Alzheimer
Alzheimer
PENDAHULUAN
1
dengan harapan dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca pada
umumnya dan penyusun pada khususnya.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2
2.1 Pengertian Alzheimer
2.2 Epidemiologi
3
menunjukkan munculnya penyakit degeneratif otak, tumor, multiple stroke, subdural
hematoma atau penyakit depresi, yang merupakan penyebab utama demensia.
2.3 Klasifikasi
2.4 Etiologi
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi
yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan
metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi
protein abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika,
tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi
beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika
(lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus
factor genetika.
Patogenesa
1. Faktor genetik
5
kromosom 6, keadaan ini menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan
menentukan ekspresi genetika pada alzheimer.
2. Faktor infeksi
3. Faktor lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam
patogenesa penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antar lain, aluminium, silicon,
mercury, zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf
pusat yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque
(SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah
keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu
hal yang tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan
ketidak seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang
belum jelas. Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan
depolarisasi melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk
ke intraseluler (Cairan-influks) danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi
seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron.
6
4. Faktor imunologis
5. Faktor trauma
6. Faktor neurotransmitter
a) Asetikolin
Barties et al (1982) mengadakan penelitian terhadap aktivitas spesifik
neurotransmitter dengan cara biopsy sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada
penderita Alzheimer didapatkan penurunan aktivitas kolinasetil transferase,
asetikolinesterase dan transport kolin serta penurunan biosintesa asetilkolin.
Adanya deficit presinaptik kolinergik ini bersifat simetris pada korteks frontalis,
temporalis superior, nucleus basalis, hipokampus. Kelainan neurotransmitter
asetilkolin merupakan kelainan yang selalu ada dibandingkan jenis
neurotransmitter lainnya pada penyakit Alzheimer, dimana pada jaringan
otak/biopsy selalu didapatkan kehilangan cholinergic marker. Pada penelitian
dengan pemberian scopolamine pada orang normal, akan menyebabkan berkurang
atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat mendukung hipotesa kolinergik sebagai
patogenesa penyakit Alzheimer.
b) Noradrenalin
7
Kadar metabolism norepinefrin dan dopamine didapatkan menurun pada
jaringan otak penderita Alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus
yang merupakan tempat yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkolerasi
dengan deficit kortikal noradrenergik.
Bowen et al (1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan otak
penderita Alzheimer menunjukan adanya defesit noradrenalin pada presinaptik
neokorteks. Palmer et al (1987),Reinikanen (1988), melaporkan konsentrasi
noradrenalin menurun baik pada post dan ante-mortem penderita Alzheimer.
c) Dopamine
Sparks et al (1988), melakukan pengukuran terhadap aktivitas
neurotransmitter region hypothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan
akivitas dopamine pada penderita Alzheimer. Hasil ini masih controversial,
kemungkinan disebabkan karena histopatologi region hypothalamus setia
penelitian bebeda-beda.
d) Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5 hidroxi-
indolacetil acil pada biopsy korteks serebri penderita Alzheimer. Penurunan juga
didapat pada subregio hipotalamus sangat bervariasi, pengurangan maksimal pada
anterior hipotalamus sedangkan pada posterior peraventrikuler hipotalamus
berkurang sangat minimal. Perubahan kortikal serotonergik ini beghubungan
dengan hilangnya neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT pada nucleus rephe
dorsalis
e) MAO (manoamin oksidase)
Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter monoamine.
Akivitas normal MAO A untuk deaminasi serotonin, norepinefrin, dan sebagian
kecil dopamine, sedangakan MAO-B untuk deaminasi terutama dopamine. Pada
penderita Alzheimer, didapatkan peningkatan MAO A pada hipotalamus dan
frontalis sedangakan MAO-B pada daerah temporal dan menurun pada nucleus
basalis dari meynert.
2.5 Patofisiologi
8
beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP).
Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan
mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-
beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel
neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada
keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam
pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen – fragmen
oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi
gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel
glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang,
tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain
adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga menggagu hubungan
9
intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan
makin rentannya neuron terhadap stressor.
Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada
AD. Secara neurokimia kelainan pada otak
2.6 WOC
(terlampir)
Pada stadium awal Alzheimer, terjadi keadaan mudah lupa dan kehilangan
ingatan ringan. Terdapat kesulitan ringan dalam aktivitas pekerjaan dan social.
Depresi dapat terjadi pada saat ini. Pasien dapat kehilangan kemampuannya
mengenali wajah, tempat, dan objek yang sudah dikenalnya. Pasien juga sering
mengulang-ulang cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya.
Kemampuan berbicara memburuk sampai pembentukan suku kata yang tidak
masuk akal, agitasi, dan peningkatan aktivitas fisik. Nafsu makan pun bertambah
secara berlebihan. Terjadi pula disfagia dan inkontinensia. Pasien dapat menjadi
depresif, curiga, paranoid, dan kasar(perubahan kepribadian).
11
EEG : difus lambat
PET : hipometabolisme frontal dan parietal
2.8 Komplikasi
12
adalah tekanan darah, kolestrol dan tingkat gula darah. Tetap aktif – secara
fisik, mental dan sosial – juga dapat mengurangi risiko terkena Alzheimer.
2.10 Langkah-langkah Pencegahan dan Pengobatan
13
atau tidak mengkonsumsi kafein. Studi lain yang dipublikasikan dalam
Journal of Alzheimer’s Disease menemukan bahwa kadar kafein abnormal
secara signifikan menurukan protein yang terkait dengan penyakit
Alzheimer dan 50 persen pengurangan di tingkat amyloid beta, zat
membentuk gumpalan lengket plak dalam otak orang-orang dengan
penyakit Alzheimer. Ini berarti bahwa studi ini menemukan bahwa kafein
dapat menjadi penting dalam mencegah Alzheimer, tetapi sebenarnya
dapat menjadi pengobatan terapi bagi mereka yang sudah didiagnosis
dengan penyakit. Hal ini merupakan perkembangan besa, Ini juga
merupakan alasan besar untuk melanjutkan kebiasaan latte harian Anda.
5.Latihan (Olahraga)
Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat olahraga pada
orang dengan penyakit Alzheimer. Journal of American Medical Associate
menerbitkan penelitian yang menemukan bahwa latihan olahraga untuk
pasien dengan penyakit Alzheimer tidak hanya meningkatkan kondisi fisik
dan memperpanjang mobilitas independen mereka. Mobilitas Independen
penting terutama bagi mereka dengan penyakit Alzheimer, karena salah
satu gejala Alzheimer yang sering tidak dibahas adalah kurangnya
keseimbangan, jatuh dan tersandung. Hal ini menyebabkan cedera dan
kebutuhan untuk pengawasan konstan pada pasien Alzheimer. Dengan
menggabungkan 60 menit latihan pada hari-hari dalam seminggu, dan
istirahat teratur, seseorang dapat meningkatkan mobilitasnya.
Meskipun tidak ada obat untuk Alzheimer sampai saat ini, para
peneliti tidak berhenti bekerja keras untuk menemukan cara baru untuk
mencegah, mengobati dan menyembuhkan penyakit ini.
Pengobatan untuk para penderita alzheimer yaitu dengan cara
meminum obat asetikolin nesterase yang berfungsi untuk menambah zat
yang memperbesar daya ingat. Selain itu pengobatan untuk penderita juga
dengan melakukan terapi secara teratur. untuk lebih memudahkan terapi
yang teratur, akan lebih baik jika penderita (yang biasanya sudah lanjut
usia) di titipkan di panti agar perkembangannya bisa terkontrol dengan
baik di bandingkan di rumah sendiri.
14
Banyak sekali orang yang menderita Alzheimer berperilaku dalam
cara yang agresif. Biasanya orang dengan penyakit Alzheimer
menunjukkan perilaku agresif jika ia merasa terhina, takut, atau frustasi
karena mereka tidak dapat memahami orang lain atau membuat sendiri
dipahami.
Ketika seorang pasien Alzheimer secara lisan atau fisik agresif,
dokter menggunakan obat-obatan seperti antipsikotik risperidone atau
olanzapine. Obat antipsikotik yang lebih tua seperti Haloperidol tidak
digunakan karena efek samping yang parah.
Akan tetapi, Penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan non-
obat seperti kotak cahaya terang yang lebih baik mengelola perilaku
agresif dalam Alzheimer sebagai risiko keamanan obat antipsikotik lebih
besar daripada manfaatnya.
Selain obat-obatan yang ilmiah seperti dikemukakan diatas,
terdapat juga obat pencegahan alami yang sering dipakai memasak orang
Indonesia yaitu kunyit. Kunyit, selain menambah nafsu makan, kunyit juga
ternyata dapat mencegah kita dari penyakit alzheimer di masa tua nanti.
Satu penelitian menunjukkan orang-orang yang mengonsumsi
banyak kunyit, pada hakekatnya jarang yang terkena Alzheimer. “Di
negara-negara di mana orang-orangnya mengonsumsi banyak (kunyit),
kejadian penyakit Alzheimer sangat rendah. Di India dan Asia Tenggara,
penyakit itu jarang. Dan (di Amerika Serikat) itu sangat, sangat biasa,”
kata Chris Kilham seorang pemburu obat dalam wawancara dengan Fox
News.
Kilham menjelaskan bahwa akar kunyit, yang juga dikenal dalam
bentuk ekstrak yang disebut curcumin, merupakan salah satu rempah-
rempah yang berguna dalam mencegah munculnya Alzheimer dan bahkan
mengobatinya.
"Orang yang menderita penyakit Alzheimer memiliki plak yang
melekat di otak disebut "amyloid beta." Beberapa plak juga berkembang
karena Alzheimer, atau karena menjadi penyebab langsungnya. Tetapi,
15
plak-plak itu secara langsung berkaitan dengan proses degeneratif," jelas
Kilham.
Penelitian menunjukkan bahwa kunyit benar-benar melenyapkan
plak-plak ini, baik saat plak itu mulai terbentuk dan bahkan selama tahap
akhir dari perkembangan plak.
Apa yang ada dalam kunyit adalah sesuatu yang tampak untuk
menghalangi perkembangan penyakit Alzheimer dan benar-benar
membantu mengurangi keberadaan plak dalam otak. Dalam penelitian
terhadap binatang, saat binatang benar-benar memiliki plak "amyloid beta"
dalam otak mereka dan mereka diberi akar kunyit, maka plak itu
berkurang.
Menurut Kilham, perusahaan-perusahaan obat bekerja keras
mencoba mengembangkan versi obat dari kunyit, tetapi Kilham
merekomendasikan untuk makan kunyit asli bila memungkinkan, dan
mengonsumsi ekstrak kunyit bila makan kunyit dalam makanan bukan
pilihan.
Dengan demikian, kita tidak usah khawatir akan penyakit ini,
karena sudah terbukti oleh riset bahwa kunyit dapat mengurangi resiko
alzheimer. Sedangkan, indonesia merupakan negara yang mengkonsumsi
kunyit dalam hampir setiap bumbu masakannya
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
1. Identitas klien
16
- Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat , agama, suku bangsa,
status perkawinan, golongan darah, dan hubungan pasien dengan
penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit apa saja yang pernah diderita
pasien, baik penyaktit yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
penyakit Alzheimer, maupun yang tidak.
- Riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien saat ini.
- Riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang lain, baik yang dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya penyakit Alzheimer maupun yang tidak.
3. Pengkajian Psikososial Spiritual
- Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi
dan konsep diri didapatkan pasien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang
terpenting pada pasien dengan penyakit Alzheimer adalah penurunan
kognitif dan memori.
4. Aktivitas Istirahat
- Gejala : Merasa lelah
- Tanda : siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur.
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa,
hobi, ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang
dibaca/mengikuti acara program televisi.
5. Sirkulasi
- Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik, hipertermi,
episode emboli (faktor presdiposisi)
6. Integritas ego
- Gejala: Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan
persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek
dan orang, penimbunan objek: meyakini bahwa objek yang salah
penempatannya telah dicuri, kehilangan multiple, perubahan citra
tubuh dan harga diri yang dirasakan.
- Tanda: duduk dan menonton yang lain, menyembunyikan
ketidakmampuan (banyak alasan tidak mampu melakukan kewajiban,
mungkin juga tangan membuka buku tapi tidak membacanya)
7. Eliminasi
- Gejala: dorongan berkemih
17
- Tanda: inkontinensia urine/feces, cenderung konstipasi/impaksi dengan
diare
8. Makanan/cairan
- Gejala: riwayat episode hipoglikemia (merupakan faktor presdiposisi),
perubahan dalam pengecapan. Nafsu makan, kehilangan berat badan,
mengingkari terhadap rasa lapar/kebutuhan untuk makan.
- Tanda: kehilangan kemampuan untuk mengunyah, tampak semakin
kurus (tahap lanjut).
9. Hygiene
- Gejala: Perlu bantuan/ bergantung pada orang lain
- Tanda: Tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan
personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi
ke kamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat
menemukan kamar mandi.
10. Neurosensori
- Gejala: Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan
kognitif dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang
kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala adanya keluhan
dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang
berlalu, penurunan tingkah laku (diobservasi oleh orang terdekat).
Kehilangan sensasi propriosepsi (posisi tubuh atau bagian tubuh dalam
ruang tertentu) dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik,
emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodik (sebagai faktor
presdiposisi) serta aktivitas kejang (merupakan akibat sekunder pada
kerusakan otak)
- Tanda: kerusakan komunikasi: afasia dan disfasia; kesulitan dalam
menemukan kata-kata yang benar (terutama kata benda); bertanya
berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak
memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.
Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap
(kehilangan keterampilan motorik halus).
11. Kenyamanan
- Gejala: adanya riwayat trauma kepala yang serius (mungkinmenjadi
faktor presdiposisi atau faktor akselerasinya), trauma kecelakaan
(jatuh, luka bakar dan sebagainya).
- Tanda: ekimosis, laserasi, dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain.
12. Interaksi sosial
18
- Gejala: merasa kehilangan kekuatan faktor psikososial sebelumnya,
pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah
laku yang muncul.
- Tanda: Kehilangan kontrol sosial, perilaku tidak tepat.
13. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum:
Klien dengan penyakit alzheimer umumnya mengalami perunrunan
kesadaran seseuai dengan regenerasi neuron kolinergik dan proses
senilisme
- B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan:
Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau
saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
a. inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk
batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan
penggunaan otot bantu nafas
b. palpasi: traktil premitus seimbang kanan dan kiri
c. perkusi: adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
d. auskultasi: bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor,
ronkhi, pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
dengan inaktivitas
- B2 (Blood)
Hipotensi postural: berkaitan dengan efek samping pemberian obat
dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persafaran
otonom.
- B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah
laku.
- B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa pasien sering mengalami inkontinensia
urin, biasanya dengan penurunan status kognitif dari pasien alzheimer.
Penurunan refleks kandung kemih yang bersifat progresif dan pasien
mungkin mengalami inkotinensia urin, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural
- B5 (Bowel)
19
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan intake nutrisi
yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif.
Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.
- B6 (Bone)
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh
gerakan memberikan resiko pada trauma fisik jika melakukan aktivitas.
- Pengkajian Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada
perubahan status kognitif klien.
- Pengkajian Fungsi Serebral
Status mental: biasanya status mental klien mengalami perubahan
yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi,
dan penurunan memori, baik jangka pendek maupun panjang.
- Pengkajian saraf kranial
Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :
a. Saraf I: biasanya pada klien penyakit Alzheimer tidak ada kelainan
fungsi penciuman
b. Saraf II: tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai
dengan keadaan usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer
mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c. Saraf III, IV, dan VI: biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada
saraf ini
d. Saraf V: wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini
e. Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal
f. Saraf VIII: adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis serta penurunan aliran darah regional
g. Saraf IX dan X: kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan
dengan perubahan status kognitif
h. Saraf XI: tidak atroli otot strenokleidomastoideus dan trapezius
i. Saraf XII: lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
vasikulasi dan indera pengecapan normal
- Pengkajian Sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut, klien akan mengalami
perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.
Keseimbangan dan koordinasi mengalami gangguan karena adanya
perubahan status kognitif dan ketidakkoooperatifan klien dengan metode
pemeriksaan.
- Pengkajian Refleks
20
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan
refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala
cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya seperti didorong. Kesulitan
dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau
kebelakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer
mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.
Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang
dihubungkan dengan disfungsi kognitif dari persepsi klien secara umum.
21
B. Aplikasi NANDA, NOC, NIC
DIAGNOSA NOC NIC
1. Defisit perawatan diri b.d a. Klien tampak tidak sulit melakukan 1. Kaji kemampuan dan tingkat
perubahan proses berpikir kegiatan sehari-hari penurunan dalam melakukan
b. Klien dapat melakukan aktivitas
ADL
tanpa kesulitan 2. Ajarkan dan mendukung klien
c. Klien mampu melakukan aktivitas
dalam melakukan aktivitas
motorik dengan sendirinya 3. Rencanakan tindakan untuk
d. Klien merasa nyaman dengan
defisit motorik seperti
lingkungan yang dimodifikasi
tempatkan makanan dan
e. Klien dapat buang air besar tanpa
peralatan didekat klien agar
kesulitan
mampu mengambil dengan
sendirinya
4. Modifikasi lingkungan
5. Kolaborasi dalam pemberian
supositoria dan pencahar
2. Ketidakseimbangan nutrisi: 1 Klien dapat melakukan makan 1. Evaluasi kemampuan makan
kurang dari kebutuhan tubuh dengan sendirinya klien
2 BB klien kembali dalam batas 2. Observasi BB jika
b.d tidak mampu
normal memungkinkan
memasukkan, mencerna,
3 Klien tampak menelan tanpa 3. Manajemen mecapai
22
mengabsorbsi makanan kesulitan kemampuan menelan
Makanan setengah padat
karena faktor psikologis,
dengan sedikit air
biologis
memudahkan untuk menelan
Klien dianjurkan untuk
menelan secara berurutan
Klien diajrkan untuk
meletakkan makanan diatas
lidah menutup bibir dan gigi
serta menelan
Klien dianjurkan untuk
mengunyah pertama kali
pada satu sisi mulut dan
kemudian ke sisi yang lain
Masase otot wajah dan leher
sebelum makan dapat
membantu
Berikan makanan kecil dan
lunak
3. Kerusakan komunikasi verbal a. Klien dapat melakukan tanpa 1. Kaji kemampuan klien untuk
b.d perubahan proses berpikir kesulitan berkomunikasi
23
b. Klien dapat berkomunikasi dengan 2. Menentukan cara-cara
orang lain dengan melakukan kontak komunikasi seperti
mata, dan menjawab pertanyaan mempertahankan kontak mata,
dengan jelas menjawab pertanyaan dengan
c. Klien dapat melakukan komunikasi
jawaban ya atau tidak,
dengan baik setelah melakukan
menggunakan kertas,
terapi dengan ahli wicara
ballpoint/pensil, gambar/papan
tulis, bahasa isyarat.
Memperjelas arti dari
komunikasi yang diberikan
3. Buat rekaman pembicaraan klien
4. Kolaborasi dengan ahli wicara
bahasa
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Alzheimer adalah penyakit pikun yang biasanya dialami oleh usia lanjut
dan merupakan penyakit yang mematikan. Banyak gejala-gejala yang dialami oleh
penderita salah satunya yaitu lupa akan menyimpan barang yang penderita simpan
sebelumnya.
Kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol, dan meminum obat-
obatan serta faktor gen merupakan penyebab dari penyakit alzheimer. Penyakit ini
biasanya dialami oleh para lanjut usia, karena degenerasi sel-sel syaraf di otak.
Banyak obat-obatan disediakan, akan tetapi hanya untuk memperbesar
daya ingat serta mengurangi tingkah agresif saja. Akan tetapi, ada juga obat alami
yang sudah tersedia di alam yakni kunyit yang dapat mengurangi resiko penyakit
alzheimer.
4.2 Saran
Bagi perawat dan keluarga, diharapkan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi pada penderita Alzheimer ini, karena setiap perubahan baik itu dari
segi kognitif dan motorik mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasien. Karenanya
dibutuhkan perhatian lebih bagi penderita Alzheimer ini.
DAFTAR PUSTAKA
25
______. 2009. Gen Penyebab Alzheimer. DIakses tanggal 30 November 2013
melalui
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/09/07/1507375/Gen.Penyebab.Alzh
eimer.Berhasil.Ditemukan.
_____. 2008. Pengobatan Alzheimer. Diakses tanggal 30 November 2013 melalui
http://jagakesehatan.wordpress.com/2008/12/05/pengobatan-alzheimer/.
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta.
Ester, Monica. 2010. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. EGC : Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Salemba Medika : Jakarta.
Kompas. 2008. Kenali Gejala Kepikunan Alzheimer. Diakses tanggal 1 Desember
melalui
http://nasional.kompas.com/read/2008/09/08/15243484/kenali.gejala.kepiku
nan.alzheimer.
26