Anda di halaman 1dari 5

Nama : Desy Anya Clarissa

NIM : 03031381722081
Shift : Rabu (08.00-12.10 WIB)
Kelompok : 2 (Dua)

Sumber Nabati Dalam Pembuatan Metil Ester

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif mesin diesel yang saat
ini banyak dikembangkan, karena memiliki karakteristik yang serupa dengan bahan
bakar mesin diesel yang juga berasal dari fosil. Pemanfaatan minyak nabati sebagai
bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sumber minyak
nabati mudah diperoleh, proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan
cepat, serta tingkat konversi minyak nabati menjadi biodiesel tinggi. Proses dalam
pembuatan biodiesel menggunakan proses transesterifikasi antara minyak nabati
dengan methanol dan katalis pada suhu 70oC dan biodiesel merupakan bahan bakar
yang digunakan untuk ramah terhadap lingkungan (Prihandana dkk, 2006).
Biodiesel memiliki keuntungan antara lain tidak diperlukan modifikasi dalam
mesin, memiliki cetane number serta flash point yang tinggi, tidak mengandung
sulfur, mempunyai viskositas yang tinggi, memiliki daya pelumas yang tinggi, aman
dan tidak beracun. Menggunakan biodiesel sebagai pengganti diesel standar tidak
hanya akan membantu melestarikan dan menjaga lingkungan, tetapi juga dapat untuk
membantu kemandirian energi dan keamanan energi untuk negara (Ketaren, 2008).
Pengembangan potensi biodiesel di Indonesia sangat baik. Hal ini dikarenakan
bahan baku biodiesel yang digunakan mudah diperoleh. Bahan baku proses biodiesel
diantaranya adalah biodiesel dari minyak jelantah, minyak nabati dan lemak hewani.
Memanfaatkan limbah ampas kedelai sebagai bahan pembuatan biodiesel dapat
dilakukan dengan proses transesterifikasi in situ dengan mengetahui pengaruh suhu
dan waktu operasi pada proses transesterifikasi in situ terhadap karakteristik sebagai
mutu dari bahan bakar biodiesel (Anggraini dan Fitriani, 2018).
1. Minyak Nabati dari Minyak Kacang Kedelai
Proses pembuatan biodiesel dari minyak kedelai terdiri dari tiga metode dasar
dalam pembuatan biodiesel (metil ester) dari minyak dan lemak, yaitu reaksi berupa
transesterifikasi dengan katalis basa pada minyak yang berasal dari metanol, reaksi
esterifikasi dengan katalis asam langsung antara minyak dengan etanol dan juga dapat
mengubah minyak menjadi asam lemak, kemudian mengubahnya menjadi metil ester
dengan katalis asam. Pembuatan untuk biodiesel pada saat ini biasanya dengan
menggunakan katalis basa karena prosesnya yang lebih ekonomis dan praktis. Proses
ini juga meliputi penggunaan dengan suhu yang rendah (65,5oC). Limbah cair dari
ampas tahu dimanfaatkan untuk pembuatan biogas dan bahan penggumpal lateks.
Ampas tahu masih mengandung bahan organik yang memiliki banyak manfaat.
Komponen anorganik antara lain adalah kalsium, posfor, dan lain - lain. Komponen
organik yang dimaksud yaitu lemak dan protein (Wanri, 2014).
Minyak kedelai dari ampas tahu dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai
bahan baku biodiesel. Minyak dan lemak terdiri atas trigliserida campuran, yang
merupakan ester dari gliserol dan asam lemak yang rantai panjang. Lemak pada
ampas tahu mengandung bahan organik maupun anorganik yang masih dapat untuk
dimanfaatkan. Bahan organik yang masih belum dimanfaatkan adalah lemak. Kadar
lemak dalam ampas tahu adalah 9,96%. Lemak dan minyak adalah salah satu
kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat
di alam serta memiliki sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar, misalnya dietil eter (CH5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena (C6H6), n-
heksana (C6H14) dan pelarut organik non-polar lainnya yang memiliki polaritas tidak
jauh berbeda dengan solutenya. Pengambilan minyak dari kacang kedelai dari dalam
ampas tahu dapat dilakukan dengan cara ekstraksi (Tanaty dkk, 2014).
2. Minyak Nabati dari Minyak Bunga Matahari
Kandungan minyak pada biji bunga matahari cukup besar yaitu sekitar 48%-
52%, dimanfaatkan sebagai minyak bumi. Kandungan minyak yang cukup besar dari
biji bunga matahari ini bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar alternatif pengganti
minyak bumi yaitu biodiesel. Minyak biji bunga matahari merupakan trigliserida
yang tersusun atas asam lemak dan gliserol yang memiliki rantai karbon panjang. Biji
bunga matahari juga mengandung 45% - 50% lipid, sehingga memungkinkan untuk
dijadikan bahan bakar alternatif. Produk yang ingin diperoleh dari proses pengolahan
biji bunga matahari ini adalah metil ester, yang bisa digunakan untuk menggantikan
minyak bumi. Metil ester merupakan bahan kimia dasar turunan minyak dan lemak,
yang diproduksi dengan proses alkoholisis, dimana minyak atau lemak tersebut
direaksikan dengan menggunakan methanol yang disebut dengan proses methanolisis.
pengolahan minyak biji bunga matahari dengan proses foolproof (Buchori dkk, 2012).
Proses foolproof ini terdiri dari empat tahap. Minyak yang dihasilkan dari biji
bunga matahari kemudia diekspor sebagai crude oil atau minyak mentah yang bisa
dimurnikan pada tahap pertama, yaitu dengan proses degumming, yakni dengan
menambahkan air panas dan dikombinasikan dengan centrifuge. Minyak tersebut
kemudian dicuci dan diharumkan dengan proses pemanasan atau proses pendingingan
dan dilakukan penyaringan tahap akhir, yang tidak membutuhkan proses hidrogenasi.
Proses degumming ini berguna untuk memisahkan gum yang berupa phospatida
dengan tambahan asam phospat (H3PO4). Tahap yang kedua adalah tahap
esterifikasi, yaitu penambahan larutan NaOCH3 10% untuk menetralkan kandungan
asam lemak bebas. Kemudian tahap yang ketiga adalah proses transerifikasi yang
berguna untuk mereaksikan triglisarida dalam minyak dengan methanol membentuk
gliserin dan metil ester yang digunakan sebagai biodiesel (Daryono dkk, 2012).
Tahap yang terakhir adalah tahap refinery biasa disebut dengan tahap dengan
pemurnian biodiesel untuk memperoleh bahan bakar dari biodisel dengan tingkat
kemurnian yang tinggi. Pembuatan biodiesel dari minyak nabati dilakukan dengan
mengkonversi trigliserida sebagai komponen utama dari minyak nabati yang menjadi
metil ester dengan asam lemak, dengan memanfaatkan katalis pada proses metanolisi
atau esterifikasi. Teknologi biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu
mengurangi impor terhadap bahan bakar minyak, meningkatkan kesempatan kerja
dalam membuka lapangan pekerjaan yang baru, meningkatkan teknologi dibidang
pertanian dan industri di dalam negeti, memperbesar basis sumber daya bahan bakar
minyak nabati, mengurangi pemanasan dan pencemaran udara karena biodiesel ini
merupakan energi yang ramah lingkungan. Biodiesel yang berasal dari minyak nabati
dikenal sebagai Vegetable Oil Metil Ester (VOME) (Katja, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, T. M., dan Fitriani, N. 2018. Limbah Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku
Untuk Produksi Biodiesel. Jurnal Integrasi Proses. Vol. 7(1): 13-19.
Buchori, L., Sasongko, S. B., Anggoro, D. D., dan Aryanti, N. 2012. Pengambilan
Minyak Kedelai Dari Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Untuk
Biodiesel. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 10(2): 49-53.
Daryono, E. D., Rengga, A. C.,dan Safitri, I. 2014. Proses Produksi Metil Ester Dari
Minyak Biji Mahoni Dengan Transesterifikasi In Situ Menggunakan CO-
Solvent THF (TETRAHYDROFURAN). Jurnal reaktor. Vol. 15(1): 51-58.
Katja, D. G. 2012. Kualitas Minyak Bunga Matahari Komersial Dan Minyak Hasil
Ekstraksi Biji Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.). Jurnal Ilmiah Sains.
Vol. 12(1): 59-64.
Ketaren, S.2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan Buku. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Prihandana, R., Hendroko, R., dan Nuramin, M. 2006. Menghasilkan Biodiesel
Murah. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Tanaty, M. Z. M. M., Pontoh, J., dan Fatimah, F. 2016. Optimasi Instrumen GC Dari
Shimadzu Terhadap Beberapa Senyawa Metil Ester Asam Lemak (FAME).
Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE. Vol. 5(1): 6-9.
Wanri, P. S. 2014. Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) Dari Limbah Ampas Kedelai
Dengan Proses Transesterifikasi In Situ Menggunakan Katalis NaOH. Jurnal
Teknik Kimia. Vol. 1(1): 1-24.

Anda mungkin juga menyukai