Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang

memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Yaitu beras

sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan pokok lainnya.

Diantaranya jagung, umbiumbian, sagu dan sumber karbohidrat lainnya. Sehingga

keberadaan beras menjadi prioritas utama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

asupan karbohidrat yang dapat mengenyangkan dan merupakan sumber

karbohidrat utama yang mudah diubah menjadi energi. Padi sebagai tanaman

pangan dikonsumsi kurang lebih 90% dari keseluruhan penduduk Indonesia untuk

makanan pokok sehari-hari (Sirrapa, 2011).

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan

makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

Kandungan gizi dari beras tersebut menjadikan komoditas padi sangat penting

untuk kebutuhan pangan sehingga menjadi perhatian di Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan beras (Maddoni, 2011).

Sebagai penyangga pangan nasional, Jawa Tengah memiliki potensi lahan

sawah dan lahan kering yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman

pangan. Semakin berkurangnya lahan sawah karena alih fungsi lahan, maka

pengembangan dan peningkatan produksi pangan diarahkan dengan

memanfaatkan lahan kering. Lahan kering merupakan salah satu sumber daya
lahan yang mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber pangan

(Nazirah, 2015). Salah satu jenis tanaman pangan yang dapat dikembangkan di

lahan kering adalah padi gogo. Sesuai dengan pendapat Fitria (2014) bahwa lahan

kering dapat dimanfaatkan untuk ekstensifikasi padi dengan mengembangkan

budi daya padi gogo.

Penanaman padi gogo di lahan kering dilakukan pada awal musim hujan,

baik secara monokultur maupun tumpang sari dengan beberapa tanaman pangan

lainnya. Sebagaimana pendapat Abdurachman., et al. (2010) yang mengemukakan

bahwa lahan kering yang potensial dapat menghasilkan bahan pangan, tidak hanya

padi gogo tetapi juga bahan pangan lainnya bila dikelola dengan menggunakan

teknologi yang efektif dan strategi pengembangan yang tepat.

Teknologi budidaya padi gogo di lahan kering yang efektif di antaranya

adalah mengatur kerapatan tanam dalam memanipulasi tanaman untuk

meningkatkan hasil (Faisulur., et al, 2012). Pengaturan kerapatan tanaman

tersebut menggunakan sistem tanam jajar legowo yang dapat meningkatkan

populasi tanaman per satuan luas (Erythrina, 2014). Sistem tanam jajar legowo

merupakan rekayasa pengaturan jarak tanam antar-baris tanaman sehingga terjadi

penambahan rumpun padi di dalam baris dan memperlebar jarak antar-baris

tanaman. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo selain produksi

meningkat diharapkan juga terjadi peningkatan pendapatan petani.

Peningkatan produktivitas padi selain dengan pengaturan jarak tanam juga

dapat diperoleh dengan menggunakan benih yang berasal dari varietas unggul

baru (VUB) yang memiliki potensi hasil tinggi (Husnain et al. 2016). Varietas
unggul baru padi gogo memiliki karakteristik berdaya hasil tinggi, tahan pada

penyakit utama, dan berumur genjah sehingga dapat dikembangkan dengan pola

tanam tertentu, serta memiliki rasa nasi enak dengan kadar protein yang relatif

tinggi (Nazirah., et al, 2015)

Hasil padi gogo relatif rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah

disebabkan terjadinya kekurangan air dalam pertumbuhannya karena sumber air

pada padi gogo hanya dari curah hujan semata. Pelaku pertanian harus bijaksana

dalam mengatur penghematan air sehingga menguntungkan terhadap hasil, antara

lain dengan mengatur jarak tanam. Jarak tanam berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman karena berhubungan dengan persaingan antar sistem

perakaran tanaman dalam konteks pemanfaatan pupuk (Masdar, 2001). Dalam

upaya meningkatkan produksi padi secara berkelanjutan perlu dilakukan dengan

tetap mempertahankan kandungan bahan organik tanah melalui pemanfaatan

jerami padi. Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar,

tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah. Kompos jerami ini

secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat

laun akan mengembalikan kesuburan tanah (Qamariah, 2016).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk

menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA
Sirrapa PM. 2011. Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Padi melalui
Penggunaan Varietas Unggul Dan Sistem Tanam Jajar Legowo Dalam
Meningkatkan Produktivitas Padi Mendukung Swasembada Pangan.
Jurnal Budidaya Pertanian. 7(2): 79-86.
Qamariah R, Pribadi Y, Khairuddin. 2016. Kelayakan ekonomi Usaha Tani Padi
Sawah dengan Pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) di
Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Dalam Prosiding Seminar
Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. p. 469-476.
Maddoni GA. 2011. Row Width and Maize Grain Yield. Jurnal Agron. 98: 1532-
1543.
Fitria, Eka, Ali MN. 2014. Kelayakan Usaha Tani Padi Gogo dengan Pola
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
Aceh. 434. Jurnal Widyariset. 17(3): 425-434.
Nazirah, Laila, Sengli BJ, Damanik. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas
Padi Gogo pada perlakuan pemupukan. Jurnal Floratek. 10: 54-60
Abdurachman A, Dariah A, Mulyani A. 2010. Strategi dan teknologi pengelolaan
lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal Litbang .
27(2): 43-49.
Faisulur, Habib R, Bhat MI. 2012. Evaluation Of Plant Spacing And Seedlings
Per Hill on Rice (Oryza sativa L.) Productivity Under Temperate
Conditions. Journal Agriculture Sciences. 4(9): 169-172.
Erythrina, Zaini Z. 2014. Budidaya Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo:
Tinjauan Metodologi untuk Mendapatkan Hasil Optimal. Jurnal Litbang
Pertanian. 33(2): 79-86.
Husnain D, Nursyamsi, Syakir M. 2016. Teknologi Pemupukan Mendukung
Jarwo Super. Jurnal Sumberdaya Lahan. 10(1): 1-10.

Anda mungkin juga menyukai