Anda di halaman 1dari 4

Mendidik Anak Secara Islami

Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu. Penguasaan terhadap
ilmu merupakan hal yang utama setelah keimanan. Oleh karena itu, pendidikan dalam rangka
memperoleh ilmu dan pengetahuan merupakan aspek terpenting yang harus ditanamkan sejak
dini.

Kita memiliki kewajiban memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak kita supaya menjadi
anak Islami. Berikut ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam mendidik anak
menurut kaca mata Islam:

Pertama, ajarkan ilmu sejak dini. Berbagai penelitian psikologi membuktikan bahwa anak
sudah bisa merespon informasi yang masuk sejak masih dalam kandungan, terutama sejak ruh
ditiupkan pada usia 40 hari dalam kandungan.

Pendidikan utama dan pertama dimulai dengan keberadaan karakter ibu dan ayahnya sejak anak
masih dalam kandungan. Kondisi jiwa, perasaan, kecerdasan, karakter dan sifat ibu akan
berdampak juga pada anak sejak masih dalam kandungan. Peran ayah juga sangat signifikan,
termasuk dalam hal menjaga agar kondisi ibu tetap stabil dan memberikan rangsangan positif
bagi jiwa anak ketika masih dalam kandungan.

Coba berikan rangsangan suara sejak anak masih dalam kandungan. Rangsangan suara terbaik
adalah dengan terus membaca Al-Qur’an dengan suara nyaring di dekat sang ibu,
diperdengarkan kepada anak yang masih dalam kandungan. Sehingga tak heran jika ada anak
yang cepat menghafal Al-Qur’an di usia dini karena sudah sering mendengarkan ayat-ayat suci
Al-Qur’an sejak masih dalam kandungan sang ibu.

Ilmu hadits dan kitab klasik pun bisa diajarkan kepada anak sejak masih dalam kandungan.
Bacakan terus dengan suara nyaring, niscaya kelak si anak akan sangat familiar dengan ilmu-
ilmu tersebut dan akan mudah memahaminya dengan cepat.

Musik yang diperdengarkan sejak anak dalam kandungan juga bisa berdampak positif, terutama
musik klasik. Berbagai penelitian juga membuktikan bahwa musik klasik berdampak positif pada
tumbuh kembang kecerdasan inteligensi dan emosi anak. Bahkan bisa membantu pertumbuhan
kecerdasan spiritual secara maksimal.

Kedua, berikan nama yang baik dan mendidik. Kita bisa meniru cara Allah SWT dalam
mendidik Nabi Adam AS ketika Adam diturunkan ke muka bumi. Allah SWT mengajarkan
asma-asma (nama-nama) kepada Adam AS, baik nama dalam arti khusus (nama benda) maupun
nama dalam arti aktivitas, sifat-sifat ketuhanan maupun sifat-sifat kemanusiaan. Begitulah
pentingnya nama yang merupakan representasi awal dari syariat Islam. Syariat dijalankan terus
menerus untuk mencapai hakikat dan ma’rifat kepada Allah.
Pendidikan terbaik dimulai dengan pemberian nama yang baik dan mendidik. Nama (asmaa')
memiliki makna masing-masing. Nama adalah doa. Oleh karena itu, hak pertama anak adalah
diberi nama yang baik dan mendidik.

Anak yang memiliki nama baik, positif dan mendidik, tentu akan memiliki semangat yang
berbeda jika dibandingkan dengan anak yang diberi nama dengan pilihan kata dan makna biasa-
biasa saja bahkan kurang mencerminkan karakter kebaikan yang kuat.

Ketiga, pahami dan pahamkan rumus meraih ilmu. Kitab Ta’lim al Muta’allim memberikan
rumus bahwa tidak akan diperoleh ilmu kecuali dengan 6 perkara, yakni kecerdasan (siap
mengencerkan akal), rakus terhadap ilmu, sabar, bekal, pengarahan dari guru, dan panjangnya
waktu.

Pendidik yang baik harus memahami dan bisa memahamkan hal tersebut kepada anak sejak dini.
Keenam hal tersebut bisa diterapkan dan diajarkan kepada anak sejak dini, dalam berbagai
konteks.

Pendidik harus yakin bahwa setiap diri manusia itu cerdas. Ketika anak masih kecil, lingkungan
akan membentuknya menjadi seperti apa. Orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab
atas anaknya akan menjadi seperti apa kelak.

Pendidik bisa mengajarkan ilmu dari ilmu bersuci sampai ilmu tentang mati. Ulama terdahulu
mengajarkan kita untuk rakus berbagai ilmu tersebut, baik ilmu ibadah, ilmu muamalah, maupun
ilmu dinamika hati. Ulama dahulu tidak mengajarkan kita untuk ahli di satu bidang saja. Mereka
rakus dalam meraih ilmu. Mari kita tiru hal ini dan kita ajarkan kepada anak didik kita.

Meraih ilmu harus disertai kesabaran. Jangan bermental ingin cepat bisa. Meraih ilmu itu butuh
proses. Selain itu juga butuh bekal, baik bekal berupa materi (uang), bekal kesungguhan, maupun
bekal tenaga dan pikiran. Kita tanamkan hal ini kepada anak sejak dini.

Selanjutnya, guru terbaik pada pendidikan adalah orangtua kandung maupun orangtua lainnya
jika orangtua kandung sudah tiada. Orangtua harus siap menjadi pembimbing yang baik sebagai
syarat diraihnya ilmu. Selanjutnya adalah guru di luar rumah. Oleh sebab itu, pemilihan guru dan
sekolah akan sangat berdampak pada pendidikan anak.

Dan jangan lupa bahwa ilmu diraih di sepanjang waktu, sampai akhir hayat. Ilmu akan terus
berkembang sepanjang hayat. Jika berbatas waktu, itu adalah sekedar pengetahuan. Teruslah
mendidik anak di sepanjang hayatnya. Tentu dengan metode yang berbeda-beda. Beda usia akan
beda perlakuan dalam pendidikan.

Keempat, ajarkan ilmu ibadah. Ilmu yang pertama kali harus ditanamkan kepada anak sejak
usia dini adalah ilmu tentang ibadah. Ilmu tentang ibadah adalah semua ilmu tentang rukun
Islam.
Pengajaran terbaik adalah dengan pembimbingan dari guru. Orangtua sebagai guru harus bisa
mengajarkan ilmu ibadah ini dengan praktik langsung. Ajaklah si kecil menghafal, mengucap,
dan memaknai syahadat sejak usia dini. Ajarkan si kecil tentang keimanan sejak dini.

Berilah contoh praktik wudhu dan praktik sholat, sejak anak usia dini. Ajaklah sholat berjamaah.
Fasilitasi semua keperluan anak terkait sholat berjamaah, mulai dari baju, celana, sarung,
kopyah, sajadah. Siapkan tempat khusus untuk melakukan sholat berjamaah.

Anak juga harus diajarkan tentang ilmu tentang zakat sejak usia dini, baik zakat fitrah maupun
zakat mal. Informasikan kepada anak ketika kita sedang menunaikan zakat. Jangan lupa ajarkan
anak tentang infak, sedekah dan wakaf.

Sejak dini kita juga bisa memperkenalkan kepada anak tentang Haji dan Umrah. Kita ajarkan
kepada anak tentang ibadah haji, syaratnya, tempatnya, istilahnya, aktivitasnya dan hikmah dari
ibadah haji. Ajarkan sejak dini, meskipun seakan-akan anak belum tahu, namun anak akan
merekam ilmu dan akan diterapkannya kelak ia dewasa.

Kelima, ajarkan ilmu muamalah. Faktor terpenting dalam hidup adalah keberadaan nafkah.
Ibadah bisa lancar maksimal jika nafkah terpenuhi. Nafkah diperoleh dari transaksi profit. Oleh
karena itu, setiap anak harus kita ajarkan tentang muamalah (transaksi motif profit) sejak usia
dini.

Mari kita ajarkan kepada anak kita tentang berdagang dan jiwa kewirausahaan sejak dini. Kita
ajarkan kepada anak tentang transaksi dagang yang paling sederhana, cara dagang, risiko dagang,
hikmah dagang dan semua yang terkait dengan muamalah, tentu dengan cara yang tepat dan
sesuai porsinya.

Pengajaran paling efektif adalah dengan memberikan contoh dan praktik. Tentu saja berdagang
itu objeknya ada banyak, ada dagang barang, dagang manfaat benda (sewa menyewa) dan ada
dagang jasa (tenaga dan keahlian). Berbagai lini dagang tersebut bisa kita contohkan praktiknya
kepada anaks ejak usia dini.

Keenam, ajarkan ilmu dinamika hati. Hati adalah penggerak semua aktivitas manusia. Oleh
karena itu, ilmu tentang dinamika hati menjadi ilmu paling penting yang akan berpengaruh
kepada seluruh aktivitas manusia dalam urusan ibadah dan muamalah. Hati baik akan berdampak
baik, dan hati buruk akan berdampak buruk pada seluruh aktivitas manusia.

Sebagian di antara yang termasuk dalam ilmu dinamika hati adalah sabar, syukur, ikhlas, ridha,
harap, takut, cinta, kasih, damai, berani, empati, dan sifat-sifat lain yang merupakan cerminan
hati. Boleh juga memahami sifat dan dinamika hati yang buruk untuk tidak dilakukan.

Ilmu ini kita ajarkan kepada anak usia dini dengan memberikan contoh keseharian dalam tutur,
sikap dan sifat kita yang harus baik, agar berdampak baik juga kepada anak. Ingat, anak akan
mencontoh lingkungan dan karakter anak di usia dini akan membetuk karakter ketika ia dewasa
dan berumah tangga kelak.

Anda mungkin juga menyukai