Anda di halaman 1dari 12

Materi ibadah 2

1. Anak-anak dilahirkan ke dunia ini bagaikan kertas putih. Orang tua, pendidik dan
masyarakatlah yang menentukan warnanya. Abdullah Nashih Ulwan (seorang pakar
pendidikan dalam Islam) mengatakan bahwa anak-anak itu dilahirkan bersih fitrahnya, maka
bergantung ayah bundalah untuk memberikannya warna. Jika anak-anak itu dibesarkan
dalam rumah yang dengan suasana keislaman, maka ke arah itulah kelak ia dicitrakan. Jika
anak-anak dibesarkan di rumah yang jauh dari nilai-nilai Islam dan penuh dengan kerusakan
maka ke arah itu pulalah kelak anak-anak itu terbentuk. Jadi anak-anak yang sholeh itu tidak
lahir begitu saja. Ia perlu suasana, nuansa, dan pembiasaan yang baik sedari kecil di
lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat. Metodologi Pendidikan Ibadah pada Anak Usia
Dini Pemberian taklif hukum ibadah bagi kaum muslimin mulai dilakukan ketika usia balig,
Meski demikian Rasulullah saw mengajarkan proses pembiasaan praktek ibadah sejak usia
dini. Sebagaimana hadis Nabi saw yang berbunyi : “Suruhlah anak-anak kamu
bersembahyang pada usia tujuh tahun, dan pukullah dia jika tidak mau bersembahyang pada
usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya”. Berikut ini metode-metode yang bisa
diterapkan untuk mengajarkan ibadah pada anak-anak usia dini. Pendidikan Ibadah pada
anak-anak usia dini harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, menyenangkan dan tanpa
unsur paksaan. A. Pendidikan dengan keteladanan. Metode ini paling meyakinkan
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral , spiritual dan kehidupan
social anak.Orang dewasa bagi anak-anak usia dini adalah idola dalam kehidupan
mereka.Anak-anak usia tersebut adalah peniru-peniru ulung semua perilaku idolanya. Maka
keteladanan menjadi kunci utama keberhasilan proses pendidikan. Jika idola mereka adalah
seorang yang berjiwa jujur, berakhlak mulia, dapat dipercaya, berani dan menjauhkan diri
darihal-hal yang dilarang agama maka anak-anak di sekitarnyapun akan meneladani karakter-
karakter itu. B. Pendidikan dengan kebiasaan. Pada anak-anak usia dini, proses pembiasaan
hendaklah dilakukan secara konsisten. Hal ini penting untuk melatihkan kedisiplinan pada
mereka. Kita harus memiliki perencanaan yang matang mengenai hal-hal apa saja yang akan
diberikan kepada anak-anak selama jangka waktu tertentu.Pembiasaan merupakan upaya
praktis dalam pembentukan moral dan karakter anak. Beberapa contoh dalam mengajarkan
dan membiasakan prinsip-prinsip kebaikan kepada anak- anak. C. Pendidikan dengan
nasehat.

2. Nasehat yang baik dengan tutur kata yang lemah lembut, dapat menyadarkan anak-anak
tentang hakekat sesuatu dan mendorongnya untuk memiliki budi pekerti yang luhur,
berakhlak mulia dan teguh pada prinsip-prinsip Islam. Al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat
yang menjadikan metode nasehat-nasehat sebagai dasar dakwah, jalan menuju perbaikan
individu, dan memberi peunjuk yang mengantarkan kepada kebenaran. D. Pendidikan dengan
memberikan perhatian. Kita haruslah mencurahkan, memperhatikan, dan senatiasa mengikuti
perkembangan setiap anak di sekitar kita. Kita juga harus mengetahui latar belakang
kehidupan anak-anak tersebut, sehingga bisa memahami dan bersikap bijaksana dalam
menghadapi mereka. E. Pendidikan dengan pujian. Jangan lupa untuk memberikan pujian
dengan tulus jika anak-anak mampu mengerjakan hal-hal baik seperti yang kita
teladankan.Hal ini penting untuk menumbuhkan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya
diri mereka. Tidak diperbolehkan mencela kesalahan mereka saat melakukan suatu kegiatan,
kita harus mengarahkan mereka dengan arif dan bijaksana. Hukuman kepada anak-anak
diperlukan sebagai sarana untuk untuk mengingatkan mereka, terhadap kesalahan dan
pelanggaran yang mereka lakukan. Hukuman tidak boleh digunakan sebagai sarana
pelampiasan emosi kemarahan, hukuman harus bersifat konstruktif, bijaksana, adil dan sesuai
dengan kondisi jiwa dan psikologi anak-anak. Tidak diperbolehkan memberikan hukuman
fisik kepada anak-anak (mencubit, memukul, menempeleng dan sebagainya) juga tidak
diperbolehkan memberikan hukuman yang mempermalukan mereka. F. Metode Percakapan
(Hiwar). Metode hiwar adalah metode percakapan akan tetapi dalam hal ini perlu dipahami
bahwa objeknya adalah anak usia dini. Anak pada umumnya mulai pandai berbicara pada
umur dua tahun. Oleh karena itu, dianjurkan ketika anak mulai pandai bercakap, diajarkan
kata-kata yang baik dan benar, sebagai mana dalam suatu riwayat al-Hakim bahwa
Rasulullah SAW bersabda: Bacakanlah kepada anak-anakmu kalimat pertama dengan
“lailahaillallah”. Hikmanya agar kalimat tauhid dan syiar masuk ke pendengaran anak, dan
kalimat pertamalah yang diucapkan lisannnya dan lafal pertama yang difahami anak. G.
Metode latihan (Drill). Menurut Zuhaini metode dirill atau latihan adalah suatu metode
dalam pengajaran dalam melatih anak terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan. Untuk
usia anak yang masih balita yang berumur 2-5 tahun metode ini dapat diterapkan. Misalnya
melatih berbahasa, melatih ketrampilan gerak dengan cara menggambar dan lain-lain.
Metodologi Pendidikan Ibadah pada Anak Usia Sekolah Dasar

3. Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya ilmu jiwa agama kategori umur anak-anak
adalah usia sekolah dasar yang pada umumnya usia 6-12 tahun. Ketika anak usia seperti ini
jiwanya telah membawa rasa bekal agama dan kepribadiannya, tetapi masih dalam
lingkungan dasar. Dengan demikian, pengajaran agama sangat penting untuk ditanamkan
dalam diri anak. Adapun beberapa metode yang dapat diterapkan dalam mendidik anak
sesuai dengan perkembangan yang dapat diterapkan dalam mendidik anak sesuai dengan
perkembangan anak tersebut, yaitu:

A. Metode keteladanan. Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang cukup


efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Sebab
seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan
sopan santunnya akan ditiru. Karenanya keteladanan merupakan salah satu faktor penentu
baik buruknya anak didik.

B. Metode Pembiasaan. Yang dimaksud pembiasan adalah membiasakan cara-cara bertindak,


dibaitkan dengan metode pembelajaran pada anak-anak, maka pembiasaan anak kepada hal-
hal yang baik dalam belajar sopan santun dalam keluarga maupun dalam kehidupan sehari-
hari.

C. Metode Nasehat. Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik
kedalam jiwa dengan cara memberikan nasehat yang dapat mengetuk hati atau relung jiwa
sang anak. Bahkan dengan metode ini pendidik dapat mengarahkan peserta didik kepada
kebaikan dan kemaslahatan, serta kemajuan masyarakat dan umat.

D. Metode Kisah. Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi
pengajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal
yang baik, yang sebenarnya terjadi ataupun tekanan saja.
E. Metode Hukuman. Muhammad Quthb mengatakan bahwa “bila teladan dan nasehat di
metode lain tidak mampu menguba sikap anak, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan
tegas yang disebut hukum (sifatnya mendidik) Metodologi Pendidikan Ibadah pada Anak
Usia Remaja (SMP-SMA) Remaja adalah anak yang berada pada usia bukan anak-anak,
tetapi juga belum dewasa. Periode remaja itu belum ada kata sepakat mengenai kapan
dimulai dan berakhirnya. Ada yang berpendapat bahwa usia remaja itu antara 13-21, ada juga
yang mengatakan antara 13-19 tahun.

4. Remaja yang telah tamat atau telah putus sekolah hakikatnya membutuhkan dan berhak
atas lapangan kerja yang wajar, sesuai dengan UUD 1945 pasal 27 ayat 2. Telah diketahui
bersama bahwa anak adalah asset terbesar bagi orang tua, anak adalah amanah Allah yang
perlu didik. Oleh karena itu, agama harus ditanamkan pada diri mereka. Dalam mengajarkan
agama pada remaja diperlukan berbagai metode. Adapun metode yang digunakan untuk
mengajarkan agama pada remaja telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain:

A. Metode keteladanan. Ketelaudanan dalam pendidikan merupakan metode yang


berpengaruh dalam aspek moral spiritual anak adalam remaja mengingat pendidik adalah
figur terbaik dalam pandangan anak. Metode ini dapat diterapkan pada usia remaja misalnya
contohkan shalat, mengaji dan ibdah- ibada atau perbuatan baik lainnya.

B. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara mengajar dengan menggunakan


peragaan atau memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses tertentu kepada yang
diajar. Metode ini dapat digunakan untuk mengajarkan agama pada remaja, misalnya
mendemonstrasikan langsung seperti; praktek shalat, wudhu, atau praktek penyelenggaraan
shalat jenazah.

C. Metode Pemberian Tugas Tidak Terstruktur (3T). Yaitu tugas yang dikerjakan siswa di
rumah atau lingkungannya yang dimonitor Oen guru. Misalnya puasa senin-kamis atau ikut
kerja bakti di lingkungan RT.

D. Metode Nasehat. Termasuk metode pengajaran agama pada remaja yang cukup berhasil
dalam membentuk aqidah anak (remaja) dan mempersiapkannya baik secara moral, maupun
emosional adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-
nasehat. Karena nasehat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak
(remaja) akan hakikat sesuatu, mendorong untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang
mulia. Menurut Abudinata bahwa nasehat ini cocok untuk remaja karena dengan kalimat-
kalimat yang baik dapat menentukan hati untuk mengarahkannya kepada ide yang
dikehendaki. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa metode nasehat itu sasarannya adalah
untuk menimbulkan kesadaran pada orang yang dinasehati agar mau insaf melaksanakan
ajaran yang digariskan atau diperintahkan kepadanya.

Daftar Pustaka

5. Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Anak dalam Islam Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani,
2007. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Darajat, Zakiah Ilmu Jiwa Belajar Jakarta: Bulan Bintang, 1987. * Artikel presentasi materi
Sistem Pendidikan Islam di STIT INSIDA Jakarta BAB II PEMBAHASAN A.
METODE/TEKNIK PEMBELAJARAN WUDHU, MANDI DAN KHITAN 1. Wudhu
Pembahasan tentang wudhu,dalam buku-buku fiqih termasuk ke dalam thahârah hukmiyyah,
yaitu kebersihan diri dari sesuatu yang dihukumi sebagai najis, yang disebut dengan istilah
hadats. Berbagai metode mengajar yang baik dan menyenangkan dapat digunakan untuk
pembelajaran wudhu pada siswa MI. Namun, sebelumnya perlu diingat pembelajaran itu
harus menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak didik usia 6-12 tahun. Untuk
itu pemilihan metode pembelajaran yang tepat bagi materi yang berbeda akan membantu
memudahkan pekerjaan guru. Di bawah ini, beberapa metode pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam mengajarkan wudhu. a. Metode ceramah Metode ini adalah metode paling
tua, paling mudah dan paling sering digunakan Metode ini dapat digunakan untuk
menyampaikan materi yang bersifat teoritis tentang wudhu dan hikmah-hikmahnya. Untuk
menggunakan metode ceramah dengan baik guru harus menghindari beberapa kelemahan
metode ini. Menurut buku Strategi Pembelajaran Aktif, kelemahan metode ceramah antara
lain:

1. 6. 1) Membosankan 2) Siswa tidak ikut aktif dalam pembelajaran 3) Informasi


berlangsung satu arah 4) Umpan balik relatif rendah 5) Ada kesan menggurui dan
melelahkan 6) Kurang melekat pada ingatan siswa 7) Kurang terkendali, baik waktu
maupun materi 8) Monoton 9) Tidak mengembangkan kreatifitas siswa 10) Siswa hanya
menjadi objek didik 11) Tidak merangsang siswa untuk membaca. Beberapa kelemahan
di atas hendaklah dihindari. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menyertakan penjelasan
visual dalam ceramah, menyelinginya dengan pertanyaan sederhana dan sebagainya. b.
Metode tanya jawab Metode ini dapat digunakan di awal pembelajaran sebagai alat
apersepsi atau di akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan atau daya serap
siswa. Metode ini juga dapat digunakan di tengah-tengah ceramah, yang akan berguna
untuk mengembalikan perhatian siswa yang sudah jenuh. Guru bertanya siswa menjawab
atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan
timbal balik secara langsung antara guru. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya
jawab. 1) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai
oleh siswa. 2) Untuk merangsang siswa berfikir. 3) Memberi kesempatan pada siswa
untuk mengajukan masalah yang belum dipahami. c. Metode picture and picture Metode
lain yang dapat digunakan untuk pembelajaran wudhu adalah metode ceramah yang
diikuti dengan teknik menyusun gambar. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara berikut
ini: 1) Guru menyampaikan materi yang ingin dicapai 2) Guru menyajikan materi sebagai
pengantar
2. 7. 3) Guru menunjukkan memperlihatkan gambar-gambar berkaitan dengan materi ajar,
dalam hal ini bagian-bagian gambar gerakan wudhu (lihat gambar wudhu di atas dan acak
posisinya). 4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk
memasang/mengurutkan gambar- gambar sesuai dengan urutannya. 5) Guru menanyakan
alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 6) Dari alasan atau urutan gambar tersebut
guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai 7) Guru memberikan kesimpulan atau rangkuman d. Metode demonstrasi Metode
ini digunakan untuk menunjukkan gerakan-gerakan bersuci dari najis dan berwudhu.
Untuk mengajarkan wudhu dengan metode ini, Guru dapat melakukan tehnik Silent
Demontration (demontrasi diam) dengan mengikuti langkah-langkah berikut: 1) Tentukan
prosedur dan langkah-langkah yang akan diajarkan kepada siswa, dalam hal ini gerakan-
gerakan wudhu secara tertib, misalnya:  Membasuh kedua telapak tangan.  Berkumur
 Menghirup air ke hidung lalu mengeluarkannya lagi - Membasuh muka (3 kali) 
Membasuh kedua tangan beserta/sampai sikut. Dilakukan tiga kali berturut-turut dan
diawali dari
3. 8. tangan kanan.  Mengusap kepala dengan air (1 kali/3 kali) - Mengusap kedua telinga
 Membasuh/mengusap kedua kaki (3 kali, dimulai dari yang kanan). - Berdoa 2)
Mintalah siswa untuk memperhatikan cara Guru memperagakannya. Lakukan dengan
memberi penjelasan atau komentar sesedikit mungkin. Ingat! Tugas guru di sini
memberikan gambaran visual tentang cara wudhu. 3) Bentuklah siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil. 4) Minta beberapa di antara mereka menjelaskan apa yang
Guru lakukan. Satu persatu dari gerakan wudhu tadi. Jika siswa masih mengalami
kesulitan ulangi lagi demontrasinya. 5) Beri kesempatan masing-masing kelompok
mempraktekkan yang Guru demontrasikan (wudhu). 6) Akhiri dengan memberi tantangan
kepada siswa untuk melakukan tata cara wudhu dengan tartîb (lengkap, berurutan dan
dilakukan dalam satu waktu). Sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki
beberapa kelebihan di antaranya: 1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme
akan dapat dihindari. 2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 3) Dengan cara mengamati secara
langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan
kenyataan. Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa
kelemahan, di antarannya: 1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih
matang. 2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai
yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal
dibandingkan dengan ceramah. 3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
4. 9. e. Metode praktek Dengan metode ini, guru bisa mengajak siswa ke tempat wudhu
atau, sambil rekreasi ke telaga dan di sana siswa diberi contoh dan dibimbing melakukan
cara-cara melakukan gerakan wudhu. Guru harus memperhatikan dengan detail cara
siswa mengambil air dan membasuhkannya ke anggota badan yang dibasuh.
Perhatikanlah apakah bagian-bagian itu telah terbasuh dengan benar. Perhatikan pula cara
mereka mengusapkan air ke kepala. Kebanyakan anak-anak usia itu, melakukannya
dengan membasahi rambut. Jelaskan kepada mereka perbedaan membasahi rambut
dengan mengusapkan air ke kepala dalam wudhu. Guru-guru kita di pesantren dan
mushala mengajarkan wudhu dengan cara ini. Mereka membawa semua santri ke tempat
wudhu. Lalu kepada santri diperlihatkan cara wudhu yang benar. Kadang guru kita
memperlihatkan perbedaan cara mengambil air wudhu dari keran air, dari telaga dan dari
ember. Mereka sangat hati-hati dalam masalah ini karena dalam fiqh ada konsep air
musta'mal, yaitu air yang telah terpakai, air yang dzatnya suci tapi tidak dapat
mensucikan diri dari hadats. Guru-guru kita juga sangat detail dalam cara membasuh
wajah, sampai tidaknya santri membasuh sikut yang biasanya terlewat ketika membasuh
tangan, atau sampai tidaknya membasuh mata kaki, dan sebagainya. f. Metode hapalan
Metode hapalan digunakan untuk mengajarkan doa wudhu. Dengan metode ini, siswa
dibimbing untuk mengikuti bacaan/niat dan doa setelah wudhu sampai bisa. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara menyampaikan bacaan sedikit-sedikit. Guru membaca satu
kalimat
5. 10. pendek dari doa tersebut lalu meminta murid mengikuti bacaan. Lakukan berulang-
ulang sampai murid lancar. Siswa dapat diajak membaca doa tersebut (dan dibimbing)
secara bersama- sama di awal atau di akhir pembelajaran. Untuk menghindari kesalahan
dalam mendengar kata- kata, guru bisa menuliskan di papan tulis doa tersebut. Jika siswa
Guru belum lancar membaca doa dengan teks Arab, guru dapat menuliskannya dengan
teks latin. Misalnya, seperti di bawah ini: asyhadu al-laa ilaaha illallooh wahdahu laa
syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh Alloohummaj’alnii
minat-tawwaabiina waj’alnii minal mutathohhiriin g. Metode kisah Guru menceritakan
kisah-kisah yang menarik tentang hikmah bersuci dan wudhu dengan tujuan agar siswa
tertarik untuk berwudhu dan membiasakan suci dari najis dan hadats. Sebelum
menggunakan kisah sebagai metode mengajar, sebaiknya Guru memperhatikan cara
bercerita yang baik, antara lain: 1) Guru harus menyukai cerita yang akan dikisahkan. 2)
Guru harus menguasai cerita tersebut 3) Ingat tujuan mengemukakan cerita 4) Hayati
ceritanya, misalnya tirukan sikap sombong, marah, gembira, kaget dan sebagainya sesuai
cerita yang Guru sampaikan. 5) Sampaikan cerita dengan menunjuk gambar yang telah
Guru siapkan sebelumnya. 6) Nada suara disesuaikan dengan cerita atau tokoh-tokohnya
7) Guru harus peka terhadap perilaku siswa saat mendengar cerita Guru, kalau siswa
sudah bosan cerita diperpendek, kalau senang cerita diulang dan diperpanjang. Di bawah
ini adalah kisah yang dapat Guru sampaikan kepada siswa. Kisah ini diambil dari buku
Syarh Irsyâd al-'Ibâd karya Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî. Suatu malam, Imam al-
Ghazâlî bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia bertemu dengan orang-orang yang sudah
meninggal. Sang Imam bertanya, "Bagaimana kabar kalian?" Salah seorang di antara
mereka menjawab, "Suatu hari kami shalat tanpa wudhu dulu,
6. 11. maka Allah mengutus ular untuk menemaniku di kuburan ini. Ini sungguh suatu
keadaan yang buruk dan menakutkan." Untuk membiasakan memiliki wudhu Anda bisa
menganjurkan siswa agar berwudhu sebelum mandi, sebelum tidur, bahkan sebelum
mereka berangkat k e sekolah. Di bawah ini cerita tentang orang yang membiasakan
wudhu Suatu hari datang seorang santri kepada Syaikh 'Athâ'illâh al-S akandarî. Dia
meminta syaikh untuk memberinya ilmu kesaktian dan keajaiban. Syaikh
mengabulkannya dengan memberinya 2 saran. Pertama, harus selalu punya wudhu dalam
setiap waktu dan kesempatan, dan kedua, harus selalu shalat dua rakaat setelah wudhu.
(Minta kepada siswa untuk membayangkan beratnya perjuangan sant ri untuk selalu
punya wudhu, apalagi di musim hujan. Dia harus memilih m akanan dan minuman, yakni
hanya makan dan minum makanan yang tidak menghasilkan gas dalam perut. Dia juga
tidak boleh telat makan, karena telat makan dapat mengeluarkan gas di dalam perut, dan
lain-lain). Setelah satu tahun dengan perjuangannya, suatu hari santri pergi ke sumur
untuk mengambil air. Betapa heran dia, air yang ditimbanya berubah menjadi emas.
Cepat-cepat ia kembali ke gurunya dan menceritakan kejadian itu . Syaikh berkata,
"kamu sudah memiliki ilmu kesaktian dan keajaiban itu saat kamu mengembalikan emas
itu ke dalam sumur” 2. Mandi Mandi adalah meratakan air ke seluruh tubuh dengan
tujuan untuk menghilangkan hadats besar. Untuk menyampaikan materi sebab-sebab
harus mandi besar, seperti haid, nifas, masuk islam dan meninggal, guru bisa
menggunakan metode ceramah atau tanya jawab. Sebab-sebab yang mengharuskan mandi
besar yang lain, seperti keluar air mani dan senggama bisa juga guru menyampaikan bila
dirasa perlu. Ingat, yang guru ajar adalah anak usia 11-13 tahun, barangkali belum cukup
dewasa untuk membahas hal itu. Jadi tidak perlu khawatir, karena materi tersebut
akhirnya akan diajarkan juga di kelas lebih lanjut. a. Metode ceramah Metode ceramah
digunakan untuk lima tujuan, yaitu: 1) Menyampaikan informasi 2) Menerangkan
masalah 3) Menjelaskan sesuatu
7. 12. 4) Memberi motivasi 5) Mengajukan pendapat pribadi. Dalam pembelajaran mandi
wajib metode ceramah dapat digunakan untuk; 1) Menyampaikan informasi tentang
tujuan pembelajaran mandi wajib 2) Menerangkan apa dan bagaimana mandi wajib 3)
Menjelaskan sebab dan kegunaan mandi wajib 4) Memberi motivasi siswa membaca
buku tentang mandi wajib 5) Menyampaikan pendapat Guru sendiri tentang masalah
mandi wajib bila dirasa perlu. Menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan
informasi berarti memberi tahu siswa tentang suatu fakta dengan tidak menunjukkan
hubungan sebab-akibat, atau kesenjangan antara definisi dengan kenyataan tidak
problematik. Cukup sekedar pemberitahuan atau sekedar diketahui. guru bisa
mengatakan:  Tujuan pembelajaran mandi wajib adalah ………….  Jenis-jenis air
suci adalah air sungai, air sumur, air laut, air hujan, air salju, dan air dari mata air.
Ceramah juga bisa digunakan guru untuk menerangkan hakikat sesuatu atau cara
melakukan sesuatu. Misalnya guru mengatakan:  Mandi besar adalah
……………………….  Haid adalah ……………………………………  Cara-cara
mandi wajib yang benar adalah mengalirkan air ke seluruh tubuh disertai dengan niat
mensucikan diri dari hadats besar.  Cara mandi wajib yang benar dan sempurna sesuai
dengan sunnah Nabi adalah sebagai berikut:  Sebelum mandi, membasuh telapak tangan
tiga kali  Membasuh kemaluan  Berwudhu secara sempurna  Menyiramkan air ke
kepala, sebanyak tiga kali sambil memasukkan air dengan jari tangan ke sela-sela rambut,
sehingga membasahi kulit kepala.  Menyiramkan air ke seluruh tubuh dengan memulai
dari sisi kanan,…… ……dan seterusnya. Metode ceramah bisa guru gunakan untuk
menjelaskan sesuatu yang memiliki hubungan dengan yang lain. Guru menjelaskan
"mengapa" atau "untuk apa" dari sesuatu berarti guru sedang menggunakan metode
ceramah untuk menjelaskan. Misalnya:  Mengapa cara mandi wajib perempuan berbeda
dengan cara mandi laki-laki? Hal itu karena
8. 13. perbedaan fisik dan keadaan antara perempuan dan laki-laki dan seterusnya. Ceramah
bisa Guru gunakan untuk memberi motivasi menimbulkan minat dan perhatian siswa
untuk melakukan sesuatu. Ceramah juga dapat digunakan suntuk menyampaikan
pendapat pribadi Guru tetang suatu masalah. b. Metode tanya jawab Metode ini dapat
digunakan di awal pembelajaran sebagai alat apersepsi atau di akhir pembelajaran untuk
mengetahui kemampuan atau daya serap siswa. Metode ini juga dapat digunakan di
tengah-tengah ceramah, yang akan berguna untuk mengembalikan perhatian siswa yang
sudah jenuh. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam
komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.
Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab. 1) Untuk mengetahui sampai sejauh
mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa. 2) Untuk merangsang siswa
berfikir. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum
dipahami. c. Metode jigsaw Untuk menyampaikan materi mandi wajib kepada siswa
kelas VI MI, Guru bisa menggunakan teknik jigsaw dalam pembelajarannya. Teknik ini
dapat mengaktifkan siswa serta melatih siswa percaya diri dalam melakukan sesuatu serta
melatih sikap tanggung jawab. Teknik ini dapat Guru laksanakan, misalnya dengan
mengikuti langkah-langkah berikut: 1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok. Satu kelompok beranggotakan 4 orang. 2) Tiap orang dalam kelompok diberi
bagian materi yang berbeda, misalnya: Siswa pertama diberi materi: hal-hal yang haram
dilakukan oleh orang yang berhadats besar, seperti shalat, thawaf, memegang dan
membaca al-Qur`an, dan duduk atau berhenti di mesjid. Siswa kedua membaca materi:
cara-cara (rukun) mandi wajib, yaitu (1) niat, dan (2) mengalirkan air ke seluruh tubuh.
Siswa ketiga menelaah materi: Mandi Sunnah, yaitu: (1) pada hari jum'at; (2) hari raya
'idul fithri dan adha, (3) setelah memandikan mayat; (4) memulai ihram untuk haji
ataupun umrah, (5) sembuh dari kegilaan; dan (6) saat masuk Islam. Siswa keempat
mempelajari materi: sunnah-sunnah mandi, yaitu: (1) membasuh kedua telapak tangan
tiga kali, (2) membasuh kemaluan, (3) berwudhu, (4) menyiramkan air
9. 14. ke kepala tiga kali, dan (5) menyiramkan air ke seluruh tubuh mulai dari sebelah
kanan, dan (6) berturut-turut. 3) Tiap orang dalam kelompok diberi tugas yang berbeda 4)
Anggota tim yang berbeda, yang telah mempelajari bagian/sub-bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub-bab mereka. Misalnya,
siswa yang mempelajari cara-cara mandi wajib berkumpul bersama dalam kelompok baru
untuk mendiskusikannya. 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli anggota kelompok
tersebut kembali ke kelompoknya semula dan bergantian mengajarkan materi yang
dikuasainya kepada teman sekelompok. Sementara anggota tim yang lain mendengarkan
dan membuat catatan. 6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas
(klasikal). 7) Guru memberikan evaluasi dan panduan 8) Penutup. d. Metode Student
Team-Achievement Divisions (STAD) Hampir mirip dengan teknik jigsaw, dalam
mengajarkan materi mandi wajib Guru dapat juga menggunakan teknik STAD dengan
langkah-langkah berikut ini: 1) Kelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dengan
anggota kelompok 4 (empat) orang siswa. 2) Guru menyajikan pelajaran mandi wajib
dengan menggunakan ceramah. 3) Guru membagikan tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota-anggotanya. Tugas berupa membuat ringkasan ceramah. 4)
Anggota kelompok yang sudah mengerti diberi tugas untuk menyampaikan materi yang
dipahaminya kepada anggota kelompoknya, sampai semua anggota kelompok mengerti.
5) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis siswa
tidak boleh saling membantu. 6) Guru memberi evaluasi 7) Guru memberikan
kesimpulan. e. Metode membagi kelompok Dalam membuat kelompok perlu
memperhatikan pembagian siswa dengan adil dan merata, yakni orang yang memiliki
kemampuan akademik tinggi dikelompokkan dengan yang kemampuannya menengah
dan rendah. Di bawah ini contoh pembagian siswa dengan cara tersebut:
10. 15. Pengelompokan Heterogetitas berdasarkan kemampuan akademik Langkah I:
Langkah II: Langkah III: Urutkan siswa ber- Membentuk kelompok I Membentuk
kelompok dasarkan kemam- selanjutnya puan akademik 1. Mikal 1. Mikal 1. Mikal 2.
Lukman 2. Lukman 2. Lukman 3. Rahmi 3. Rahmi 3. Rahmi 4. Naufa 4. Naufa 4. Naufa
5. Imad 5. Imad 5. Imad 6. Dimas 6. Dimas 6. Dimas 7. Muslim 7. Muslim 7. Muslim 8.
Ilham 8. Ilham 8. Ilham 9. Zidni 9. Zidni 9. Zidni 10. Fadla 10. Fadla 10. Fadla 11. Nguru
11. Nguru 11. Nguru 12. Dinda 12. Dinda 12. Dinda 13. Fahmi 13. Fahmi 13. Fahmi 14.
Syifa 14. Syifa 14. Syifa 15. Ghina 15. Ghina 15. Ghina 16. Lina 16. Lina 16. Lina 17.
Rizki 17. Rizkia 17. Rizki 18. Milla 18. Milla 18. Milia 19. Tessa 19. Tessa 19. Tessa 20.
Ma'ruf 20. Ma'ruf 20. Ma'ruf 1 12 2 11
11. 16. 13 19 14 20 3. Khitan Arti Khitan menurut bahasa adalah “memotong”.Sedangkan
menurut istilah khitan pada laki-laki adalah memotong kulit yang menutupi ujung
kemaluan laki-laki yang disebut dengan Qulfah, agar tidak terhimpun kotoran di
dalamnya, dan juga agar dapat menuntaskan air kencing, serta tidak mengurangi
nikmatnya jima’ suami isteri. Ada beberapa kebiasaan alamiah yang dianjurkan Nabi
Muhammad kepada umatnya, di antaranya: (1) khitan, (2) merapikan rambut, (3)
memelihara janggut, (4) memotong kuku, (5) menghilangkan bulu-bulu yang
mengganggu, (6) membiarkan uban atau mengubah warnanya, (7) memakai wangi-
wangian dan (8) menggosok gigi. Untuk mencapai tujuan pencapaian kompetensi dari
materi yang diajarkan, seorang guru harus menggunakan metode yang baik dalam
penyampaiannya. Metode yang baik, selain berguna agar materi gampang diserap siswa,
juga dapat mengaktifkan siswa mencari pengetahuan secara mandiri dan bekerja sama. Di
antara metode untuk menyampaian materi khitan, Guru dapat menggunakan beberapa
metode di bawah ini: a. Metode Teknik Reading Guide (Penuntun Bacaan) Untuk
mengajarkan materi khitan kepada siswa kelas VI Guru dapat menggunakan teknik
penuntun bacaan. Teknik ini bisa Guru lakukan sebelum tanya jawab di kelas atau untuk
memberi tugas pekerjaan rumah. Untuk menjalankan teknik ini Guru dapat mengikuti
langkah- langkah berikut: 1) Tentukan bacaan yang akan dipelajari. Guru dapat
memperolehnya dari buku ajar, buku fiqh atau artikel di koran atau majalah. Di bawah ini
adalah salah satu contohnya: Khitan (atau sunat) ialah memotong kulup atau kulit yang
menutupi ujung kemaluan laki-laki, agar terhindar dari berkumpulnya kotoran di bawah
kulup, dan memudahkan pembersihannya setelah buang air kecil (kencing). Sebagian
besar ulama mewajibkannya atas setiap laki-laki muslim, sebaiknya sebelum usia baligh,
ketika kewajiban shalat mulai berlaku atas seseorang. Adapun tentang khitan bagi
perempuan (dengan melukai sedikit dari bagian atas kemaluannya) tidak ada hadis shahih
yang memerintahkannya. Karenanya, sebagian ulama masa
12. 17. kini menganggapnya sebagai suatu tindakan sewenang-wenang terhadap perempuan,
mengingat hal itu hanya menimbulkan gangguan yang tidak perlu. Sumber: Muhammad
Bagir al-Habsyi, Fiqih Pratis Jilid 1 2) Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab
oleh siswa. Untuk teks yang berbeda guru bisa menggunakan kisi-kisi, bagan, atau skema
yang dapat diisi oleh siswa.Untuk teks di atas Guru bisa menggunakan pertanyaan-
pertanyaan pemandu bacaan, sebagai berikut : a) Yang dimaksud dengan khitan adalah
…………. b) Sebutkan dua kegunaan/hikmah khitan? c) Apa hukum khitan bagi anak
laki-laki muslim? d) Kapan sebaiknya khitan dilakukan? e) Apakah khitan menjadi syarat
sah sholat? f) Apa hukum khitan bagi anak perempuan? g) Apa alasan ulama yang
menolak pemberlakuan khitan bagi anak perempuan? 3) Bagikan bahan bacaan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. 4) Tugaskan siswa untuk mempelajari bacaan
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan. 5) Bahas pertanyaan-
pertanyaan tersebut dengan menanyakan jawabannya kepada siswa. 6) Di akhir
pembelajaran berikan ulasan secukupnya. b. Metode Cooperative Script Teknik ini
digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks bacaan dan
kemampuannya untuk menjelaskan pemahamannya kepada siswa lain. Dengan teknik ini,
siswa diajak bekerja berpasangan dan bergantian, secara lisan, mengikhtisarkan bagian-
bagian materi yang dipelajari. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengikuti
langkahlangkah berikut ini: 1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa pasangan 2) Guru
membagikan wacana atau materi kepada tiap siswa untuk dibaca dan dibuat
ringkasannya. 3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang berperan pertama sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar dari setiap pasangan. 4) Pembicara
(siswa pertama) menyampaikan ringkasan selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-
ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar (siswa kedua),
13. 18. a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; dan b)
Membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5) Siswa bertukar peran, yang semula menjadi
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Lakukan seperti di atas. 6) Buat
kesimpulan oleh siswa, dengan dipandu oleh guru. 7) Penutup. c. Metode Artikulasi
Untuk mengetahui daya serap siswa atas materi yang disampaikan melalui metode
ceramah, Guru dapat menggunakan teknik artikulasi. Teknik ini menuntut siswa
melakukan artikulasi atas materi yang diterimanya dari guru dalam suatu pembelajaran
dengan metode ceramah. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1)
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2) Guru menyampaikan materi
sebagaimana biasanya, menggunakan metode ceramah. 3) Bentuklah kelompok-
kelompok siswa beranggotakan 2 (dua) orang siswa (berpasangan) 4) Tugaskanlah salah
satu siswa dari pasangan itu menceritakan kembali materi yang baru diterimanya dari
guru kepada pasangannya, sedangkan pasangannya mendengarkan sambil membuat
catatan. 5) Suruhlah siswa berganti peran. Siswa yang tadinya menyampaikan materi
menjadi pendengar dan yang tadinya sebagai pendengar bertugas menyampaikan materi.
6) Tugaskan siswa agar bergiliran/diacak menyampaikan materi yang dipelajari ke
pasangan yang lain. Lakukan hal ini, sampai semua siswa mendapatkan gilirannya. 7)
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa. 8)
Guru membuat kesimpulan dan menutup kegiatan. d. Metode Reading Aloud (Membaca
Keras) Di antara teknik mengajar yang dapat dilakukan untuk menyampaikan materi
khitan adalah teknik membaca keras. Teknik ini berguna untuk membantu siswa
berkonsentrasi atas materi ajar melatih siswa bertanya dan membangkitkan suasana
diskusi. Cara ini dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur berikut: 1) Pilih suatu teks
yang cukup menarik tentang khitan untuk dibaca dengan keras oleh siswa.
14. 19. Usahakan teks tersebut tidak terlalu panjang. 2) Berikan kopian teks kepada siswa.
Beri tguru pada poin-poin tertentu atau isu-isu yang menarik untuk didiskusikan bersama
3) Bagi teks ke dalam beberapa paragraf atau yang lainnya 4) Minta beberapa siswa
untuk membaca bagian-bagian teks yang berbeda-beda secara bergiliran. Pastikan mereka
membaca dengan keras sehingga terdengar oleh semua siswa dalam kelas tersebut. 5)
Ketika bacaan berlangsung, berhentilah pada beberapa tempat untuk menekankan arti
penting poin-poin tertentu, untuk bertanya atau memberi contoh. Berilah waktu kepada
siswa untuk berdiskusi jika mereka menunjukkan ketertarikan terhadap poin tersebut. 6)
Akhiri proses dengan bertanya kepada siswa apa yang termaktub dalam teks, sebagai
salah satu cara menyimpulkan. B. MEDIA PEMBELAJARAN WUDHU, MANDI DAN
KHITAN 1. Wudhu Setelah mempelajari dan tahu beberapa metode/teknik pembelajaran
dalam pelajaran Fiqih dengan materi Wudhu, berikut media yang bisa digunakan dalam
metode/teknik tersebut : a) Gambar Wudhu b) Papan tulis c) Buku tulis d) Video Wudhu
2. Mandi a) Papan tulis b) Buku tulis c) Boneka anak-anak d) Video
15. 20. 3. Khitan a) Papan tulis b) Buku tulis C. EVALUASI PEMBELJARAN WUDHU,
MANDI DAN KHITAN 1. Wudhu Evaluasi atas keberhasilan pembelajaran yang Guru
lakukan dapat menggunakan metode-metode berikut: a. Tanya jawab di akhir
pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi. Metode ini,
bila digunakan sebagai metode evaluasi, dapat diterapkan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam:  Menyebutkan urutan-urutan gerakan wudhu  Menyebutkan hal-hal yang
membatalkan wudhu, dan sebagainya. b. Quiz. Guru membuat sebanyak mungkin
pertanyaan dengan jawaban pendek (satu atau dua kata) untuk satu tema. Pertanyaan-
pertanyaan itu dibagikan kepada siswa untuk dijawab. Sesuaikan pertanyaan-pertanyaan
itu dengan materi pembelajaran yang dianggap penting. c. Mengamati secara langsung
cara-cara siswa melakukan wudhu satu persatu, sebagaimana dalam metode praktek di
atas d. Untuk menguji ingatan dan pemahaman siswa atas materi, Guru dapat
menggunakan teknik empty outline (baris-baris kosong). Teknik ini berbentuk garis-garis
kosong yang membantu siswa menyebutkan ulang materi pembelajaran yang telah
disampaikan. Teknik ini dapat Guru
16. 21. lakukan dengan cara mengikuti langkah-langkah berikut: 1) Guru buat satu outline
kosong atau sebagian kecil telah diisi, misalnya sebagai berikut: Rukun Wudhu 
…………………………  …………………………  ………………………… 
Menyeka kepala  …………………………  ………………………… 2) Bagikan
outline itu kepada siswa. 3) Suruhlah siswa mengisi baris-baris kosong sesuai dengan
batas waktu yang disediakan. 4) Kumpulkan jawaban siswa untuk dinilai. 2. Mandi Pada
dasarnya evaluasi pembelajaran mandi wajib dapat dilakukan melalui tes lisan, tertulis
maupun praktek. Dalam tes tulis, siswa dapat diberi soal berupa jawaban uraian ataupun
objektif. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi pembelajaran
adalah satu teknik yang disebut dengan istilah muddiest point (masalah yang paling
kabur). Teknik ini dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam kecakapan
mendengar, menyimak, konsentrasi, menganalisa, dan menyimpulkan. Sekaligus dengan
teknik ini seorang guru dapat mengevaluasi dirinya dalam menampaikan materi.
Pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan dari siswa dapat menjadi bahan review
pelajaran pada pertemuan berikutnya. Teknik ini dilakukan dengan mengikuti langkah-
langkah berikut ini: a. Tentukan umpan balik (feedback) yang diinginkan untuk materi
pelajaran mandi wajib dari satu sesi pengajaran. b. Sediakan waktu beberapa menit di
akhir sesi pengajaran. c. Sebelum menugaskan siswa, beritahukan kepada mereka berapa
waktu yang tersedia untuk mengerjakannya dan apa kegunaan pekerjaan itu. d.
Kemudian, bagikan potongan-potongan kertas atau kartu-kartu kepada mereka. e.
Mintalah mereka menulis butir yang paling kabur, materi yang paling tidak dipahami dari
17. 22. materi pelajaran yang telah diberikan. f. Setelah siswa mengerjakannya, kumpulkan
jawaban mereka g. Berilah respon terhadap umpan balik siswa tersebut pada pertemuan
berikutnya. 3. Khitan Evaluasi terhadap kemampuan siswa dalam menjelaskan ketentuan
dan hikmah khitan pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan tes lisan maupun
tulisan. Teknik-teknik yang telah dijelaskan di depan pun sebenarnya dapat juga
digunakan untuk melakukan evaluasi atas keberhasilan pengajaran. Untuk mengetahui
keberhasilan Guru dalam mengajarkan materi serta kemampuan siswa menangkap
pengertian materi, selain teknik-teknik yang telah disebutkan sebelumnya, Guru dapat
menggunakan teknik Minutes Paper (Catatan Singkat). Teknik ini menggunakan satu
lembar kertas yang menyajikan tanggapan siswa atas materi yang diajarkan dengan cepat
dan sederhana. Guru menyisakan waktu beberapa menit sebelum sesi pelajaran habis dan
melakukan prosedur di bawah ini: a. Sebelum mengakhiri kegiatan belajar mengajar,
fokuskan objek evaluasi pada pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. b.
Selanjutnya, dalam 4 atau 5 menit mintalah siswa menjawab pertanyaan: “Apa yang
paling penting Guru pelajari dari kegiatan belajar tadi?” c. Kemudian, dalam 4 atau 5
menit kedua, mintalah siswa menjawab pertanyaan: “Apa pertanyaan penting Guru yang
belum terjawab dalam kegiatan belajar tadi?” d. Kumpulkan jawaban siswa untuk
dievaluasi. e. Ucapkan terima kasih dan tutup pembelajaran. BAB III PENUTUP A.
KESIMPULAN Tujuan dan pendekatan pembelajaran fiqih adalah bagaimana
mengajarkan dan menanamkan sikap suci kepada siswa madrasah ibtidaiyah, melalui
wudhu, mandi dan khitan kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
orang yang beriman dan bertakwa
18. 23. kepada Allah SWT. Sedangkan Sumber belajar dan media belajar adalah kedua
komponen yang sangat penting dalam proses belajar mengajar dalam menunjang
pembelajaran, dengan penyampaian komunikasi yang apik dan dapat dipahami serta
diterima oleh peserta didik. B. SARAN Guru harus menguasai materi terlebih dahulu
sebelum menyampaikan pelajaran dan dapat menyusun strategi pembelajaran dengan
memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran yang tepat. Karena sumber
belajar dan media yang tepat adalah unsur penunjang dalam proses komunikasi, maka
jenis bentuk dan fungsinya sangat ditentukan oleh jenis, bentuk, dan tujuan komunikasi
itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, dan Tri Prasetya, Joko, Strategi Belajar
Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Direktorat Pendidikan Madrasah, Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2007. Habsyi, Muhammad Bagir al-, Fiqh
Praktis Menurut al-Qur`an, As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama, Bandung: Mizan,
2005. Lie, Anita, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas, Jakarta: Gramedia, 2008. Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005. Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Jakarta: At-Thahiriyah, 2006. Tafsir, Ahmad,
Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam, Bandung, Maestro, 2008. Yamin,
Martinis, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
http://lbm.mudimesra.com/2011/09/pengertian-khitan-hukum-dan-waktunya.html
http://organisasi.org/pengertian_mandi_dan_jenis_jenis_mandi_agama_islam

Anda mungkin juga menyukai