Anda di halaman 1dari 36

2.

1 Bahan Cetak
2.1.1 Definisi Bahan Cetak
Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat tiruan negatif
dari rongga mulut, sehingga selanjutnya dapat dibuat model gigi darinya. Model gigi
tersebut digunakan oleh dokter gigi sebagai model studi maupun sebagai model
kerja. Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk
membuat tiruan dari jaringan intraoral dan ekstraoral (Anusavice, 2003).

2.1.2 Sejarah Penemuan Bahan Cetak

A. Alginat

Pada akhir abad yang lalu, seorang ahli kimia dari skotlandia memperhatikan
bahwa rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) bisa menghasilkan ekstrak
lendir yang aneh. Disebut juga algin. Substansi alami ini kemudian diidentifikasikan
sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan
dinamakan asam anhydro-β-d mannuronic (disebut juga asam alginik). Asam alginik
serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang diperoleh
dengan natrium, kalium, dan amonium larut dalam air (Anusavice, 2003). Ketika
bahan cetak agar menjadi langka karena perang dunia II (jepang adalah sumber
agar utama), penelitian untuk menemukan bahan pengganti yang cocok semakin
dipercepat. Hasilnya sudah tentu, hidrokoloid irreversibel, atau bahan cetak alginat.
(Anusavice, 2004).

B. Elastomer
Elastomer merupakan bahan tambahan terhadap gel hidrokoloid, merupakan
bahan cetak elastic yang menyerupai karet. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet
sintetik, bahan tersebut dikembangkan untuk meniru karet alam ketika bahn tersebut
menjadi sulit diperoleh selama Perang Dunia kedua. Awalnya disebut bahan cetak
karet, bahan sintetik tersebut akhir-akhir ini disebut sebagai elastomer atau bahan
cetak elastomeric. Secara kimia terdapat 4 jenis elastomer kedokteran gigi yang
digunakan sebagai bahan cetak : polisulfida, silicon polimerisasi kondensasi, silicon
polimerisasi tambahan, dan polieter (Anusavice, 2003).

C. Gipsum

3
Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Gipsum
juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimia, gips
yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihitrat
(CaSO4.2H2O) murni. Berbagai bentuk gipsum yang berbeda telah digunakan
selama berabad-abad untuk tujuan kontruksi. Produk yang dibuat dari gipsum
digunakan secara luas dalam industri dan hampir semua rumah serta bangunan
memiliki dinding yang terbuat dari plaster (Anusavice, 2003).
Produk gipsum digunkan dalam kedokteran gigi untuk membuat model studi
dari rongga mulut serta struktur dari maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk
pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi
(Anusavice, 2003).

D. Dental Wax / Malam Kedokteran Gigi


Pada hakikatnya malam atau wax / liliin merupakan salah satu bahan yang
memegang peranan penting di dalam ilmu bidang Kedokteran Gigi. Malam atau wax
atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia Kedokteran Gigi sekitar abad 18,
untuk tujuan pencatatan cetakan rahang yang tidak bergigi. Meskipun telah
ditemukan bahan baru yang lainnya, malam masih digunakan dalam jumlah yang
besar untuk keperluan klinik dan pekerjaan laboratorium. Pada perkembangan
selanjutnya, malam dental sebagian besar digunakan dalam proses laboratorium,
meskipun masih ada sebagian dari malam dental yang digunakan langsung pada
rongga mulut penderita misalnya malam inlay untuk mencetak atau mengecek hasil
dari preparasi sebuah gigi (Combe, 1992)

2.1.3 Klasifikasi Bahan Cetak


Klasifikasi / penggolongan bahan cetak menurut Anusavice (2003) adalah
sebagai berikut :
i. Bahan cetak elastik = cetak hidrokoloid dan elastomer.

a. Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya


berupa koloid yang direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid.
Koloid merupakan kombinasi dari wujud benda apapun, terkecuali bentuk
gas. Semua penghambur koloid disebut sol. Bahan cetak hidrokoloid sendiri
dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak hidrokoloid irreversible, dan bahan
cetak hidrokoloid reversible.

4
Bahan cetak hidrokoloid irreversible dapat dicontohkan dengan alginat. Bahan
ini disebut irreversible, sebab bahan ini tidak dapat kembali menjadi wujud
dasarnya setelah bereaksi membentuk wujud sol. Bahan ini ditemukan pada
saat bahan cetak yang digunakan sebelumnya menjadi langka, yakni pada
waktu perang dunia kedua. Bahan ini memiliki kelebihan dibandingkan bahan
cetak lainnya, yakni proses manipulasinya yang mudah, nyaman bagi pasien,
dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan.

Bahan cetak hidrokoloid jenis reversible. Bahan ini dipengaruhi oleh suhu,
sehingga bahan ini dapat kembali ke bentuk semula (reversible). Bahan ini
leleh pada temperatur 70-100OC, sedangkan pada temperatur 37-50OC,
bahan ini dapat menjadi gel. Contoh bahan cetak jenis ini ialah agar.

b. Elastomer merupakan jenis bahan cetak elastis lain diluar bahan cetak
hidrokoloid. Suatu bahan cetak elastomer terdiri atas molekul atau polimer
besar yang diikat oleh sejumlah kecil ikatan. Ikatan tersebut mengikat rantai
polimer yang melingkar pada titik tertentu untuk membentuk jalinan 3 dimensi
yang sering disebut sebagai gel. Pada keadaan ideal, peregangan
menyebabkan rantai polimer membuka lingkaran hanya sampai batas tertentu
yang dapat kembali ke keadaan semula, yaitu rantai kembali melingkar pada
keadaan berikatan ketika diangkat. Banyaknya ikatan silang menentukan
kekakuan dan sifat elastis bahan tersebut. (Anusavice, 2004: 117)

ii. Bahan cetak lainnya yakni bahan cetak non elastis = irreversible dan reversible.
Contoh bahan cetak jenis irreversible ialah plaster of paris dan zinc oxyde
eugenol.
Sedangkan contoh reversible ialah malam dan compound. Bahan cetak jenis ini
memiliki sifat keras dan tidak dapat dikeluarkan melalui undercut tanpa
mematahkan atau mengubah bentuk cetakan.
Bahan cetak tidak elastis ini digunakan untuk semua cetakan sebelum
ditemukannya cetakan agar. Meskipun bahan tersebut sudah tidak dipakai lagi
untuk pasien bergigi, bahan tidak elastis ini memiliki keunggulan dalam
pembuatan cetakan untuk pasien tak bergigi. Sebenarnya bahan cetak zinc
oxyde eugenol dan plaster of paris disebut bahan cetak mukostatik karena bahan
tersebut tidak menekan jaringan selama perlekatan cetakan. (Anusavice, 2004:
94)

5
2.1.4 Syarat Bahan Cetak Kedokteran Gigi
Suatu bahan dapat diklasifikasikan sebagai bahan cetak kedokteran gigi
apabila memenuhi syarat-syarat seperti :
1. Bahan tersebut harus cukup air untuk beradaptasi dengan jaringan mulut
serta cukup kental untuk tetap berada dalam sendok cetak yang
menghantar bahan cetak ke mulut.
2. Selama di mulut bahan tersebut harus berubah (mengeras) menjadi bahan
padat menyerupai karet dalam waktu tertentu, idealnya waktu pengerasan
total harus kurang dari tujuh menit.
3. Cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika
dikeluarkan dari mulut dan dimensi bahan harus tetap stabil sehingga
bahan cor dapat dituang (Anusavice, 2004).
SYARAT BAHAN CETAK
 Pasien
1. Rasa enak & tdk bau
2. Setting time pendek
3. Sendok cetak sesuai
4. Mudah dilepaskan / dikeluarkan
5. Non toxic

6
 Dokter gigi
1. Mudah manipulasinya
2. Working time pendek
3. Mudah dilepaskan / dikeluarkan
4. Kualitasnya baik
5. Biaya murah
6. Mudah didisinfeksi

Menurut cara penggunaannya Bahan Cetak terbagi 2 yaitu:


 Bahan cetak mukostatis :
à encer sehingga saat ditekankan pada rahang tidak menyebabkan
pergeseran/penekanan pada jaringan
 Bahan cetak mukokompresi
à lebih kental sehingga ketika ditekankan pada rahang menyebabkan
penekanan jaringan

2.2 Bahan Cetak Elastik


Bahan cetak elastis dapat secara akurat memproduksi baik struktur keras
maupun lunak dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah interproksimal.
Meskipun bahan ini dapat dipakai untuk mencetak pasien tanpa gigi, kebanyakan
dibuat untuk model cor untuk gigi tiruan sebagian cekat atau lepasan serta untuk unit
restorasi tunggal (Anusavice, 2004). Bahan cetak elastis dibagi lagi menjadi dua,
yaitu bahan cetak hidrokoloid reversible dan bahan cetak hidrokoloid irreversible.
2.2.1 Hidrokoloid
Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya
berupa koloid yang direaksikan dengan air. Koloid merupakan kombinasi dari wujud
benda apapun, terkecuali bentuk gas. Semua penghambur koloid disebut sol. Bahan
cetak hidrokoloid dibagi lagi menjadi dua, yaitu (Anusavice, 2004):
A. Hidrokoloid Reversibel
Bahan reversibel dipengaruhi oleh suhu, sehingga bahan ini dapat kembali ke
bentuk semula. Bahan ini leleh pada temperatur 70-100 0C, sedangkan pada
temperatur 37-500C, bahan ini dapat menjadi gel, contohnya adalah agar. Komposisi
agar yaitu: 1) koloid hidrofilik organik yang diekstrat dari rumput laut (8-15%), 2) air

7
(<80%) 3) boraks (memperkuat gel), kalium sulfat (mempercepat pengerasan),
bahan pengisi (tanah diatom, tanah liat, silika, malam, karet) (Combe, 1992).
Keakuratan bahan ini dapat dilihat dari
a. Kekentalan sol : Kekentalan merupakan pertimbangan paling penting
dalam keberhasilan memanipulasi bahan. Bahan tidak boleh terlalu encer
sehingga mengalir keluar sendok cetak, terutama saat mencetak rahang
bawah. Sebaliknya, bahan tidak boleh terlalu kental, sehingga sulit
menembus semua detail gigi-geligi dan jaringan lunak (Combe, 1992).
b. Sifat Viskoelastik : Hubungan tegangan-regangan dari bahan hidrokoloid
berubah apabila besarnya beban berubah. Sifat ini menunjukkan
perlunya mengeluarkan cetakan dari dalam mulut dengan cepat, karena
apabila pengeluaran cetakan dari dalam mulut secara perlahan, diputar
atau diungkit akan menyebabkan terjadi distorsi (Combe, 1992).
b. Daya reproduksi : Sifat ini mewakili kemampuan untuk membuat die
duplikat dari serangkaian cetakan. Untuk teknik die ganda, dibuat satu
cetakan dan kemudian dipotong-potong menjadi die individual untuk gigi
yang akan dipreparasi (Combe, 1992).
Manipulasi bahan cetak hidrokoloid reversibel dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Persiapan bahan
- Gel hidrokoloid diubah menjadi sol
- Air panas selama 10 menit
- Setelah dilelehkan disimpan dalam keadaan sol (Combe, 1992).
2. Kondisioning atau pendinginan
- Tube dikeluarkan dari kompartemen penyimpanan dan dimasukkan ke
sendok cetak.
- Diletakkan lagi di kompertemen pendingin 45 0 selama 3-10 menit.
Manfaatnya untuk meningkatkan kekentalan bahan hidrokoloid (agar)
sehingga bahan tidak mengalir keluar sendok cetak (Combe, 1992).
3. Membuat cetakan
- Sebelum proses pendinginan bahan cetak terselesaikan, bahan semprit
diambil dari kompartemen penyimpanan dan diaplikasikan pada kavitas
yang direparasi.

8
- Mula-mula diaplikasikan pada dasar preparasi, kemudian pada bagian lain
yang belum tertutup.
- Ujung semprit diletakkan di dekat gigi, dibawah permukaan bahan semprit
untuk mencegah gelembung udara (Combe, 1992).
4. Begitu kavitas yang akan dipreparasi telah tertutup bahan cetak, sendok
cetak yang telah sempurna didinginkan siap untuk dimasukkan kedalam
rongga mulut (Combe, 1992).

5. Proses gelasi dapat dipercepat dengan mengalirkan air dingin sekitar 18-
210C selama 3-5 menit. Faktor-faktor proses gelasi: 1) sol ke gel (37-50
derajat celsius), 2) gel ke sol ( titik didih tinggi 70-100 derajat celcius), 3) berat
molekul, 4) kemurnian agar, 5) rasio komposisinya (Combe, 1992).

(a) (b)

Gambar 2.2 : (a) Unit kondisioning untuk bahan cetak hidrokolid agar , (b) catridge
hidrokoloid agar dan semprit

Keuntungan pemakaian bahan cetak hidrokoloid reversibel agar adalah ;


1. Memiliki keakuratan dimensional
2. Hidrofilik – hindari kelembapan, darah, cairan
3. Tidak mahal setelah initialequipment
4. Tidak memerlukan costum tray
5. Pleasant flavor
6. Tidak memerlukan mixing (Anusavice , 2003)
Kerugian pemakaian bahan cetak hidrokoloid reversibel agar adalah :
1. Biaya awal mahal
2. Material harus dipersiapkan dengan baik

9
3. Mudah sobek
4. Dimensi tidak stabil
-Harus segera dilakukan pengecoran
-Hanya dapat dilakukan untuk single cast
5. Sulit dilakukan desinfeksi (Anusavice , 2003)
B. Hidrokoloid Irreversibel
Bahan cetak hidrokoloid irreversibel dapat dicontohkan dengan alginat. Bahan
ini disebut irreversibel, sebab bahan ini tidak dapat kembali menjadi wujud dasarnya
setelah bereaksi membentuk wujud sol. Bahan ini ditemukan pada saat bahan cetak
yang digunakan sebelumnya menjadi langka, yakni pada waktu perang dunia kedua.
Bahan ini memiliki kelebihan dibandingkan bahan cetak lainnya, yakni proses
manipulasinya yang mudah, nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena
tidak memerlukan banyak peralatan.
Manipulasi bahan alginat dilakukan dengan :
1. Mempersiapkan pengadukan
Campurkan bubuk alginat yang telah ditakar dengan air sesuai takaran pada
bowl. Gerakan pengadukan yang salah dapat merusak bahan alginat. Cara
pengadukan yang benar adalah dengan menggunakan spatula logam, awali
dengan gerakan angka delapan, dan lanjutkan dengan menekan bahan ke
dinding bowl searah 180 derajat. Waktu pengadukan terlalu lama juga dapat
merusak alginat. Biasanya 45 detik sampai 1 menit adalah waktu yang pas
untuk mengaduk alginat (Anusavice, 2004).
2. Membuat cetakan
Bahan harus mencapai konsistensi tertentu sehingga tidak mengalir
keluar sendok cetak dan menyebabkan tersedak. Bahan cetak juga harus
menempel pada sendok cetak agar dapat ditarik dari sekitar gigi. Ketebalan
cetakan alginat antara sendok cetak dan jaringan harus sekurang-kurangnya 3
mm (Anusavice, 2004).
3. Kekuatan
Gel maksimal diperlukan untuk mencegah fraktur dan menjamin bahwa
cetakan cukup elastis ketika dikeluarkan dari mulut (Anusavice, 2004).
2.2.2 Elastomer
1. Polysulfide

10
Kandungan dasar pasta polimer adalah merkaptan poli fungsional atau polimer
polisulfida dengan rumus struktur umum. Polimer linier ini mengandung ± 1 mol%
cabang untuk memberikan gugus merkaptan yang cukup sebagai tempat
rantai berikatan silang.Polimer ini biasanya berikatan dengan bahan oksida seperti
timahdioksid. Karakteristik warna coklat pada polisulfida adalah akibattimah
teroksidasi ini. Selama reaksi kondensasi timah dioksidadengan gugus SH polimer
polisulfida, terjadi 2 fenomena, yaitu (Anusavice, 2004):
a) Polimerisasi perpanjangan rantai dari reaksi dengan pusat gugus SH.
b) Ikatan silang dari reaksi dengan rantai cabang gugus SH.
Karena gugus kaitan hanya merupakan persentase kecil dari kelompok SH
yang ada, awalnya, reaksi polimerisasi menghasilkan perpanjangan rantai, yang
menyebabkan viskositas meningkat. Reaksi ikatan silang selanjutnya mengikat
rantai-rantai bersamaan membentuk jalinan 3 dimensi yang menjadikan terciptanya
sifat elastik pada bahan. Awal peningkatan viskositas mempengaruhi waktu kerja
bahan dan merupakan suatu perubahan yang biasa dikenal oleh dokter gigi ketika
menggunakan bahan ini. Reaksi pengerasan mulai pada saat awal pengadukan dan
mencapai nilai maksimal segera setelah pengadukan sempurna, pada tahap dimana
jalinan sifat kelentingan mulai terjadi. Selama pengerasan akhir, terbentuk suatu
bahan dengan elastisitas dan kekuatan cukup yang dapat dikeluarkan melalui
undercut dengan mudah. Reaksi polimerisasi dari polimer polisulfida adalah
eksotermik, banyaknya panas yang dihasilkan bergantung pada banyaknya jumlah
bahan dan konsentrasi inisiator. Kelembaban dan temperatur mempengaruhi
jalannya reaksi. Khususnya, keadaan panas dan lembab dapat mempercepat
pengerasan bahan cetak polisulfida. Hasil reaksi kondensasi dari bahan ini adalah
air. Hilangnya molekul kecil dari bahan yang mengeras memiliki pengaruh yang
nyata pada kestabilan dimensi cetakan(Anusavice, 2004).
2. Silikon
a) Silikon Kondensasi
Polimerisasi dari bahan ini melibatkan reaksi dengan trifungsi dan tetrafungsi
alkil silikat, biasanya tetraetil orthosilikat, dengan adanya rantai oktoat mengandung
timah. Reaksi ini dapat terjadi pada temperatur rata-rata, jadi bahan ini sering
disebut silikon vulkanisasi temperatur ruangan (RTV). Pembentukan
elastomer terjadi melalui ikatan silang antara kelompok terminal dari polimer silikon
dan alkil silikat untuk membentuk jalinan kerja 3 dimensi. Etil alkohol adalah produk
11
samping reaksi pengerasan kondensasi. Penguapan etil alkohol selanjutnya
ikut diperhitungkan dalam besarnya kontraksi yang terjadi pada karet silikon yang
mengeras(Anusavice, 2004).
1. Komposisi bahan
Bahan cetak silikon kondensasi dikemas sebagai pasta basis dan suatu
pasta katalis atau cairan dengan kekentalan rendah. Karena polimer silikon
merupakan suatu cairan, silikon koloidal atau logam oksida ukuran mikro
ditambahkan sebagai pengisi untuk menbentuk suatu pasta. Silikon memiliki
tingkat energi kohesif yang rendah dan karena itu punya interaksi molekul yang
lemah. Pengaruh bahan pengisi terhadap kekuatan adalah hal yang penting,
ukuran partikel harus dalam kisaran optimal 5-10µm. Partikel yang lebih kecil
cenderung berkumpul bersama-sama tapi partikel yang lebih besar tidak berperan
untuk memperkuat. Bahan dengan kekentalan tinggi atau putty untuk
mengatur pengerutan polimerisasi yang besar dari bahan cetak silikon
kondensasi. Bahan ini mengandung pengisi cukup banyak sehingga polimer yang
ada menjadi lebih sedikit dan pengerutan polimerisasinya juga lebih kecil.
Ekspansi termal keseluruhan lebih sedikit dibandingkan polimer karena partikel
pengisi memiliki koefisien ekspansi termal lebih kecil. Polimer ini tidak
memilki karakteristik warna. Kondensasi bahan pasta silikon dan putty dapat
dibuat dalam berbagai jenis warna. Merah muda, pastel, hijau dan ungu adalah
warna yang sering ditemukan (Anusavice, 2004).
2. Manipulasi
Silikon kondensasi dikemas dalam pasta basis dan cairan katalis atau
reaktor. Bahan putty dikemas sebagai pasta yang amat kental dan suatu cairan
aselerator. Untuk menghasilkan bahan yang teraduk sempurna adalah tidak
mudah ketika putty dan cairan yang mengandung minyak dicampur. Dengan
sistem manapun, tehnik pencampuran terbaik adalah meremas bahan tersebut
dengan jari (Anusavice, 2004).
3. Waktu kerja dan pengerasan
Temperatur memiliki pengaruh nyata terhadap kecepatan
proses pengerasan dari bahan cetak silikon kondensasi. Mendinginkan bahan
atau mengaduknya pada permukaan dingin memperlambat proses reaksi.
Mengubah perbandingan basis dan katalis adalah metode lain yang efektif dan

12
praktis dalam mengubah kecepatan pengerasan bahan cetak ini (Anusavice,
2004).
4. Elastisitas
Sifat elastis bahan silikon kondensasi lebih ideal dibandingkan polisulfid.
Bahan ini menunjukkan deformasi permanen minimal dandapat kembali ke bentuk
semula dengan cepat bila diregangkan. Bahan ini tidak terlalu kaku sehingga tidak
sulit mengeluarkan dari undercut tanpa meyebabkan distorsi (Anusavice, 2004).
5. Rheologi
Bahan tersebut dapat memberikan respon elastik. Bahan ini cenderung
bereaksi sebagai suatu elastik bila diregangkan dengan cepat, jadi cetakan harus
dikeluarkan dengan cepat sehingga deformasi yang terjadi adalah elastik dan
kembali ke bentuk semula (Anusavice, 2004).
6. Stabilisasi dimensi
Pengerutan polimerisasi yang berlebihan dari silikon kondensasi
memerlukan suatu modifikasi tehnik pembuatan cetakan supaya menghasilkan
cetakan yang akurat (Anusavice, 2004).
Sebagai tambahan dari besarnya pengerutan ketika mengeras,
ketidakstabilan dimensi juga disebabkan oleh penguapan produk reaksi yaitu etil
alkohol. Model yang paling akurat diperoleh dengan mengisi cetakan dengan
menggunakan gypsum stone langsung setelah setelah cetakan dikeluarkan dari
mulut(Anusavice, 2004).
7. Biokompatibilitas
Adanya kemungkinan tertinggalnya bahan yang robek pada sulkus gingiva.
Karena bahan silikon tidak radiopak, sulit dideteksi adanya robekan bahan cetak.
Seringkali peradangan gingiva menyertai adanya benda asing dan diduga
akibat iritasi preparasi gigi atau sementasi restorasi (Anusavice, 2004).
a) Silikon dengan Reaksi Tambahan (Vinylpolysiloxane)
1. Komposisi
Baik pasta basis dan katalis mengandung bentuk vinil silikon. Pasta basis
mengandung polymethyl hydrogen siloxane serta pre-polymer siloxane lain
(Anusavice, 2004).
Pasta katalis mengandung divinyl polymethyl siloxanedan pre-polimer lain.
Bila pasta katalis mengandung aktivator garam platinum berarti pasta yang
berlabel basis harus mengandung hibridsilikon (Anusavice, 2004).

13
Satu kerugian bahan cetak silikon adalah sifat hidrofobik. Untuk
mengatasinya dengan reaksi tambahan lebih hidrofilik.Untuk mengembalikan
permukaan dari cetakan hidrofilik, bahan permukaan ditambahkan pada pasta.
Bahan permukaan ini memungkinkan bahan cetak membasahi jaringan lunak
lebih baik dan dapat diisi dengan stone secara lebih efektif. Pengisian
cetakanlebih mudah, karena stone basah memilki afinitas yang lebih besar untuk
afinitas hidrofilik (Anusavice, 2004).
2. Manipulasi
Vynil polysiloxane encer dan agak kental dikemas dalam 2 pasta, sementara
bahan putty dikemas dalam 2 toples yang terdiri atas bahan basis dengan
kekentalan tinggi dan bahan katalis. Bahan ini punya kekentalan yang hampir
sama. Jadi bahan tersebut lebih mudah diaduk dibandingkan dengan silikon
kondensasi. Kesamaan konsistensi pasta dan sifat menipis dengan tarikan,
membuat bahan cetak vynil polysiloxane cocok untuk digunakan dengan alat
otomatis ketika melakukan pengadukan dan pengambilan bahan. Umumnya
digunakan untuk bahan dengan kekentalan rendah dan sedang. Alat ini punya
keunggulan, dengan menggunakan alat mekanis tersebut terdapat keseragaman
dalam membagi dan mengaduk bahan, semakin kecil kemungkinan masuknya
udara ke dalam adukan, serta waktu pengadukan menjadi lebih singkat. Jadi
kemungkinan kontaminasi jadi lebih sedikit. Bahan cetak yang telah teraduk
tersebut dimasukkan langsung kedalam sendok cetak yang telah dilapisi adhesif
atau pada gigi yang telah direparasi bila ujung semprit telah terpasang
(Anusavice, 2004).
Seringkali perbedaan warna dari kedua pasta bagitu sedikit sehingga sulit
menemukan secara visual apakah banyaknya jumlah basis dan katalis telah
teraduk merata. Tidak adanya perbedaan warna juga mempersulit upaya
memastikan bahwa adukan telah homogen (Anusavice, 2004).
3. Waktu kerja dan pengerasan
Kebalikan dengan silikon kondensasi, lamanya pengerasan silikon
tambahan nampak lebih sensitif terhadap temperatur daripada polisulfid. Waktu
kerja dan pengerasan dapat diperpanjang sampai100% dengan penambahan
retarder yang dipasok oleh masing-masing pabrik dan dengan pendinginan alas
pengaduk. Begitu bahan cetak dimasukkan ke dalam mulut, bahan tersebut
dengan cepat menghangat dan waktu pengerasan tidak lebih panjang jika
14
dibanding dengan retarder kimia. Retarder tidak praktis dengan alat pengaduk
otomatis (Anusavice, 2004).
4. Elastisitas
Bahan cetak vynil polysiloxane merupakan bahan bersifat elastik paling
ideal yang ada selama ini. Distorsi ketika mengeluarkan melalui
undercutumumnya tidak terjadi, karena bahan punya nilai regangan dalam tarikan
terendah (Anusavice, 2004).
5. Kestabilan dimensi
Bahan cetak vynil polysiloxane adalah yang paling stabil dimensinya. Tidak
ada penguapan produk hasil reaksi samping yangmenyebabkan pengerutan
bahan. Bahan yang mengeras secara klinis hampir mengalami proses reaksi
sempurna, sehingga sedikit sekali residu polimerisasi yang menghasilkan
perubahan dimensi. Perubahan dimensi umumnya berasal dari pengerutan
termal begitu bahan mendingin dari temperatur mulut ke temperatur ruangan
(Anusavice, 2004).
6. Biokompatibilitas
Bahan ini dapat ditolerir oleh jaringan hidup. Bahaya tertinggalnya sebagian
bahan selama mengeluarkan cetakan dapat dihindari dengan penanganan bahan
yang tepat dan pemeriksaan tepi cetakan secara cermat untuk menjamin tidak
ada daerah yang robek (Anusavice, 2004).
3. Polyether
Jenis polyether ini mempunyai pasta dasar yang mengandung suatu polyether
tidak jenuh dengan gugus ujung imine, bahan plastisizer dan bahan pengisi. Pasta
pereaksi mengandung aromatik sulfonat sebagai kontitusi utamanya bersama-sama
dengan plastisizer dan bahan pengisi anorganik. Setting terjadi dengan reaksi cross-
link gugus imine, ini adalah reaksi polimerisasi kation (Anusavice, 2004).
a) Komposisi
Karet polyether dipasok berupa 2 pasta. Basis mengandung polimer polieter,
suatu silika koloidal sebagai pengisi, dan suatu bahan pembuat plastik seperti
glikoleter atau phtalat. Pasta aselerator mengandung alkil sulfonat aromatik
sebagai tambahan terhadap bahan pengisi dan pembuat plastis (Anusavice, 2004).
b) Sifat-Sifat Umum Polieter
1. Ketepatan

15
Keenceran bahan sebagian besar tergantung pada komposisinya.Beberapa
polisulfida tersedia dengan variasi kekentalan, misalnya light bodied untuk
disuntikkan dengan spuit dan medium sertaheavy bodied untuk dipakai dengan
sendok cetak. Pasta elastomer yang belum dicampur biasanya berbentuk
pseudoplastis (Anusavice, 2004).
Terjadi sedikit kontarksi sewaktu bahan setting, disebabkan olehkarena adanya
kontraksi polimerisasi. Juga dapat terjadi kontraksi sewaktu pendinginan dari
suhu mulut ke suhu kamar (Anusavice, 2004).
Bahan ini cukup elastis dan sanggup ditarik melalui undercut. Pada umumnya
lebih kuat dan tidak mudah patah dibandingkan dengan alginat. Bahan
polyether lebih keras bila dibandingkan dengan elastomer lainnya, karena itu
lebih sukar dibuka (Anusavice, 2004).
Pada penyimpanan dapat terjadi kontraksi sebagai akibat
terus berlangsungnya polimerisasi. Penguapan hasil sampingan yang mudah
terbang, merupakan sumber kontraksi lain. Stabilitas dimensionil polyether
sangat jelek pada udara yang lembab (Anusavice, 2004).
Bahan ini pada umumnya kompatibel dengan bahan model dan die, meskipun
dapat menyebabkan sedikit lunak pada permukaan gips keras. Evolusi awal
hidrogen dari bahan yang mengandung organo-hidrogen siloksan
menyebabkan timbulnya bintil-bintil pada permukaan stone (Anusavice, 2004).
2. Pada umumnya bahan ini tidak toksis dan tidak mengiritasi. Beberapa pasta
elastomer yang mengandung lead dioksida mempunyai bau dan rasa yang
tidak menyenangkan (Anusavice, 2004).
3. Waktu setting tergantung pada komposisi bahan misal, jumlah pereaksi dan
sebagainya. Terdapat air dan suhu yang tinggi juga mempercepat waktu setting
polisulfida (Anusavice, 2004).
4. Stabilitas bahan yang belum dicampur pada penyimpanan tidak selalu ideal,
beberapa pereaksi tidak stabil setelah lebih dari 2 tahun,tetapi dapat tahan
lebih lama bila disimpan pada refrigator (Anusavice, 2004).
c) Manipulasi
Awalnya polyether dikemas hanya dalam 1 kekentalan. Bahan pseudoplastis
memungkinkan satu adukan digunakan baik untuk bahan semprit maupun sendok
cetak. Kemudian, pabrik pembuat menyediakan pasta tambahan yang dapat
digunakan untuk menghasilkan suatu adukan pengencer. Komponen bahan
memerlukan perumusan ulang untuk mengadaptasi bahan bila ingin digunakan

16
dengan alat pengaduk otomatis. Meskipun alat ini dapat digunakan dengan berhasil,
kebanyakan polyether masih diaduk dengan menggunakan tangan. Selain itu untuk
bersaing dengan silikon tambahan, pabrik pembuat menyadari bahwa klinisi lebih
menyukai beragam viskositas dari vinyl polysiloxane. Jadi polyether diubah sehingga
dapat dipasok dengan keragaman viskositas. Sebagai akibatnya, kekerasan
polyether juga berkurang (Anusavice, 2004).
d) Aplikasi
Penggunaan utama bahan elastomer adalah untuk cetakan inlay, mahkota dan
pekerjaan jembatan, atau untuk gigi tiruan sebagian apabila ditemukan undercut
yang sangat besar, sehingga apabila digunakan cetakan alginat dapat
patah sewaktu dilepas dari jaringan. Oleh karena harganya yang mahal, bahan ini
tidak sering dipergunakan pada pencetakan yang membutuhkan jumlah bahan cetak
yang besar (Anusavice, 2004).

2.3 Bahan Cetak Non Elastik


Bahan cetak non elastis memiliki sifat keras dan tidak dapat dikeluarkan
melalui undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk cetakan. Bahan cetak
tidak elastis ini digunakan untuk semua cetakan sebelum ditemukannya cetakan
agar. Meskipun bahan tersebut sudah tidak dipakai lagi untuk pasien bergigi, bahan
tidak elastis ini memiliki keunggulan dalam pembuatan cetakan untuk pasien tak
bergigi. Sebenarnya bahan cetak zinc oxide eugenol dan plaster of paris disebut
bahan cetak mukostatik karena bahan tersebut tidak menekan jaringan selama
perlekatan cetakan (Anusavice, 2004).
2.3.1 Gipsum
Gipsum merupakan mineral alam berwarna putih abu-abu, merah dan coklat
karena bercampur dengan material lain. Ditemukan pertama di dekat kota Paris
(Plaster of Paris) (Craig, 2004). Gipsum merupakan produk samping dari beberapa
proses kimia. Gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium
sulfat dihidrat (CaSO4.2H2O) murni. Produk gipsum dalam kedokteran gigi
digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo
fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang
melibatkan pembuatan protesa gigi (Anusavice, 2004).
Klasifikasi gipsum dan aplikasinya yaitu lima produk jenis gipsum yang terdaftar oleh
spesifikasi ADA (American Dental Asosiation) No.25 yaitu (Craig, 2004):
17
1. Impression plaster (tipe I)
Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan
untuk mengatur waktu pengerasan dan ekspansi pengerasan. Aplikasinya
digunakan akhir percetakan pada rahang tak bergigi.
2. Model plaster (tipe II)
Plaster model ini biasanya disebut juga plaster laboratorium tipe II. Sering di
gunakan untuk cetakan diagnostik karena sifat fisik dan mudah di manipulasi.
Aplikasinya untuk menanam model dalam artikulator.
3. Dental stone (tipe III)
Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi tiruan penuh
cocok dengan jaringan lunak. Karena katahanan dan kekuatannya tinggi. Berwarna
kuning atau putih. Aplikasinya untuk membuat model kerja seperti gigi tiruan
sebagian, gigi tiruan penuh, model ortodontik.
4. Dental stone (tipe IV)
Memiliki kekuatan dan ketahanan terhadap abrasi permukaan dari peralatan
yang tajam. Kekuatanya hampir dua kali dibandingkan tipe III. Aplikasinya digunakan
sebagai die stone untuk pembuatan model restorasi.
5. High strength, high expantion dental stone (tipe V)
Merupakan produk gipsum yang dibuat akhir-akhir ini. Dan memiliki kekuatan
kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone gigi tipe IV.berwarna hijau dan harga
paling mahal di antara jenis gipsum lain. Aplikasinya untuk mengkompensasi besar
pengerutan logam untuk dental casting.
2.3.1.1 Sifat-Sifat Gipsum
Menurut Craig (2004), sifat kimia gips adalah sebagi berikut:
1.Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang dilarutkan
dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan tertentu yang
dinyatakan dalam persen berat/volume.
2.Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung
sejak gips kontak dengan air. Setting time terdapat dua tahap, yaitu:
a) Initial setting time, yaitu permulaan setting time dimana pada waktu itu
campuran gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam
cetakan. secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya
kemengkilatan/timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat
hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
18
b) Final setting time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi
secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya
belum selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum,
kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi
atau patah.
Menurut Craig dkk (1987) gips keras mempunyai sifat mekanis, antara lain:
1. Compressive strength (kekuatan tekan hancur)
Kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips.
Partikel dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk mencampur
lebih sedikit jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran plaster
of paris.
2. Tensile strength (daya rentang)
Daya rentang dari gips sangat penting pada saat gips dikeluarkan dari bahan
cetak. Karena tidak adanya sifat lentur pada gips, model akan cenderung patah.
Daya rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada gips lunak baik dalam
keadaan basah maupun kering.
3. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan daya
tahan abrasi).
Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan hancur. Daya
tahan abrsai meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan
terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips mencapai daya strength. Gips keras
merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.
2.3.1.2 Manipulasi Gipsum
Proses manipulasi pertama-tama dilakukan dengan mencampurkan plaster
atau gips dengan air atau larutan PE dengan perbandingan 100 gr dengan 50
sampai 60 ml. Harus dijaga agar tidak terbentuk gelembung udara sewaktu
mengaduk karena gelembung ini dapat muncul di permukaan dan dapat
menyebabkan ketidaktepatan hasil cetakan (Combe, 1992).
Untuk lebih detailnya, manipulasi gips dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai
berikut(Combe, 1992):
1. Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan aplikasi yang
akan dibuat.
2. Perbandingan (P/W)
19
Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan proses
manipulasi dan juga setting reaksi. Semakin tinggi perbandingan W:P, semakin
lama waktu pengerasan dan semakin lemah produk gipsum.
3. Waktu Pengadukan
Pengadukan stone dan plaster secara mekanik biasanya tercapai dalam 20-30
detik. Pengadukan tangan dengan spatula umumnya memerlukan sedikitnya 1
menit untuk memperoleh adukan yang halus.
4. Penyimpanan
Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat yang dekat
dengan sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya. Hal ini akan
mempengaruhi setting, sehingga sebaiknya gips disimpan dalam container
tertutup.
5. Kebersihan
Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Bowl, spatula, dan vibrator
harus segera dibersihkan sebelum maupun sesudah manipulasi, sehingga tidak
terkontaminasi bahan lain.
6. Pemberian bahan separator
Sebelum dikakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan
separasi seperti vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka akan
mudah dilepas. Namun tidak boleh terlalu berlebihan karena akan membuat
permukaan menjadi lebih lunak.
7. Hindari terjebaknya udara
Adanya kandungan udara dalam pencampuran gips akan dapat
menyebabkan porositas pada hasil akhir dari gips. Sehingga terlebih dulu
menuangkan air ke dalam wadah setelah itu memasukkan powder.

20
Gambar 2.2 : Manipulasi Gipsum

2.3.1.3 Pengendalian Waktu Pengerasan


Secara teoritis, ada setidaknya 3 metode untuk pengendalian pengerasan
gipsum, yaitu (Anusavice, 2004):
1. Kelarutan hemihidrat dapat ditingkatkan atau dikurangi. Misalnya, bila kelarutan
hemihidrat ditingkatkan, kejenuhan kalsium sulfat akan lebih besar. Kecepatan
deposisi kristalin juga ditinggalkan.
2. Jumlah nukleus kristalisasi dapat ditingkatkan atau dikurangi. Semakin besar
jumlah nukleus kristalisasi, semakin cepat terbentuknya kristal gipsum dan
semakin cepat pula pengerasan karena terbentuk jalinan ikatan kristalin.
3. Bila kecepatan pertumbuhan kristal dapat ditingkatkan atau dikurangi, begitu pula
waktu pengerasan dapat dipercepat atau diperlambat. Dalam praktiknya, metode
tersebut telah disatukan dalam produk dagang yang tersedia.
Pengendalian waktu pengerasan juga dipengaruhi oleh (Anusavice, 2004):
a) Ketidakmurnian
Bila proses pengapuran tidak sempurna sehingga tetap terdapat partikel gipsum,
atau bila pabrik menambahkan gipsum, waktu pengerasan akan diperpendek
karena peningkatan dalam potensi nukleus kristalisasi. Bila ortorombik anhidrit
juga ada, periode induksi akan ditingkatkan, proses tersebut dapat berkurang
apabila terdapat heksagonal anhidrat.
b) Kehalusan
Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, semakin cepat adukan mengeras,
khususnya bila produk tersebut telah digiling selama proses pembuatan. Tidak
hanya kecepatan kelarutan hemihidrat menjadi meningkat, tapi juga nukleus
gipsum lebih banyak, karena itu kecepatan kristalisasi menjadi lebih cepat.
c) Rasio W/P
Semakin banyak air digunakan untuk pengadukan, semakin sedikit jumlah
nukleus pada unit volume. Akibatnya, waktu pengerasan diperpanjang.
d) Pengadukan
Dalam batasan praktis, semakin lama dan semakin cepat plaster diaduk, semakin
pendek waktu pengerasan. Sebagian kristal gipsum terbentuk langsung ketika
plaster atau stone dibuat berkontak dengan air. Begitu pengadukan dimulai,
pembentukan kristal ini meningkat, pada saat yang sama, kristal-kristal
21
diputuskan oleh spatula pengaduk dan didistribusikan merata dalam adukan
dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. Jadi, waktu
pengadukan berkurang.
e) Temperatur
Meskipun efek temperatur pada waktu pengerasan cenderung menyesatkan dan
mungkin bervariasi dari satu plaster atau stone dengan yang lainnya.
f) Perlambatan dan Percepatan
Barangkali metode yang paling efektif dan praktis untuk mengendalikan waktu
pengerasan adalah penambahan bahan kimia tertentu pada adukan plaster atau
stone gigi. Bila bahan kimia yang ditambahkan menurunkan waktu pengerasan
disebut sebagai aselerator, bila meningkatkan waktu pengerasan disebut sebagai
bahan retarder.

2.3.2 Compound
Compound adalah bahan cetak yang bersifat rigid, reversible dengan
perubahan fisikal. Dengan pemanasan compound menjadi melunak dan kondisi
dingin akan mengeras. Bahan cetak ini digunakan untuk mencetak edentolus pasien,
juga bisa digunakan dalam konservasi gigi untuk mencetak single tooth (Anusavice,
2004)
Klasifikasi menurut spesifikasi ADA membagi compound menjadi 2 tipe : (Manapallil,
2002)
a. Tipe I : Impression Compound/ High fusion compound (60-65 o)
Tipe ini mempunyai viskositas yang tinggi. Biasanya digunakan sebagai
bahan cetak pada edentolus pasien. Cetakan dibuat pada sendok cetak
individual untuk membuat cetakan fungsional/akhir. Bisa juga digunakan
untuk mencetak single tooth.
b. Tipe II : Tray Compound/ Low fusion compound (50-55 o)
Tipe ini mempunyai viskositas yang rendah.
Compound, juga disebut modeling plastic, dilunakkan dengan pemanasan,
dimasukkan dalam sendok cetak, serta diletakkan pada jaringan sebelum bahan
mengeras. Indikasi utama penggunaannya adalah untuk mencetak linggir tanpa gigi.
Kadang-kadang compound digunakan dalam kedokteran gigi operatif untuk
mencetak preparasi single tooth atau untuk membuat stabil pita matrikx atau alat
operatif lainnya. Untuk mencetak gigi tunggal, pita tembaga silindris (disebut pita
22
matriks) diisi dengan bahan compound yang sudah dilunakkan. Pita yang terisi
kemudian ditekan di atas gigi, menekan compound beradaptasi dengan preparasi
gigi. Cetakan seperti itu kadang disebut cetakan tube. Setelah compound
didinginkan, cetakan dilepas, dan hasil cor, atau die, dibuat dari cetakan tersebut
(Anusavice, 2004)
Compound yang agak lebih kental, disebut compound sendok cetak, dapat
digunakan untuk membentuk sendok cetak dalam pembuatan gigi tiruan. Suatu
cetakan jarungan lunak diperoleh dari compound sendok cetak seperti yang
digambarkan. Cetakan ini disebut cetakan primer. kemudian digunakan sebagai
sendok cetak untuk menahan lapisan tipis bahan cetak kedua, yang akan
ditempatkan langsung menghadap jaringan. Cetakan ini disebut sebagai cetakan
sekunder. Cetakan sekunder dapat juga dibuat dari pasta oksida seng eugenol,
adalah untuk membentuk tepi (border molding) sendok cetak perseorangan dari
akrilik selama mencoba sendok cetak. Ada dua bentuk dasar compound cetak, yaitu
bentuk kue dan stick (batang) (Anusavice, 2004).
Komposisi compound terdiri dari : (Anusavice, 2004)
1. Resin dan wax,
Malam atau resin dalam compound cetak adalah kandungan utama dan
membentuk matriks.
2. Plasticisers.
Karena malam tersebut rapuh, substansi seperti shellac, asam stearic, dan gutta
percha ditambahkan untuk meningkatkan plastisitas dan kemampuan kerja
3. Fillers
Banyak bahan diperkuat atau sebaliknya, diubah sifat fisknya dengan
penambahan partikel kecil bahan lembam, biasanya dikenal sebagai bahan
pengisi, yang secara kimia berbeda dengan kandungan utama atau kandungan
lainnya
4. Colouring
Struktur ini terlalu cair untuk ditangani dan memberikan kekuatan yang rendah
meskipun pada temperature ruangan. Karena itu, bahan pengisi harus
ditambahkan. Bahan pengisi meningkatkan viskositas pada temperature di atas
temperature mulut dan meningkatkan kekerasan compound pada temperature
ruang.Struktur compound cetak agak seperti suatu komposit. Konsep komposit

23
digunakan secara luas dalam produksi bahan kedokteran gigi. (Anusavice,
Kenneth J;150).
Sifat termal compound
Pelunakan dengan panas adalah suatu persyaratan dalam penggunaan
compound. Kegunaannya ditentukan oleh respon terhadap perubahan temperature
dalam lingkungan sekitarnya (Anusavice, 2004).
Temperatur fusi
Temperature fusi adalahbatas temperature yang menunjukkan penurunan sifat
plastis (bahan dalam proses pendinginan). Di atas temperature ini bahan yang
dilunakkan tetap bersifat plastis sementara cetakan dibuat. Jadi, setiap detail
jaringan mulut lebih mudah diperoleh. Begitu sendok cetak dimasukkan ke dalam
mulut, sendok cetak harus ditahan secara kuat pada posisinya sampai cetakan
mendingin di bawah temperature fusi. Pada keadaan apapun, cetakan tidak boleh
diganggu atau dikeluarkan sampai bahan tersebut mencapai temperature mulut
(Manapallil, 2002).
Tipikal cooling pada bahan cetak compound : (Manapallil, 2002)
 Softening temperature to fusion temperature (45-43derajat)
 Fusion temperatur (42,5 derajat)
 Fusion temperature to mouth preparation (42,5-37 derajat)
Konduktivitas termal dari bahan ini adalah rendah, sehingga perlu waktu
tambahan untuk memperoleh pendinginan dan pemanasan yang sempurna dari
bahan compound. Penting bahwa bahan lunak merata pada saat sendok cetak
dimasukkan dan dingin menyeluruh dalam sendok cetak sebelum cetakan
dikeluarkan dari mulut. Biasanya air dingin dapat disemprotkan pada sendok cetak
ketika di dalam mulut, sampai compound mengeras merata sebelum dikeluarkan.
Kegagalan memperoleh bahan yang mengeras sempurna sebelum dikeluarkan,
dapat menghasilkan distorsi besar pada cetakan (Anusavice, 2004).
Rata-rata kontraksi linier compound cetak pada pendinginan dari temperature
mulut sampai temperature ruang 25 derajat C bervariasi antara 0,3% sampai 0,4%.
Kesalahan yang disebabkan dari besarnya kontraksi ini tidak bisa dihindari, dan
merupakan kesatuan dari teknik (Anusavice, 2004).
Pelunakan compound cetak
Compound dapat dilunakkan secara pemanasan langsung (diatas api) atau
tidak langsung (didalam oven). Bila api langsung digunakan, compound tidak boleh

24
dibiarkan mendidih atau terbakar sehingga kandungan di dalamnya menguap.Bila
sejumlah besar compound, seperti yang dibutuhkan untuk mencetak seluruh rahang,
hendak dilunakkan, disarankan melakukan perendaman dalam air. Perendaman
terlalu lama atau terlalu panas dalam rendaman air tidaklah diindikasikan; compound
dapat menjadi rapuh dan berbutir bila beberapa kandungan berberat molekul rendah
terlepas dari bahan (Gowri)
Pelunakan compound adalah satu-satunya cara mengeluarkan model dari
compound cetak setelah stone mengeras. Metode yang dianjurkan adalah
merendam bahan cetak dalam air hangat sampai compound cukup lunak sehingga
dapat dipisahkan dengan mudah dari model (Anusavice, 2004).
Aliran
Setelah compound melunak, dan selama periode dicetakkan ke jaringan
mulut, bahan harus dengan mudah mengalir untuk menyesuaikan dengan jaringan
sehingga setiap detail dan tanda-tanda dalam mulut terpindahkan secara akurat. Di
lain pihak, bila jumlah aliran pada temperature mulut terlalu besar, distorsi dapat
terjadi ketika cetakan dikeluarkan dari mulut (Anusavice, 2004).
Distorsi
Relaksasi dapat terjadi baik selama waktu yang boleh dikatakan amat singkat
atau dengan peningkatan temperature. Hasilnya adalah kerusakan atau distorsi
cetakan. Untuk meminimalkan distorsi, prosedur paling aman adalah melakukan
pendinginan bahan cetak dengan seksama sebelum dikeluarkan dari mulut dan
membuat hasil cor atau die secepat mungkin setelah cetakan diperoleh, sedikitnya
dalam waktu satu jam (Anusavice, 2004).
Keuntungan (Manapallil, 2002)
1. Bahan cetak dapat digunakan kembali (pada pasien yang sama) pada kasus
yang terjadi kesalahan
2. Ketidakakuratan dapat diperbaiki kembali tanpa bahan cetak yang baru
3. Akurasi dapat ditingkatkan dengan menyala bahan permukaan
4. Bahan ini cukup baik untuk mendukung cetakan itu sendiri terutama
di bagian tepi (peripheral), yang tidak akanmudah patah meski tanpa
didukung oleh sendok cetak.
Kerugian (Manapallil, 2002)
1. Sulit mendapatkan rekaman secara detail karena high viskositas
2. Menekan jaringan (mucocompression)
3. Berubah karena kecilnya stabilitas dimensi
4. Sulit dikeluarkan dari mulut bila ada beberapa daerah undercut
25
5. Kemungkinan bisa terjadi overextension terutama didaerah peripheral

Plaster of Paris
Sewaktu bahan dasar gips (CaSO4)2.H2O dicampur dengan air diduga terjadi hal –
hal sebagai berikut (meskipun dalam literatur masih terdapat perbedaan pendapat
mengenai bentuk reaksi setting yang terjadi):
a. Sebagian hemihidrat larut dan menghasilkan ion – ion Ca2+ dan SO42-
b. Hemihydrat yang terlarut membentuk dihydrat dalam larutan yang kemudian
menjadi terlalu jenuh. Maka dari larutan ini terjadi pertumbuhan kristal dihydrat.
Bahan menjadi kaku tetapi tidak keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk,
ekspansi termis dan panas masih INITIAL SETTING  berlangsung
c. Factor – factor penting berkaitan dengan reaksi setting bahan dasar gips:
I. Terjadi pertumbuhan kristal pada inti kristalisasi; pada kasus ini inti dapat berupa
kristal gypsum yang timbul sebagai impurity pada kristal hemihydrat,
II. Pergerakan ion – ion Ca2+ dan SO42- ke inti juga sangat penting, dan
III. Oleh karena dihydrat berkristalisasi maka lebih banyak hemihydrat yang larut dan
proses bersambung terus.
FINAL SETTING  bahan keras, kaku, ekspansi thermis dan panas sudah berakhir
SETTING waktu yang diperlukan bahan untuk setting sampai menjadi rigid  TIME
setting time dipengaruhi oleh: komposisi, bentuk fisis, temperature,  W/P ratio, dan
lama pengadukan. REAKSI SETTING: (CaSO4) 2H2O + 3H2O 2CaSO4.2H2O +
panas.

2.1.1 Bahan Additive


1. Setting Time; mempercepat pembentukan kalsium sulfatAKSELERATOR,
Na2SO4 menambah kecepatan larutnya kalsium sulfathemihidrat, K2SO4 bahan
in i hemihidrat. RETARDUS, Na sitrat, boraks, Kalium sitrat diserap oleh inti kristal
sehingga dapat meracuni inti kristal mengurangi kecepatan kelarutan  akibatnya
kelarutan tidak sempurna hemihidrat.
2. Setting Expantion; memperbesar setting expantion, 1% setting expantion linier
untuk kompensasiKalsium asetat pengerutan logam saat dingin, dan memperkecil
setting expantion, mengurangi setting expantion sebesar 0,05%.Natrium sulfat
penambahan bahan additive dapat mengurangi kekuatan gips (Kuliah IMTKG 1,

26
2005)
3. Kekuatan; perubahan besar ekspansi linier 0,3  dimensi saat setting plaster of
paris 0,4%. Ekspansi ini disebabkan adanya dorongan kearah luar oleh kristal –
kristal dihydrate yang sedang terbentuk. Bahan yang telah ekspansi mengandung
kristal – kristal dihydrate dan pori – pori. Volume kristal bahan yang telah set lebih
kecil dari volume awal hemihydrate. Besarnya pengurangan volume kristal ini dapat
dihitung dari berat molekul dan berat jenis hemihydrat, dan ini kira – kira sebanyak
7%. Bila gips yang telah dicampur dibiarkan dalam air pada waktu initial set, maka
akan terjadi ekspansi yang lebih besar ; ini disebut hygroscopic expansion dan
kadang –kadang dilakukan untuk mengekspansi bahan tanam gypsum.

2.1.2 Manipulasi gips


1. Harus tertutup rapat untuk menghindari kelembaban udara  penyimpanan
mempercepat settingtime  dapat menyebabkan terbentuknya hidrat,
2. Hindari kontaminasi
3. Siapkan air sesuai kebutuhan dalam bowel, kemudian  cara mencampur 60 kali
per menit diatas vibrator  tuang bubuk/powder gips, aduk
Bubuk model tidak akurat porus dulu kemudian air: banyak udara terjebak
reaksi  kontak permukaan partikel bubuk gips dengan air tidak sama thermal
expantion tidak sama  kristalisasi tidak sama.
4. W/P rasio: plaster of paris (50 – 60ml/100gr), DS (22 – 35ml/100gr), DSHS
(20ml/100gr). (Kuliah IMTKG 1, 2005)
Kekuatan gips tergantung pada:
i) Bahan yang dipergunakan; misalnya hemihydrat yang autoclaved / calcined, dan
adanya bahan additive,
ii) Perbandingan air / puder, dan
iii) Kekeringan bahan yang telah set. Untuk mendapatkan sifat – sifat optimal, gips
hendaknya dibiarkan berhydrasi selama paling sedikit 1 jam (dan kalau bisa lebih
lama), dan kemudian dikeringkan sampai diperoleh berat yang konstan pada suhu
450˚C. (E.C.Combe,1992)

27
2.3.3 ZnO-Eugenol (ZOE)
ZOE merupakan tumpatan sementara berupa bubuk (zinc oxide) dan cairan
(eugenol), yang memerlukan pengadukan dalam manipulasinya (Feronika,2010).
Semen zinc oxide eugenol adalah suatu semen tipe sedatip yang lembut. Biasanya
disediakan dalam bentuk powder dan liquid seperti halnya semen zinc fosfat. Bahan
Inibiasanya dapat digunakan sebagai bahan balutan sementara. Bahan ini juga dapat
bergunasebagai bahan insulatif (Brannstrom, 1976).

Zinc oxide eugenol telah diformulasikan untuk berbagai kegunaan dalam


kedokteran gigi, dan memiliki kelebihan obat tertentu. Zinc oxide eugenol biasa
diaplikasikan sebagai bahan cetak, periodontal surgical dressing, bite registration
paste, temporary filling material dan root canal filling cementing medium (William,
2002). Zinc oxide eugenol sebagai bahan cetak tersedia dalam bentuk dua pasta
dengan warna yang berbeda, yaitu base paste dan reactor paste (accelerator)
(William, 2002).

Komposisi Zinc Oxide Eugenol


Base Paste Accelerator Paste
Zinc Oxide 87% Oil of cloves or Eugenol 12%
Fixed vegetable or mineral 13% Gum or polymerised rosin 50%
oil Filler (silica type) 20%
Lanolin 3%
Resinous Balsam 10%
Accelerator solution (CaCl2) 5%
and colouring agent

- Fixed vegetable or mineral oil, yaitu bahan pembuat plastis dan membantu
menghilangkan aksi eugenol sebagai iritan.
-Oil of cloves or eugenol, yaitu bahanpengganti eugenol yang digunakan untuk
mengurangi rasa terbakar.
-Gum or polymerised rosin, yaitu bahan untuk mempercepat reaksi.
-Resinous balsam, yaitu bahan untuk meningkatkan flow.
-Accelerator solution (CaCl2), yaitu bahan untuk mempercepat setting time(William,
2002).
Manipulasi

28
Kedua pasta tersedia dalam warna yang berbeda. Pasta dengan perbandingan
yang benar (biasanya sama panjang/1:1) dicampur pada slab/mixing pad dengan
spatel flexible sampai diperoleh warna yang homogen. Pasta bisa diperoleh dengan
menekan kedua pasta dengan panjang yang sama masing-masing dari tiap tube.
Biasanya diaduk pada kertas tahan minyak ataupun lempeng kaca pengaduk
(William, 2002).
Bahan ini biasanya dipergunakan dalam bagian tipis (2-3 mm) sebagai cetakan
akhir. Cetakan dengan zinc oxide eugenol dapat dilakukan dengan menggunakan
sendok khusus yang sangat rapat atau menggunakan basis gigi tiruan yang ada
terutama basis gigi tiruan yang hendak di-relining. Bahan ini dapat kompatibel
dengan bahan model dental stone. Pasta dapat dikeluarkan dari stone dengan cara
melunakkannya dalam air suhu 600. Desinfeksi yang disarankan untuk zinc oxide
eugenol adalah 2% alkaline glutaraldehyde solution (William, 2002).
Initial time, yang mencakup dari dimulainya pengadukan sampai cetakan
diletakkan kedalam mulut dengan tepat bervariasi antara 3 sampai 6 menit. Waktu
pengerasan akhir (final set) dimana bahan tidak bisa lagi dibentuk bervariasi 10
(untuk pasta tipe I/keras) sampai 15 menit (tipe II/lunak) (William, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi setting time bisa saja dikendalikan oleh
produsen produk tersebut, namun sebagai operator yang berhubungan langsung
dengan aplikasi bisa saja mengendalikan setting time tersebut seperti (William,
2002):
1. Penambahan sejumlah kecil bahan accelerator atau beberapa tetes air.
2. Pada eugenol sebelum mencampur pasta dapat memperpendek setting time.
3. Mendinginkan spatula dan lempeng pengaduk bisa memperpanjang setting time.
4. Menambahkan minyak dan malam tertentu selama pengadukan, seperti zaitun
dan lain-lain dapat memperpanjang setting time. Namun tindakan ini bisa
mengurangi kekakuan bahan dan adukan tidak homogen.
5. Mengubah rasio kedua pasta.
6. Memperpanjang waktu pengadukan, akan memperpendek setting time.
Properti dan Sifat Fisika, Mekanis Zinc Oxide Eugenol
Pasta dengan konsistensi tebal atau viskositas tinggi dapat menekan jaringan,
sementara bahan yang tipis dan cair menghasilkan cetakan negatif dari jaringan
dalam kondisi istirahat dengan sedikit atau tanpa tekanan. Pada keadaan apapun,

29
pasta cetak harus homogen. Semakin berat konsisitensi bahan, 4kekuatannya
semakin besar (William, 2002).
Bahan cetak zinc oxide eugenol tersedia dalam 2 tipe yaitu, tipe I viskositas
tinggi, bisa menekan jaringan dan setting time pendek. Tipe II lebih encer dari tipe I,
tipe ini bisa merekam jaringan tanpa atau dengan tekanan kecil (William, 2002).
Sifat Zinc Oxide Eugenol (William, 2002):
1. Flow
Aliran pasta setelah pengadukan memungkinkan (cukup) untuk mengaliri dan
membentuk/mencatat detail cetakan jaringan, dan aliran akan berkurang dengan
bertambahnya waktu seiring dengan setting time.
2. Kestabilan Dimensi
Tidak terdapat perubahan dimensional selama proses setting, atau kalau pun ada
hanya sedikit (<0,1%).
3. Rigidity dan Strength
Bahan cetak ini tidak boleh fraktur atau rusak ketika dikeluarkan dari dalam mulut.
Compressive strength 7 Mpa selama 2 jam setelah pengadukan.
4. Pertimbangan Biologi
Pasta yang mengandung eugenol dapat mengiritasi, memberi rasa gatal, atau
rasa seperti terbakar dan rasanya tetap lengket sehingga banyak pasien
menganggapnya tidak menyenangkan, sehingga bibir pasien biasanya diolesi
vaselin (petroleum jelly) terlebih dulu. Bila sensasi berlebihan pada pasien bisa
digunakanzinc oxide non eugenol.
5. Detail Reproduksi
Dapat mencatat detail permukaan dengan akurat karena flow yang baik.
Keuntungan dan Kekurangan Zinc Oxide Eugenol
Keuntungan Zinc Oxide Eugenol (William, 2002):
1. Stabilitas dimensi bagus.
2. Permukaan akurat dan detail.
3. Mempunyai working time yang cukup.
4. Dapat merekam jaringan mulut tanpa kerusakan.
5. Mukostatik.
Kekurangan Zinc Oxide Eugenol (William, 2002):
1. Bahan ini tidak elastik hingga tidak dapat mencatat daerah undercut.
2. Hanya set cepat di bagian tipis.
30
3. Eugenol menimbulkan alergi pada beberapa pasien.
d) Wax
2.3.4 Dental Wax
Wax merupakan salah satu bahan termoplastik yang terdiri dari berbagai bahan
organis dan bahan alami sehingga membuatnya sebagai bahan dengan sifat-sifat
yang sangat berguna (Combe,1992). Wax dental adalah campuran dua atau lebih
bahan sintetis dan alami seperti lilin, damar, zat pewarna dan bahan tambahan
lainnya (Dorland, 2002). Malam atau wax merupakan salah satu bahan yang
memegang peranan penting di ilmu bidang kedokteran gigi. Malam atau wax
dipergunakan pertama kali di dunia kedokteran gigi sekitar abad 18, untuk tujuan
pencatatan cetakan rahang yang tidak bergigi. Meskipun telah ditemukan bahan
baru yang lainnya, malam masih digunakan dalam jumlah yang besar untuk
keperluan klinik dan pekerjaan laboratorium (Combe,1992). Seperti digunakan
dalam bidang kedokteran gigi untuk membuat cetakan, membuat konstruksi gigi
palsu non logam, membuat catatan tentang hubungan rahang, sebagai bahan
penolong kerja laboratorium (Dorland, 2002).
Klasifikasi Wax
1. Natural waxes
a) Animal waxes
Animal waxes contohnya yaitu pada beeswax yang merupakan hasil sekresi
abdominal dari lebah jenis Apis mellifera. Warna wax tergantung pada jenis
bunga. Komponennya berupa palmitat, palmitoleate, hidroksipalmitat, dan oleate
ester dengan rantai panjang alkohol. Digunakan sebagai bahan modelling dan
memiliki titik leleh 620-65 0C (Combe,1992).
b) Vegetal waxes
Vegetal waxes contohnya pada jenis carnauba wax dan candelila wax. Pada
carnauba wax juga dikenal sebagai queen of waxes. Merupakan hasil sekret dari
daun pohon palem (Copernicia prunifera carifera), tiap 100 gr untuk satu pohon
dalam satu tahun. Komposisinya terdiri dari fatty ester (80-85%), free alcohol (10-
15 %), asam (3-6%), dan hidrokarbon (1-3%)(Combe,1992).
Untuk candelila wax merupakan hasil ekstraksi dari tumbuhan Euphorbia
cerifera dan Euphorbia antisyphilitica (Euphorbiaceae). Cara ekstraksinya dengan
merebus tanaman tersebut untuk memisahkan wax dan material tanaman.
Komposisinya berupa hidrokarbon (sekitar 50% dari C29-C33), ester (28-29%),
31
alkohol, asam lemak bebas (7-9%), dan resin (12-14% triterpenoid ester). Titik
leleh candelila wax berada dalam rentang 660-710C (Combe,1992).
c) Mineral waxes
Mineral waxescontohnya pada parafin yang merupakan hasil dari petroleum
yang mengalami pemanasan tinggi (penyulingan minyak tanah). Komposisinya
berupa campuran kompleks hidrokarbon sari metan, dengan sejumlah kecil fase
amorf atau mikrokristalin (Combe,1992).
2.Synthetic wax
Seperti wax alami yang serba guna, wax sintetik bisa tahan pada perubahan
kualitas dan ketersediaan. Terbuat dari etil glikol diester atau triester dengan rantai
panjang asam lemah (C18-C36). Titik lelehnya dalam rentang 60 0-750C (Anusavice,
2004).
a) Lilin pola (pattern wax)
 Baseplate wax
Baseplate wax merupakan lilin atau malam pelat landasan.Komposisinya yaitu
lilin lebah untuk memberi elastisitas, parafin, carnauba untuk memberi
kekerasan dan mengatur titik cair, zat warna estetis.Baseplate
waxdiperdagangkan dalam bentuk sheet/lembaran (14,5 x 7,5 x 2) mm
(Combe, 1992).
Syarat-syarat baseplate wax terdiri dari:
1. Mudah dibentuk dalam keadaan lunak tanpa sobek dan patah
2. Mudah diukir
3. Larut dalam air panas tanpa residu
4. Tidak mencemari model (Combe, 1992)
 Casting wax
Casting waxmerupakan malam tuang/cor untuk membuat pola lilin gigi tiruan
rangka logam. Aplikasi pada model refractory. Malam jenis ini tersedia dalam
bentuk lembaran dengan ketebalan tertentu. Bahan malam tuang dan
komponen polimer harus dibakar habis dari bumbung tuang tanpa
meninggalkan residu (Combe, 1992).
 Inlay wax
Inlay waxmerupakan lilin tuang atau cor. Digunakan untuk membuat pola lilin
inlay, mahkota dan jembatan yang akan dicor dengan logam, yang dapat
dipergunakan langsung di dalam mulut atau dengan model. Komposisinya

32
berupa campuran parafin, carnauba, lilin lebah, candelila dan getah damar,
serta zat warna (Combe, 1992).
b) Lilin proses (processing wax)
 Boxing wax
Boxing waxdigunakan untuk memagar/membatasi cetakan sebelum diisi/dicor
dengan gips. Dapat dibentuk tanpa pemanasan. Disediakan dalam bentuk
lembaran/batangan (Combe, 1992).
 Utility wax
Utility waxdapat digunakan untuk berbagai keperluan (mendukung bahan
cetak, batas perifer). Diperdagangkan dalam bentuk lembaran atau batangan
(merah tua dan oranye). Komposisinya terdiri dari lilin lebah, petroleum dan
waxs softeners (Combe, 1992).
 Sticky wax
Sticky waxdigunakan sebagai bahan perekat. Dapat melekat baik pada gips,
akrilik dan logam. Tersedia dalam warna kuning, komposisinya mengandung
resin, lilin lebah dan getah damar. Bahan ini hendaknya mudah dilepas dengan
air mendidih dan memiliki kontraksi minimal sewaktu pendinginan untuk
mencegah bergeraknya bagian-bagian yang hendak disambung (Combe,
1992).
c) Lilin cetak (impression wax)
 Corrective wax
Corrective waxes digunakan sebagai malam lapisan untuk berkontak dan
mendapatkan detail dari jaringan lunak. Ini diklaim sebagai tipe material cetak
yang merekam membran mukosa dan jaringan dibawahnya. Corrective waxes
dibuat dari hidrokarbon waxes seperti paraffin, seresin dan lilin lebah serta
metal partikel (Combe, 1992).
 Bite wax
Bite wax digunakan secara akurat untuk merekam gigitan. Bite wax terbuat dari
28-gage lembar casting wax atau baseplate wax yang keras, tapi lilin yang
diidentifikasi sebagai bite waxes nampaknya terbuat dari beeswax atau lilin
hidrokarbon seperti paraffin atau ceresin. Lilin ceresin bite mengandung
aluminium atau partikel tembaga (Combe, 1992).
Sifat-Sifat Wax
1. Suhu transisi padat-padat

33
Suhu transisi padat-padat ini dapat diperoleh dengan memanaskan malam
secara merata hingga massa malam lunak dan merupakan saat yang tepat untuk
memanipulasi malam. Keadaan ini disebabkan karena kisi kristal yang stabil
(orthorhombic) berubah menjadi bentuk hexagonal yang terjadi di bawah titik cair
malam. Malam yang tetap kaku pada suhu mulut mempunyai suhu transisi padat-
padat di atas suhu 370C (Combe, 1992).
2. Ekspansi dan kontraksi termis
Koefisien ekspansi termis malam lebih tinggi dari bahan kedokteran gigi
lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan pada pola atau desain sewaktu
didinginkan dari suhu cairnya ke suhu kamar. Ekspansi dan kontraksi sewaktu
pemanasan ini dapat menyebabkan hasil yang diperoleh sedikit berbeda dari
dimensi ukuran yang sebenarnya (Combe, 1992).
3. Aliran (flow)
Sifat aliran suatu malam sangat menentukan dalam menghasilkan detail
cetakan yang sempurna. Sifat aliran pada tiap tipe malam berbeda-beda sesuai
dengan penggunaannya di kedokteran gigi. Sifat aliran malam dan campuran malam
meningkat apabila suhu naik sampai di atas suhu transisi padat-padat. Pengukuran
aliran pada malam tergantung dari pergeseran molekul-molekul malam selama
pergerakannya (Combe, 1992).
4. Tegangan dalam (internal stress)
Tegangan dalam adalah tegangan yang timbul pada malam yang diakibatkan
adanya pemanasan malam yang tidak merata. Malam yang mengalami internal
stress akan mengalami distorsi apabila dilakukan pemanasan ulang (Combe, 1992).
Syarat Wax yang digunakan dalam Kedokteran Gigi
1. Stabil pada suhu mulut
2. Dapat mengisi rongga cetak
3. Non iritan dan non toksik
4. Tidak meninggalkan residu jika disiram air
5. Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan
6. Mudah dibentuk dalam temperatur tertentu
7. Dalam keadaan lunak dapat beradaptasi dengan permukaan lain
8. Dalam keadaan keras dapat diukir
9. Melting range cukup lama
10. Dapat dicairkan dan dipadatkan berkali-kali
11. Jika dibentuk tidak robek atau retak (Combe, 1992).

34
2.3.4.1 Cara Manipulasi Wax
1. Merapikan basis model dengan pisau gips, memberi identitas pada basis model
dengan pensil tinta.
2. Gambar outline dengan pensil tinta pada model, perhatikan daerah frenulum,
bebaskan daerah tersebut, jika masih belum terampil menggambar outline
dengan baik bisa menggunakan pensil biasa terlebih dahulu, dan juga jika sudah
disetujui oleh instruktur bisa menebalkan outline dengan menggunakan pensil
tinta.
3. Satu lembar baseplate wax dibagi menjadi dua bagian sama besar. Satu bagian
baseplate wax digunakan untuk rahang atas dapat langsung dimanipulasi, untuk
rahang bawah sebelum manipulasi bagian baseplate wax dipotong berbentuk
segitiga atau seperti huruf V.
4. Siapkan lampu spiritus dengan api yang sedang, kemudian baseplate/malam
mulai dimanipulasikan dengan cara memanaskan malam diatas lampu spiritus
secara merata. Setelah malam mencapai suhu transisi padat-padat letakkan
lempeng malam diatas model kemudian tekan-tekan dengan menggunakan ibu
jari. Perhatikan saat menekan malam dengan ibu jari jangan sampai merobek
lembaran malam, jika malam menjadi keras panaskan kembali diatas lampu
spiritus.
5. Setelah semua permukaan malam menempel pada model, potong malam sesuai
dengan garis outline dengan menggunakan pisau model dan pisau malam sesuai
dengan kebutuhan. Merapikan seluruh tepi malam.
6. Hasil maksimal adalah seluruh malam dapat diaplikasikan pada model dengan
ketebalan yang sama dan tepi yang rapi sesuai garis outline, halus dan
permukaannya rata.Seluruh permukaan malam menempel rapat pada model
sesuai dengan outline (Noort, 2002).
2.4 Aplikasi Bahan Cetak Terhadap Pembuatan Model Gigi Tiruan
Alat yang digunakan
1. Rubber bowl
2. Spatula gips
3. Vibrator
4. Sendok cetak
5. Rubber base
6. Pisau model
7. Pisau gips

35
8. Mesin trimming
9. Pensil tinta
10.Model rahang gigi tiruan
Bahan yang dibutuhkan
1. Alginate
2. Gips putih (Plaster of Paris)
3. Gips Stone
4. Air
5. Kertas pasir/ ampelas
6. Bahan Separator

Teknik mencetak model rahang


1. Siapkan model RA atau RB terlebih dahulu telah diulasi bahan separator
2. Siapkan alat dan bahan untuk mencetak rahang gigi tiruan lengkap
3. Masukkan bubuk alginate ke dalam rubber bowl sesuaikan dengan ukuran
sendok cetak
4. Tambahkan air sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan
5. Spatulasi yang cukup hingga adonan siap di aplikasikan pada sendok cetak
6. Masukkan adonan alginate ke dalam sendok cetak
7. Cetakkan pada RA atau RB
Teknik pembuatan model rahang dengan gips biru
1. Siapkan hasil cetakan RA atau RB yang masih terbasahi air
2. Masukkan air ke dalam rubber bowl sesuai dengan perbandingan bubuk dan
air
3. Masukkan bubuk gips biru ke dalam rubber bowl yang telah berisi air dan
aduk
4. Spatulasi yang cukup sedemikian sehingga gips dapat menghasilkan detail
yang akurat
5. Aplikasikan adonan gips biru pada hasil cetakan rahang, tunggu hingga
setting time
6. Lepaskan gips biru yang telah mengeras dari cetakan
7. Rapikan model gips yang berlebih dan sesuaikan bentuk anatominya
Teknik pembuatan basis model rahang
1. Siapkan hasil replika kasar gips biru RA/ RB
36
2. Masukkan air ke dalam rubber bowl sesuai dengan perbandingan bubuk dan
air
3. Masukkan bubuk gips putih ke dalam rubber bowl yang telah berisi air
4. Spatulasi secukupnya hingga adonan dapat diaplikasikan
5. Masukkan adonan ke dalam rubber base hingga penuh
6. Tanam replika model kasar pada rubber base. Posisi replika sejajar rubber
base untuk RB dan miring 45˚ untuk RA
7. Tunggu hingga setting time
8. Lepas model dari rubber base
9. Rapikan dengan mesin trimming sesuai dengan model rahang gigi tiruan
lengkap
10.Sesuaikan tinggi model saat oklusi = 7cm
11. Rapikan dengan kertas pasir/ ampelas
Pembuatan model malam
1. Siapkan model rahang yang telah dibuat sebelumnya
2. Buat outline dan garis median pada model menggunakan pensil tinta
3. Ulas semua permukaan rahang dengan bahan separator
4. Panaskan baseplate wax dan aplikasikan pada model rahang
5. Bentuklah wax dengan pisau model dan panaskan dengan api bunsen
kemudian sesuaikan dengan outline yang telah dibuat
6. Haluskan dan kilapkan permukaan malam
7. Fiksasi malam pada model
Penanaman dalam kuvet
1. Siapkan model kerja dan model malam yang telah dibuat
2. Ulasi seluruh permukaan gips dengan bahan separator, permukaan malam
tidak perlu diulas dengan bahan separator
3. Buatlah adonan gips putih dan isikan ke dalam kuvet bawah yang telah diulasi
bahan separator hingga penuh
4. Tanam model rahang beserta model malam dalam kuvet bagian bawah.
5. Buatlah adonan gips biru secukupnya
6. Tutup dengan kuvet bagian atas yang sebelumnya telah diulas dengan bahan
separator, aplikasikan gips biru tepat diatas model malam baseplate saja
7. Buatlah adonan gips putih dan penuhi kuvet dengan adonan gips putih
8. Letakkan pada press beugel
37
9. Lakukan buang malam dengan menggodok kuvet yang tetap berada pada
press beugel
Manipulasi resin akrilik polimerisasi panas
1. Cetakan gips dalam kuvet atas/ bawah diolesi selapis CMS menggunakan
kuas kecil
2. Tuangkan cairan monomer diukur menggunakan pipet ukur secukupnya
kedalam stellon pot
3. Serbuk polimer ditimbang sesuai dengan perbandingan polimer:monomer
yang dibutuhkan, kemudian dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam
stellon pot sampai polimer terbasahi oleh monomer
4. Aduk campuran dengan spatula sampai homogen. Selanjutnya stellon pot
ditutup. Tunggu hingga adonan mencapai fase dough
5. Setelah adonan mencapai fase dough, adonan dimasukkan ke cetakan kuvet
hingga penuh, kemudian ditutup dengan plastik cellophan yang telah dibasahi
ait. Setelah itu, kuvet ditutup. Pengepresan awal dilakukan sampai tercapai
kondisi metal to metal
6. Kuvet dibuka dan plastik cellophan diambil. Kelebihan resin akrilik diambil
dengan crownmess secara cepat. Kuvet ditutup lagi dan dilakukan
pengepresan akhir serta kuvet biarkan tetap pada pressnya.

7. Setelah pengisian akrilik, kuvet dibiarkan 10 menit dan dimasukkan air hangat
sampai mendidih selama 30 menit. Kemudian biarkan sampai air dingin
kembali.

8. Sampel plat akrilik diambil dari cetakan secara hati-hati menggunakan


crownmoss kemudian lakukan finishing dengan bur stone. (Tim Biomaterial I,
2013)

38

Anda mungkin juga menyukai