Anda di halaman 1dari 8

1 “Biochar Limbah Padat Diperkaya Ekstrak Cair Rumput Laut Sebagai Matrik

2 Perkecambahan Benih Padi Gogo Lokal”

10

11

12

13

14 Oleh :

15 NAMA : RONALDO
16 NIM : D1B117191
17

18

19

20

21

22 JURUSAN AGROTEKNOLOGI

23 FAKULTAS PERTANIAN

24 UNIVERSITAS HALU OLEO

25 KENDARI

26

27 I. PENDAHULUAN
281.1. Latar Belakang

29 Sulawesi Tenggara memiliki potensi lahan kering yang cukup luas. Menurut
30Wahab dan Sabur (2014)luas lahan kering di daerah ini mencapai 2.228.02 ha. Luas
31lahan kering yang telah dimanfaatkan untuk pertanaman padi gogo di Sulawesi
32Tenggara seluas 10.620 ha yang tersebar di kabupaten/ kota yaitu Konawe Selatan,
33Bombana, Buton, Muna, Buton Utara, dan Bau-Bau (Distan Sultra, 2013). Secara
34umum, budidaya padi gogo (Oryza sativa L.) dilakukan di lahan kering yang sepanjang
35hidupnya tidak digenangi air dan sumber kebutuhan airnya berasal dari kelembaban
36tanah yang berasal dari air hujan. Sulawesi Tenggara selain memiliki potensi lahan yang
37cukup luas untuk pengembangan padi gogo, juga memiliki plasma nutfah padi gogo
38lokal yang secara tradisional telah ditangkar, dan dibudidayakanolehpetani lokal di
39berbagaikabupaten.
40 Padi gogo merupakan jenis padi yang ditanam pada areal lahan kering. Budidaya
41padi gogo sama sekali tidak membutuhkan irigasi dan dapat diaplikasikan didaerah
42bercurah hujan rendah. Pengembangan padi gogo di lahan kering yang selama ini belum
43termanfaatkan dengan optimal dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadapi
44masalah ketahanan pangan. Namun demikian padi gogo kurang mendapat perhatian
45karena produktivitasnya rendah. Penyebab masih rendahnya produktivitas padigogo
46(khususnya padi gogo lokal) di Sulawesi Tenggara selain permasalahan keterbatasan
47sumber daya lahan adalah belum dipahaminya teknik budidaya padi gogo secara
48optimal (Sutariati et all, 2014).
49 Idealnya semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga
50bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan
51kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Fauziah, 2011).
52Banyakcara yang dapat digunakan untuk untuk memperbaiki daya perkecambahan
53benih yaitu presoaking, matriconditioning, wetting and drying, humidifying,
54osmoconditioning, aerasi oksigen, dan pregermination. Conditioning yang sudah
55terbukti efektif dan paling mudah dilakukan adalah matriconditioning. Dimana
56matriconditioning adalah perlakuan hidrasi terkontrol yang dikendalikan oleh media
57padat lembab dengan potensial matriks rendah dan potensial osmotik yang dapat
58diabaikan. Conditioning yang efektif dan paling mudah dilakukan adalah
59matriconditioning. Media yang digunakan untuk matriconditioning harus memenuhi
60syarat sebagai berikut: 1. memiliki potensial matriks yang tinggi dan potensial osmotik
61yang dapat diabaikan, 2. kelarutan dalam air rendah dan dapat utuh selama
62matriconditioning, 3. merupakan bahan kimia inert dan tidak beracun, 4. kapasitas daya
63pegang air yang cukup tinggi, 5. kemampuan aerasi tinggi, mampu untuk tetap kering,
64dan bebas dari serbuk, 6. memiliki permukaan yang cukup luas, 7. kerapatan ruang yang
65besar dan kerapatan isi yang rendah, dan 8. mampu menempel pada permukaan benih.
66Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah dan Ramlah (2011) menunjukkan bahwa Pada
67tolok ukur daya berkecambah semua perlakuan benih mengindikasikan peningkatan
68dibanding kontrol. Perlakuan matriconditioning plus jerami menunjukkan peningkatan
69daya berkecambah yang nyata dengan nilai 99,33% (untuk Nei baru + jerami),
70dibanding tanpa perlakuan matriconditioning. Perlakuan matriconditioning mampu
71meningkatkan viabilitas dan vigor benih, karena imbibisi air ke dalam benih yang
72terkontrol oleh faktor media (jerami). Biochar dapat menjadi alternative sebagai matric
73karena biochar dinggap sebagai produk pertanian yang berkelanjutan dimana bichar
74didapatkan dengan mengubah limbah pertanian menjadi bahan yang berharga. Sebagai
75produk sampingan dari proses pirolisis yang kemudian dapat digunakan dalam
76tanaman.
77 Menurut Rosalba (2013) analisis kimia rumput laut dan ekstraknya telah
78mengungkapkan adanya berbagai macam zat pemacu pertumbuhan tanaman seperti
79auksin, sitokinin, dan betain. Zat-zat ini dapat memengaruhi pengembangan sistem
80tunas dan akar.
811.2. Perumusan Masalah

82 1. Apakah konsentrasi rumput laut yang diberikan pada berbagai jenis biochar
83 memberikan pengaruh signifikan terhadap waktu perkecambahan benih padi
84 gogo Wakawondu?
85 2. Berapakah lama waktu yang dibutuhkan proses matriconditioning menggunakan
86 bermacam matric biochar diperkaya ekstrak cair rumput laut yang memberikan
87 tingkat viabilitas dan vigor tinggi benih padi gogo local Wakawondu?

881.3. Tujuan dan Kegunaan

89 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biochar dan ekstrak rumput
90laut terhadap waktu perkecambahan benih padi gogo wakawondu.

91
92 II. TINJAUAN PUSTAKA

932.1. Vigor dan Viabilitas Benih


94 Menurut Fauziah dan Ramlah (2011) Vigor benih di cerminkan oleh dua
95informasi tentang viabilitas, masingmasing ‘kekuatan tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih.
96Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk
97tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub
98optimum atau sesudah benih melampui suatu periode simpan yang lama.
99 Perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi air ke dalam benih. Tingkat
100imbibisi yang terjadi dipengaruhi oleh komposisi benih, impermeabilitas lapisan luar
101benih, dan ketersediaan air. Ketersediaan air untuk imbibisi tergantung pada potensial
102air sel. Potensial air sel tersebut merupakan hasil dari tiga potensial yaitu tekanan
103matriks dinding sel, konsentrasi osmotik sel, dan tekanan turgor sel dan karakter
104fisiologis padi gogo lokal, dalam hal perkecambahan umumnya toleran terhadap
105kekeringan (Debby et all, 2015).
106 2.2. Matriconditioning
107 Matriconditioning adalah peningkatan fisiologis dan biokimiawi dalam benih
108selama penghambatan perkecambahan oleh media imbibisi yang memiliki potensial
109matrik rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan (Sucahyono, 2013).
110 Tujuan dari perlakuan matriconditioning adalah menyeimbangkan tekanan
111potensial air benih guna merangsang metabolisme benih agar siap berkecambah tetapi
112pemunculan radikula terhambat. Terhambatnya pemunculan radikula mengakibatkan
113perubahan fisiologi dan biokemis benih dapat dicapai dengan cepat sehingga proses
114perkecambahan terjadi dengan serentak. Selama conditioning benih akan menyerap air
115tetapi radikula tidak muncul, dengan demikian proses metabolisme dalam benih berjalan
116secara optimal sehingga terjadi kerempakan perkecambahan serta mengurangi tekaman
117lingkungan yang kurang kondusif (Sucahyono, 2013).
118 Sucahyono dkk (2013) Menunjukkan matriconditioning atau matriconditioning
119+ pupuk hayati mampu memperbaiki daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih.
120Pupuk hayati atau matriconditioning + pupuk hayati memperbaiki pertumbuhan
121vegetatif. Meskipun tidak ada pengaruh nyata invigorasi terhadap hasil, perlakuan
122pupuk hayati menghasilkan benih 15% lebih banyak dibanding kontrol dan perlakuan
123matriconditioning menghasilkan benih 13% lebih banyak dibanding kontrol. Viabilitas
124dan vigor benih hasil panen tidak dipengaruhi oleh perlakuan invigorasi. Berdasarkan
125daya berkecambah, indeks vigor dan kecepatan tumbuhnya
1262.3. biochar
127 Menurut Huang et all (2019) Biochar adalah bahan karbon yang diperoleh dari
128pirolisis biomassa, termasuk bahan nabati. Neneng (2014) melaporkan bahwa Hasil
129analisis secara nasional, potensi biomas pertanian yang bisa dikonversi menjadi biochar
130diperkirakan sekitar 10,7 juta ton yang akan menghasilkan biochar 3,1 juta ton. Potensi
131tertinggi berasal dari sekam padi yaitu mencapai 6,8 juta t th-1 dan akan menghasilkan
132biochar sebesar 1,77 juta t th-1atau sekitar 56,48% dari total potensi biochar nasional.
133 Selama ini, limbah pertanian tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, hanya
134terbatas digunakan sebagai sumber energi terbarukan dan pakan ternak. Sehingga
135penggunaan biochar sebagai matriconditioning mempunyai potensi yang besar untuk
136dikembangkan disulawesi tenggara.
137 Biochar dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah yang penting untuk
138perkecambahan biji dan pertumbuhan tanaman termasuk nutrisi termasuk fosfor (P)
139serta mikroba tanah (David et all, 2018). Hasil penelitian yang telah dilakukan Bogdan
140et all (2019) Menunjukkan bahwa biochar, yang diaplikasikan sebagai kondisioner yang
141ditambahkan ke air dalam proses hidrasi benih, meningkatkan kapasitas
142perkecambahannya. Ketika bahan tanaman yang diproses ditambahkan ke air pada laju
1435 g (sekitar 1250 biji) per 100 mL, laju perkecambahan meningkat menjadi 45,3%, dan
14423,3% lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan 7,3% lebih tinggi
145daripada di biji terhidrasi tanpa biochar.

1462.4. Ekstrak Rumput Laut


147 Pemberian ekstrak rumput laut dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi
148pada berbagai jenis tanaman, seperti pada tanaman selada, kubis, tomat serta berbagai
149jenis tanaman lainnya (Asifa et all, 2014). Lebih lanjut nurhayati et all (2018)
150menyatakan bahwa Ekstrak cair rumput laut dapat meningkatkan perkecambahan biji
151dan pertumbuhan tanaman. serta memperbaiki pengaruh dari tekanan abiotik seperti
152salinitas, suhu ekstrim, defisiensi nutrisi dan kekeringan pada tanaman hortikultura.
153 Sehingga ekstrak rumput laut yang diaplikasikan kematric dari biocar dapat
154memperbaiki perkecambahan biji padi gogo lokal karena mengandung zat pemngatur
155tumbuh seperti auksin dan giberelin. Hasil penelitian rosalba (2013) menunjukkan
156bahwa benih yang diperlakukan dengan ekstrak rumput laut (LSE) U. lactuca dan P.
157gymnospora pada konsentrasi yang lebih rendah (0,2%) menunjukkan perkecambahan
158yang meningkat (respons yang lebih baik dalam tingkat perkecambahan terkait dengan
159waktu perkecambahan rata-rata yang lebih rendah, indeks perkecambahan tinggi dan
160energi perkecambahan, dan akibatnya kekuatan bibit yang lebih besar dan bulu yang
161lebih besar dan panjang radicle). Aplikasi sebagai tanah basah ternyata lebih efektif
162dalam mempengaruhi ketinggian tanaman (hingga 79 cm) daripada aplikasi semprot
163daun (75 cm).
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189III. METODE PENELITIAN

1903.1. WaktudanTempat
191 Penelitian ini akan dilaksanakan…………………………………………..
1923.2. Pelaksanaan Penelitian
193 Kulit pisang, kulit rambutan, kulit durian dan batang jagung dikumpulkan dari
194limbah hasil pertanian disekitaran kota kendari Biochar kulit buah pisang, kulit
195rambutan, kuliat durian dan batang jagung diproduksi menggunakan Retort Technology
196(Elisa, 2016; Bahrundkk. 2018). Biochar yang telah dihaluskan disaring menggunakan
197penyarin gukuran 200 µm per lubang (Arioli et al, 2017), kemudian disimpan dalam
198wadah kedap udara sampai digunakan.
199 Rumput laut sehat (RL) dikumpulkan dari petani rumput laut dari spesies yang
200sama di wilayah pesisir, Kabupaten Konawe Selatan. Rumput laut segar dicuci
201menggunakan air tawar untuk menghilangkan garam, lumut, lumpur, pasir, dan fauna
202yang berasosiasi. Selanjutnya, dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC selama 72 jam,
203kemudian dihaluskan menggunakan blender, dan disaring menggunakan penyaring
204berukuran 0,50 mm per lubang (Hernandez-Herrera et al., 2013). Sebanyak 500 g bubuk
205tiap rumput laut dimasukkan kedalam wadah berbeda, masing-masing berisi 10 liter air
206destilasisteril, kemudian dididihkan selama 1 jam. Campuran mendidih disaring
207menggunakan kain muslin, dan disaring menggunakan kertas Whatmaan No. 41.
208Ekstrak yang diperoleh ini dirujuk sebagai sebagai larutan stok. Ekstrak rumput laut
209dibuat kedalam konsentrasi: 0% (K0); 10% (K10); 20% (K20); 30% (K30), dan 40%
210(K40). Semua konsentrasi dibuat menggunakan pelarut aquades steril (Ramyaet al.
2112015) pada saat pembuatan matriconditioning.
212 Sebanyak 100 ml tiap kosentrasi dari setiap rumput dituang secara perlahan-
213lahan dalam wadah berbeda yang masing-masing berisi 30 g matric dari serbuk biochar
214kulit buah kakao, dan diaduk hingga membentuk semacam pasta. Sehingga diperoleh 5
215perlakuan matric biochar kulit buah kakao mengandung ekstrak rumput laut, yakni RL-
216K0, RL-K10, RL-K20, RL-K30, RL-K40.
217 Benih padi gogo local Wakawondu diambil dari petani tradisional di Buton
218Utara. Benih padi gogo local dicuci sampai bersih menggunakan aquades steril, lalu
219dikeringanginkan. Sebanyak 100 gram benih dicampur dengan 10 gram tiapmatric+
220ekstrak rumput laut dalam wadah berbeda (seed treatment). Tiap wadah berisi campuran
221benih dan matric+ekstrak rumput laut ditutup dan ditempatkan pada temperature ruang
222selama 0, 1, 2, 3, 4 hari sebagai perlakuan lama matriconditioning. Setelah
223matriconditioning, tiap campuran dibersihkan menggunakan air mengalir sampai semua
224matic lepas dari benih. Kemudian benih dari tiap perlakuan matriconditioning ditabur
225diatas kertas merang bersih, lalu dibiarkan sampai kering kembali (Andreoli& Khan,
2261999).
227 Sebanyak 25 benih tiap perlakuan matric+ekstrak rumput laut dari tiap lama
228waktu matriconditioning dikecambahkan pada permukaan kertas merang yang
229dilembabkan dengan 5 ml aquades steril. Tiapcawan petri dimasukan kedalam ruang
230perkecambahan. Tiap perlakuan diulangi sebanya ktiga kali mengikuti prosedur
231rancangan acak kelompok (RAK). Jumlah kecambah dihitung setiap hari sampai tidak
232adalagi benih yang berkecambah.
2333.3. Variabel Pengamatan
234 Variabel pengamtan yang diukurmeliputi potensi tumbuh maksimum (PTM),
235daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), keserempakan tumbuh (KST), waktu
236berkecambah 50% (T50) dan kecepatan tumbuh relatif (KCT-R).
237 Pengaruh perlakuan terhadap variable pengamatan diuji menggunakan analisis
238ragam (Anova). Parameter pengamatan yang menunjukan pengaruhnyata, diuji lanjut
239menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.
240

241

242

243

Anda mungkin juga menyukai