak mengalami
rencana tindakan medis
penurunan dari 12,2 g/dl
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Genikologi edisi 9. Jakarta : EGC

Wiknyosastro, Hanifa, dkk.1997. Ilmu Kebidanan Edisi ke 3. Jakarta Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawiro Diharjo

Anda mungkin juga menyukai