Anda di halaman 1dari 11

Pengembangan Pedoman Praktikum Kimia Berbasis Problem Based

Learning Untuk Materi Sistem Koloid Kelas XI

Permatasari, Nina Adriani, Inelda Yulita

Permatasari1404796@gmail.com

Program studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,


Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Kegiatan praktikum merupakan salah satu komponen penting dan upaya yang
tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran sains IPA secara menyeluruh.
Keefektifan kegiatan praktikum perlu ditunjang dengan adanya pedoman
praktikum agar dapat mencapai tujuannya. Kegiatan praktikum merupakan salah
satu komponen penting dan upaya yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran
sains IPA secara menyeluruh. Keefektifan kegiatan praktikum perlu ditunjang
dengan adanya pedoman praktikum agar dapat mencapai tujuannya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan pedoman praktikum kimia yang valid dan
praktis digunakan dalam proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan dengan tahapan analisis (Analysis), Design (Perancangan), dan
Develop (Pengembangan). Pengumpulan data di SMAN 5 Tanjungpinang dengan
1 guru kimia dan 20 peserta didik. Hasil penelitian: 1) dihasilkan pedoman
praktikum kimia berbasis PBL untuk materi sistem koloid; 2) pedoman praktikum
kimia berbasis PBL untuk materi Sistem Koloid memenuhi kriteria sangat valid
dengan hasil uji ahli media diperoleh persentase sebesar 82,2%, dan hasil uji ahli
materi diperoleh perentase sebesar 81,3%, sangat layak digunakan oleh guru dan
peserta didik dan 3) praktikalitas pedoman praktikum kimia berbasis PBL untuk
materi sistem koloid oleh guru diperoleh persentase sebesar 83,3% kriteria sangat
praktis, dan praktikalitas media oleh peserta didik diperoleh persentase sebesar
84,4% kriteria sangat praktis. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa
pedoman praktikum kimia yang telah dikembangkan layak dan praktis untuk
digunakan dalam proses pembelajaran sistem koloid.

Kata Kunci: pedoman praktikum, pbl, sistem koloid

PENDAHULUAN

Kegiatan praktikum merupakan salah satu komponen penting dan upaya yang
tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran sains IPA secara menyeluruh. Kegiatan
praktikum juga merupakan salah satu metode yang dapat digunakan agar siswa

1
dapat belajar kimia dengan aktif, berpikir secara ilmiah dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitar (Nugroho, 2014). Kegiatan praktikum diharapkan tidak hanya
memahami dan menguasai fakta, konsep, teori, dan prinsip kimia, tetapi juga
dapat menerapkan metode ilmiah (Waliyah dkk, 2016).
Keefektifan kegiatan praktikum perlu ditunjang dengan adanya pedoman
praktikum agar dapat mencapai tujuannya. Upaya yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran dalam kegiatan praktikum dengan membuat sebuah
pedoman praktikum yang mampu meningkatkan proses berpikir kritis siswa agar
dapat mengkrontruksi pengetahuannya sehingga lebih baik lagi (Astuti dkk,2018)
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru kimia SMA Negeri di
Tanjungpinang diperoleh informasi bahwa Pedoman praktikum yang digunakan
masih dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) dan belum memiliki pedoman
praktikum yang khusus, namun isi yang terdapat dalam LKS tersebut belum
membuat siswa berlatih cara berpikir kritis. Pembelajaran yang berlangsung
menunjukkan siswa pasif, hanya memperhatikan penjelasan guru, banyak
mencatat, sedikit mengajukan pertanyaan, minim dalam berpendapat, serta jarang
dalam merancang dan melaksanakan percobaan secara mandiri. Siswa jarang
dilibatkan dalam kegiatan merancang percobaan meliputi penentuan alat bahan,
variabel, serta langkah kerja percobaan. Kegiatan praktikum yang dilaksanakan
hanya berpedoman pada petunjuk dari guru. Minimnya tingkat keterlibatan siswa
dalam pembelajaran kimia mengakibatkan keterampilan berpikir kritis siswa
kurang terlatih.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, guru
lebihh baik menggunakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti memilih model pembelajaran
berbasis masalah atau disebut dengan Problem Based Learning (PBL) yang akan
diintegrasikan dengan pedoman praktikum. PBL merupakan model pembelajaran
yang dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa dalam memperoleh
pengetahuan dan konsep dari suatu materi yang dipelajarinya secara mandiri tanpa
menghilangkan kebermaknaan kimia sebagai proses. Menurut Trihatmo dkk
(2012) model PBL bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu
yang harus dipelajari dan pembelajarannya lebih melibatkan siswa. Siswa
mencari, mengolah dan menyimpulkan sendiri masalah yang dipelajari maka
pengetahuan yang didapatkan akan lebih lama melekat dipikiran.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik mengembangkan pedoman
praktikum berbasis PBL untuk materi sistem koloid yang diharapkan dapat
membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran kimia. Pengembangan
pedoman praktikum ini peneliti menawarkan suatu inovasi berupa pengembangan
pedoman praktikum yang diintegrasikan dengan model PBL. Tujuan penelitian ini
adalah: untuk menghasilkan pedoman praktikum kimia berbasis PBL untuk materi
sistem koloid yang valid dan praktis.

2
METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and


Development) dengan 3 tahapan, yang pertama tahap Analysis (analisis) dilakukan
analisis kebutuhan dengan mewawancarai guru serta dilakukan analisis kurikulum
dan tujuan pembelajaran. Tahap Design (perancangan) dilakukan dengan
merancang produk awal pedoman praktikum kimia. Tahap Develop
(pengembangan) dilakukan validasi ahli media dan ahli materi, setelah pedoman
praktikum kimia berbasis PBL valid maka sudah layak diujicobakan kepada guru
dan peserta didik untuk melihat kepraktisan pedoman praktikum kimia berbasis
PBL untuk materi sistem koloid dengan menyebarkan angket praktikalitas media
oleh guru dan peserta didik. Penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Tanjungpinang
pada bulan Februari 2019. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas
XI MIPA 1
Teknik analisis data pada data kualitatif yang terdiri dari saran/komentar pada
lembar penilaian kelayakan media dan lembar angket respon peserta didik
terhadap pedoman praktikum dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data
ini sebagai bahan revisi pedoman praktikum yang dikembangkan. Sedangkan
teknik yang dilakukan dalam menganalisis data kuantitatif melalui tahapan yang
pertama validitas dilakukan untuk melihat kelayakan pedoman praktikum kimia
berbasis PBL yang dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. Tahap kedua yaitu
praktikalitas, kepraktisan pedoman praktikum kimia berbasis PBL didapatkan
dengan menyebarkan angket praktikalitas oleh guru dan peserta didik untuk
melihat respon setelah menggunakan pedoman praktikum kimia berbasis PBL
untuk materi Sistem Koloid. Pengukuran kevalidan dan kepraktisan pedoman
praktikum kimia menggunakan skala likert menurut Sugiyono (2015).
Tabel 1. Penilaian Kevalidan dan Kepraktisan Media
No. Pernyataan Skor
1 Sangat Baik 5
2 Baik 4
3 Cukup Baik 3
4 Kurang Baik 2
5 Tidak baik 1
Perhitungan untuk memperoleh persentase penilaian lembar validitas dan
praktikalitas dengan menggunakan rumus yang dinyatakan oleh Sugiyono (2015):

Keterangan:
: Persentase Penilaian
F : Jumlah Keseluruhan Jawaban Responden
N : Jumlah Skor Ideal
Setelah mendapatkan hasil akhir dari penilaian ahli, kemudian hasil validasi
akan dicocokkan dengan tabel kriteria penilaian yang dijelaskan oleh (Arikunto,
2010)
Tabel 2. Konversi Skor Kevalidan Media Pembelajaran

3
No. Rentang Skor (%) Kriteria Kevalidan
1 81 - 100 Sangat Valid, dapat digunakan tanpa Revisi
2 71 - 80 Valid, dapat digunakan namun dengan revisi
3 61 - 70 Cukup valid, tidak dapat digunakan diperlukan revisi
4 40 - 60 Tidak Valid, tidak dapat digunakan diperlukan revisi yang besar
5 0-39 Sangat Tidak Valid, atau tidak dapat di gunakan

HASIL

Hasil dari penelitian dan pengembangan ini berupa pedoman praktikum kimia
berbasis PBL untuk materi sistem koloid untuk peserta didik kelas XI IPA
SMA/Sederajat yang layak dan praktis digunakan dalam proses pembelajaran.
Model pengembangan dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan
tahap analysis (analisis), design (perancangan), develop (pengembangan). Hasil
pengembangan pedoman praktikum kimia berbasis PBL untuk materi sistem
koloid adalah sebagai berikut:
Tahap analisis ini mencakup analisis kebutuhan dan analisis kurikulum di
SMAN 5 Tanjungpinang. Analisis kebutuhan meliputi wawancara guru dan
mengenai kegiatan pembelajaran kimia di kelas dan analisis kurikulum agar sesuai
dengan silabus, KI, KD, indikator dan tujuan pembelajaran.
Pengumpulan data pada tahap ini dilakukan wawancara guru kimia SMA
Negeri 5 Tanjungpinang. Hasil wawancara diperoleh bahwa kegiatan praktikum
dan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan suatu kegiatan
praktikum masih menggunakan panduan praktikum yang terdapat didalam buku
teks, materi yang dimuat terlalu dalam sehingga sulit dipraktikumkan oleh peserta
didik, bahan dan alat yang digunakan terkadang tidak memadai di laboratorium
sekolah. Dikembangkan pedoman praktikum kimia berbasis PBL untuk materi
Sistem Koloid.
Analisis kurikulum dilakukan agar sesuai dengan KI, dan KD pada silabus
kimia materi sistem koloid kurikulum 2013 untuk menghasilkan indikator dan
tujuan pembelajaran yang sesuai. Berdasarkan hasil analisis KI dan KD pada
silabus kimia SMA materi Sistem Koloid untuk menentukan indikator dan tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan pedoman praktikum pada tabel berikut:
Tabel 3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Materi koloid
Kompetensi inti Kompetensi dasar
4Mengolah, menalar, dan 4.14 Membuat makanan atau
menyaji dalam ranah konkret produk lain yang berupa koloid
dan ranah abstrak terkait dengan atau melibatkan prinsip koloid
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
Tahap perancangan pedoman praktikum kimia berbasis PBL yang dibuat
berupa saran masukan yang diberikan dosen pembimbing, adapun kelengkapan

4
pedoman praktikum kimia berbasis PBL adalah cover, halaman francis, kata
pengantar, daftar isi, pengenalan alat pelindung di laboratorium, tata tertib di
laboratorium, fungsi alat laboratorium kimia, simbol bahaya, materi koloid,
lembar kegiatan praktikum siswa, glosarium, daftar pustaka.
Tahap pengembangan pedoman praktikum kimia berbasis PBL yang telah
divalidasi oleh ahli media dan ahli materi selanjutnya dilakukan revisi sampai
mencapai kriteria valid sebelum media diujicobakan kepada guru dan peserta
didik. Berikut merupakan hasil validasi ahli media dan ahli materi:
Validasi ahli media pedoman praktikum kimia berbasis PBL terdiri dari satu
validator yaitu seorang dosen di Prodi Pendidikan kimia UMRAH. Penilaian oleh
ahli media meliputi aspek ukuran, unsur tata letak, tipografi, gambar, tampilan.
Hasil validasi oleh ahli media adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Validasi Ahli Media
No Aspek Presentase % Kriteria
1 Ukuran 100 Sangat valid
2 Unsur Tata Letak 80 valid
3 Tipografi 80 valid
4 Gambar 90 Sangat valid
5 Tampilan 70 valid
Hasil validasi ahli media 82,22% Sangat Valid
Berdasarkan hasil validasi ahli media, diperoleh persentase sebesar
82,22% kriteria sangat valid. saran yang diberikan oleh ahli media terhadap
pedoman praktikum berbasis PBL yaitu warna dalam pedoman praktikum terlalu
bervariasi sebaiknya tidak terlalu banyak warna, cover depan pedoman praktikum
pada gambar yang ditampilkan tidak jelas atau blur sebaiknya gambar diganti
dengan yang lebih jelas.

Gambar 1. Desain alat pelindung diri di laboratorium sesudah revisi


Setelah dilakukan validasi dan mendapat saran perbaikan dari validator maka
desain alat pelindung laboratorium direvisi dengan gambar yang lebih jelas dan
tidak banyak warna.

5
(b)
Gambar 2. Desain ccover depan dan belakang sesudah revisi
Cover depan pada awalnya tidak terdapat tulisan berbasis PBL dan juga
kotak yang berisi identitas siswa. Saran yang diberikan oleh validator penulis
melakukan revisi dengan menambahkan tulisan berbasis PBL pada bagian bawah
setelah tulisan pedoman praktikum kimia dan juga meniadakan kotak yang berisi
identitas siswa.
Validasi ahli materi untuk pedoman praktikum kimia berbasis PBL untuk
materi sistem koloid terdiri dari satu validator yaitu seorang dosen di Prodi
Pendidikan kimia UMRAH. Penilaian oleh ahli materi meliputi aspek kelayakan
isi, penyajian, bahasa dan berbasis PBL.
Tabel 8. Hasil Validasi Tahap Ahli Materi
No Aspek Presentase % Kriteria
1 Kelayakan Isi 85% Sangat valid
2 Penyajian 80% Valid
3 Kebahasaan 80% Valid
4 Berbasis Problem Based 80% Valid
Learning
Hasil validasi materi 81,25% Sangat valid

Validasi oleh ahli materi dilakukan sebanyak tiga kali validasi, validasi
pertama menghasilkan nilai sebesar 56,08% dengan kriteria tidak valid dimana
pada aspek kelayakan isi menghasilkan nilai rata-rata 60% dengan kriteria tidak
valid, tidak akuratnya fakta dan data yang dalam wacana yang terdapat dalam
pedoman praktikum dan kurang sesuainya tujuan pembelajaran dengan
kompetensi dasar yang digunakan, sehingga dari indikator yang tidak valid
peneliti malakukan perbaikan. setelah malakukan perbaikan maka dilakukan
validasi yang kedua dan menghasilkan nilai rata-rata dari ahli materi sebesar
71,75% dikategorikan “valid” dapat digunakan dengan revisi. setelah melakukan
validasi kedua masih ada perbaikan terhadap pedoman praktikum dengan
beberapa saran dari para ahlli maka peneliti melakukan perubahan terhadap

6
pedoman praktikum berbasis PBL dengan menambah pertanyaan-pertanyaan yang
dapat merangsang keingintahuan siswa untuk memperdalam materi, setelah
melakukan revisi dengan mengikuti saran dari validator, maka dilakukan validasi
yang ke tiga.
Berdasarkan hasil validasi ahli materi yang terakhir diperoleh persentase
sebesar sebesar 81,25% dikategorikan sangat valid, dapat digunakan tanpa revisi
dan dapat dilakukan uji coba sebagai bahan ajar.
Berikut ini merupakan persentase uji praktikalitas pedoman praktikum oleh
guru dan peserta didik
Tabel 11. Persentase Uji Praktikalitas Pedoman Praktikum Kimia Oleh Guru
No Aspek Rata-Rata (%) Kategori
1 Tampilan 82,5 Sangat praktis
2 Penyajian Materi 87,5 Sangat praktis
3 Manfaat 80 Praktis
Rata-rata Keseluruhan Aspek 83,33 Sangat praktis
Berdasarkan hasil uji praktikalitas pedoman praktikum kimia oleh guru, dari
tiga aspek pada setiap indikatornya diperoleh persentase sebesar 83,33% kriteria
sangat praktis yang artinya pratikalitas pedoman praktikum kimia oleh guru
sangat praktis diterapkan dalam proses pembelajaran.
Tabel 12. Persentase Uji Praktikalitas pedoman praktikum kimia oleh Peserta Didik
No Aspek Rata-Rata (%) Kategori
1 Tampilan 85,75 Sangat praktis
2 Penyajian Materi 82,5 Praktis
3 Manfaat 85 Sangat praktis
Rata-rata Keseluruhan Aspek 84,41 Sangat praktis
Berdasarkan hasil uji praktikalitas pedoman praktikum kimia oleh peserta
didik, ketiga aspek dari masing-masing indikatornya diperoleh persentase sebesar
84,41% kriteria sangat praktis digunakan dalam pembelajaran.

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development atau metode


penelitian dan pengembangan dengan 3 tahapan: 1) analysis (analisis); 2) design
(perancangan); dan 3) develop (pengembangan). Penelitian dan pengembangan ini
menghasilkan sebuah produk berupa pedoman praktikum kimia berbasis PBL
untuk materi Sistem Koloid.
1. Proses Pengembangan Pedoman Praktikum Kimia Berbasis PBL
Langka awal pengembangan dilakukan analisis kebutuhan yang meliputi
wawancara kepada guru kimia di SMAN 5 Tanjungpinang tentang bagaimana
pembelajaran kimia di kelas dan analisis kurikulum agar sesuai dengan KI, KD
dari silabus kimia kelas XI kurikulum 2013 untuk menentukan indikator dan
tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dikembangkan pada
pedoman praktikum kimia berbasis PBL untuk materi sistem koloid. Hasil
wawancara diperoleh bahwa kegiatan praktikum dan bahan ajar yang digunakan
sebagai panduan dalam melakukan suatu kegiatan praktikum masih menggunakan

7
panduan praktikum yang terdapat didalam buku teks, materi yang dimuat terlalu
dalam sehingga sulit dipraktikumkan oleh peserta didik, bahan dan alat yang
digunakan terkadang tidak memadai di laboratorium sekolah.
Analisis kurikulum dilakukan untuk menyesuaikan perkembangan
kurikulumdengan pedoman praktikum kimia. Komponen kurikulum yang terkait
langsung dengan produk yang dihasilkan adalah Kompetensi Inti (KI),
Kompetensi Dasar (KD). Berdasarkan identifikasi yang dilakukan terhadap
Kurikulum 2013, pada prinsipnya KI dan KD IPA untuk SMA kelas XI semester
II adalah sama karena mengacu kepada standar minimum yang secara nasional
dicapai peserta didik. Setelah dilakukan identifikasi terhadap KI dan KD, maka
proses penyusunan silabus dilanjutkan dengan menyusun indikator pencapaian
kompetensi. Indikator-indikator tersebut memerlukan kegiatan praktikum di
laboratorium dan tidak hanya cukup penjelasan dari guru di kelas saja.
Tahap design, dilakukan dengan merancang pedoman praktikum kimia
berbasis PBL yang terdiri dari:cover depan dan belakang yang merupakan
tampilan awal dan akhir pada pedoman praktikum dan sebagai identitas isi pada
pedoman praktikum; halaman francis; kata pengantar berisi ucapan terimakasih
dari penulis atas terselesainnya dalam penyusunan produk pedoman praktikum
berbasis PBL; daftar isi sebagai petunjuk bagian pada setiap halaman; alat
keselamatan sebagai petunjuk menggunakan alat pelindung keselamatan dalam
kegiatan praktikum di laboratorium; tata tertib praktikum; pengenalan beserta
fungsi alat laboratorium; simbol-simbol bahaya; rangkuman materi; kegiatan
praktikum. Format dari setiap topik kegiatan praktikum yang diintegrasikan
dengan tahapan PBL dijelaskan secara rinci yaitu: (1) indikator tujuan pencapaian
kompetensi untuk kegiatan praktikum; (2) tujuan praktikum; (3) landasan teori;
(4) rumusan masalah; (5) merumuskan hipotesis;(6) alat dan bahan;(7) kegiatan
praktikum; (8) analisis data hasil kegiatan praktikum; (9) kesimpulan hasil
kegiatan praktikum; (10) daftar pustaka.
Tahap selanjutnya adalah develop (pengembangan) pada tahap ini dilakukan
validasi oleh ahli materi dan ahli media serta melakukan revisi untuk
menyempurnakan pedoman praktikum menurut Prayitno (2017) kegiatan pada
tahap pengembangan yaitu validasi pengembangan dari tahap desain, validasiahli
yang berkompeten pada bidangnya, revisi untuk menyempurnakan pedoman
praktikum, uji kepraktisan oleh guru dan peserta didik.
2. Validasi ahli Pedoman Praktikum Kimia Berbasis PBL
Uji kevalidan pada pedoman praktikum kimia berbasis PBL dilakukan pada tahap
validasi yang dilakukan oleh ahli media dan ahli materi yang merupakan
dosen.Validasi penilaian dilakukan oleh dua validator dengan mengisi instrumen
validasi penilaian (BSNP, 2012) yang telah digunakan oleh peneliti. Ahli media
dilakukan oleh dosen untuk melakukan validasi produk yang dikembangkan oleh
peneliti yang menilai lima aspek yaitu: 1) ukuran pedoman praktikum; 2) unsur
tata letak isi pedoman praktikum; 3) tipografi isi pedoman praktikum; 4) ganbar
isi pedoman praktikum; 5) desain tampilan pedoman praktikum dan untuk ahli
materi menilai 4 aspek yaitu: 1) kelayakan isi; 2) kelayakan penyajian; 3) bahasa;
4) PBL. setiap aspek dalam penilaian kemudian diinterpretasikan kedalam lima

8
katagori penilaian, yaitu meliputi katagori sangat setuju mendapatkan skor 5,
kategori setuju mendapatkan skor 4, kategori kurang setuju mendapatkan skor 3,
kategori tidak setuju mendapatkan skor 2 dan kategori sangat tidak setuju dengan
skor 1 Katagori tersebut menggunakan skala likert (Sugiyono, 2015).
Proses validasi tahap pertama terdapat beberapa indikator dari lembar validasi
yang tidak valid, serta terdapat beberpa saran yang perlu diperbaiki.Pedoman
praktikum kimia berbasis PBL yang dibuat awalnya wacana yang dibuat penulis
belum terlihat jelas permasalahan yang diangkat sesuai dengan tahapan PBL
dimana pada tahap pertama peserta didik digiring untuk menemukan masalah
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan koloid,
langkah-langkah atau cara kerja plaksanaan praktikum penulis kosongkan dengan
maksud agar peserta didik berinovasi dalam membuat langkah kerjanya secara
mandiri. Namun, setelah melakukan revisi terdapat saran dari validator bahwa
langkah kerja sebaiknya dibuat terlebih dahulu sehingga peserta didik tidak terlalu
bebas dalam melaksnakan kegiatan praktikum harus ada variabel yang diketahui
peserta didik untuk dilaksanakan, merancang permasalahan yang berkaitan
kehidupan sehari-hari dengan sistematis, membuat data alat dan fungsinya lebih
sistematis dan ditulis dengan benar, memperbaiki kejelasaan font pada tulisan dan
warna.
Berdasarkan saran dari validator, maka pedoman praktikum kimia berbasis
PBL perlu dilakukan perbaikan sampai pedoman praktikum dinyatakan layak
untuk digunakan. Setalah pedoman praktikum kimia berbasis PBL diperbaiki
dilakukan kembali uji validasi sampai media tersebut dinyatakan valid dan dapat
digunakan dengan persentase sebesar 81,25% untuk validasi materi dan 82,22%
untuk validasi media.
3. Praktikalitas Pedoman Praktikum Kimia Berbasis PBL
Kepraktisan pedoman praktikum pada penelitian ini dianalisis berdasarkan
hasil respon guru dan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran menggunakan
pedoman praktikum kimia berbasis PBL pada materi koloid yaitu dilakukan pada
tahap uji coba pemakaian produk pada proses pembelajaran. Respon guru dan
respon peserta didik yaitu respon yang nilai berdasarkan lima katagori penilaian,
yaitu meliputi katagori sangat setuju mendapatkan skor 5, katagori setuju
mendapatkan skor 4, katagori kurang setuju mendapatkan skor 3, katagori tidak
setuju mendapatkan skor 2 dan kategori sangat tidak setuju dengan skor 1.
Berdasarkan hasil respon gurub Tabel 11 menunjukkan tanggapan yang positif
pada pedoman praktikum berbasis PBL yang dikembangkan oleh peneliti. Hal
tersebut ditunjukkan dari persentase penilaian secara keselurahan sebesar 83,33%
dengan kriteria “Sangat Praktis”, diketahui bahwa tampilan pedoman praktikum
yang didesain sudah sangat praktis dimana tampilan pedoman praktikum lebih
menarik dengan pemilihan gambar yang jelas dan sesuai dengan materi Hasil
praktikalitas menunjukkan pedoman praktikum yang dikembangkan dapat
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Penelitian yang
dilakukan oleh (Sari, 2015) Pengembangan Diktat Praktikum Berpendekatan PBL
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Larutan Penyangga Di SMA

9
Islam Sudirman. Hasil uji kelayakan diktat praktikum yaitu 91,5% dengan kriteria
praktis digunakan.
Respon peserta didik pada Tabel 12 uji praktikalitas pedoman praktikum
berbasis PBL dilakukan oleh peserta didik melalui angket respon siswa Indikator
penilaian praktikalitas pada angket peserta didik sama dengan indikator
praktikalitas angket guru, angket diberikan kepada dua puluh peserta didik dengan
persentase penilaian secara keselurahan sebesar 84,41 % dengan kriteria “Sangat
Praktis”. Diketahui bahwa indikator ketertarikan peserta didik terhadap pedoman
praktikum sangat praktis, hasil ini menunjukkan bahwa pedoman praktikum
memudahkan peserta didik dalam melakukan kegiatan praktikum dan senang
menggunakan pedoman praktikum kimia berbasis PBL ini dalam pembelajaran
praktikum.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan


sebagai berikut:
1. Desain pengembangan pedoman praktikum kimia berbasis problem based
learning untuk materi koloid telah berhasil dikembangkan dengan
menggunakan desain Analysis, Design, Devvelopment.
2. Hasil validasi pedoman praktikum berbasis PBL untuk materi sistem koloid
dari ahli materi dan ahli media menghasilkan persentase rata-rata 81,25% dan
82,22% dengan kategori “Sangat Valid”.
3. Hasil praktikalitas pedoman praktikum berbasis PBL untuk materi sistem
koloid baik dari respon guru dan peserta didik diperoleh persentase rata-rata
83,33% dan 84,41%, dengan kategori ”Sangat Praktis”.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Astuti, S., Danial, M., & Anwar, M. (2018). Pengembangan LKPD Berbasis Pbl
(Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Peserta Didik Pada Materi Kesetimbangan Kimia. Jurnal Pendididkan
Kimia, 1(2), 2018.
BSNP. (2012). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas.
Nugroho, A. S. (2014). Pengembangan Buku Panduan Praktikum Fisika Berbasis
Pendekatan Invitation Into Inquiry Untuk Siswa Sma/Ma Kelas X. Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Prayitno, T. A. (2017). Pengembangan petunjuk praktikum mikrobiologi program
studi pendidikan biologi. Jurnal Biota, 3(1), Hlm 31–37.
Sari, wiwik kartika. (2015). Pengembangan Diktat Praktikum Berpendekatan
Problem Based Learning ( PBL ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

10
Materi Larutan Penyangga Di Sma Islam Sudirman Ambarawa. Skripsi,
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Trihatmo, A., Soeprodjo, & TriWidodo, A. (2012). Penggunaan Model Problem
Based Learning Pada Materi. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 1((1)).
Waliyah, I., Harun, A. I., & Rasmawan, R. (2016). Pengaruh Petunjuk Praktikum
Kimdas I Berbasis Inkuri Terbimbing Terhadap Kerja Ilmiah Mahasiswa
Pendididkan Kimia Untan. Jurnal, 5(3), 1–11.

11

Anda mungkin juga menyukai