Anda di halaman 1dari 13

“DEMOKRASI DAN SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

KETUA :

KEVIN RIZKI GUMELAR (0215101501)

ANGGOTA :

AYU SONIA (0215101496)

DURIAWATI ASTUTI WIJAYA PUTRI (0215101483)

HAKKI MATUL KHUSNA (0215101474)

RAMA ANDIKA (0215101)

FAKULTAS : BISNIS DAN MANAJEMEN UNIVERSITAS WIDYATAMA

PRODI : MANAJEMEN S1/ L


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan
“Demokrasi dan sistem kepartaian di Indonesia” dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Buzrizalti, DR., Sh., M.H selaku
dosen mata kuliah Sosiologi dan Politik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat. Kami juga menyadari
bahwa sepenuhya dalam makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila tedapat kata-kata yang kurang berkenan.

Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami
buat selanjutnya. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Bandung, November 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………......i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1

1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………………...1


1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………….….1
1.3 TUJUAN……………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….2

2.1

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………….8

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………..8
3.2 SARAN………………………………………………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara yaitu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman yang paling
sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang.

Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini
menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan
politik suatu negara.

Berbicara mengenai demokrasi adalah memperbincangkan tentang kekuasaan, atau lebih


tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab. Itu merupakan sistem manajemen kekuasaan
yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang menghargai martabat manusia.
Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap orang yang selama ini selalu diatas
namakan namun tak pernah ikut menentukan. Menjaga proses demokratisasi adalah
memahami secara benar hak-hak yang kita miliki, menjaga hak-hak itu agar siapapun
menghormatinya, melawan siapapun yang berusaha melanggar hak-hak itu.

Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people rule), dan di dalam sistem politik yang
demokratis warga mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur
pemerintahan di dunia publik. Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan
pembentukan negara demokrasi yang berwatak anti-feodalisme dan anti-imperialisme,
dengan tujuan membentuk masyarakat sosialis. Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan
memaparkan tentang perkembangan dan penerapan demokrasi di Indonesia.

Suatu sistem kepartaian di suatu negara disebut kokoh dan adaptabel, apabila sistem
kepartaian tersebut mampu menyatukan berbagai aspirasi menjadi satu kesepakatan bersama
yang mengutamakan kepentingan rakyat. Dari sudut pandang ini, jumlah partai sangat
menentukan keefektifan partai politik pada suatu negara dalam mengkoordinir berbagai
aspirasi yang mengutamakan kepentingan masyarakat banyak atau rakyat. Sistem kepartaian
yang kokoh, sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas. Pertama, melancarkan
partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala bentuk aktivitas

1
politik anomik dan kekerasan. Kedua, mengcakup dan menyalurkan partisipasi sejumlah
kelompok yang baru dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan kuat
yang dihadapi oleh sistem politik. Dengan demikian, sistem kepartaian yang kuat
menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang melembaga guna
mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini seperti:

1. Apa pengertian demokrasi? Bagaimana sistem politik demokrasi di Indonesia?


2. Sistem kepartaian apa yang dianut oleh negara Indonesia?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari sistem kepartaian yang ada ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi

2. Untuk mengetahuai sistem demokrasi di Indonesia

3. Mengetahui dan memahami sistem kepartaianyang dianut oleh negara Indonesia

.4. Mengetahui dan memahami kekurangan dan kelebihan dari sistem kepartaian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN DEMOKRASI

Dari sudut bahasa(etimologi) demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu “demos” yang
berarti rakyat dan “cratos” atau “ceratin” yang berarti pemerintahaan atau kekuasaan jai
secara bahasa, demos-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan
rakyat.

Konsep demokrasi lahir dari yunani kuno yang dipraktikan dalam hidup bernegara antara
abad ke 4 SM sampai abad ke 6 M. Demokrasi yang dipraktikan pada waktu itu adalah
demokrasi langsung, artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik
dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara.

Jadi demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat ada 2 macam, yaitu:

a. Demokrasi langsung

Demokrasi langsung adalah paham demokrasi yang mengikut sertakan setiap warga
negaranya dalam permusyarawatan untuk menentukan kebijaksanaan umum dan undang-
undang.

b. Demokrasi tidak langsung

Demokrasi tidak langsung adalah paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan. Demokrasi ini dilaksanakan melalui pemilihan umum.

Dari sudut Terminologis, menurut Harris Soche Demokrasi adalah bentuk pemerintahan
rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak
untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan atau badan yang
diserahi memerintah.

3
2.2. DEMOKRASI DI INDONESIA

2.2.1. Demokrasi Desa

Menurut mohammad Hatta dalam Padmo Wahyono (1990), desa-desa di Indonesia sudah
menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan kepala desa dan adanya rembug desa.
Demokrasi desa memiliki 5 unsur atau anasir yaitu :

a. Rapat
b. Mufakat
c. Gotong-royong
d. Hak mengadakan protes bersama, dan
e. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut

Demokrasi desa tidak dapat dijadikan pola demokrasi untuk Indonesia modern namun, dapat
dikembangkan menjadi konsep demokrasi Indonesia yang modern. Demokrasi Indonesia
modern menurut Moh Hatta :

a. Demokrasi di bidang politik


b. Demokrasi di bidang ekonomi, dan
c. Demokrasi di bidang sosial.

2.2.2. Demokrasi Pancasila

Pancasila adalah ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai yang dianggap baik, sesuai, adil,
dan menguntungkan bangsa. Nilai-nilai dari setiap sila pada pancasila, sesuai dengan ajaran
demokrasi bukan ajaran otoritarian. Demokrasi pancasila dapat diartikan :

a. secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila dalam bidang politik, ekonomi, sosial.
b. secara sempit Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

2.2.3. PERKEMBANGAN DEMOKRASI INDONESIA

Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut dan setua dengan usia
RI itu sendiri. Membicarakan pelaksanaan demokrasi tidak lepas darI periodisasi demokrasi

4
yang pernah dan berlaku dan sejarah Indonesia. Menurut Mirriam Budiardjo (1997),
demokrasi Indonesia sampai masa orde baru dapat dibagi dalam 3 masa yaitu :

a. Masa Republik I, yang dinamakan masa demokrasi parlementer.


b. Masa Republik II, yaitu masa demokrasi terpimpin
c. Masa Republik III, masa demokrasi pancasila Yng menonjolkan sistem presidensiil.

Setelah pelaksanaan pemilu legislative dan pemilu presiden 2004, bangsa Indonesia memulai
penyelenggaraan kehidupan ketatanegaraan. Diharapkan Penyelenggaraan bernegara secara
demokratis dapat dijalankan sebagai sarana mencapai kesejahteraan dan keadilan rakyat.

2.3. SISTEM POLITIK DEMOKRASI

2.3.1. Landasan sistem politik demokrasi di Indonesia

Berdasarkan pada pembagian sistem politik, ada dua pembedaan, yaitu sistem politik
demokrasi dan sistem politik nondemokrasi (SamuelHuntington, 2001). Sistem politik
demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokratis.
Sistem politik demokrasi diyakini mampu menjamin hak kebebasan warga negara, membatasi
kekuasaan pemerintah dan memberikan keadilan. Landasan negara Indonesia sebagai negara
demokrasi terdapat dalam :

a. Pembukaan UUD 1945 pada Alinea 4 yaitu “…maka disusunlah kemerdekaan


kebangsaan itu dalam suatu UUD Negara RI yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara RI yang berkedaulatan rakyat….”
b. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan di tangan rakyat dan
dilakukan menurut UUD.

Dari pasal diatas jelas bahwa isi demokrasi Indonesia, baik itu demokrasi politik, ekonomi,
dan sosial dijabarkan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945.

2.3.2. Sendi-sendi pokok sistem politik demokrasi Indonesia

a. Ide kedaulatan rakyat


Bahwa yang berdaulat di negara demokrasi adalah rakyat. Ide ini menjadi gagasan
pokok dari demokrasi. Tercermin pada pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi
“kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD.”

5
b. Negara berdasar atas hukum
Negara demokrasi adalah juga negara hukum. Negara hukum Indonesia menganut
hukum dalam arti materiil (luas) untuk mencapai tujuan nasional. Tercermin pada
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum.”
c. Bentuk republic
Negara dibentuk untuk memperjuangkan realisasi kepentingan umum (republika).
Negara Indonesia berbentuk republic yang memperjuangkan kepentingan umum.
Tercermin pada pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia ialah
negara kesatuan, yang berbentuk republic.”
d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
dan berlandaskan konstitusi atau undang-undang dasar yang demokratis. Tercermin
pada pasal 4 ayat (1) UUD 1945, bahwa “presiden republic Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.”
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
pemerintahan selaku penyelenggara negara merupakan pemerintah yang bertanggung
jawab atas segala tindakannya. Berdasarkan demokrasi pancasila, pemerintah ke
bawah bertanggung jawab kepada rakyat dan ke atas bertanggung jawab secara moral
kepada Tuhan YME.
f. sistem perwakilan
pada dasarnya, pemerintah menjalankan amanat rakyat untuk menyelenggarakan
pemerintah. Demokrasi yang dijalankan adalah demokrasi perwakilan atau tidak
langsung. Para wakil rakyat dipilih melalui pemilu.
g. Sistem pemerintahan presidensiil
presiden adalah penyelenggara negara tertinggi. Presiden adalah kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan.

2.3.3 Masa depan demokrasi

Masa depan demokrasi bergantung pada persyaratan-persyaratan atau demokrasi perlu syarat
hidupnya. Masa depan demokrasi di Indonesia sesungguhnya telah mendapat pijakan kuat
atas keberhasilan orde baru memajukan pendidikan dan kesehatan warga negara.

Aspek perilaku politik masyarakat dan institusi politik (kultur dan struktur) harus bisa
berjalan beriringan. Perilaku politik yang demokratis, namun tanpa disertai berfungsinya

6
institusi politik, tidak akan pernah mewujudkan sistem politik demokratis. Sebaliknya pula,
berjalannya institusi politik tanpa didukung kultur politik demokratis akan menimbulkan dua
kemungkinan : demokrasi jatuh pada anarki atau demokrasi mengundang lawannya sendiri,
yaitu kediktatoran.

2.4. SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA

Konsititusi kita (UUD 1945) tidak mengamanatkan secara jelas sistem kepartaian apa
yang harus diimplementasikan. Meskipun demikian konstitusi mengisyaratkan bahwa bangsa
Indonesia menerapkan sistem multi partai. Pasal tersebut adalah pasal 6A (2) UUD 1945
yang menyatakan bahwa Pasangan Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik. Dari pasal tersebut tersirat bahwa Indonesia menganut sistem
multi partai karena yang berhak mencalonkan pasangan calon presiden dan wakil presiden
adalah partai politik atau gabungan partai politik. Kata “gabungan partai poltitik” artinya
paling sedikit dua partai politik yang menggabungkan diri untuk mencalonkan presiden untuk
bersaing dengan calon lainnya yang diusung oleh partai politik lain. Dengan demikian dari
pasal tersebut di dalam pemilu presiden dan wakil presiden paling sedikit terdapat tiga partai
politik.
Kenyataanya, Indonesia telah menjalankan sistem multi partai sejak Indonesia
mencapai kemerdekaan. Surat Keputusan Wakil Presiden M. Hatta No X/1949 merupakan
tonggak dilaksanakannya sistem multi partai di Indonesia. Keputusan Wapres ini juga
ditujukan untuk mempersiapkan penyelenggaraan pemilu yang pertama pada tahun 1955.
Pada pemilu tersebut diikuti oleh 29 partai politik dan juga peserta independen
(perseorangan). Beberapa partai politik yang mendapatkan suara signifikan pada pemilu
pertama antara lain PNI (22,32%), Masyumi (20,92%), NU (18,41%), PKI (16,36%), PSII
(2,89%), Parkindo (2,66%), PSI (1,99%), Partai Katolik (2,04%), dan IPKI (1,43%).
Sejak Suharto menjadi presiden pada tahun 1967 partai politik dianggap sebagai
penyebab dari ketidakstabilan politik yang terjadi pada tahun 1950an - 1960an. Oleh karena
itu agenda yang penting untuk menciptakan pemerintahan yang stabil adalah melakukan
penyederhanaan partai politik. Pada pemilu pertama di masa Orde Baru, tahun 1971, terdapat
10 partai politik, termasuk partai pemerintah (Golkar) ikut berkompetisi memperebutkan
kekuasaan. Pada tahun 1974 Presiden Suharto melakukan restrukturisasi partai politik, yaitu
melakukan penyederhanaan partai melalui penggabungan partai-partai politik. Hasil dari

7
restrukturisasi partai politik tersebut adalah munculnya tiga partai politik (Golkar, PPP, dan
PDI). PPP merupakan hasil fusi dari beberapa partai politik yang berasaskan Islam (NU,
Parmusi, PSII dan Perti). PDI merupakan hasil penggabungan dari partai-partai nasionalis
dan agama non-Islam (PNI, IPKI, Parkindo, Katolik). Sedangkan Golkar adalah partai politik
bentukan pemerintah Orde Baru.

2.5.1. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Kepartaian


Klasifikasi sistem kepartaian jika dilihat dari segi komposisi dan fungsi
keanggotaannya maka partai politik dapat dibagi menjadi dua jenis; partai massa dan partai
kader. Jika dilihat dari segi sifat dan orientasinya partai politik dibagi dua jenis; partai
lindungan dan partai ideologi atau azas. Di dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik yang ditulis
Prof. Miriam Budiardjo sistem klasifikasi kepartaian yang lebih banyak digunakan dalam
ranah demokrasi yakni :

a. Sistem Partai Tunggal


Sistem partai tunggal ini merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara, maupun
partai yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai lainnya. Pola partai
tunggal terdapat dibeberapa negara Afrika (Ghana dimasa Nkrumah, Guinea, Mali, Pantai
Gading), Eropa Timur dan RRC.
Sistem partai tunggal mengandung kelemahan-kelemahan dalam parkteknya antara
lain:
- Sistem partai tunggal tidak pernah akan menjamin adanya perlindungan terhadap
HAM, mengingat didalam sistem ini selalu berbarengan dengan sistem kediktatoran
dimana kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif berada pada satu tangan
sehingga pelaksanaan kekuasaannya itu berlaku sewenang-wenang.
- sistem partai tunggal ini terkadang membawa bencana bagi kelangsungan demokrasi
baik bagi rakyat, bangsa, maupun negara. Hal ini bisa dilihat dinegara-negara
komunis.

b. Sistem Dwi Partai


Sistem dwi partai atau dua partai merupakan adanya dua partai dalam sebuah negara
atau pemerintahan atau adanya beberapa partai tetapi dengan peranan dominan dari dua
partai. Partai-partai ini terbagi kedalam partai yang berkuasa (karena menang dalam pemilu)
dan partai oposisi (karena kalah dalam pemilu).
8
Sistem dwi partai biasa disebut dengan istilah “a convenient system for contented
people” dan memang kenyataannya sistem dwi partai dapat berjalan dengan baik apabila
terpenuhi tiga syarat; komposisi masyarakat adalah homogen, konsesus dalam masyarakat
mengenai azas dan tujuan sosial yang pokok adalah kuat, dan adanya kontinuitas sejarah.
Negara-negara yang menganut sistem dwi partai ini adalah Inggris dengan partai
Buruh dan partai konservatifnya, Amerika dengan partai Republik dan partai Demokrat,
Jepang, dan Kanada.
Kelebihan sistem dwi partai ini antara lain:
a. Dalam sistem distrik suara pemilu yang dihasilkan selalu suara mayoritas,
b. Terwujudnya stabilitas pemerintahan yang dapat berjalan sesuai dengan kurun waktu
yang telah ditetapkan,
c. Pergantian pemerintahan dalam sistem ini dengan pemilu sistem distrik cenderung
berjalan normal.

c. Sistem Multi Partai


Sistem multi partai adalah adanya partai-partai politik yang lebih dari dua partai
dalam sebuah negara atau pemerintahan. Sistem ini banyak dianut oleh negara-negara seperti
Indonesia, Malaysia, Belanda, Perancis, Swedia, dsb. Sistem ini lebih menitikberatkan
peranan partai pada lembaga legislatif sehingga peranan badan eksekutif sering lemah dan
ragu-ragu. Hal ini disebabkan oleh karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk
membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-
partai lain.

Beberapa kelemahan sistem multi partai ini antara lain:


a. Pemerintahan selalu dalam keadaan tidak stabil,
b. Program-program pemerintah kurang berjalan dengan efektif,
c. Ideologi partai politik tidak lagi melandasi konstitusi negara atau falsafat hidup suatu
bangsa, Sistem ini cenderung lamban dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi
makro maupun mikro,

Sedangkan kelebihan dari sistem multi partai adalah:


a. Setiap individu diberikan kesempatan menjadi pimpinan sebuah partai politik,
b. Kontrol sosial lebih banyak terjadi dilakukan oleh partai-partai politik,
c. Sistem ini memberikan alternatif banyak pilihan pada warga negara.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

3.2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai