Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

DEMAM TIFOID
Oleh:

Bella Sugih 4151171464


Afrial Wirandani 4151171469
Aulia Dewi P 4151171470
Mustika Novitasari 4151171401
Sri Siskawati 4151171403
Cintya fajri anida 4151171518
Eka Ulfah R 4151171436
Gusti Ayu Indira Saraswati 4151171467
Putri Kartika Pertiwi 4151171442
Oktaviana Grace 4151171517
Rachmatulisa Putri R 4151171441
Windy Maharani Utami 4151171524
Andrian Yudo Anggoro 4161171432
Deyane Maulin A 4151171429

Perseptor:

Dr. Yoke Ayukarningsih, dr., SpA., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
DEMAM TIFOID

I. ANAMNESIS
A. KETERANGAN UMUM
Nama Pasien : Tiara Oktaviani
JK : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Cimahi, 23-10-2009
Alamat : Kampung Citaman RT 002/18
Kiriman dari : IGD RS Dustira Cimahi
Dengan Diagnosis : Demam tifoid

Ayah
Nama : Tatang
Umur : 42 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tukang ojeg
Penghasilan : Rp500.000 – Rp1.000.000
Alamat : Kampung Citaman RT 002/18

Ibu
Nama : Tarmilah
Umur : 42 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh pabrik
Penghasilan : Rp2.000.000
Alamat : Kampung Citaman RT 002/18

Hari rawat : 5 hari


Hari sakit : 14 hari

2
B. KELUHAN UTAMA
Demam.
C. ANAMNESIS KHUSUS
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 9 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengeluh demam yang dirasakan semakin lama semakin tinggi. Demam
terutama dirasakan pada sore hari hingga subuh keesokan harinya dan dirasakan
sedikit menurun pada pagi dan siang hari.
D. ANAMNESIS UMUM
Keluhan demam disertai dengan perut kembung, nyeri kepala, nyeri otot, dan
mual tanpa muntah. Pasien mengeluhkan adanya penurunan nafsu makan dan lemas
badan. Keluhan demam disertai dengan keluhan belum BAB sejak 4 hari yang lalu.
Keluhan kencing yang menjadi sering dengan jumlah sedikit dan kencing
menjadi sakit dan nyeri perut bagian bawah disangkal.
Keluhan demam tidak didahului dengan menggigil dan berkeringat banyak
sesudahnya. Riwayat berpergian ke daerah endemis malaria tidak ada.
Keluhan demam tidak disertai dengan batuk lama lebih dari dua minggu,
penurunan berat badan drastis, dan berkeringat malam. Riwayat kontak dengan
penderita dewasa yang batuk lama atau batuk berdarah tidak ada.
Keluhan demam tidak disertai dengan nyeri sendi berpindah dan sariawan.
Pasien memiliki kebiasaan jajan di sekolahnya dan setiap makan harus disuapi
oleh ibunya agar mau makan. Pasien dan ibunya jarang mencuci tangan sebelum
makan. Sumber air di rumah berasal dari sumur dan air berwarna kuning.
Pada hari kedua demam, pasien dibawa berobat ke klinik di pabrik ibunya dan
diberi obat penurun panas, obat lambung, dan antibiotik. Namun, keluhan tidak
membaik. Hari ketiga demam, pasien dibawa ke UGD RS Kasih Bunda dan diberi
obat lambung, tetapi tidak disarankan untuk dirawat. Hari keenam demam, pasien
dicek darah dan dinyatakan positif Tifus, sehingga disarankan untuk dirawat di RS
Cibabat.
Pada hari ketujuh demam, pasien dibawa ke UGD RS Cibabat dan diberi
antibiotik dan obat anti radang, tetapi pasien tidak dirawat karena ruangan penuh.
Hari kesembilan demam, pasien dibawa ke UGD RS Dustira karena demam

3
semakin tinggi dan disarankan untuk dirawat. Pada hari kedua dirawat, pasien
dilakukan pemeriksaan Tubex dan hasilnya reaktif, yaitu 6.
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat
penyakit yang sama pada keluarga pasien. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat
ataupun makanan.
E. ANAMNESIS TAMBAHAN
1. RIWAYAT IMUNISASI
NAMA DASAR ULANGAN
BCG 2 bulan
POLIO 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
HiB 2 bulan 3 bulan 4 bulan
CAMPAK 9 bulan
HEPATITIS B 0 bulan 2 bulan 4 bulan

2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : sehat
Ibu : sehat
Saudara : sehat
Orang serumah : sehat

3. PERKEMBANGAN
Berbalik :- Membaca : 4 tahun
Duduk tanpa bantuan :- Menulis : 4 tahun
Duduk tanpa pegangan :- Sekolah :dapat
Berjalan 1 tangan dipegang :- mengikuti pelajaran dengan baik
Berjalan tanpa dipegang :-
Bicara 1 kata :-
Bicara 1 kalimat :-

4
4. GIGI GELIGI
- Pertama : - Gigi susu V IV III II I I II III IV V
- V IV III II I I II III IV V
- Sekarang : Gigi Tetap 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

5. MAKANAN
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITAS KUALITAS
0-4 bulan ASI 8 kali perhari Cukup
4-6 bulan ASI + MPASI 8 kali perhari + Makanan
makanan pendamping pendamping berupa
3 kali bubur susu sebanyak
5 sendok teh setiap
kali makan
6-9 bulan ASI + MPASI 5 kali perhari + Makanan
makanan pendamping pendamping berupa
3 kali nasi tim sebanyak 1
piring pisin penuh
setiap kali makan
9-12 bulan ASI + MPASI 5 kali perhari + Makanan
makanan pendamping pendamping berupa
3 kali nasi tim sebanyak 1
piring pisin penuh
setiap kali makan
12 bulan - 2 ASI + MPASI 5 kali perhari + Makanan
tahun makanan pendamping pendamping berupa
3 kali menu keluarga yang
terdiri dari nasi,
sayur, ikan atau ayam
sebanyak 1 piring
pisin penuh setiap
kali makan
>2 tahun Menu keluarga 3 kali sehari Nasi, daging, telur,
tahu/tempe, kadang
sayur sebanyak ½
piring orang dewasa
setiap kali makan

5
6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI
Campak
Batuk Rejan
Kuning
Sakit tenggorokan
Diare
Demam tifoid
Kaligata
Tetanus
Bengek
Difteri
Cacing
Cacar

6
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. PENGUKURAN
Umur : 8 tahun 9 bulan 15 hari
Berat Badan Lahir : 18 Kg
Panjang Badan : 117,5 cm
Lingkar Kepala : 38 cm
Lingkar Dada : 56 cm
Lingkar lengan atas : 15 cm
Status Gizi : BB/TB 13,03 (BMI)

TANDA VITAL
Laju Napas : 23 x/menit Tipe: Thorakal abdominal
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Suhu : 38o C
Laju Nadi : 85 x/menit reguler equal isi cukup

KEADAAN UMUM
Keadaan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kuantitatif: 12
Kualitatif: Compos Mentis
Sesak : PCH : tidak ada, Retraksi : tidak ada
Sianosis : Sentral/Perifer: tidak ada
Ikterus :-
Edema : Pitting edema - , anasarka –
Dehidrasi : Tanpa dehidrasi
Anemi : Tidak anemis
Kejang : Tidak ada
Letak paksa (posisisi) tubuh :

2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Kepala
Bentuk Kepala : Simetris, Normocephal, ubun-ubun tertutup
Rambut : Tidak ada kelainan

7
Wajah : Mukosa mulut basah
Mata : ikterik (-/-), Konjungtiva anemis (-/-)
Pupil : Bulat, isokor
Lidah : Kotor

2. LEHER
KGB : Tidak teraba
Kaku Kuduk : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

3. THORAX
a. Dinding Thorax Depan
R L
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-

b. Dinding Thorax Belakang R L


Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-

c. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat R L
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler
Bunyi Jantung tambahan tidak ada

4. ABDOMEN
Inspeksi : Datar lembut
Palpasi : Lembut, Nyeri tekan (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Perkusi : Timpani

8
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Asites : Tidak ada

5. GENITALIA
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelainan : Tidak ada kelainan
Maturitas kelamin : Tanner 1

6. EKSTREMITAS
Atas : Akral Hangat, CRT < 2 detik
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : tidak ada kelainan
Refleks : Tidak ada kelainan
Bawah : Akral Hangat, CRT < 2 detik
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Refleks : Tidak ada kelainan

7. SUSUNAN SARAF
Refleks Cahaya: +
Rangsang Meningen
Kaku kuduk -
Bruzkinsy I/II/III -
Kernig -
Laseque -
Saraf Otak : Baik
Motorik : Baik
Sensorik : Baik
Vegetatif : Baik
Refleks Fisiologis : +
Refleks Patologis : -

9
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium darah
Hb : 11,6 gr/dL
Eritrosit : 4,5 x 106 uL
Leukosit : 5.600 uL
Hematokrit : 32,8 %
Trombosit : 163.000 uL
MCV : 72.4 fL
MCH : 25,6 Pq
MCHC : 35,4 gr/dL
Basofil : 0,7 %
Eosinofil : 0,0 %
Neutofil Segmen : 72,3 %
Limfosit : 23,1%
Monosit : 3,9 %
Pemeriksaan Tifoid
Tubex : 6

IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 9 hari sebelum masuk rumah sakit dimana
demam dirasakan semakin lama semakin tinggi terutama pada sore hingga subuh keesokan
harinya. Keluhan demam disertai dengan nyeri kepala (+) nyeri otot (+) perut kembung (+)
mual tanpa muntah (+) dan konstipasi (+) sejak 4 hari yang lalu. Keluhan demam tidak
didahului dengan menggigil sebelumnya dan keringat banyak yang dirasakan saat setelah
demam timbul. Keluhan demam tidak disertai gangguan BAK (-) dan nyeri sendi yang
berpindah (-). Keluhan demam juga tidak disertai dengan mata kuning (-) nyeri perut yang
hebat (-) serta BAB keluar darah (-)
Riwayat sebelum timbul demam, pasien memiliki kebiasaan jajan sembarangan di sekolahnya
serta jarang mencuci tangan sebelum makan. Sebelum datang ke UGD Dustira, pasien berobat
ke klinik, RS Kasih Bunda serta RS Cibabat dimana diberi obat penurun panas, obat lambung,
dan antiobotik tetapi tidak ada perbaikan. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti
ini dan tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien.

10
Pemeriksaan fisik:
KU : Compos Mentis, Sakit sedang
Tanda vital
Respirasi : 24x / menit
Tipe : Thorakoabdominal
Suhu : 37,8o
Nadi : 100 x / menit regular equal isi cukup

Pemeriksaan Khusus
Kepala : simetris,
Mata : CA (-/-) , SI (-/-)
Hidung : dalam batas normal
Mulut : Lidah kotor (+)
Leher : KGB teraba membesar (-)
Thoraks : Bentuk simetris (+), gerakan tertinggal (-)
Cor : BJ S1 S2 Murni regular, murmur (-)
Pulmo : VBS ka = ki
Wheezing (-/-) Ronchi (-/-)
Abdomen : Datar Soepel, BU (+) Normal
Hati lien : teraba (-)
Ekstermitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Kulit : Ikterik (-)

Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin: dalam batas normal
Tubex : 6
V. DIAGNOSIS
Diagnosis banding
1. Demam tifoid
2. Malaria
3. SLE
4. TB Paru

11
Diagnosis Kerja
Demam tifoid
VI. TERAPI
Non farmakologi:
1. Tirah baring
2. Diet rendah serat dan tinggi protein
Farmakologi:
1. RL 1500 cc / 24 jam
2. PCT syr 3 x 2 cth
3. Donperidone 3 x 1 cth
4. Cefotaxim 3 x 500 mg (iv)
5. Apyalis 1 x 5 ml
6. Sucralfat 3 x 1 cth (a.c)

VII. USUL PEMERIKSAAN


1. Darah rutin
2. SADT ( Sediaan Apus Darah Tepi)
3. Foto Toraks

VIII. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : ad bonam
Quo Ad Functionam : ad bonam

Diskusi Anamnesis
Keluhan utama demam sejak 9 hari dapat didiagnosis diferensial dengan demam tifoid,
lepstospirosis, malaria, ISK, tuberculosis, SLE
- Keluhan perut kembung, mual tanpa disertai muntah, nyeri kepala, dan nyeri otot merupakan
gejala prodromal.
- Keluhan belum BAB sejak 4 hari yang lalu menandakan kemungkinan adanya gangguan pada
saluran cerna.
- Demam yang tidak didahului dengan mengigil dan berkeringat banyak sesudahnya tidak
menggambarkan trias demam malaria. Diagnosis diferensial malaria juga dapat disingkirkan
dengan tidak adanya riwayat berpergian ke daerah endemis malaria.
- Tidak ada riwayat batuk lama lebih dari dua minggu, penurunan berat badan drastis,
berkeringat malam, dan kontak dengan penderita TB dewasa dapat menyingkirkan diagnosis
diferensial tuberculosis.

12
- Keluhan demam yang tidak disertai nyeri sendi berpindah dan sariawan dapat menyingkirkan
diagnosis diferensial SLE
- Kebiasaan jajan, jarang mencuci tangan sebelum makan, dan sumber air dari sumur yang
berwana kuning menjadi faktor risiko terjadinya infeksi Salmonella.
- Pasien sudah memiliki riwayat pengobatan untuk penyakit yang diderita saat ini dan
didiagnosis demam tifoid berdasarkan hasil pemeriksaan Tubex positif.

Diskusi Pemeriksaan Fisik


- Tanda vital : ditemukan adanya demam setinggi 38OC disertai dengan bradikardia relatif.
Bradikardia relatif merupakan tanda khas demam tifoid.
- Lidah dengan permukaan kotor dan bergetar merupakan tanda khas pasien dengan demam
tifoid yaitu typhoid tongue.
- Pada pemeriksaan abdomen didapatkan adanya nyeri tekan pada hipokondrium dextra dan
epigastrium yang menandakan adanya gangguan pada organ saluran cerna. Nyeri pada
hipokondrium dextra yang merupakan letak dari hepar juga dapat menandakan adanya
gangguan pada hepar, namun pada pasien tidak ditemukan adanya hepatomegali. Gangguan
pada hepar ini dapat terjadi pada pasien dengan demam tifoid karena hepar menjadi salah satu
organ target akibat infeksi Salmonella.
Diskusi Pemeriksaan Laboratorium
- Hitung jenis leukosit aneosinofilia merupakan gambaran khas pada demam tifoid.
- Hasil uji Tubex 6 menandakan hasil positif terinfeksi Salmonella. Pemeriksaan ini
menegakkan diagnosis kerja demam tifoid.

IX. PENCEGAHAN
Strategi pencegahan yang dipakai adalah untuk selalu menyediakan makanan dan minuman
yang tidak terkontaminasi, higiene perorangan terutama menyangkut kebersihan tangan dan
lingkungan, sanitasi yang baik, dan tersedianya air bersih sehari-hari.Strategi pencegahan ini
menjadi penting seiring dengan munculnya kasus resistensi.
Selain strategi di atas, dikembangkan pula vaksinasi terutama untuk para pendatang dari
negara maju ke daerah yang endemik demam tifoid. Vaksin-vaksin yang sudah ada yaitu:
• Vaksin Vi Polysaccharide
Vaksin ini diberikan pada anak dengan usia di atas 2 tahun dengan dinjeksikan secara
subkutan atau intra-muskuler. Vaksin ini efektif selama 3 tahun dan direkomendasikan
untuk revaksinasi setiap 3 tahun. Vaksin ini memberikan efi kasi perlindungan sebesar
70-80%.

13
• Vaksin Ty21a
Vaksin oral ini tersedia dalam sediaan salut enterik dan cair yang diberikan pada anak
usia 6 tahun ke atas. Vaksin diberikan 3 dosis yang masing-masing diselang 2 hari.
Antibiotik dihindari 7 hari sebelum dan sesudah vaksinasi. Vaksin ini efektif selama 3
tahun dan memberikan efikasi perlindungan 67-82%.
• Vaksin Vi-conjugate
Vaksin ini diberikan pada anak usia 2-5 tahun di Vietnam dan memberikan efikasi
perlindungan 91,1% selama 27 bulan setelah vaksinasi. Efikasi vaksin ini menetap
selama 46 bulan dengan efikasi perlindungan sebesar 89%.

X. ETIOLOGI
Etiologi demam tifoid disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyhipi dari
famili enterobacteriaceae. Bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif yang tidak
memiliki spora, motil bergerak dengan flagel dan bersifat fakultatif anaerob. Ukurannya
berkisar antara 0,7–1,5X2-5mm, memiliki antigen somatik (O), antigen flagel (H) dan antigen
permukaan (Vi). Masa inkubasi S.typhi berkisar 7-14 hari. Bakteri tersebut dapat bertahan
hidup pada pH 6-8 pada suhu 15-41 derajat celcius (suhu optimal 37 derajat celcius), bakteri
ini dapat mati pada suhu 54,4 derajat celcius selama 1 jam dan 60 derajat celcius selama 15-20
menit. Penularannya secara fekal-oral, sebagian besar karena kontaminasi makanan dan
tercemarnya air.
Struktur Antigen

1. Antigen O (Antigen Somatik)


Antigen O mempunyai struktur kimia lipopolisakarida disebut endotoksin dan terletak
pada lapisan luar tubuh bakteri.
2. Antigen H (Antigen flagella)
Flagel ini terdiri dari basal yang melekat pada sitoplasma dinding sel bakteri, struktur
kimia ini berupa protein yang tahan terhadap formaldehid namun tidak tahan terhadap
pemanasan.
3. Antigen Vi (Permukaan) yang terletak pada kapsul (envelope) yang dapat melindungi
bakteri dari fagositosis.

14
X1 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah rutin

 Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus
atau perforasi. Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau
tinggi.
 Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.
 LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat
 Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).

2. Pemeriksaan Serologis

 Uji widal
Prinsip pemeriksaan Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam
serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen
somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga
terjadi aglutinasi. Kelemahan pemeriksaan Widal ini adalah sensitivitas rendah, serta
pemeriksaan Widal adalah tidak spesifik karena kelompok Salmonella typhi
(Salmonella grup D) memiliki antigen O sama yaitu nomor 9 dan 12. Kemudian antigen
O-12 dimiliki pula oleh Salmonella grup A dan B yang dikenal sebagai S. paratyphi A
dan S. paratyphi B. Antibodi terhadap S.typhi paling cepat timbul pada hari ke 5,
umunya hari ke 7-10 dan puncaknya pada minggu ke 3. Interpretasi uji widal untuk
antigen O dikatakan positif bila hasil menunjukan 1/160 sedangkan untuk antigen H
bila hasil menunjukan 1/320, jika negatif maka pemeriksaan diulang 1 minggu
kemudian dengan kenaikan titer lebih dari 4 kali dari hasil sebelumnya.
 Uji Tubex
Uji tubex merupakan uji aglutinasi kompetitif semi kuantitatif kolometrik yang. pada
intinya mendeteksi adanya antibodi anti-S typhi O9 pada serum pasien, dengan cara
menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel latex yang
berwarna dengan lipopolisakarida. Uji tubex mempunyai sensitivitas dan spesifisitas
lebih baik dari pada uji Widal. Jika hasil uji tubex positif maka menunjukkan terdapat
infeksi Salmonella serogroup D walaupun tidak secara spesifik menunjukkan pada S.
typhi, sedangkan jika hasil uji tubex negatif kemungkinan menunjukkan terdapat
infeksi oleh S.paratyphi atau penyakit lain.

15
 Gall kultur
Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Tifoid
paratifoid Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam
Tifoid/ Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid/
Paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL), darah tidak segera
dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga
kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam minggu-
1 sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi.
Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu
untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada
pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan
pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut/ carrier digunakan urin
dan tinja.
 Uji Typhidot
Typhidot akan mendeteksi adanya IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran
luar S. typhi. Pemeriksaan Typhidot akan mendapatkan hasil positif 2-3 hari setelah
infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap
antigen S. typhi seberat 50 kDa yang terdapat pada strip nitroselulosa. Didapatkan
sensitivitas pemeriksaan ini sebesar 98%, spesifisitas sebesar 76,6% dan efisiensi
pemeriksaan sebesar 84%.

3. SGOT&SGPT
SGOT&SGPT enzim yang terdapat pada hati yang terdapat pada parenkim hati, pada
kondisi normal akan terdapat dalam hati, sebaliknya bila terjadi kerusakan pada hati maka akan
keluar dari sel hati sehingga akan terdapat di dalam darah. Pada hepatitis tifosa akan terjadi
peningkatan.

16
XII. PATOFISIOLOGI

Makanan/Minuman yang terkontaminasi S.typhii

termakan dan masuk kedalam tubuh penderita

melewati system pertahanan asam lambung (pH <2)

105-109

masuk ke Ileum Distal

Respons imunitas humoral mukosa (IgA) kurang baik

S.Typhii adhesi pada mukosa usus

invasi

respon inflamasi sel absorptive dan vili Sel M sel goblet dan paneth

peristaltik usus selanjutnya ke lamina propria


menurun

berkembang biak di lamina propria


konstipasi
dan di fagosit oleh sel makrofag

dibawa ke plaque payeri ileum distal

ke Nodus limpatikus
mesenterika mesenterika
superior
Cysterna chili

ke Ductus thoracicus

masuk ke sirkulasi darah

bakteriemia primer

Menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial


terutama hepar dan limfe

17
bakteri meninggalkan
sel fagosit

berkembang biak di
ekstrasel/ruang sinusoid
Hepatomegali

menekan lambung nyeri tekan bersama cairan empedu


dan rangsang N.vagus
diekskresikan ke
sebagian masuk lagi dalam lumen usus
mual dan muntah
ke sirkulasi darah

sebagian tinggal di sebagian diekskresikan


kandung empedu Bakteriemia sekunder melalui feses

Carrier Endotoksin (LPS) Eksotoksin

produksi CAMP
merangsang makrofag
mengeluarkan mediator
Diare

Bradikardi IL-1 TNF-α Monokin


Relatif

PGE2 Malaise supresi sumsum tulang

set point di Trobositopenia


hipotalamus

Demam

18
XIII. PENATALAKSANAAN

Nonfarmakologi

tirah baring

pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit dan nutrisi

Farmakologi

Antibiotik

1. Kloramfenikol merupakan pilihan pertama pada pengobatan demam tifoid. Dosis


yang diberikan adalah 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian selama 10-14
hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun.
2. Ampicillin dengan dosis 200 mg/kgbb/hari dibagi 4 kali pemberian secara intravena
3. amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari dibagi 4 kali pemberan secara peroral
4. cotrimoxazole (TMP 10 mg/kgbb/hari dan sulfa 50 mg/kgbb/hari) dibagi dalam 2
dosis
5. sefalosporin generasi ke III
 Seftriaxone 100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 1 atau 2 dosis
 cefotaxime 100-200 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3-4 dosis
 cefixime 10-15 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis

Antipiretik

 parasetamol dengan dosis 10-15/Kgbb/Kali diberikan 3-4 kali sehari

19

Anda mungkin juga menyukai