Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Tentang

“ Infeksi Saluran Pernapasan Atas (Akut) ”

Oleh :
Kelompok 1

Anggota :
1. Hesti Alvaenatun
2. Nurhayati
3. Widya Ginarti
4. Anju septianasari
5. Margareta koreani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI D-III KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN ATAS (AKUT)
A. Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernapasan Akut
1. Pengertian

ISPA adalah peyakit saluran pernapasan akut dengan perhatian khusu pada radang
paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. (widoyono, 2008)

Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari:

a. Bukan pneumonia – mencangkup kelompok pasien balita dengan batuk yang


tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah kea rah dalam. Contohnya adalah
common cold, faringitis, tonsillitis, dan otitis.
b. Pneumonia – didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas.
diagnosa gejala ini berdaarkan umur . batas frekuensi napas cepat pada anak
berusia 2 bulan sampai <1 tahun adalah 50x/menit dan untuk anak usia 1 sampai
<5 tahun adalah 40x/menit.
c. Pneumonia berat- didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas
disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagian bawah kea rah dalam (chest
indrawing) pada anak berusia dua bulan sampai <5 tahun. Untuk anak cepat
frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya
tarikanyang kuat pada dinding dada bagian bawah kea rah dalam (servere chest
indrawing). (widoyono, 2008)

2. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari:

a. Bakteri : diplococcus pneumoniae, pneumococcus, streptococcus aureus,


haemophilus influenza, dan lain-lain.
b. Virus : influenza, adenovirus, sitomegalovirus.
c. Jamur : aspergilus sp, candida albicans, histoplasma, dan lain-lain.
d. Aspirasi : makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)
biasanya minyak tanah , cairan amnion pada saat lahir, benda asing(biji-
bijian,mainan plastic kecil, dan lain-lain). (Kunoli, 2012)

1
3. Manifetasi Klinis (Tanda dan gejala)

Tata laksana pasien batuk dan /atau kesukaran bernapas pada balita (widoyono, 2008)

a. Pemeriksaan
1) Tanyakan:
a) Berapakah umur anak?
b) Apakah anak batuk? Berapa lama?
c) Apakah anak dapat minum
d) Apakah anak demam?
e) Apakah anak kejang?
2) Lihat dan dengarkan : ( anak harus TENANG)
a) Apakah ada tarikan dinding dada kedalam?
b) Apakah terdengar stridor? (suara menarik napas)
c) Adakah terdengar wheezing? (suara mengeluarkan napas)
d) Lihat, apakah kesadaran anak menurun?
e) Periksa,apakah napas anak cepat?
f) Raba,apakah ada demam?
g) Apakah ada tanda-tanda gizi buruk? (kurus kering)
b. Klasifikasikan

Napas cepat bila anak usia:

1) <2 bulan : 60 kali per menit atau lebih


2) 2 bulan sampai<1 tahun : 50 kali per menit atau lebih
3) 1 tahun sampai 5 tahun : 40 kali per menit atau lebih.

Penentuan adanya tanda bahaya: bila terdapat satu atau lebih gejala di bawah ini
berarti ada tanda bahaya!

1) Tidak bisa minum


2) Kejang
3) Kesadaran menurun
4) Stridor
5) Gizi buruk
6) Demam atau dingin (khusus untuk bayi berusia<2 bulan)

2
Klasifikasi penyakit:

1) Tanpa napas cepat →bukan pneumonia.


2) Dengan napas cepat saja→ pneumonia.
3) Ada tanda bahaya → pneumonia berat

4. Patofisiologis dan pathways


Patofisiologis

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara
dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita
maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat
pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian
besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur
penyebab atau mikroorganisme penyebab.

Walaupun saluran pernapasan atas (akut) secara langsung terpajan lingkungan,


namun infeksi relatif jarang terjadi berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan
bawah yang mengenai bronchus dan alveoli.

Terdapat beberapa mekanisme protektif di sepanjang saluran pernapasan untuk


mencegah infeksi, refleksi batuk mengeluarkan benda asing dan mikroorganisme, dan
membuang mucus yang tertimbun, terdapat lapisan mukosilialis yang terdiri dari sel-
sel dan berlokasi dari bronchus ke atas yang menghasilkan mucus dan sel-sel silia
yang melapisi sel-sel penghasil mucus.

Silia bergerak dengan ritmis untuk mendorong mucus, dan semua


mikroorganisme yang terperangkap di dalam mucus, ke atas nasofaring tempat mucus
tersebut dapat dikeluarkan melalui hidung, atau ditelan. Proses kompleks ini kadang-
kadang disebut sebagai system Eksalator mukolisiaris.

Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut dan mengkoloni saluran
napas atas, maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ketiga

3
yang penting (system imum) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai di
saluran napas bawah.

Respons ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih
lainnya misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat
proses peradangan berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di
bidang pernapasan, atau mikroorganismenya sangat virulen, maka dapat timbul
infeksi saluran pernapasan bawah.

Pathways

Invasi kuman

Inflamasi kuman melepas e ndoktoksin perubahan status

? kesehatan
anak kuman melepas endotoksin

merangsang pengeluaran merangsang tubuh untuk kurang pregetahuan

zat-zat seperti mediator, melepas zat pirogen oleh leukosit orang tua

kimia, bradikinin, serotonin,

histamine,dan prostaglandin hipthalamus kebagian termoregulator stressor bagi orang tua

tentang penyakit

nociseptor suhu tubuh meningkat

Koping tidak efektif


hipertermi
spinakcrod

cemas

Thalamus merangsang mekanisme pertahan

Tubuh terhadap adanya mikroorganisme hospitalisasi

Korleks serebri

Perubahan
proses

4
Meningkatkan produksi mucus oleh sel-sel keluarga

Nyeri Sepanjang saluran pernapasan

Pola napas
tidak efektif
System imun meurun
Suplai O2 ke jaringan menurun penumpukan sekresi

Mucus pada jalan napas


Resiko infeksi

penurunan metabolism sel obstruksi jalan napas

Intoleransi
Bersihan jalan
aktivitas
napas tidak efektif

5. Diagnosis dan pemeriksaan penunjang


Diagnosis : Infeksi saluran pernapasan atas (Akut)
Pemerinksaan penunjang :
a. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

6. Penatalaksanaan Medis
a. Bukan pneumonia→ perawatan di rumah
b. pneumonia→ di obati+ di beri nasihat tentang perawatan di rumah
c. Pneumonia berat → di rujuk kerumah sakit (widoyono, 2008)

UMUR <2 BULAN

TANDA  Napas cepat ≥60 per  Tidak ada napas cepat:


menit atau 60 per menit atau

5
 Tarikan dinding dada  Tidak ada tarikan
bagian bawah ke arah dinding dada bagian
dalam yang kuat bawah kea rah dalam

KLASIFIKASI PNEUMONIA BERAT BUKAN PNEUMONIA

TINDAKAN  Kirim segala sarana  Beri nasihat cara


rujukan perawatan di rumah.
 Beri antibiotic satu - Jaga agar bayi
dosis tidak kedinginan
- Teruskan
pemberian ASI
lebih sering
- Bersihkan hidung
bila tersumbat
 Anjurkan ibu untuk
kembali control, bila:
- Keadaan bayi
memburuk
- Napas menjadi
cepat
- Bayi sulit bernapas
- Bayi sulit untuk
minum

UMUR 2 BULAN SAMPAI <5 TAHUN

TANDA Tarikan dinding dada  Tidak ada  Tidak ada


bagian bawh kea rah tarikan tarikan
dalam dinding dinding dada
bagian bawah bagian bawah
kea rah dalam kea rah dalam
 Napas cepat:  Tidak ada
- 2 bln - napas cepat:

6
<12 bln: - 2 bln - <
≥50x per 12 bln:
menit <50x per
- 1 thn - <5 menit
thn : ≥40x - 1 thn - <5
per menit thn: <40x
per menit
KLASIFIKASI PNEUMONIA PNEUMONIA BUKAN
BERAT PNEUMONIA
TINDAKAN  Rujuk segera  Nasehati ibu  Jika batuk
ke sarana melakukan berlangsung
kesehatan perawatan di selama 30
 Beri rumah hari, rujuk
antibiotik  Beri antibiotik untuk
satu dosis selama 5 hari pemeriksaan
bila jarak  Anjurkan ibu lanjutan
sarana untuk control  Obati
kesehatan setelah 2 hari penyakit lai
jauh atau lebih bila ada
 Obati bila cepat bila  Nasehati ibu
demam keadaan anak untuk
 Obati bila ada memburuk melakukan
wheezing  Obati bila perawatan di
demam rumah
 Obati bila ada  Obati bila
wheezing demam
 Obati bila ada
wheezing.

7. Pencegahan dan penatalaksanaan keperawatan


a. Tujuan
Menurunkan morbiditas dan mortalitas pada balita akibat penyakit ISPA.
b. Kebijaksanaan

7
Menemukan dan mengobati ISPA secara dini dengan melibatkan lintas program
dan lintas sektor.
c. Strategi
1) Menemukan dan mengobati ISPA sedini mungkin secara tepat .
2) Kerjasama lintas program dan lintas sektor yang melibatkan peran serta
masyarakat terutama kader.
3) Dukungan pelayanan kesehatan yang memadai.
d. Langkah-langkah
1) Menemukan penderita ISPA secara lintas program dengan:
a) Program gizi saat:
 Mendata balita untuk diberi vitamin A
 Memberi pelayanan tablet Fe (tablet besi) untuk ibu hamil
 Memberi vitamin A (pada bulan Februari dan Agustus)
 Menanggulangi kekurangan kalori protein (KKP).
b) Program kesehatan ibu dan anak (KIA) saat:
 Melacak kesehetan neonatal
 Membina bidan/ dukun bayi
 Memberi pelayanan imunisasi bagi ibu hamil.
c) Pemberantasan penyakit menular (P2M) lainnya:
 Malaria saat PCD
 Kusta saat chase dan kontak survey
 TBC paru saat pelacakan
 Rabies saat registrasi dan vaksinasi vector
 DBD saat penyuluhan epidemiologis.
d) Imunisasidi posyandu.
2) Merujuk kesarana kesehatan yang lebih lengkap.
3) Memberi penyuluhan kesehatan (health promotion).
e. Kegiatan
1) Perencanaan
a) Setiap balita menderita ISPA 3-6 kali setahun.
b) Populasi balita adalah 13% dari jumlah penduduk.
c) Perkiraan morbiditas pneumonia adalah 10% (pneumonia 7%,
pneumonia berat 3%).

8
d) Menghitung kebutuhan kotrimoksazol (480 mg):
10 × 4 × 10% × 13% × jumlah penduduk.
e) Menghitung kebutuhan parasetamol:
4 × 4 × 10% × 13% × jumlah penduduk.
2) Pelaksanaan
a) Menemukan dan mengobati pasien.
b) Menerapkan sistem rujukan kasus.
f. Pencatatan dan pelaporan
Semua penemuan, pengobatan, dan rujukan dicatat pada laporan dan LB3.
(widoyono, 2008)

B. ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (AKUT)


1. Pengkajian pada Infeksi saluran pernapasan atas (akut)
a. Temuan pengkajian dasar dan berikutnya yang mencakup tanda dan gejala dan
temuan diagnostik laboratorium.
b. Asupan kalori dan zat gizi/
c. Pemmbatasan budaya atau agama individu, preferensi personal.
d. Ketersediaan dan penggunaan sumber.
e. Pemahamandan persepsi pesonal mengenai masalah (doengoes, marilynn E., 2017)

Riwayat kesehatan:

a. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)


b. Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
c. Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)
d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami
sakit seperti penyakit klien)
e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan fisik :

difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :

a. Inspeksi

9
1) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
2) Tonsil tampak kemerahan dan edema
3) Tampak batuk tidak produktif
4) Tidak ada jaringan parut pada leher
5) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping
hidung.
b. Palpasi
1) Adanya demam
2) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan
pada nodus limfe servikalis
3) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
1) Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
1) Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

Pemeriksaan Persistem

B1 (Breath) :

1) Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping
hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
2) Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
Suara paru normal (resonance)

10
4) Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi

B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga,


terjadi gangguan penciuman

B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan

B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum
sedikit, nyeri telan pada tenggorokan

B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif

Rencana tujuan : setelah 2x24 jam dilakukan pemeriksaan pasien dengan


kriteria hasil mempunyai jalan napas yang paten

Rencana Intervensi :

1) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu


2) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan
pendukung
3) Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi (dilembabkan) sesuai dengan
kebijakan institusi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Rencana tujuan : setelah 2x24 jam dilakukan pemeriksaan pasien dengan
kriteria hasil menoleransi diet yang dianjurkan
Rencana intervensi :

11
1) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap,
pemberian makan melalui slang atau nutrisi parenteral total agar asupan kaloori
yang adekuat dapat dipertahankan
2) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
3) Suapi pasien, jika perlu

12
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, marilynn E. (2017). manual diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.

Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit tropis . Jakarta timur: cv. trans info
media.

Widoyono. (2008). Penyakit tropis . Jakarta: Erlangga.

13

Anda mungkin juga menyukai