Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran PKn

1. Pengertian PKn

Secara umum pendidikan kewarganegaraan atau civic education adalah

pendidikan atau pengajaran untuk mengembangkan kesadaran akan dirinya

sebagai warga negara, dengan hak-hak dan berbagai tanggung jawabnya

dalam diri peserta didik (Djiwandono dalam Widiyastono, 2004,26).

Menurut Wahab (1997:11) PKn diartikan sebagai mata pelajaran yang

digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai

luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia. Nilai-nilai

tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam

kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat, dan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan

dengan itu dalam kurikulum KTSP SD/ MI tahun 2006 mengemukakan

pengertian pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila UUD 1945.

10
11

Menurut Ruminiati (2007:31) sebagai pendidikan nilai, PKn SD

merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu

mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginteraksikan nilai-nilai

pancasila/ budaya bangsa seperti yang terdapat pada kurikulum PKn SD.

Pelaksanaan pendidikan nilai selain dapat melalui taksonomia Bloom, dapat

juga menggunakan jenjang afektif

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PKn merupakan mata

pelajaran yang dijadikan sebagai wahana untuk : (a) menanamkan nilai-nilai

Pancasila dan UUD 1945 agar dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan

prilaku siswa, (b) membentuk warga negara yang menyadari dan mampu

melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan (c)

membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai

Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan bermasarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan mengemban misi dalam

mempersiapkan bangsa Indonesia yang tanggu dalam mengatasi ancaman,

tantangan, hambatan, dan gangguan yang berpengaruh pada eksistensi

dirinya. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik memiliki

kesadaran dalam melaksanakan Hak dan kewajibanya, terutama wawasan

akan kesadaran Nasional dan pertahanan Nasional. Sukadi dalam

Budimansyah (2006:173), bermakna berarti PKn haruslah mampu

memberdayakan siswa dengan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan


12

sosial berkewarganegaraan yang memang relevan dengan tugas-tugas

perkembangannya dan sesuai dengan kebutuhan hidupnya di keluarga,

masyarakat, kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Tujuan PKn SD

Sumantri (2001:279) menjelaskan tujuan pendidikan Kewarganegaraan

adalah membentuk warga negara yang baik yaitu warga negara yang patriot,

toleran, setia terhadap bangsa dan Negara, beragama, demokratis pancasila

sejati. Berkaitan dengan itu Wahab (2011:331) mengidentifikasi warga

negara yang baik adalah warga negara yang memehami dan mampu

melaksanakan dengan baik hak-hak dan kewajibannya sebagai individu

warga negara memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial. Mampu

memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan secara cerdas sesuai dengan

fungsi dan peranya, memeliki sikap disiplin pribadi dan perilaku warga

negara dan warga masyarakat yang baik.

Dalam undang-undang Sistem Pemerintahan Nasional No. 20 tahun

2003 dijelaskan tujuan PKn adalah (1) untuk membentuk peserta didik

menjadi manusia yang memeiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,dan (2)

untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik dan status hak

dan kewajiban dalam kehidupan bermasarakat, berbangsa, dan bernegara.

Berkaitan dengan itu Wahab (2011:315) menjelaskan tujuan PKn untuk

jenjang SD, SMP dan SMA tidak berbeda. Secara rinci, mata pelajaran

Pendidikan kewrganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki


13

kemampuan (1) untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang

memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, dan (2) untuk meningkatkan

kesadaran dan wawasan peserta didik dan status hak kewajiban dalam

kehidupan bermasarakat, berbangsa, dan bernegara. Berkaitan dengan itu

Wahab (2011:315) menjelaskan tujuan PKn untuk jenjang SD, SMP dan

SMA tidak berbeda. Secara rinci, mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, (1)

berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,

danbertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasarakat, berbangsa, dan

bernegara, serta anti korupsi, (3) berkembang secara positif dan demokratis

untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia

agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainya, dan (4) berinteraksi

dengan bangsa-bangsa lainnya, dan (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa

lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan

memanfaatkan tegnologi informasi dan komonikasi.

3. Ruang lingkup PKn SD

Dalam kurikulum PKn SD (Depdiknas, 2006) disebutkan bahwa ruang

lingkup mata pelajaran PKn SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut, (a)

persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa indonesia, Sumpah pemuda,

Keutuhan Negara kesatuan Republik indonesia, Partisipasi dalam pembelaan


14

negara, sikap positif terhadap Negara kesatuan Republik indonesia,

keterbukaan dan jaminan keadilan, (b) norma, hukum, dan peraturan,

meliputi: Tertip dalam kehidupan keluarga, tata tertib sekolah, Norma yang

dilakukan dimasarakat, peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional,

Hukum dan peradilan internasional, (c) hak asasi manusia, meliputi: Hak dan

kewajiban anak, Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota

masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan dan

penghormatan, dan perlindungan HAM, (d) kebutuhan warga negara,

meliputi: Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat,

kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai

keputusan bersama, Prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara, (e)

konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konsitusi yang

pertama, Konsitusi-konsitusi yang pernah digunakan di indonesia, Hubungan

dasar Negara dengan konstusi, (f) kekuasaan dan politik, meliputi:

pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi,

Pemerintahan pusat, demokrasi, dan sistem politik, budaya politik, budaya

demokrasi, (g) pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar

negara, pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari,

pancasila sebagai ideologi terbuka, dan (h) globalisasi, meliputi: globalisasi,

dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional,

dan Mengevaluasi globalisasi.


15

4. Karateristik Mata pelajaran PKn

Menurut Wahab (1997:78) karateristik pembelajaran PKn SD adalah (1)

murid SD lebih cendrung bermain sambil belajar, (2) pengetahuan yang

perlu dimiliki adalah pengetahuan dan pengertian yang sederhana sesuai

dengan tingkat perkembangan anak, (3) pengalaman lebih menekankan pada

pengalaman dan pembiasaan, dan (4) pengalaman belajar yang sarat nilai,

sejalan dengan itu Zuriah (2007:153) mengemukakan karateristik

pembelajaran PKn sebagai berikut: Pertama, bahan ajar menekankan pada

nilai dan norma yang mencakup IPOLEKSOSBUDHANKAM, kedua, perlu

keteladanan sikap dan prilaku terpuji dari Guru dan pimpinan sekolah,

ketiga, pembelajaran tidak berorintasi pada guru mengajar, tetapi berorintasi

pada kegiatan belajar siswa yang menekankan pada pelakonan diri.

Dengan pembelajaran PKn SD guru diharapkan mengemukakan

berbagai contoh perilaku dan membantu siswa agar dapat mencontohi

perilaku yang sesuai dengan moral Pancasila dan tuntunan masyarakat

sekitarnya. Pembelajaran PKn SD memerlukan media yang dapat

mensstimulus lahirnya model pembelajaran yang aktif dan kreatif. Menurut

Wahab (1997:177) menyebutkan media-media yang paling tepat digunakan

dalam pembelajaran PKn SD adalah media cerita, media gambar, dan

pengalaman anak sendiri.


16

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan

lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka

saling berdiskusi dengan temannya. Didalam kelas kooperatif siswa

belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6

orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin,

suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya

kelompok tersebut adalah untuk memberika kesempatan kepada semua

siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan

kegiatan belajar. Selama belajar kelompok, tugas kelompok adalah

mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling

membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar

(Trianto, 2007: 41). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa juga

mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut

keterampilan kooperatif dimana salah satunya adalah keterampilann

berkomunikasi agar tidak mengalami kesulitan dalam memberikan

gagasannya (Julianto, 2011: 38).


17

b. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatiff, menurut

Lungdren dalam Jauhar (2011: 53) adalah sebagai berikut: (a) Para

siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berennang bersama, (b) Para siswa harus memiliki tanggung jawab

terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain

tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang

dihadapi, (c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua

memiliki tujuan yang sama, (d) Para siswa membagi tugas dan berbagi

tanggung jawab di antara para anggota kelompok, (e) Para siswa

diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh

terhadap evaluasi kelompok, (f) Para siswa berbagi kepemimpinan

sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama

belajar, (g) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan partisipasi

siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan

membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatann bagi

siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar

belakang (Trianto, 2007: 42).


18

Model cooperative learning di kembangkan untuk mencapai paling

sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan

terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial,

meskipun cooperative learning mencakup berbagai tujuan sosial, tetapi juga

dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis

yang penting. Para pendukungnya percaya bahwa struktur reward kooperatif

model ini meningkatkan penghargaan siswa pada pembelajaran akademik

dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi (Arends, 2008: 5).

Tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar

siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara

individu maupun kelompok. Karena siswa bekerja, dalam suatu team, maka

dengan dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa

dari berbagai latar belakang etnis, kemampuan, mengembangkan

keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah

(Louisell dan Descamps dalam Trianto, 2009:57).

3. Karateristik dan prinsip model pembelajaran kooperatif

Tiga konsep sentral yang menjadi Karaterristik pembelajaran kooperatif

yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan

kesempatan yang sama untuk berhasil (slavin dalam Isjoni, 2010: 33)
19

a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok

untuk memperoleh penghargaan kelompok penghargaan kelompok

diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kretaria yang ditemukan.

Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai

anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang

saling mendukung saling membantu, dan saling peduli.

b. Penanggung jawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari

semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut

menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling

membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara individu

juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-

tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang

mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang

diperoleh siswa dar yang terdahulu. Dengan menggunakan metode

skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi

sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang

terbaik bagi kelompoknya.


20

4. Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif

a. Keunggulan

Di dalam Isjoni (2010: 34) pembelajaran kooperatif memiliki

beberapa keunggulan. Keunggulan dilihat dari aspek siswa, adalah

memberi peluang kepada siswa agar menggunakan dan membahas suatu

pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja

sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok

b. Kelemahan

Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber dua faktor,

yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari

dalam yaitu: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara

matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan

waktu, 2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka

dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3)

Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung. Ada kecendrungan

topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang

tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) Saat diskusi

kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa

yang lain menjadi pasif (Isjoni, 2010: 36).


21

5. Variasi Model Pembelajaran Kooperatif.

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat

variasi dari model tersebut. Setidaknya ada empat pendekatan yang

seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD, JIGSAW,

Investigasi Kelompok (Teams Games Tournament atau TGT), dan

Pendekatan Struktural yang meiputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered

Head Together (NHT). (Trianto, 2009:67)

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari

model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok

kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara

heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyanpaian

materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto,

2009:68)

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa

dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi

yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari.

Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi

ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut (Trianto, 2009:74)

Investigas kekompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang

paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan

pertama kali oleh Thelan dalam Trianto (2009:78). Dalam perkembangannya


22

model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv.

Berbeda dengan STAD dan Jidsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik

topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka.

Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit

daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru.

Pembelajaran kooperatif tipe (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi

adalah merupaka jenis pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi think-pair-share ini

berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama

kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Uneversitas

Maryland. Think-pair-share merupakan suatu cara yang aktif untuk

membuat variasi suasana pola diskusi kelas (Trianto, 2009:81)

Pembelajaran kooperatif tipe (NHT) atau penomeran berfikir bersama

adalah merupakan merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadah struktur

kelas tradisional (Trianto, 2009:82).

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT pertandingan permainan tim

dikembangkan secara asli (David De Vries dan Keath Edward dalam

Trianto, 2009:83). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan

anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim

mereka.
23

C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

1. Pengertian dan ciri-ciri

Secara umum pembelajaran TGT sama saja dengan STAD kecuali satu

hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis

dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai

wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik

sebelumnya setara dengan mereka (Slavin, 2005: 163 ). Dalam TGT setiap

anggota ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama

dengan anggota yang lain, lalu mereka diuji secara individual melalui game

akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game ini akan menentukan skor

kelompok mereka masing-masing.

Model TGT tidak menggunakan tes individual, tetapi menggantikannya

dengan tournament yang dilakukan terlebih dahulu dengan membentuk

kelompok baru. Pembentukan ini dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa yang berkemampuan sama dan setiap kelompok dikumpulkan ke

dalam satu kelompok baru. Anggota kelompok baru kemudian menempati

meja tournament dan selanjutnya memulai permainan.

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan

siswa dalam kelompok- kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6

orang siswa yanga memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras

yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok

mereka masing- masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS


24

kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama- sama

dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang

tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok lain

bertanggung jawab memberikan jawaban, atau mengerjakannya, sebelum

mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru (Isjoni, 2010: 83).

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah

menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan

akademik. Dalam permainan akademik siswa- siswa akan dibagi dalam

meja- meja tournament, dimana setiap meja tournament terdiri dari setiap 5

sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing- masing.

Dalam setiap meja tournament atau meja permainan diusahakan agar tidak

ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa yang

dikelompokkan dalam satu meja tournament secara homogen dari segi

kemampuan akademik, artinya dalam satu meja tournament kemampuan

setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan

melihat nilai yang mereka peroleh pada saat tes dilaksanakan. Skor yang

diperoleh dengan menjumlahkan skor- skor yang diperoleh anggota suatu

kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor

kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa hadiah

atau sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.


25

2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatiff tipe TGT

Untuk mengetahui secara jelas tentang sintaks model pembelajaran

Kooperatiff tipe TGT dapat di sajikan pada tabel 2.1

Fase Kegiatan

Guru Siswa

Fase 1 Guru menyampaikan tujuan Siswa mendengarkan


Menyampaikan pembelajaran yang ingin penjelasan guru
tujuan dan dicapai pada pelajaran
memutifasi tersebut menjelaskan bahwa
siswa skor yang di peroleh pada
game dan turnament, baik
skor individu maupun
kelompok adalah salah satu
komponen penilaian yang
penting.
Fase 2 Guru menyajikan informasi Siswa mendengarkan
Menyajikan kepada siswa tentang aturan dan memperhatikan
informasi game dan turnament, baik penjelasan siswa
secara lisan maupun
domontrasi
Fase 3 Guru menjelaskan kepada Siswa berkumpul di
Mengorganisasi siswa bagaimana caranya kelompok masing-
kan siswa membentuk kelompok belajar masing, dan
kedalam dan membantu setiap menyusun meja
kelompok- kelompok agar melakukan turnamen.
kelompok trasisi secara efisien.
26

belajar.
Fase 4 Guru membagikan lembar Siswa mempelajari
Belajar tim kegiatan kepada masing- lembar kegiatan
masing kelompok. dalam tim mereka.
Fase 5 Guru mengawasi dari satu Semua siswa
Turnamen kelompok ke kelompok yang memainkan game ini
lain untuk memastikan bahwa pada saat yang sama
semua siswa memahami
prosedur permainan tersebut.

Fase 6 Memberikan penghargaan


Memberikan kepada usaha-usaha yang
penghargaan telah dilakukan kelompok
(tiem), maupun usaha-usaha
individu dalam bentuk
komentar yang sifatnya
positif.

3. Langkah- langkah Pelaksanaan TGT

Komponen-komponen TGT menurut (Trianto, 2009: 84) adalah sebagai

berikut:

Secara runtut implementasi TGT terdiri dari 4 komponen utama, antara

lain: (1). Prestasi guru (sama dengan STAD; (2). Kelompok Belajar (sama

dengan STAD; Turnamen dan (4). Pengenalan kelompok.


27

a. Guru menyiapkan:

1) Kartu soal

2) Lembar Kerja Siswa

3) Alat/ Bahan

b. Siswa dibagi atas beberapa kelompok ( tiap kelompok anggotanya 5

orang)

c. Guru mengarahkan permainannya aturan

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Seperti model STAD,

pada TGT siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat

orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

kelamin, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim telah menguasai

pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu

kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.

4. Aturan Permainan

Aturan permainan dalam TGT menurut (Julianto, 2011: 51) sebagai

berikut: a) pada awal permainan, umumkanlah penempatan meja turnamen

dan mintalah mereka memindahkan meja-meja bersama atau menyusun meja

sebagai meja turnamen, b) acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak

bisa tahu mana meja “atas” dan yang “bawah”. c) mintalah salah satu siswa

yang anda pilih untuk membagikan satu lembar permainan, satu lembar

jawaban, satu kotak kartu nomor dan satu lembar skor permainan pada setiap

meja, d) untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk


28

menentukan pembaca yang pertama-yaitu siswa yang menarik nomor

tertinggi, e) pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang

teratas, f) pembaca pertama membaca dengan keras soal yang berhubungan

dengan nomor yang ada pada kartu, g) pembaca yang tidak yakin dengan

jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenai sangsi, h) jika pertanyaan

melibatkan permasalahan maka semua siswa harus mengerjakan

permasalahan tersebut sehingga mereka siap ditantang, i) setelah si pembaca

memberikan jawaban, siswa yang ada pada sebelah kiri atau kanan

mempunyai pilihan untuk menantang dan memberikan jawaban yang

berbeda. Jika dia ingin melewatinya atau bila penantang kedua punya

jawaban yang berbeda dengan dua peseta pertama, maka penantang kedua

boleh menantang.

Akan tetapi, penantang harus hati-hati karena mereka harus

mengembalikan kartu yang telah di menangkansebelumnya kedalam kotak

(jika ada). Apa bila jawaban yang mereka berikan salah, j) apa bila semua

peserta, ditantang atau melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta

yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban yang mereka

berikan salah, j) si pemain yang memberikan jawaban yang benar akan

menyimpan kartunya. Jika kedua penantang memberikan jawaban salah, ia

harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan (jika ada) ke dalam box
29

Tabel 2.2
Lembar skor permainan Tournament

Pemain Tim Pemain Pemain Pemain Total Poin tournament


1 2 3
Andre Elang 5 7 - 12 20

Husni Merpati 14 10 - 24 60

Santi Merak 11 12 - 23 40

Dalam tabel di atas, dapat di lihat dalam satu meja tournament dua

kali permainan. Pemberian poin pada tabel di atas berdasarkan pada

penghitungan poin tournament untuk siswa yang mencapai skor tertinggi

mendapat 60, poin 40 untuk siswa yang lebih rendah, dan poin 20 untuk

siswa yang terendah seperti pada tabel diatas.

5. Aturan Penilaian dalam Tournament

Memberikan bonus poin yaitu setiap skor tertinggi yang diperoleh

anggota pada setiap meja tournament diberi bonus 20 poin, setiap skor

tertinggi yang kedua pada setiap meja tournament menerima bonus 17

poin, setiap skor yang tertinggi yang ketiga setiap meja tournament

menerima bonus 14 poin, dan skor yang terendah pada setiap meja

tournament menerima 10 bonus poin. Masing-masing anggota kelompok

membawa perolehannya kembali kelompok semula, dan bersama-sama

anggota yang lain menyumbangkan poin untu kelompoknya. Penghargaan


30

kelompok yang diberikan berdasarkan perolehan poin kelompok

penghargaan yang Diberikan bisa berupa benda, atau sertifkat.

6. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT

a. Kelebihan pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT)

antara lain: 1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, 2)

mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, 3) dengan

waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, 4) proses

belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, 5) mendidik

siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, 6) motivasi belajar

lebih tinggi, 7) hasil belajar lebih baik, 8) meningkatkan kebaikan budi,

kepekaan dan toleransi

b. Sedangkan kelemahan TGT adalah:

1) Bagi Guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan

heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika

guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam

menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk

diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang

sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu

menguasai kelas secara menyeluruh.


31

2) Bagi Siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan

sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi

kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa

yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan

mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

c. Kesimpulan

Dari pembahasan materi model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) tersebut, maka dapat disimpulkan: (1). Dengan

model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Karena siswa dapat

belajar lebih rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab,

kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. (2).

Dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) dapat

menambah wawasan tentang berbagai model pembelajaran serta dapat

meningkatkan kompetensi guru.

D. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sesuatu yang telah dicapai pebelajar dalam

kegiatan belajarnya dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya.

Suprijono (2009: 5) “menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan


32

keterampilan”. Adapun Hamalik dalam Ekawarna (2010: 41) menyatakan

bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang

dapat diamati dan diukur dalam bentuk perbahan pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam dalam bentuk angka,

huruf atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor

internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali

artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang

sebaik-baiknya. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Faktor-faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu anak itu

sendiri yang meliputi :

1) Faktor Jasmaniah (fisiologis) yang termasuk faktor ini antara lain:

penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

2) Faktor Psikologis yang termasuk faktor psikologis antara lain:

(a) Intelektul (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara

belajar), (b) Non Intelektual (motifasi belajar, sikap, perasaan, minat,

kondisi psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur), (c) Faktor

kondisi fisik.
33

b. Faktor-faktor Eksternal

Yang termasuk faktor eksternal antara lain: (1). Faktor pengaturan

belajar disekolah (kurikulum, disiplin sekolah, guru, fasilitas belajar, dan

pengelompokan siswa) (2). Faktor sosial disekolah (sistem sosial, status

sosial siswa, dan interaksi guru dan siswa). (3). Faktor situasional

(keadaan politi ekonomi, keadaan waktu dan tempat atau iklim).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam

diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor

ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi sehingga membuahkan

sebuah hasil belajar.

3. Bentuk-bentuk Hasil Belajar

Taksonomi Bloom dalam Hasan (1991: 23) membagi hasil belajar atas tiga

ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Dalam

Taksonomi Bloom dikenal ada enam jenjang ranah kognitif, yaitu:

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan manusia dalam mengingan semua

jenis informasi yang diterimanya.


34

2) Pemahaman

Pada jenjang ini informasi yang diterima tidak disimpan begitu saja.

Informasi diolah lebih lanjut menjadi sesuatu yang lebih tinggi

kedudukannya.

3) Aplikasi

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan sesuatu dalam situasi

tertentu yang bukan merupakan pengulangan.

4) Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk melakukan pengolahan

informasi lebih lanjut

5) Sistesis

Kemampuan ini baru terjadi apabila kita menghadapi informasi yang

berbeda-beda. Dari informasi yang berbeda-beda tersebut kita harus

menghasilkan sesuatu yang berdifat orisinal, dapat menyelesaikan

pertentangan yang ada.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah kemapuan tertinggi dalam ranah kognitif. Dimana

evaluasi tersebut merupakan suatu tindakan untuk menghasilkan dari

sesuatu.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi,

penghargaan, proses internalisasi dan pembentukan karakteristik.


35

Terdapat lima jenjang ranah afektif, yaitu:

1) Penerimaan (Receiving)

Penerimaan ini adalah pembuka alat indera seseorang terhadap

dunia luar. Pada jenjang ini ada kesediaan yang

2) Penanggapan (Responding)

Dalam jenjang ini, yang bersangkutan tidak lagi aktif menerima

stimulus tetapi juga memberikan reaksi atau jawaban terhadap stimulus

tersebut. Penjelasan yang diberikan terhadap suatu pertanyaan

merupakan penanggapan terhadap stimulus yang ada (di sini bukan apa

yang dijelaskan malainkan kegiatan menjelaskan itu sendiri).

3) Penghargaan (Valuing)

Dalam jenjang ini aktifitas efektif lebih tinggi dari jenjang

pemberian penanggapan. Dalam jenjang penanggapan orang yang

melakukannya baru menunjukkan rasa senang dan gembira dapat

memberikan penanggapan, tapi dalam jenjang penghargaan ini sudah

sampai pada rasa keterikatan atau memiliki terhadap suatu stimulus.

4) Pengorganisasian (Organization)

Pengorganisasian terjadi apabila seseorang berada di dalam situasi

dimana terdapat lebih dari satu nilai atau sikap. Dalam situasi yang

demikian ia harus dapat menentukan cara mengorganisasikan nilai atau

sikap tersebut.
36

5) Penjatidiran (Characterization)

Dalam jenjang ini nilai dan sikap sudah menjadi milik seseorang.

Jadi nilai dan sikap bukan saja diterima, disenangi, dihargai, digunakan

dalam kehidupan, serta diorganisasikan dengan nilai dan sikap lainnya,

tetapi sudah mendarah daging pada dirinya.

c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau

manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis. Kemampuan

gerak atau manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan biologis. Jadi

kemampuan tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari. Blomm

dalam Suprijono (2009: 6), menjelaskan “psikomotor juga mencakup

keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manejerial, dan

intelektual”.

Merujuk pemikiran Gagne dalam (Suprijono,2009: 5), hasil belajar

berupa: 1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon

secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemapuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan

aturan, 2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang.

Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan menginterogasi,

kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-


37

prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan

melakukan aktifitas kognitif bersifat khas, 3) Strategi kognitif, yaitu

kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam

memecahkan masalah, 4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan

melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,

sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani, 5) Sikap, adalah kemampuan

menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek

tersebut.

Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-

nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar

perilaku. Intinya, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek kemanusiaan saja. Hasil belajar

tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan kompresehensif.

Anda mungkin juga menyukai