Anda di halaman 1dari 40

GANGGUAN

JALAN NAPAS
Orchidifah Untacia Nurduha : 4151141491
Dena Paramita Rustandi : 4151141461
Dara Fuji Rahayu : 4151141447
Detya Okti Murni : 4151141462
Iqbal Zaman : 4151141402
Frizam Dwindamuldan s. : 4151141430
Retno Ayu Oktafiani : 4151141004
Nur Vera Hayati : 4151141010
PENDAHULUAN
 Gangguan airway dapat timbul secara
mendadak dan total, perlahan-lahan dan
sebagian, dan progresif dan/atau berulang

 Pembunuh yang tercepat pada penderita


trauma adalah ketidakmampuan untuk
mengantar darah yang teroksigenasi ke otak
dan struktur vital lain.

 Pencegahan hipoksemia: airway yang


terlindungi, terbuka dan ventilasi cukup
Kematian dini karena masalah jalan napas dapat
disebabkan oleh :

 Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway


 Ketidakmampuan untuk membuka airway

 Kegagalan mengetahui adanya airway yang


dipasang secara keliru
 Perubahan letak airway yang sebelumnya telah
dipasang
 Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi

 Aspirasi isi lambung. 1


 Pengelolaan kasus gawat darurat dibagi
menjadi dua bagian:
Survei Primer dan Survei Sekunder.
 Survei primer merupakan evaluasi
secara cepat :
ABCDE (airway, breathing, circulation,
disability, exposure)
 Survei sekunder merupakan reevaluasi
untuk memastikan ABCDE baik
ANATOMI SALURAN PERNAPASAN
Berdasarkan letaknya jalan napas terbagi atas:
Upper respiratory tract (Jalan napas atas)
 Nasal

 Pharynx

Lower respiratory tract (Jalan napas bawah)


 Larynx

 Trachea

 Bronchiales dan pulmo.

Setiap bagian dari sistem ini memainkan peranan penting


dalam proses pernapasan, yaitu dimana oksigen dapat masuk
ke aliran darah dan karbon dioksida dapat dilepaskan
FISIOLOGI
 Pernafasan atau ekspirasi adalah
menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) kedalam
tubuh serta menghembuskan udara
yang banyak mengandung CO2 (karbon
dioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluar tubuh. Penghisapan ini disebut
inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.
Fungsi pernapasan, yaitu :
 1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa

oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk


mengadakan pembakaran
 2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi

sebagai sisa dari pembakaran, kemudian


dibawa oleh darah ke paru-paru untuk
dibuang (karena tidak berguna lagi oleh
tubuh)
 3. Melembabkan udara.
Proses dari sistem pernapasan atau sistem
respirasi berlangsung beberapa tahap, yaitu:
 Ventilasi, yaitu pergerakan udara ke dalam dan

keluar paru
 Pertukaran gas di dalam alveoli dan darah.

Proses ini disebut pernapasan luar


 Transportasi gas melalui darah

 Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel

jaringan. Proses ini disebut pernapasan dalam.


 Metabolisme penggunaan O2 di dalam sel serta

pembuatan CO2 yang disebut juga pernapasan


seluler.
MEKANISME KERJA SISTEM PERNAPASAN PROSES
TERJADINYA PERNAPASAN TERBAGI 2 YAITU :
1. Inspirasi (menarik napas)
Inspirasi adalah proses yang aktif,
proses ini terjadi bila tekanan intra
pulmonal (intra alveol) lebih rendah
dari tekanan udara luar. Menurunnya
tekanan intra pulmonal pada waktu
inspirasi disebabkan oleh
mengembangnya rongga toraks akibat
kontraksi otot-otot inspirasi.
2. Ekspirasi (menghembus napas)
Ekspirasi adalah proses yang pasif, proses ini
berlangsung bila tekanan intra pulmonal lebih
tinggi dari pada tekanan udara luar sehingga
udara bergerak keluar paru.
Bahan yang dapat mengganggu sistem
pernapasan adalah bahan yang mudah menguap
dan terhirup saat kita bernafas. Tubuh memiliki
mekanisme pertahanan untuk mencegah
masuknya lebih dalam bahan yang dapat
mengganggu sistem pernapasan, akan tetapi bila
berlangsung cukup lama maka sistem tersebut
tidak dapat lagi menahan masuknya bahan
tersebut ke dalam paru-paru.
MENGENALI DAN MENGATASI GANGGUAN JALAN NAFAS

Tanda dan Gejala Gangguan Jalan Nafas


 Sesak napas.

Frekuensi pernapasan yang cepat serta penggunaan


otot-otot pernapasan tambahan, suara napas
tambahan seperti mengi, pergerakan dada kiri dan
kanan yang tidak sama atau ada bagian dada atau
pergerakannya tidak bersesuaian sepertgi flail chest
 Pada orang dewasa frekuensi pernapasan kurang

dari 8 kali/menit atau lebih dari 30 kali/menit


 Henti napas adalah tidak adanya suara napas,

pergerakan dada maupun abdomen termasuk


didalamnya gasping.
Sebab-sebab gangguan napas:
 Gangguan pergerakan diafragma dan

otot-otot pernapasan pada cedera dada


atau abdomen.
 Gangguan saraf yang mengatur

pernapasan: cedera pada kepala, leher,


maupun tulang belakang.
 Karbondioksida dalam tubuh yang

meningkat
PENILAIAN DAN ANTISIPASI JALAN NAPAS

 Tetapkan apakah jalan napas dalam keadaan bebas dan

terlindung, terancam atau mengalami sumbatan parsial atau total

 Jalan napas yang bebas merupakan prioritas utama.

1.Inspeksi dan dengar aliran udara napas, frekuensi, serta

dalamnya pernapasan (pada mulut dan hidung, pergerakan

dinding dada, atau adanya tarikan trakea (tracheal tug)).

2.Dengarkan adanya suara napas yang abnormal (suara

mendenguk (gugling), mendengkur (snoring), tersedak

(chocking), batuk, stridor, mengi (wheezing).


3. Nilai suara pasien dan kualitasnya (lemah, terdengar
kesakitan,serak).

4. Tentukan tingkat kesadaran pasien menggunakan


Glasgow Coma Scale.

5. Inspeksi mulut untuk mencari benda asing.

6. Uji kekuatan otot rahang, mulut, dan otot-otot


orofaring.

7. Uji refleks muntah.

8. Palpasi daerah maksilofasial dan leher (adanya


pembengkakan, deformitas, emfisema subkutis)
PENGELOLAAN AIRWAY PADA PASIEN TRAUMA

 Penilaian bebasnya airway dan baik tidaknya


pernapasan harus dkerjakan dengan cepat dan tepat.
Pulse oximetri dan pengukuran end tidal CO2
pentingdigunakan.
 Bila ditemukan masalah dan dicurigai, tindakan-
tindakan sebaiknya memperbaiki oksigenasi
secepatnya untuk mengurangi resiko bahaya
pernpasan lebih lanjut. Karena semua tindakan
mungkin mengakibatkan pergerakan pada leher, maka
perlindungan terhadap servikal harus dilakukan pada
semua pasien. Leher harus dilindungi sampai
kemungkinan cedera spinal telah disingkirkan dengan
penilaian klinis dan pemeriksaan foto rontgen yang
sesuai.
Teknik-teknik
mempertahankan airway
Chin Lift Manuever
 Jari jemari salah satu
tangan diletakkan di
bawah rahang yang
kemudian secara hati-hati
diangkat ke atas untuk
membawa dagu ke arah
depan.
 Ibu jari tangan yang sama
dengan tangan menahan
bibir bawah untuk
membuka mulut.
 Maneuver chin lift tidak
boleh menyebabkan
hiperekstensi leher.
Jaw Thurst Manuever
 Maneuver jaw thrust
dilakukan dengan cara
memegang sudut rahang
bawah (angulus mandibula)
kiri dan kanan dan
mendorong rahang bawah ke
depan. Bila cara ini dilakukan
sambil menggunakan masker
dari alat bag valve dapat
dicapai kerapatan yang baik
dan ventiulasi yang adekuat.
Hal ini harus dilakukan
dengan hati-hati untuk
mencegah ekstensi kepala.1
AIRWAY DEFINITIF
 Pada airway definitive terdapat pipa didalam
trakhea dengan balon (cuff) yang
dikembangan, pipa tersebut dihubungkan
dengan suatu alat bantu pernapasan
diperkaya dengan oksigen, dan airway
tersebut dipertahankan ditempatnya dengan
plester.
TANDA PERLU DILAKUKAN DEFINITIF AIRWAY

 Apneu
 Tidak mampu mempertahankan jalan
napas dengan cara sederhana
 Mencegah aspirasi

 Adanya ancaman potensialterhadap


jalan napas
 Cedera kepala dengan GCS <8

 Memberikan oksigenasi dan ventilasi


adekuat
INDIKASI UNTUK AIRWAY DEFINITIF
OROPHARYNGEAL AIRWAY
 Teknik yang dipilih adalah dengan menggunakan spatula lidah
untuk menekan lidah dan menyisipkannya ke belakang.
 Alat ini tidak boleh digunakan pada pasien yang sadar karena
dapat menyebabkan sumbatan, muntah, dan aspirasi.
 pasien yang dapat mentolerasni orofaringeal airway
kemungkinan besar membutuhkan intubasi.
NASOPHARYNGEAL AIRWAY
 Nasopharyngeal airway disisipkan pada salah satu lubang
hidung dan dilewatkan secara hati-hati ke orofaring
posterior.
 Alat tersebut sebaiknya dilumasi kemudian disisipkan ke
lubang hidung yang tampak tidak tertutup.
 Bila hambatan dirasakan selama pemasangan airway,
hentikan dan coba melalui lubang hidung lainnya.
LARYNGEAL MASK AIRWAY
 Laryngeal mask airway (LMA) sangat
bermanfaat pada pertolongan pasien dengan
airway yang sulit terutama bila usaha
intubasi endotrakeal atau bag mask.
 Akan tetapi LMA bukan airway
definitif, dan penempatan alat yang
benar sulit tanpa latihan yang cukup.
 Bila seorang pasien mempunyai
suatu LMA terpasang setibanya
dibagian gawat darurat, dokter harus
merencanakan suatu airway definitif.
LARYNGEAL TUBE AIRWAY (LTA)
 Laryngeal tube airway (LTA) adalah suatu
alat airway di luar glotis untuk memberi
ventilasi pasien dengan baik.
 LTA bukanlah suatu alat airway definitif dan
rencana mamberikan suatu airway definitif
diperlukan
 LTA dipasang tanpa visualisasi glotis
langsung dan tidak membutuhkan
manipulasi yang bermakna pada kepala dan
leher untuk pemasangannya.
MULTILUMEN ESOPHAGEAL AIRWAY
 Multilumen esophageal airway digunakan
oleh petugas pra rumah sakit sebelum tiba
di rumah sakit untuk memperoleh suatu
jalan nafas bila suatu airway definitif tidak
mungkin dilakukan.
 Salah satu lubang menghubungkan
esofagus dan lubang lain dengan airway.
 Petugas paramedik yang menggunakan
cara ini dilatih untuk mengetahui bagian
yang menyumbat esofagus dan yang
mana bagian yang memberi udara pada
trakea.
 Lubang esofagus kemudian ditutup
dengan suatu balon dan lubang lain
yang diventilasi.
 Suatu detektor CO2 memperbaiki
ketepatan alat ini, alat airway
esofageal multilumen harus dilepaskan
dan atau suatu airway definitif
diberikan oleh dokter di RS setelah
penilaian yang baik.
GUM ELASTIC BOUGIE
 GEB digunakan bila pita suara tidak dapat dilihat dengan
laryngoskopi.
 Dengan laryngoskopi terpasang di tempatnya GEB
dimasukkan secara membuta melewati epiglotis dengan
ujung yang bersudut diposisikan secara anterior.
 Posisi intra-trakeal diketahui dengan adanya bunyi klik pada
waktu ujung distal menggesek sepanjang cincin-cincin tulng
rawan trakea (65-90%), pipa berputar ke kiri atau ke kanan
bila masuk ke bronchus dan bila pipa terhambat ranting
bronkus (10-13%) yang biasanya diketahui pada tanda 50
cm.
 Tanda-tanda di atas tidak akan ditemukan bila GEB masuk
ke esofagus.
INTUBASI ENDOTRAKEAL
 Intubasi endotrakeal merupakan
tindakan medis berupa memasukan tabung
endotrakeal melalui mulut atau hidung untuk
menghubungkan udara luar dengan kedua paru. 
 Pada penderita yang pernapasannya terganggu
biasanya dilakukan tindakan ini untuk mengatasi
jalan napas yang tesumbat.
 Tindakan intubasi endotrakeal
merupakan anestesi umum pada saat proses
pembedahan. Tindakan intubasi endotrakeal
juga dapat dilakukan pada pertolongan darurat. 
 Terpasangnya tabung endotrakeal akan
menimbulkan respon seperti
peningkatan tekanan darah, frekuensi
denyut jantung, dan gangguan irama
jantung. 
 Respon tubuh terhadap tindakan
intubasi endotrakeal ini disebabkan oleh
rangsangan simpato adrenal.
 Proses pemasangan tabung endotrakeal
biasanya menggunakan bantuan
laringoskop yang dipasang pada mulut. 
 Pemasangan endotrakeal memungkinkan
pengawasan jalur pernapasan menjadi lebih
mudah, benda-benda asing pada jalur
pernapasan dapat dibersikan, begitu pula dengan
lender yang menghalangi jalur pernapasan. 
 Intubasi endotrakeal memiliki kekurangan yaitu
adanya resiko komplikasi yang ditunjukan dengan
gejala nyeri tenggorok, batuk, serta suara serak. 
 terjadi akibat tekanan tabung endotrakeal
terhadap dinding trakea.
Penanganan Obstruksi Jalan Napas

1. membebaskan jalan napas,


oksigenasi dan ventilasi
2. Alat bantu (pulse oxymetry,
analisis gas darah)
3. Langkah yang dilakukan :
a. Membuka jalan napas tanpa alat
b. Membuka jalan napas dengan alat
sederhana
c. Membuka jalan napas dengan
definitive airway
TERIMAKASIH
 1. rita  1. gangguan pernapasan
ada parsial ada total, parsial
Cara membedakan : suara tambahan, total :
parsial ringan, berat sadar (cth aspirasi benda
asing) dan tidak sadar
, dan total?  2.
2. Najmah Dilakukan jaw trust
Kalau ada fraktur orofaringeal airway dapat
mandibula dan dilakukan karena pangkal
lidah menempel di rahang
fraktur servical, mulut . Chin lift tidak dapat
tetap dilakukan jaw diberikan fraktur cervical
trust atau chin lift ? karena dapat hiperekstensi
 3. rizkia  3. ETT sama dengan terapi
Brapa lama digantikan dari definitif.
ett hingga pemasangan Surgical dilakukan apabila
definitif airway? Berapa ggal pemasangan ett.
lama hingga 4. Trakeostomi dilakukan
pemasangan surgical? secara terencana karena
4. Salamah sulit dilakukan
pemasangan karena
Pasien dengan edema
teradapat tiroid
laring apakah bisa
dilakukan Edema laring ditangani
secara bertahap
krikotiroidektomi atau
tergantung seberapa besar
trakeostomi?
edemanya
 5. veny  5. malapati score
Apabila malapati score digunakan untuk
4 dilakukan mengtahui tingkat
pemasangan ett? kesulitan pemasangan
ett. Apabila malapati
6. Detya score 4, sulit, konsul,
Penanganan keracunan dan disiapkan
alkohol, apakah harus cricotiroidektomi.
dibebaskan jalan  6. airway terlebih
napas terlebih dahulu dahulu, baru setelah itu
atau bilas lambung? terapi etiologi (bilas
lambung)

Anda mungkin juga menyukai