Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING DAN MOTIVASI

BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Ni’matul Khoiroh, Munoto, dan Lilik Anifah


Universitas Negeri Surabaya
Email: nkhoiroh@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan hasil belajar dan perbedaan
motivasi belajar antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran
blended learning dengan model pembelajaran langsung tatap muka; 2) adanya interaksi
menggunakan model pembelajaran blended learning, model pembelajaran langsung dan
motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Gumukmas Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen semu (Quasi
Experimental), menggunakan desain Pretest-Posttest Non Equivalen Control Group Design.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII pada Mata Pelajaran TIK yakni 235
siswa. Pengambilan sampel menggunakan Non Probabability Sampling, sehingga didapat
sampel sebanyak 69 siswa. Jenis instrumen yang digunakan yaitu pre-test dan post-test, tes
kinerja, angket motivasi belajar. Validasi instrumen dengan expert judgement. Penelitian ini
menyatakan bahwa hasil belajar siswa dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
menggunakan model pembelajaran blended learning lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
belajar siswa menggunakan model pembelajaran langsung; selain itu terdapat interaksi
antara pembelajaran blended learning dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai perangkat pembelajaran yang dapat digunakan
oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran TIK; sebagai bahan masukan untuk
peningkatan mutu pendidikan di tingkat SMP/MTs dengan model pembelajaran blended
learning; dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya tentang pembelajaran
blended learning.

Kata Kunci: Blended Learning, motivasi belajar, hasil belajar

THE EFFECT OF BLENDED LEARNING MODEL AND LEARNING


MOTIVATION ON LEARNING OUTCOME

Abstract
This study was aimed to determine: 1) the difference between students learning
outcomes and the difference between the student’s learning motivation after using blended
learning model with face to face learning model; 3) the existence of interaction among
blended learning model, direct learning, and seventh graders learning motivation on their
learning outcome in VIII SMPN 1 Gumukmas, Jember. The method used was quantitative
with quasi experiment (Quasi Experimental) using pretest-posttest Non-equivalent Control
Group Design. The population of this study were all students of seventh class. The samples
were 69 students taken from 235 students using Non Probability sampling techniques. This
types of instrument used were pre-test and post-test, tes performance, learning motivation
questionnaire. Using Expert Judgement to validate the instrument. The conclusions were:
students learning outcome and students motivation to participate at teaching and learning
process by using blanded learning model was higher than those using direct learning model;
There was interaction between blended learning model with learning motivation on students
learning outcomes. The results expected were: 1) As learning device, it can be used by
teachers to improve the quality of information technology subject; 2) as suggestion to

97
98

improve the quality of education in SMP/MTs using blended learning model; 3) as reference
for further research on blended learning lesson.

Keywords: Blended Learning, Learning Motivation, Learning Outcomes

PENDAHULUAN dari pembelajaran konvensional ini adalah


Memasuki abad ke-21, bidang guru menyampaikan materi pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan ceramah di depan kelas, siswa
berkembang dengan pesat, perkembangan ini mendengarkan dan mencatat, dan diakhiri
berpengaruh besar terhadap berbagai aspek dengan dengan pemberian tugar dirumah.
kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas Pembelajaran TIK khususnya kelas VIII
manusia kini banyak tergantung kepada pada materi membuat lembar sebar
teknologi informasi dan komunikasi. Sesuai (spreadsheet) SMPN 1 Gumukmas yang
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 dilaksanakan oleh guru masih
Tahun 2005 tentang Standar Nasional menggunakan pendekatan konvensional.
Pendidikan Mata pelajaran Teknologi Hal tersebut berakibat pada hasil belajar
Informasi dan Komunikasi pada Kurikulum siswa yang tidak optimal. Oleh karena itu
Berbasis kompetensi (KBK) dan Kurikulum diperlukan usaha yang serius dalam
Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) mulai membangun pemahaman siswa dan
diperkenalkan dan dimasukkan ke dalam aktivitas belajar siswa terhadap materi
struktur kurikulum nasional yang membuat lembar sebar. Usaha yang
dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta dilakukan adalah dengan menerapkan
didik agar mampu mengantisipasi pesatnya blended learning atau kolaborasi
perkembangan tersebut. pembelajaran langsung dengan perangkat
Hasil observasi awal Kegiatan pembelajaran berbasis e-learning yang
Belajar Mengajar di SMPN 1 Gumukmas bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan
untuk materi lembar sebar (spreadsheet) siswa dan meningkatkan hasil belajar
dengan model pembelajaran langsung tatap siswa. Hampir semua siswa kelas VIII
muka dengan metode ceramah dan tanya sudah memiliki HP berbasis android tetapi
jawab kurang dapat membangkitkan penggunaannya masih kurang maksimal.
aktivitas siswa dalam belajar, sehingga Siswa hanya menggunakan HP android
banyak siswa nilai mata pelajaran untuk mengakses media sosial Face Book,
Teknologi Informasi dan Komunikasi twitter, game seperti COC, Pokemon Go
(TIK) masih dibawah 75 dengan kata lain dan sebagainya, belum memanfaatkan HP
masih dibawah Kriteria Ketuntasan untuk kepentingan belajar.
Minimal (KKM). Untuk menciptakan Berdasarkan pemasalahan-
suasana belajar yang aktif dan permasalahan tersebut dan penelitian-
menumbuhkan motivasi siswa. penelitian terdahulu, maka penulis
guru dituntut untuk memilih model mencoba membuat penelitian dengan judul
pembelajaran yang memacu semangat “Pengaruh Model Pembelajaran Blended
setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat Learning dan Motivasi Belajar Terhadap
dalam kegiatan pembelajaran yang Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP
merupakan pengalaman belajarnya. Negeri 1 Gumukmas”. Berdasarkan uraian
Pemilihan model pembelajaran yang latar belakang tersebut, dirumuskan
digunakan dalam kelas dapat pertanyaan dalam penelitian sebagai
mempengaruhi penguasaan materi yang berikut, (1) Bagaimana perbedaan hasil
diajarkan dan hasil belajar siswa. Namun belajar antara siswa yang menggunakan
kenyataannya, pembelajaran yang sering model pembelajaran blended learning
digunakan dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran langsung? (2)
di kelas pada hampir semua mata pelajaran Bagaimana motivasi belajar siswa dalam
adalah pembelajaran konvensional. Inti mengikuti pembelajaran dengan

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017


99

menggunakan model pembelajaran audio synchronous dan asynchronous


blended learning dan menggunakan model dengan pembelajaran tradisional “tatap
pembelajaran langsung? (3) Apakah Ada muka”.
interaksi antara model pembelajaran Tujuan dikembangkannya blended
blended learning, model pembelajaran learning adalah menggabungkan ciri-ciri
langsung dan motivasi belajar terhadap terbaik dari pembelajaran di kelas (tatap
hasil belajar? muka) dan ciri-ciri terbaik pembelajaran
Berdasarkan pertanyaan penelitian online untuk meningkatkan pembelajaran
yang dikemukakan, maka tujuan dari mandiri secara aktif oleh peserta didik dan
penelitian ini yaitu; (1) mengetahui mengurangi jumlah waktu tatap muka di
bagaimana hasil belajar antara siswa yang kelas. Mata kuliah blended difokuskan
menggunakan model pembelajaran untuk mengubah bentuk pembelajaran
blended learning dengan model klasik sehingga peserta didik lebih aktif
pembelajaran langsung, (2) mengetahui mempelajari materi pembelajaran di dalam
bagaimana motivasi belajar antara siswa dan di luar kelas. Tujuan akhirnya adalah
yang belajar dengan menggunakan model meningkatkan pemahaman peserta didik
pembelajaran blended learning dan siswa mengenai materi pembelajaran yang
yang belajar dengan model pembelajaran ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
langsung, (3) mengetahui adanya interaksi mata pelajaran.
menggunakan model pembelajaran Dengan demikian tujuan dari
blended learning, model pembelajaran penggunaan blended learning dapat
langsung dan motivasi belajar siswa dirumuskan sebagai berikut: (1) membantu
terhadap hasil belajar. peserta didik untuk berkembang lebih baik
Blended learning merupakan istilah di dalam proses belajar seuai dengan gaya
yang berasal dari bahasa inggris, yang belajar dan preferensi dalam belajar; (2)
terdiri dari dua suku kata, yaitu blended menyediakan peluang yang praktis-
dan learning. Bended learning ini pada realistis bagi pengajar dan peserta didik
dasarnya merupakan gabungan keunggulan untuk pembelajaran secara mandiri,
pembelajara yang dilakukan secara tatap bermanfaat dan terus berkembang dan (3)
muka dan secara virtual. Istilah blended peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi
learning pada awalnya digunakan untuk peserta didik, dengan menggabungkan
menggambarkan mata pelajaran yang aspek terbaik dari tatap muka dan
mencoba menggabungkan pembelajaran pembelajaran online.
tatap muka dengan pembelajarn online. Ranah kognitif berkaitan dengan
Selain blended learning ada istilah hybrid hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan
learning. Istilah tersebut mengandung arti kemahiran intelektual. Ranah kognitif
yang sama yaitu perpaduan, percampuran mencakup kategori berikut; (1) mengingat
atau kombinasi pembelajaran. Blended (remember), (2) memahami
Learning merupakan pengembangan lebih (understanding), (3) menerapkan (apply),
lanjut dari metode e-learning, yaitu metode (4) menganalisis (analyze), (5)
pembelajaran yang menggabungkan antara mengevaluasi (evalute), (6) menciptakan
sistem e-learning dengan metode (create).
konvensional atau tatap muka (face to Hasil pada Ranah kognitif penelitian
face). ini meliputi kemampuan siswa mengingat,
Blended learning sebagai kombinasi memahami penggunaan rumus dan fungsi,
karakteristik pembelajaran tradisional dan menerapkan rumus dan fungsi,
lingkungan pembelajaran elektronik atau menganalisis penggunaan rumus dan
blended learning. Menggabungkan aspek fungsi serta membuat dokumen pengolah
blended learning seperti pembelajaran angka sederhana.
berbasis web, streaming video, komunikasi

Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning dan Motivasi Belajar


100

Tabel 1. Hasil Belajar Ranah Kognitif Menurut Bloom

No Peringkat Hasil Indikator


Belajar
1 Pengetahuan 1 Kemampuan tentang kriteria;
(knowledge) 2 Kemampuan tentang metodologi;
3 Kemampuan tentang klasifikasi dan kategori; dan
4 Kemampuan tentang terminologi.
2 Pemahaman 1 Mampu menerjemahkan (pemahaman terjemahan);
(comprehension) 2 Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara
verbal; dan
3 Mampu membuat estimasi.
3 Penerapan 1 Kemampuan menerapkan materi pelajaran dalam
(application) situasi baru;
2 Kemampuan menetapkan prinsip atau generalisasi
pada situasi baru
3 Dapat menyusun problem sehingga dapat
menetapkan generalisasi;
4 Dapat mengenali hal-hal yang menyimpang
dari prinsip dan generalisasi;
5 Dapat mengenali fenomena baru dari prinsip dan
generalisasi;
6 Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi
berdasarkan prinsip dan generalisai;
7 Dapat menentukan tindakan tertentu berdasarkan
prinsip dan generalisasi; dan
8 Dapat menjelaskan alasan penggunaan prinsip dan
generalisai.
4 Analisis (analysis) 1 Dapat memisah-misahkan suatu intergritas menjadi
unsur-unsur, menghubungkan antar unsur, dan
mengorganisaikan prinsip-prinsip;
2 Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip;
3 Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu;
4 Dapat meramalkan kualitas atau kondisi;
5 Dapat mengetengahkan pola tata hubungan atau
sebab akibat;
6 Mengenal pola prinsip organisasi materi yang
dihadapi; dan
7 Meramalkan dasar sudut pandangan atau kerangka
acuan dari materi.

5 Sintesis (synthesis) 1 Menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian


menjadi satu keseluruhan;
2 Dapat menemukan hubungan yang unik;
3 Dapat merencanakan langkah yang konkret; dan
4 Dapat mengabstraksikan suatu gejala, hipotesis,
hasil penelitian dan sebagainya.
6 Evaluasi 1 Dapat menggunakan kriteria internal dan eksternal;
(evaluation) 2 Evaluasi tentang ketetapan suatu karya atau
dokumen (kriteria internal);
3 Evaluasi tentang keajengan dalam memberikan

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017


101

No Peringkat Hasil Indikator


Belajar
argumentasi (kriteria internal);
4 Menentukan nilai atau sudut pandang yang
dipakai dalam mengambil keputusan (kriteria
internal);
5 Membandingkan karya-karya yang relevan (
kriteria eksternal); dan
6 Membandingkan sejumlah karya dengan sejumlah
kriteria eksternal.
(Bloom, 1956:201)

Pada penelitian ini indikator hasil memperhatikan terhadap fenomena


belajar ranah kognitif yang diukur adalah: yang terjadi dan stimulus yang
(1) mampu menggunakan fungsi logika; datang didasarkan atas perhatian
(2) menggunakan fungsi teks dan data; (3) yang terkontrol dan terseleksi.
menggunakan fungsi matematika; (4) Contoh kata kerja operasionalnya
menggunakan fungsi statistika; (5) yaitu menanya, menggambarkan,
menggunakan fungsi tabel dan referensi; mengikuti, memberikan, memegang,
(6) mengatur kolom dan baris; (7) mengenali, menempatkan, dan
mengatur ukuran kertas; (8) menyimpan memilih.
File; dan (9) mencetak lembar sebar. b. Merespon (responding): Merespon
Ranah Afektif menggunakan merupakan perhatian dan
taksonomi tujuan pembelajaran afektif, pertisipasiaktif peserta didik dalam
dikembangkan oleh Krathwol dan kawan- melakukan suatu aktifitas yang
kawan, merupakan hasil belajar yang didasarkan persetujuan, keinginan
paling sukar diukur (Alfin, 2015:36). dan tanggapan. Contoh kata kerja
Tujuan pembelajaran ini berhubungan operasionalnya yaitu menjawab,
dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. membantu, menegaskan,
Kategori tujuan dalam ranah afektif mendiskusikan, memberikan
(affective domain) menjadi lima kategori bantuan, merasakan, dan
yaitu (1) menerima (receiving), (2) menuliskan.
penanggapan (responding), (3) penilaian c. Menilai (valuing): Menilai
(valuing), (4) pengorganisasian merupakan keyakinan atau sikap
(organization), (5) pembentukan pola yang menunjukkan derajad
hidup (organization by a value complex). internalisasi dan komitmen terhadap
Hasil pembelajaran pada ranah afektif ini nilai-nilai yang berlaku di
adalah kemampuan siswa menerima saran lingkungan peserta didik. Menilai
dari teman, menanggapi permasalahan (valuing) ditandai dengan perilaku
dengan baik, menilai diri sendiri dan yang mengandung konsistensi nilai.
menilai teman, bekerjasama dengan teman Contoh kata kerja operasionalnya
dalam menyelesaikan masalah, yaitu menyelesaikan,
pembentukan karakter jujur tidak mendemonstrasikan, menjelaskan,
mencontek saat ulangan, mandiri dalam membedakan, melaporkan,
menyelesaikan tes kinerja. mengajukan, dan mengerjakan.
Dimensi ranah afektif dapat d. Mengorganisasikan (organizing):
dijelaskan sebagai berikut. Organisasi adalah
a. Menerima (receiving): Penerimaan mengorganisasikan nilai-nilai yang
merupakan kepekaan dalam bentuk relevan ke dalam satu sistem yang
keinginan menerima dan didasarkan pada saling hubungan

Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning dan Motivasi Belajar


102

antar nilai. Nilai yang dominan dan sistem nilai yang dijadikan karakter
konsisten, diterima kapan dan individu secara terorganisasi dan
dimana saja. Contoh kata kerja konsisten, serta mampu mengontrol
operasionalnya yaitu mengubah, tingkah laku individu dan menjadi
menyusun, menggabungkan, gaya hidup. Contoh kata kerja
membandingkan, menyelesaikan, operasionalnya yaitu bertindak,
merumuskan, dan memodifikasi. mempengaruhi, mendengarkan,
e. Karakteristik Nilai (characteristics melaksanakan, mempraktikkan,
values): Karakteristik nilai merencanakan, dan memecahkan.
(characteristics values) adalah

Tabel 2. Hasil Belajar Ranah Afektif Menurut Gagne

No Peringkat Hasil Indikator


Belajar
1 Menerima (receiving) 1 Menyadari perasaan orang lain;
2 Dengan peneuh perhatian mendengar orang lain
berbicara; dan
3 Mempu memilih atau memberikan perhatian terhadap
rangsangan tertentu saja.
2 Merespon 1 Mentaati / mamatuhi aturan / perintah;
(responding) 2 Melaksanakan tugas; dan
3 Kepuasan saat berpatisipasi di dalam suatu kegiatan.
3 Menilai (valuing) 1 Menerima pendapat tentang pentingnya tujuan;
2 Menghargai peranan aktif dalam masyarakat; dan
3 Setia pada tujuan yang telah ditetapkan.
4 Mengorganisasikan 1 Seseorang memutuskan untuk bertanggung jawab
(organizing) terhadap nilai yang telah ditetapkan; dan
2 Mengembangkan suatu rencana untuk melestarikan
nilai tersebut kesehariannya.
5 Karakteristik Nilai 1 Menganalisis dan membuat kesimpulan secara logis
(characteristics menggunakan silai-nilai yang konsisten terhadap
values) setiap fakta yang dihadapi; dan
2 Mengembangkan falsafah hidup / jati diri.
(Alfin, 2015:38)

Pada penelitian ini indikator hasil pelaksanaan pretest dan postest pada
belajar ranah afektif yang diukur adalah: materi membuat perangkat lunak pengolah
(1) menunjukkan sikap berdoa sebelum angka sederhana; (6) melaporkan hasil
dan sesudah melakukan proses praktikum TIK berdasarkan data atau
pembelajaran TIK membuat perangkat informasi dengan jujur; (7) menyelesaikan
lunak pengolah angka sederhana; (2) praktikum tepat waktu dengan disiplin; (8)
memberi salam pada saat awal dan akhir mengorganisasikan suasana kompetisi
proses pembelajaran; (3) membuktikan secara sehat dengan kerja keras dan hati-
dengan berusaha semaksimal mungkin hati dalam menggunakan komputer dengan
untuk mencari informasi tentang perangkat penuh tanggung jawab; (9) dapat
lunak pengolah angka; (4) membangun memperlakukan komputer dengan terampil
hubungan baik dengan teman dalam dan hati-hati; (10) menunjukkan partisipasi
melakukan praktikum perangkat lunak aktif membersihkan dan menata kembali
pengolah angka; (5) menunjukkan sikap kursi pada laboraturium komputer setelah
jujur dengan cara tidak menyontek pada melakukan praktek TIK dengan cermat;

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017


103

(11) bekerjasama saat proses pembelajaran ranah belajar kognitif, afektif dan
TIK; (12) menunjukkan sikap tidak putus psikomotorik ini menjadi fokus penelitian
asa ketika hasil praktikum TIK gagal ini.
dengan penuh percaya diri; (13) Faktor-faktor yang mempengaruhi
membuktikan dengan berusaha dan kerja proses belajar dan hasil belajar siswa
keras menyelesaikan praktikum yang adalah faktor intern dan ekstern. Faktor
diberikan tepat waktu dengan disiplin. intern terdiri dari faktor jasmaniah,
Ranah Psikomotorik bertujuan psikologi, minat, motivasi dan cara belajar.
menunjukkan adanya kemampuan fisik Sedangkan faktor ekstern terdiri atas faktor
seperti keterampilan motorik dan syaraf, keluarga, sekolah dan masyarakat.
manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Menurut Slameto, 1995: salah satu faktor
Menurut Arends (2008:56), rentang ekstern yang mempengaruhi prestasi
kategori psikomotorik mulai dari reaksi belajar siswa adalah faktor sekolah yang
refleks sederhana sampai tindakan mencakup metode mengajar, kurikulum,
kompleks yang mengkomunikasikan relasi guru-siswa, sarana dan sebagainya.
berbagai ide pada orang lain: (1) gerakan Faktor intern sangat berpengaruh
refleks, (2) gerakan dasar, (3) kemampuan sekali dalam peningkatan hasil belajar
perseptual, (4) gerakan yang terampil dan siswa. Hal dapat dilihat dari semakin sehat
(5) komunikasi non diskursif. jasmani maka cara menerima materi
Pembelajaran pada ranah psikomotorik ini semakin mudah dicerna oleh anak.
meliputi siswa mampu membuat dokumen Sementara faktor minat, motivasi,
pengolah angka sederhana, mengedit psikologi harus ditingkatkan dan
kolom dan baris, mencetak hasil karyanya diperhatikan karena faktor ini sangat
membuat dokumen pengolah angka, mempengaruhi cara belajar, semakin baik
mengirimkan hasil karyanya ke kelas minat, motivasi, psikologi maka hasil
digital edmodo, dan siswa mampu belajar akan meningkat. Oleh karena itu
menggunakan rumus dan fungsi dalam perhatian di faktor intern sangat dianjurkan
menyelesikan masalah kehidupan nyata. dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat Faktor ekstern tidak kalah
disimpulkan bahwa hasil pembelajaran pentingnya sebagai faktor peningkatan
ranah kognitif ini menekankan pada hasil belajar. Cara bergaul siswa di
pengetahuan, kemampuan membuat lingkungan keluarga, sekolah dan
dokumen pengolah angka sederhana dan masyarakat sangat rentan dalam
menggunakan rumus dan fungsi pengolah peningkatan hasil belajar. Pengawasan dan
angka sederhana dan kemahiran intelektual pendampingan sangat diperlukan, agar
memposting karyanya pada kelas digital ketercapaian dalam belajar bisa
edmodo, bisa menggali kemampuan diwujudkan. Oleh karena itu hubungan
pengetahuannya serta kemampuan berfikir antara faktor intern dan faktor ekstern
dalam belajar menggunakan kelas maya sangat erat dalam mempengaruhi proses
edmodo. Pembelajaran ranah afektif dan hasil belajar. Juga perlunya metode
menekankan pada proses pembelajaran pebelajaran yang sesuai dengan kondisi
yang berkatan dengan perasaan senang siswa. Hasil belajar ranah psikomotor pada
dengan materi, sikap bertanggungjawab, penelitian ini meliputi: (1) mengoperasikan
minat yang tinggi terhadap pelajaran. spreadsheet (perangkat lunak pengolah
Pembelajaran ranah psikomotorik angka) melalui start menu, shortcut atau
menekankan pada keterampilan motorik, ikon; (2) mengoperasikan lembar sebar
membuat dokumen pengolah angka sesuai SOP; (3) melakukan perintah-
sederhana, menggunakan rumus dan fungsi perintah pengelolaan file seperti membuka,
dan meng-upload, men-download tugas menyimpan dan sebagainya; (4)
dan mengerjakan tes pada edmodo. Ketiga melakukan perintah-perintah pengaturan

Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning dan Motivasi Belajar


104

kolom dan baris diaplikasikan sesuai


kebutuhan; (5) mengolah file spreadsheet
dengan perintah-perintah editing E O1 X1 Y1 O3
Y2 O4
sederhana; (6) menggunakan formula dan
______________________________
fungsi sederhana; (7) menggunakan K O2 X2 Y1 O5
formula dan fungsi lanjutan; (8) Y2 O6
menyimpan file dengan format xls, sxv,
odv, html; (9) menggunakan perintah- K O2 X2 Y1 O5
Y2 O
perintah percetakan; (10) mencetak file
perangkat lunak pengolah angka. K O2 X2 Y1 O5
Gambar 3. RancanganYpenelitian
2 O6
METODE desain faktorial 2 x 2
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan pendekatan eksperimen Keterangan :
semu (Quasi Experimental). Desain yang O1,2 = Hasil pre-test
digunakan adalah “pretest-Posttest Non O3,4,5,6 = Hasil post-test
Equivalen Control Group Desain”. E = Kelas eksperimen
Penelitian ini melibatkan dua (dibelajarkan dengan
variabel, yaitu variabel eksperimen dan Blended Learning)
variabel terikat. Adapun sebagai Variabel K = Kelas Kontrol (
eksperimen adalah variabel perlakuan dibelajarkan dengan MPL)
untuk kelas eksperimen, yaitu model X1 = Perlakuan di kelas Kelas
pembelajaran langsung blended learning Eksperimen (dibelajarkan
berbasis LMS, dan variabel perlakuan dengan Blended Learning)
untuk kelas kontrol yang digunakan X2 = Perlakuan di kelas Kelas
sebagai pembanding yaitu model Kontrol (dibelajarkan
pembelajaran langsung tatap muka. dengan MPL)
Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil Y1 = Siswa motivasi belajar
belajar dan variabel moderatornya adalah tinggi
motivasi belajar. Y2 = Siswa motivasi belajar
Menurut Sugiyono (2013:113); rendah
bahwa desain faktorial (factorial design)
merupakan modifikasi dari quasi HASIL DAN PEMBAHASAN
experimental design, yaitu dengan Hasil penilaian dari 3 validator
memperhatikan adanya variabel moderator terhadap butir soal pilihan ganda yang
yang mempengarui perlakuan (variabel digunakan penelitian ini akan diuraikan
independen) terhadap hasil belajar dalam lampiran 14.d. Dari perhitungan
(variabel dependen). Dalam penelitian ini pada lampiran 14.d diperoleh nilai
menggunakan desain faktorial (faktorial prosentase soal pilihan ganda mendapat
design). Rancangan penelitian ini nilai ≥ 0,70. Dengan demikian dapat
menggunakan non equivalent control disimpulkan bahwa butir soal uraian
group pre-test post-test design, yaitu tergolong valid.
penelitian yang dirancang pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yang Saran Validator
diberi pres-test dan post-test. Dalam proses validasi perangkat
Penelitian ini menggunakan desain pembelajaran, para validator tidak hanya
faktorial (factorial design) 2 x 2 (Tucman, menilai validitas dari perangkat
1999:133). Untuk memperjelas desain pembelajaran tetapi juga memberi
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. masukan terhadap perangkat pembelajaran
yang divalidasi, pada Tabel dibawah
merupakan saran validator sebagai berikut.

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017


105

Tabel 3. Saran Validator

No Nama Validator Saran Revisi


1 Validator 1 Memperbaiki ABCD pada tujuan Memperbaiki
pembelajaran
2 Validator 2 Memperbaiki layout penulisan LKS Memperbaiki
3 Validaor 3 Memperbaiki penulisan istilah/bahasa asing Memperbaiki

Revisi perangkat pembelajaran sebanyak 20 siswa. Hasil analisis validitas


dilakukan berdasarkan saran para ahli atau butir soal dapat dilihat pada Lampiran.
validator, setelah perangkat pembelajaran Soal post-test pilihan ganda diambil
direvisi sesuai saran para ahli maka dari butir soal yang dinyatakan valid yaitu
selanjutnya perangkat pembelajaran 40 soal pilihan ganda. Soal yang gugur
diajarkan pada siswa. tidak digunakan pada soal post-test karena
soal dinyatakan tidak baik dan kurang
Analisis Validitas Butir Soal efektif. Validitas butir soal perlu dilakukan
Analisis validitas butir soal untuk mengetahui kualitas soal tes dalam
dilakukan sebelum melaksanakan sebuah penelitian. Berdasarkan tabel
penelitian. Analisis validitas butir soal product moment nilai Rxytabel untuk N = 20
bertujuan untuk mengetahui tingkat dengan 𝜶= 0,05 didapatkan hasil 0.444.
kevalidan soal yang akan dijadikan Dengan demikian butir soal dikatakan
evaluasi pada ranah kognitif post-test pada valid apabila mempunyai Rxyhitung > dari
kelas VIII di SMP Negeri 1 Gumukmas. Rxytabel. Hasil validitas butir soal
Butir soal yang telah disusun diujikan menggunakan anates 4.09 pada Tabel
terlebih dahulu pada siswa kelas VIII SMP validitas sebagai berikut.
Negeri 1 Gumukmas dengan jumlah siswa

Tabel 4. Validitas Soal Post-test


Keterangan Butir soal Jumlah
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11,13,14,15,16,18,19,20,21,22,
Valid 40
23,24,26,27,28,29,30,31,32,34,
35,36,37,38,39,40,41,43,44,45
Tidak Valid 12,17,25,33,42 5
Jumlah 45

Berdasarkan Tabel validitas soal Pada tahap ini butir soal yang telah
post-test diketahui bahwa jumlah butir soal diujikan akan dikategorikan menurut
yang valid dan layak digunakan adalah 40 tingkatannya yaitu sangat sukar, sukar,
soal, terdapat 5 butir soal yang tidak valid sedang, mudah, sangat mudah. Hasil
dan tidak dapat digunakan. analisis tingkat kesukaran butir soal
Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal terlampir.

Tabel 5. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

No. Keterangan Nomor Item Soal Jumlah


1 Sangat Sukar 12,33 2

Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning dan Motivasi Belajar


106

2 Sukar 3,5,19,21,24,41 6
3 Sedang 1,2,5,6,7,8,9,10,13,14,15,16,18,22,26 28
27,28,30,31,32,34,35,36,37,38,39,40,44
4 Mudah 4,20,23,29,43,45 6
5 Sangat Mudah 17,25,42 3
Jumlah Item Soal 45

Reliabilitas Butir Soal


Hasil reliabilitas butir soal ditunjukkan pada Lampiran, dianalisis menggunakan
software Anates versi 4.09 seperti pada Tabel sebagai berikut.

Tabel 6. Hasil Analisis Reliabilitas Butir Soal


No. Urut Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 15 17 32
2 13 18 31
3 14 16 30
4 14 12 26
5 10 16 26
6 17 9 26
7 13 13 26
8 11 14 25
9 13 11 24
10 13 11 24
11 12 11 23
12 12 11 23
13 11 12 23
14 11 12 23
15 10 11 21
16 9 12 21
17 10 11 21
18 10 10 20
19 10 10 20
20 11 8 19
2 𝑟½½
Reliabilitas Tes = r11= (1+𝑟½½) = 0.61
Rata2= 24.60
Simpang Baku= 4.64
KorelasiXY= 0.45
Reliabilitas Tes= 0.62
N = 20, rtabel = 0.444

Berdasarkan Tabel 6 butir soal yang dapat disimpulkan bahwa soal dikatakan
baik tidak hanya valid tetapi juga harus reliabel apabila mempunyai Rxyhitung >
reliabel. Reliabel berhubungan dengan Rxytabel. Berdasarkan tabel Rxy product
keandalan atau keajegan artinya berapapun moment 0.444 dengan N = 20, dapat
diujikan soal tersebut mempunyai nilai disimpulkan bahwa semua soal dinyatakan
yang hampir sama. Reliabel berhubungan reliabel karena memenuhi persyaratan
dengan Rxy product moment. Sehingga yaitu rhitung>rtabel= 0.62 > 0.444. Maka,

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017


107

pada tahap selanjutnya soal-soal secara blended learning dibandingkan


keseluruhan dikatakan reliabel dan dapat dengan menggunakan model
digunakan dalam penelitian baik pada pembelajaran langsung.
kelas eksperimen dan kontrol. 2. H0: Tidak ada pengaruh motivasi
belajar tinggi dan motivasi rendah
Teknik Analisis Data menggunakan model pembelajaran
Teknik analisis data yang digunakan blended learning dan model
adalah sebagai berikut; uji Prasyarat pembelajaran langsung terhadap
analisis, uji normalitas. Uji normalitas hasil belajar.
digunakan untuk menguji apakah sampel Ha: Ada pengaruh secara signifikan
yang digunakan adalah sampel yang motivasi belajar tinggi dan motivasi
berdistribusi normal atau tidak. Dalam rendah menggunakan model
penelitian ini uji normalitas menggunakan pembelajaran blended learning dan
Software Statistical Productand Service model pembelajaran langsung
Solution (SPPS). Populasi dikatakan terhadap hasil belajar.
normal jika nilai signifikansi lebih dari 3. H0: Tidak ada interaksi antara hasil
0,05. Uji homogenitas dilakukan untuk belajar siswa menggunakan model
mengetahui homogenitas varians yang pembelajaran blended learning
diambil, atau seragam tidaknya varians dengan model pembelajaran
sampel-sampel yang diambil dari populasi. langsung.
Teknik pengujin homogenitas Ha: ada interaksi antara hasil belajar
menggunkan SPSS. Populasi dikatakan siswa menggunakan model
normal jika nilai signifikansi kurang dari pembelajaran blended learning
0,05 maka data tidak berdistribusi normal, dengan model pembelajaran
jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka langsung.
data berdistribusi normal.
Jika persyaratan uji normalitas dan Hasil penelitian yang diperoleh
uji homogenitas terpenuhi, maka data dapat sesuai dengan landasan teori di bab II. Pada
diuji varians untuk menguji perbedaan dua landasan teori dijelaskan bahwa kelebihan
sampel data yang berhubungan. Uji penggunanaan model blended learning: (1)
Hipotesis teknik analisis data yang siswa leluasa untuk mempelajari materi
digunakan dalam penelitian ini adalah pelajaran secara mandiri dengan
Anova dua jalur untuk melakukan memanfaatkan materi-materi yang tersedia
pengujian terhadap hipotesis yang secara online; (2) siswa dapat melakukan
menyatakan ada Pengaruh Model diskusi dengan guru atau dengan siswa lain
Pembelajaran Blended Learning, Motivasi diluar jam tatap muka; (3) kegiatan
Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa pembelajaran diluar jam tatap muka bisa
SMPN 1 Gumukmas Jember. dikontrol dan dikelola dengan baik oleh
Pengumpulan data menggunakan guru; (4) guru dapat menambahkan materi
instrumen Hasil Belajar, Tes Kinerja, pengayaan melalui fasilitas internet; (5)
Penilaian Sikap. Dalam penelitian ini guru dapat meminta siswa membaca materi
diajukan hipotesis sebagai berikut : atau mengerjakan tes yang dilakukan
1. H0: Tidak ada pengaruh hasil belajar sebelum atau sesudah pembelajaran; (6)
siswa menggunakan model guru dapat menyelenggarakan kuis,
pembelajaran blended learning memberikan umpan balik dan
dibandingkan dengan model memanfaatkan hasil tes dengan baik; dan
pembelajaran langsung. (7) siswa dapat berbagi file dengan siswa
Ha: Ada pengaruh lebih tinggi secara lain. Blended learning secara efektif
signifikan hasil belajar siswa mendukung pencapaian belajar jika
menggunakan model pembelajaran

Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning dan Motivasi Belajar


108

penggunaanya sesuai dengan pola belajar TP2 yang tidak menggunakan metode
peserta didik dan tujuan belajar. blended learning.
Tujuan dari penggunaan blended Hasil penelitian yang diperoleh
learning dari berbagai sumber dapat sesuai dengan landasan teori di BAB II.
dirumuskan sebagai berikut: (1) membantu Pada landasan teori dijelaskan bahwa
peserta didik untuk berkembang lebih baik kelebihan penggunanaan model blended
di dalam proses belajar seuai dengan gaya learning (1) siswa leluasa untuk
belajar dan preferensi dalam belajar; (2) mempelajari materi pelajaran secara
menyediakan peluang yang praktis- mandiri dengan memanfaatkan materi-
realistis bagi pengajar dan peserta didik materi yang tersedia secara online; (2)
untuk pembelajaran secara mandiri, siswa dapat melakukan diskusi dengan
bermanfaat dan terus berkembang dan (3) guru atau dengan siswa lain diluar jam
peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi tatap muka; (3) kegiatan pembelajaran
peserta didik, dengan menggabungkan diluar jam tatap muka bisa dikontrol dan
aspek terbaik dari tatap muka dan dikelola dengan baik oleh guru; (4) guru
pembelajaran online. dapat menambahkan materi pengayaan
Hasil penelitian ini sejalan dengan melalui fasilitas internet; (5) guru dapat
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh meminta siswa membaca materi atau
Sarif SMKN 1 Paringan (2012) dengan mengerjakan tes yang dilakukan sebelum
judul “Pengaruh Model Blended Learning atau sesudah pembelajaran; (6) guru dapat
terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar menyelenggarakan kuis, memberikan
Siswa SMK” yang menyimpulkan bahwa: umpan balik dan memanfaatkan hasil tes
(1) Hasil penelitian menunjukkan ada dengan baik; dan (7) siswa dapat berbagi
perbedaan yang signifikan antara motivasi file dengan siswa lain. Blended learning
dan prestasi belajar siswa yang secara efektif mendukung pencapaian
menggunakan model blended learning dan belajar jika penggunaanya sesuai dengan
siswa yangmenggunakan model face-to- pola belajar peserta didik dan tujuan
face learning, (2) ada peningkatan motivasi belajar.
dan prestasi belajar siswa yang signifikan Sedangkan kelamahan blended
akibat penerapan model blended learning learning dibandingkan dengan MPL dalam
dan (3) tidak terdapat interaksi pengaruh penelitian ini sebagai berikut: (1) media
penerapan model pembelajaran dan yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga
motivasi terhadap prestasi belajar siswa. sulit diterapkan apabila sarana dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan prasarana tidak mendukung; (2) tidak
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh meratanya fasilitas yang dimiliki siswa
Achmadi (2013) dengan judul “ Pengaruh seperti komputer, HP android dan akses
Penerapan Blended Learning terhadap internet padahal blended learning
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Teknik memerlukan akses internet yang memadai
Permesinan SMK Muhammadiyah 3 dalam mengikuti pembelajaran daring; dan
Jogjakarta” yang menyimpulkan bahwa: (3) kurangnya pengetahuan sumber daya
(1) terdapat peningkatan prestasi belajar pembelajaran (guru, siswa, orang tua)
siswa yang signifikan (t hitung=16,60>t terhadap penggunaan teknologi infomasi
tabel=2,002) pada mata pelajaran teknik dan komunikasi.
pemesinan bubut di SMK Muhammadiyah Pada Penlitian ini diketahui pada
3 Yogyakarta setelah diterapkannya tabel 4.17 Fhitung untuk ranah kognitif
metode blended learning; (2) Terdapat sebesar 4,229 dengan signifikansi 0,044,
perbedaan prestasi belajar yang signifikan jika signifikansi <0,05 maka tampak
(t hitung=13,16>t tabel=2,002) anatara bahwa H0 di tolak dan Ha di terima. Pada
kelas XI TP4 yang diajarkan menggunakan tabel 4.20 tampak bahwa mean hasil
metode blended learning dengan kelas XI belajar ranah kognitif dengan blended
learning yang mempunyai motivasi tinggi

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017


109

sebesar 97,1111 dan mean hasil belajar 11,896 dengan signifikansi 0,017 jika
ranah kognitif dengan motivasi tinggi signifikansi i 0,017<0,05 maka tampak
dengan menggunakan model pembelajaran bahwa H0 di tolak dan Ha di terima.
langsung sebesar 78,4583, sedangkan Hasil belajar siswa pada ranah
mean hasil belajar siswa menggunakan kognitif dengan motivasi belajar tinggi
blended learning yang memiliki motivasi akan lebih maksimal dengan menggunakan
rendah sebesar 94,2308 dan mean hasil blended learning sedangkan hasil belajar
belajar siswa menggunakan model siswa dengan motivasi rendah akan lebih
pembelajaran langsung yang memiliki maksimal menggunakan MPL. Hasil
motivasi rendah sebesar 80,4167. belajar siswa pada ranah afektif dengan
Dengan demikian dapat disimpulkan, motivasi tinggi maka hasil belajarnya lebih
bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi maksimal dengan menggunakan blended
lebih cocok kegiatan belajar mengajar pada learning, sedangkan bagi siswa dengan
ranah kognitif menggunakan model motivasi belajar rendah akan lebih baik
blended learning sedangkan siswa yang menggunakan MPL. Sebaliknya hasil
memiliki motivasi rendah lebih cocok belajar pada ranah Psikomotor dengan
kegiatan belajar mengajar menggunakan motivasi belajar tinggi, maka sebaiknya
model pembelajaran langsung. menggunakan MPL dan bagi siswa dengan
Diketahui pada tabel Fhitung untuk motivasi belajar rendah akan lebih baik
ranah afektif 4,516 dengan signifikansi menggunakan blended learning.
0,037 jika signifikansi <0,05 maka tampak Sedangkan kelemahan blended learning
bahwa H0 di tolak dan Ha di terima. Ada dibandingkan dengan MPL dalam
pengaruh hasil belajar siswa dengan penelitian ini sebagai berikut: (1) media
motivasi belajar tinggi lebih dibandingkan yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga
dengan hasil belajar siswa dengan motivasi sulit diterapkan apabila sarana dan
belajar rendah dalam mata pelajaran TIK prasarana tidak mendukung; (2) tidak
menggunakan model blended learning. meratanya fasilitas yang dimiliki siswa
Pada tabel F hitung tampak bahwa seperti komputer, HP android dan akses
mean hasil belajar ranah afektif dengan internet padahal blended learning
blended learning yang mempunyai memerlukan akses internet yang memadai
motivasi tinggi sebesar 87,5000 dan mean dalam mengikuti pembelajaran daring
hasil belajar ranah afektif dengan motivasi (dalam jaringan); dan (3) kurangnya
tinggi dengan menggunakan model pengetahuan sumber daya pembelajaran
pembelajaran langsung sebesar 80,416, (guru, siswa, orang tua) terhadap
sedangkan mean hasil belajar ranah afektif penggunaan teknologi infomasi dan
siswa menggunakan blended learning komunikasi.
yang memiliki motivasi rendah sebesar
84,2308 dan mean hasil belajar ranah PENUTUP
afektif siswa menggunakan model Berdasarkan hasil pengujian
pembelajaran langsung yang memiliki hipotesis dan hasil penelitian, maka dapat
motivasi rendah sebesar 80,5000. ditarik kesimpulan sebagai berikut; (1)
Dengan demikian dapat disimpulkan, Rata-rata hasil belajar siswa yang
bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi menggunakan model pembelajaran
lebih cocok kegiatan belajar mengajar pada blended learning lebih tinggi dibandingkan
ranah afektif menggunakan model blended dengan hasil belajar siswa menggunakan
learning sedangkan siswa yang memiliki model pembelajaran langsung. Hasil
motivasi rendah lebih cocok kegiatan belajar siswa pada ranah kognitif dengan
belajar mengajar menggunakan model motivasi belajar tinggi akan lebih
pembelajaran langsung. Diketahui pada maksimal dengan menggunakan blended
tabel 4.19 Fhitung untuk ranah psikomotor learning sedangkan hasil belajar siswa

Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning dan Motivasi Belajar


110

dengan motivasi rendah akan lebih DAFTAR PUSTAKA


maksimal menggunakan MPL. Hasil Alfin, S. (2015). Pengaruh pembelajaran
belajar siswa pada ranah afektif dengan blended learning terhadap hasil
motivasi tinggi maka hasil belajarnya lebih belajar mata pelajaran IPS siswa
maksimal dengan menggunakan blended kelas VIII SMPN 37 Jakarta. UIN
learning, sedangkan bagi siswa dengan Syarif Hidayatullah. Tesis
motivasi belajar rendah akan lebih baik Arends, R. I. (2008). Learning to Teach.
menggunakan MPL. Sebaliknya hasil New York: McGraw Hill
belajar pada ranah Psikomotor dengan Companies. Inc.
motivasi belajar tinggi, maka sebaiknya Bloom, Benjamin S. (1956). Taxonomy of
menggunakan MPL dan bagi siswa dengan Educational Objective: The
motivasi belajar rendah akan lebih baik Classification of Educational Goals.
menggunakan blended learning, (2) London: David McKay Company,
motivasi siswa dalam mengikuti Inc.
pembelajaran dengan menggunakan model Sugiyono. 2013). Cara mudah menyusun
pembelajaran blended learning lebih tinggi Skripsi, Tesis dan Desertasi.
dibandingkan dengan pembelajaran model Bandung: CV Alfabeta.
pembelajaran langsung, (3) terdapat
interaksi antara pembelajaran blended
learning dengan motivasi belajar terhadap
hasil belajar siswa. Sedangkan
Implikasinya adalah 1) penggunaan
blended learning ini bisa diterapkan untuk
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
dalam pembelajaran, (2) penggunaan
blended learning akan memperoleh hasil
belajar yang maksimal pada siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi, karena
itulah sarana dan prasarana juga menjadi
sangat penting dalam menunjang kegiatan
belajar mengajar. Sedangkan saran pagi
sekolah yaitu Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi hendakya
digunakan secara maksimal terutama jika
di sekolah sudah memiliki sarana dan
prasarana yang memadahi. Sedangkan bagi
guru: Model Pembelajaran Blended
Learning sangat baik digunakan pada
seluruh mata pelajaran. Guru dapat
memberikan materi, quiz secara fleksibel.
Dan bagi siswa: Model pembelajaran
Blended Learning mengurangi kebosanan
siswa pada model pembelajaran langsung,
(4) bagi penelitian di masa yang akan
dating sebagai rekomendasi dalam
pelaksanaan penelitian sejenis selanjutnya
dan pengukuran motivasi belajar bisa juga
dilaksanakan dengan pengamatan pada
saat proses pembelajaran berlangsung.

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017

Anda mungkin juga menyukai