Anda di halaman 1dari 8

LABORATORIUM PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

MODUL : Korosi Galvanik

PEMBIMBING : Ir. Retno Indarti MT

Praktikum : 18 September 2017


Penyerahan : 29 September 2017
(Laporan)

Oleh :

Kelompok : III

Nama : 1. Febri Pitra Pratama D 151411041

2. Fuad Hilmy Mahdy 151411042

3. Hana Amatullah K 151411043

4. Hilda Delilah 151411044

Kelas : 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peristiwa korosi dapat terjadi karena faktor-faktor penyebabnya yang berbeda-beda.
Penggunaan konstruksi logam yang berbeda jenis dalam industri dapat menimbulkan korosi
galvanik akibat perbedaan potensial dari kedua logam tersebut. Dengan mempelajari korosi
galvanik dapat memahami proses anodik dan katodiknya serta memprediksi logam yang lebih
korosif.

1.2 Tujuan
1. Dapat menjelaskan prinsip korosi galvanik.
2. Dapat menentukan logam yang berperan sebagai katodik dan sebagai anodik pada
peristiwa galvanik.
3. Dapat menghitung laju korosi logam dalam lingkungan yang berbeda (larutan yang
berbeda).
BAB II

DASAR TEORI

Korosi galvanik dapat didefinisikan adanya reaksi atau kontak listrik antara dua
logam yang berbeda dalam larutan elektrolit. Dalam korosi galvanik logam yang potensialnya
lebih positif akan bersifat lebih katodik, sedangkan logam yang potensialnya lebih negatif
akan bersifat lebih anodik.Apabila dua logam dengan kecenderungan ionisasi yang berbeda
dicelupkan ke dalam larutan elektrolit dan dihubungkan dengan kawat, maka sebuah sel akan
tersusun (Gambar. 1). Pertama, logam dengan kecenderungan lebih besar terionisasi akan
teroksidasi, menghasilkan kation, dan terlarut dalam larutan elektrolit. Kemudian elektron
yang dihasilkan akan bermigrasi ke logam dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah
melalui kawat. Pada logam dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah, kation akan
direduksi dengan menerima elektron yang mengalir ke elektroda.

Gambar 1. Diagram skematik sel

Logam dengan kecenderungan ionisasi lebih besar disebut elektroda negatif dan
elektroda dengan kecenderungan ionisasi rendah disebut elektroda positif.
Apabila dua buah logam yang berbeda yang saling kontak dan terbuka ke media
yang korosif, laju korosi akan berbeda satu dengan yang lainnya. Contoh logam besi yang
berkontak dengan seng dan logam besi yang berkontak dengan logam Cu, dalam lingkungan
yang sama akan terkorosi dengan laju yang berbeda. Untuk laju korosi besi yang berkontak
dengan seng akan lebih rendah dibandingkan dengan laju korosi besi yang berkontak dengan
tembaga karena sifat seng lebih anodik dibandingkan dengan besi. Sehingga seng akan lebih
parah terkorosi dibandingkan dengan besi. Sedangkan untuk besi yang dikontakan dengan
tembaga, laju korosinya lebih besar daripada laju korosi logam tembaga. Laju korosi dapat
dihitung dengan rumus :
𝑚
Laju korosi:𝐴.𝑡.𝜌

Dimana :
m : berat yang hilang (gr)
A : luas permukaan (cm2)
t : waktu (jam)
ρ : densitas logam (gr/cm2)
r : laju korosi (mpy)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi galvanik yaitu diantaranya:


1. Lingkungan
Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya. Pada
umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu lingkungan
berfungsi sebagai anoda. Biasanya baja dan seng keduanya akan terkorosi akan tetapi jika
keduanya dihubungkan maka Zn akan terkorosi sedangkan baja akan terlindungi.
Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan temperature 180 oF,
terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi sedangkan Zn terlindungi. Rupanya dalam
kasus ini produk korosi pada Zn bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia terhadap
baja. Menurut Haney, Zn menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika
ada ion-ion penghalang seperti nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam air.
Berdasarkan tabel diatas dan menurut penelitian dibeberapa macam kondisi lingkungan,
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Zn bersifat anodik terhadap baja pada semua kondisi
2. Al sifatnya bervariasi
3. Sn selalu bersifat sebagai katodik
4. Ni selalu bersifat sebagai katodik
Korosi galvanik tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena tidak ada
elektrolit yang memindahkan arus dintara anoda dan katoda.

2. Jarak
Laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan kedua logam. Laju
korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan kedua logam tersebut.
Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat diketahui
dengan adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan logam.

3. Luas penampang
Yang dimaksud dengan luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah
pengaruh perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas penampang
katodik jauh lebih besar dari pada katoda. Makin besar rapat arus pada daerah anoda
mengakibatkan laju korosi makin cepat pula.. Korosi di daerah anodik akan menjadi 100-
1000 kali lebih besar jika dibandingkan dengan keseimbangan luas penampang anodik dan
katodik.
Contoh lain luas penampang elektroda adalah ratusan tangki penyimpanan yang besar
dipasang pada bagian utama pabrik yang mengalami program ekspansi. Tangki-tangki yang
pertama digunakan adalah terbuat dari baja karbon dan permukaan dalamnya dilapisi atau
dilindungi oleh cat phenolik. Tangki-tangki ini dapat digunakan dengan baik untuk beberapa
tahun. Akan tetapi lama kelamaan lapisan cat bagian bawah rusak dan menyebabkan
terjadinya kontaminasi.
Oleh karena itu tangki-tangki yang baru, bagian bawahnya dilengkapi dengan stainless
steel yang melindungi baja karbon (stainless steel-clad carbon steel) untuk pemakaian yang
lebih baik dan mengurangi biaya perawatan. Kemudian cat pelapis pheonik juga diberikan
diseluruh permukaan-permukaan dinding tangki sedangkan bagian bawah tangki yang
dilapisi stainless steel tidak diberi lapisan cat karena mempunyai sifat ketahanan korosi yang
baik. Namun setelah beberapa bulan dioperasikan, mulai terlihat adanya kebocoran di dinding
tangki yaitu di atas penyambung logam/las-lasnya.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat :
 Gelas kimia 1000 mL, 6 buah
 Avometer (alat ukur tegangan listrik) 1 buah
 Pipet volume 1 buah
 Timbangan elektronik 1 buah
 Batang pengaduk 1 buah
 Penggaris 1 buah
 Kertas abrasive tergantung kebutuhan proses amplas
 Aqua gelas bekas 9 buah

Bahan :
 Logam baja (Fe) 6 buah
 Logam seng 3 buah
 Logam Cu 3 buah
 Larutan NaCl 3,56 gpl 1000 mL
 Larutan HCl 1 M 1000 mL
 Air keran 1000 mL
3.2 Cara Kerja
 Persiapan Benda Kerja

Siapkan logam Fe, Cu, Zn

Celupkan logam-logam tersebut kedalam HCl 10% untuk mmpermudah proses amplas

Ampelas dengan menggunakan ampelas halus

Bersihkan lemak dan kotoran yang menempel pada logam dengan tissue

 Persiapan Larutan

Membuat larutan proses NaCl 3,56 gpl untuk 2 gelas

Membuat larutan proses HCl 1 M untuk 2 gelas

Menyiapkan air keran sebanyak 2 gelas


 Tahapan percobaan

Mengukur luas permukaan dan menimbang berat logam Fe, Zn dan Cu

Lar. NaCl Logam


Logam
Fe 3,56gpl Cu

Mengukur potensial masing-masing logam

Logam Logam
Fe Cu

Lar. NaCl 3,56gpl

Mengukur potensial sel

Perendaman logam Fe dan Cu dalam larutan NaCl selama 7 hari

Penimbangan dan pengukuran potensial sel

Menghitung laju korosi logam

Mengulangi langkah tersebut dengan larutan HCl dan air keran

Anda mungkin juga menyukai