Anda di halaman 1dari 18

ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

DOSEN :
RIFAT Y.Y.MAROMON ST.,MT

MAHASISWA :
LIDYA FATIMA MORUC
1706090025

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2019
KATA ENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa karena curahan rahmat
serta karunianya lah saya akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan makalah dengan judul ”
Prinsi arsitektur berkelanjutan ”.
Saya sangat berharap sekali makalah ini bisa berguna pada tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan sekaligus wawasan terkait arsitektur berkelanjutan.
Saya juga sadar bahwa pada makalah ini tetap ditemukan banyak kekurangan serta jauh
dari kesempurnaan. Dengan demikian, saya benar benar menantinya adanya kritik dan saran
untuk perbaikan makalah yang hendak saya tulis di masa yang selanjutnya, menyadari tidak ada
suatu hal yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Saya berharap makalah sederhana ini bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama untuk
para pembaca. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada perkataan yang tidak berkenan
di hati.
Kuang, Februari 2020
Penyusun.
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN UMUM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
B. HAKIKAT DAN CIRI-CIRI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
C. PEMBANGUNAN YANG DILAKUKAN DI INDONESIA
D. CONTOH ENERAAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
E. MASALAH PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. MASALAH KEMISKINAN
2. MASALAH KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
3. MASALAH KEAMANAN DAN KETERTIBAN

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan pembangunan di
segala bidang. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam dan
pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan tekhnologi. Dalam pola
pembangunan tersebut, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya
manusia, agar dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang
berkelanjutan. Pengertian pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah perubahan positif sosial
ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana masyarakat bergantung
padanya.
Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses
pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh
masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya.
Proses pembangunan terutama bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara
spiritual maupun material. Definisi ini menunjukan bahwa adanya suatu pembangunan karena
suatu kebutuhan, dan masalah. Adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah
suatu harapan. Sedangkan jika harapan tersebut tidak tercapai berarti, hal itu adalah masalah.
Dengan demikian pembangunan mempunyai hubungan yang erat dengan masalah.
Karena titik tolak pembangunan dimulai dari tindakan mengurangi masalah tersebut dengan
tujuan memenuhi kebutuhan dan meningkatkan untuk mencapai suatu tingkatan yang layak.
Pembangunan yang tidak bertitik tolak dari masalah berarti ada indikasi kesalahan konsep dan
model pembangunan tersebut berorientasi pada penyelesaian masalah sebagai penyebab akar
masalah bukan akar masalahnya. Hal ini
menyebabkan peningkatan laju pembangunan lama untuk mencapai suatu pertumbuhan
pembangunan yang merakyat. Model pembangunan yang merakyat berarti berangkat dari
masyarakat.
Pembangunan dalam konteks Negara selalu ditujukan untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik yang merata. Pembangunan bukan
hanya berarti penekanan pada akselerasi dan peningkatan pendapatan perkapita sebagai indeks
dari pembangunan saja, akan tetapi pembangunan merupakan suatu proses multi dimensi yang
meliputi pola reorganisasi dan pembaharuan seluruh sistem dan aktifitas ekonomi dan sosial
dalam mensejahterakan kehidupan warga masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan ini adalah :
1. Bagaimana masalah kemiskinan.
2. Bagaimana masalah kualitas lingkungan hidup.
3. Bagaimana masalah keamanan dan ketertiban.
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi kemiskinan
2. Untuk mengidentifikasi kualitas lingkungan hidup
3. Untuk mengidentifikasi keamanan dan ketertiban
2. Kegunaan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kemiskinan.
2. Untuk mengetahui kualitas lingkungan hidup.
3. Untuk mengetahui keamanan dan ketertiban.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Umum Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau
menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan
batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya.
Ambang batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang luwes (flexible) yang
bergantung pada teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta
kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia.
Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam
pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak
rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga
untuk kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. Dengan demikian diharapkan bahwa kita
tidak saja mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan yang ditugaskan (to do the thing
right), tetapi juga dituntut untuk mampu mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih
menyeluruh (to do the right thing)

B. Hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan


Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
secara cermat dan bijaksana.
a. Sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara, hutan, kandungan
mineral, dan keanekaragaman hayati.
b. Sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, pendidikan,
kesehatan, keterampilan, dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi, informasi,
komunikasi, dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) lainnya.
Sumber-sumber daya tersebut sifatnya terbatas, sehingga dalam penggunaannya harus
cermat dan bijaksana. Ketidakcermatan dan kekurangbijaksanaan dalam penggunaan sumber
daya dapat menimbulkan beragam masalah, seperti polusi lingkungan, kerusakan sumber daya
alam, dan timbulnya masalah permukiman.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang dikenal dengan pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia
melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisiensi, dan memerhatikan
pemanfaatannya, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan lingkungan
hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjamin Pemerataan dan Keadilan. Strategi pembangunan yang berwawasan
lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi,
pemerataan kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan ekonomi untuk
peningkatan kesejahteraan.
2. Menghargai Keanekaragaman Hayati Keanekaragalan hayati merupakan dasar
bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati memiliki
kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa
kini dan masa yang akan datang.
3. Menggunakan Pendekatan Integratif Dengan menggunakan pendekatan integratif,
maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan dapat
dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
4. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang Pandangan jangka panjang dilakukan
untuk merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber daya yang mendukung
pembangunan agar secara berlanjut dapat digunakan dan dimanfaatkan.
C. Pembangunan Yang Dilakukan Di Indonesia
Perjalanan kemerdekaan Indonesia selama ini selalu penuh dengan pembangunan
yang mengiringinya. Sampai saat inipun pembangunan pasti terus dilakukan sebagai bentuk
pengaruh perkembangan zaman yang ada. Pembangunan di Indonesia yang diawali pada masa
Orde Lama terus berlanjut walaupun dengan berbedanya masa kekuasaan selanjutnya yaitu Orde
Lama yang dilanjutkan dengan masa Reformasi.
Pada masa Orde Lama pembangunan memang baru dimulai. Penataan akan sistem
pembangunan pun mulai sedikit demi sedikit diarahkan. Namun, keadaan politik mulai
terguncang dan stabilitas negara terganggu akibat masalah yang ada. Pemerintahan pun beralih
pada penguasaan Orde Baru. Sistem pemerintahan pun mulai diarahkan dengan mencanangkan
program pembangunan. Pembangunan yang awalnya memang berjalan baik dan dirasakan
berdampak positif, akhirnya menjadi ladang untuk melakukan praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN). Penjalaran selanjutnya berakibat pada utang luar negeri yang dilakukan
kolega-kolega dalam praktek KKN dan juga pihak swasta yang tidak bertanggung jawab.
Akhirnya, utang tersebut beralih pada rakyat Indonesia. Keadaan ini diperparah dengan peran
media massa dan juga pengawasan ketat dalam hal politik sehingga banyak batasan-batasan
dalam pengetahuan tentang keadaan pemerintahan, sampai akhirnya dimulailah gerakan
reformasi menuntut perubahan yang lebih baik.
Era reformasi pun sampai kini sedang berlangsung. Perubahan akan sistem
pembangunan dilakukan untuk memperbaiki ketimpangan dalam pemerintahan yang lama.
Program-program baru pun mulai bergulir dan memberikan pengaruh yang berbeda dengan
bentuk pemerintahan yang lebih demokratis.
D. CONTOH ENERAAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
Green School Bali, Arsitektur berkelanjutan di Indonesia

Indonesia lagi-lagi menyimpan kebanggaan dengan karya arsitektur lokal


mereka. Kali ini, Bali mengukir prestasi kelas internasional dalam karya arsitektur
lokalnya. Kali ini, kita akan berkenalan dengan bangunan menarik di Bali yang
disebut Green School, Bali.
Green School Bali ini berada di Desa Sibang Kaja yang berlokasi 30 Km dari
Kota Denpasar.
“Learning For A Sustainable Future”, jargon ini merupakan satu nilai utama yang
mengusung keberhasilan karya arsitektur dengan fungsi Green School ini. Sebuah karya
bangunan yang mengangkat sekolah ini menjadi inovator dalam
memperkenalkan “sustainability within education”.
Isu tentang pemanasan global dan segala dampak pengrusakan bumi, rupanya
menjadi perhatian utama yang mendunia dan mengundang aneka upaya
memperbaiki cara hidup. Banyak kaum pemerhati kelas dunia yang mulai
menghimbau agar kesadaran menyelamatkan bumi mampu menjadi gaya hidup
era puluhan tahun ke depan. Sustainability adalah satu konten yang memiliki arti
adanya “keberlanjutan”. Artinya, sebisa mungkin apa yang kita perbuat dan
produksi di atas muka bumi ini, dapat menjadi kontinuitas yang baik untuk
diturunkan kepada generasi penerus kita di masa depan.
Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan
melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak
dipakai. Image yang biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita
temukan pada bangunan sekolah unik yang satu ini.
Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput gajah,
dan tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya
merupakan material alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. Ini
merupakan bentukan penting sebagai konsekuensi dari tema Sustainability
terkait penyelamatan bumi tersebut.
CONNECTED WITH NATURE, itulah konsep utama dalam perancangan
arsitektur dari Green School Bali ini. Konsep utama yang ingin “lebih dekat”ke alam ini juga
menjadi tolak utama pemilihan lokasi / lahan yang berada di dekat
sungai Ayung, Bali. Adapun implementasi arsitektural yang ada demi mengusung
sustainability dan green architecture pada Green School Bali ini adalah :
Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas. Dengan cara ini, diharapkan
secara sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka dan intim
dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas
baik.
Banyaknya elemen distraksi / pengalih perhatian pada lingkungan kelas dan
sekolah. Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan detail arsitektural ini
diharapkan menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan
mampu tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran.
Bangunan tidak mendukung adanya sumber energi
alami dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar. Secara umum,
selain sebagai inovasi dalam sustainability architecture, Green
School Bali ini juga merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material
kebudayaan lokal Bali sebagai inspirasi desain arsitekturalnya.
diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC) melainkan
dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini
memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan
sungai dan hutan.
Tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuk
nyala kompor dan sebagainya.
Tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya, sehingga tidak
banyak boros dalam membutuhkan seumber energi elektrikal.
Adanya tambak udang dan peternakan sapi,
E. Masalah Pembangunan Berkelanjutan
Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen
setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut di bidang pembangunan. Permasalahan
pembangunan berkelanjutan juga tak dapat diabaikan dalam perkembangan berbagai ilmu
pengetahuan dan tekonologi,
Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan sebagai hasil debat antara
pendukung pembangunan dan pendukung lingkungan. Konsep pembangunan yang berkelanjutan
ini terus berkembang. Pada tahun 1987, Edward B. Barbier mengusulkan bahwa pembangunan
berkelanjutan harus dilihat sebagai interaksi antara tiga system : sistem biologis dan sumber
daya, sistem ekonomi dan sistem sosial. Selain itu, dalam menjelaskan konsep pembangunan
berkelanjutan ini, Budimanta membandingkan perkembangan kota Jakarta dengan kota-kota lain
di Asia, yaitu Bangkok, Singapura, Tokyo yang memiliki kualitas pembangunan yang
berkelanjutan yaitu cara berpikir yang integrative, perspektif jangka panjang mempertimbangkan
keanekaragaman dan distribusi keadilan social ekonomi. (Arif Budimanta Dalam Bunga Rampai,
2005: 375-377)
Kemiskinan serta kerusakan lingkungan hidup merupakan ancaman utama bagi
proses pembangunan berkelanjutan dengan melihat tujuan dari pembangunan berkelanjutan yaitu
mencapai masyarakat sejahtera (masyarakat berkelanjutan) dalam lingkungan hidup yang
berkelanjutan. (Madrim Djody Gondokusumo dalam Bunga Rampai, 2005: 405)
Berikut dibahas mengenai tiga masalah yang merupakan hambatan dalam
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan yaitu masalah kemiskinan, masalah kualitas
lingkungan hidup dan masalah keamanan dan ketertiban.
1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu contoh ketidakadilan yang dialami suatu
kelompok (masyarakat pra sejahtera), dan terdapat di mana-mana, baik di Negara maju
maupun di Negara-negara yang sedang berkembang. Ketidakadilan itu terlihat dari tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka untuk bertahan hidup dalam kesehatan yang
baik, sulitnya mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat, air bersih, pengelolaan
sampah ) rumah sehat, RTH, pelayanan pendidikan dan sebagainya. Ketidakadilan juga
terlihat dari tidak adanya akses kepemilikan hak atas tanah yang mereka huni. Sebagai
akibat itu semua, sulit bagi mereka untuk mendapat akses ke pekerjaan yang baik dan
stabil. Ketidakadilan itu menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan mengancam
proses pembangunan yang berkelanjutan. Kerusakan lingkungan, kondisi permukiman
buruk atau kumuh dalam suatu kawasan memperlihatkan bahwa kawasan tersebut sedang
dalam proses tidak berkelanjutan. (Madrim Djody Gondokusumo dalam Bunga Rampai,
2005: 410).
Krisis ekonomi yang menyebabkan naiknya harga kebutuhan bahan pokok telah
menimbulkan berbagai kerusuhan. Kerusuhan ini bahkan telah menembus sampai
kawasan pedesaan atau kawasan pinggiran kota. Hal ini disebabkan desa telah kehilangan
daya tahan menghadapi krisis. Kultur agraris yang menjadi basis pertahanan ekonomi
desa telah hilang maupun ditinggalkan, diganti dengan pola modern yang tergantung pada
industri. Dementara industry yang diharapkan mampu menopang sektor pertanian,
kondisinya sangat rentang dan keropos, karena ketergantungannya pada bahan baku
impor.
Kebijakan tegas untuk meninggalkan kultur agraris, karena ada pandangan
bahwa pola pertanian yang ada selama ini tidak memberikan nilai tambah, sangatlah naif.
Nilai tambah yang dimaksud dalam konteks tersebut adalah yang bisa memberikan
konstribusi devisa, bukan dalam pengertian mampu memberikan daya hidup pada
komunitas desa. Bahkan kecenderungannya adalah mengubah kawasan pedesaan yang
mampu mandiri berbasis pertanian keanekaragaman hayati, sebagai ajang konversi,
menjadi kawasan industri dan kawasan permukiman perkotaan.
Ketahanan kita akan kebutuhan bahan pokok sangatlah kurang, karena investasi
yang ada selama ini bukan untuk pembangunan industri yang berbasis sumber daya alam
hayati (agroindustry). Tempe, yang merupakan makanan Indonesia sejak dahulu kala,
ternyata kita belum mampu menjadi produsen bahan baku kedelainya hingga kini.
Kedelai hingga kini masih harus diimpor. Semuanya itu disebabkan kita belum pernah
mengadakan penelitian bioteknologi, yang dapat mendukung pola agraris yang kita
miliki agar efisien. Penelitian yang ada selama ini bukan membumi, tetapi menuju ke
langit. Untuk itu, dalam rangka peningkatan ketahanan akan kebutuhan bahan pokok,
diperlukan upaya pembangunan daerah yang berbasis keanekaragaman hayati
setempat.(Sugandi, 2007: 46-50)
Penelitian – penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemiskinan tidaklah statis.
Orang miskin bukanlah orang yang pasif. Ia adalah manajer seperangkat asset yang ada di
seputar diri dan lingkungannya. Keadaan ini terjadi pada orang yang miskin yang hidup
di Negara yang tidak menerapkan sistem Negara kesejahteraan (welfare state). Sistem
yang dapat melindungi warganya menghadapi kondisi-kondisi yang memburuk yang
mampu ditangani oleh dirinya sendiri. Kelangsungan hidup individu dalam situasi
seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-sama dengan jaringan sosial
membantu para anggotanya dengan pemberian bantuan keuangan, tempat tinggal dan
bantuan-bantuan mendesak lainnya.
Pendekatan kemiskinan yang berkembang selama ini perlu dilengkapi dengan
konsep keberfungsian sosial yang lebih bermatra demorasi-sosial ketimbang neo-
liberalisme. Rebounding atau pelurusan kembali makna keberfungsian sosial ini akan
lebih memperjelas analisis mengenai bagaimana orang miskin mengatasi kemiskinannya,
serta bagaimana struktur rumah tangga, keluarga kekerabatan, dan jaringan sosial
mempengaruhi kehidupan orang miskin. Paradigma baru lebih menekankan pada “apa
yang dimiliki si miskin ” ketimbang ” apa yang tidak dimiliki si miskin ”. (Suharto, 2005
: 148)
Pada akhirnya kebijakan pengurangan kemiskinan yang selama ini yaitu
pendekatan top-down dalam perencanaan kebijakan yang sekarang dilakukan, yaitu
pemerintah dan para pakar menganggap dirinya yang paling mengetehaui tentang proses-
proses yang terjadi dimasyarakat, perlu diganti dengan pendeketan bottom-up, yaitu
melibatkan partisipasi masyarakat melalui dialog-dialog yang demokratis, menghargai
perbedaan-perbedaan, keadilan dan kesetaraan jender. Ilmu pengetahuan modern
antroposentris sebagai dasar perencanaan kebijakan publik untuk mengelola kehidupan
masyarakat dan lingkungan perlu diganti dengan ilmu pengetahuan yang bersifat non-
antroposentris, menghargai etika dan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan di
lingkungan alam. (Madrim Djody Gondokusumo Dalam Bunga Rampai, 2005 : 418)
2. Masalah Kualitas Lingkungan Hidup
Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan lingkungan, yaitu
mengurangi resiko lingkungan atau dan memperbesar manfaat lingkungan. Sejak berabad
tahun yang lalu nenek moyang kita telah merubah hutan menjadi daerah pemukiman dan
pertanian. Perubahan hutan menjadi sawah merupakan usaha untuk memanfaatkan lahan
untuk produksi bahan makanan dibawah kondisi curah hujan yang tinggi dan juga untuk
mengurangi resiko erosi di daerah pegunungan. Hingga sekarang pencetakan sawah
masih berjalan terus. Dengan perubahan hutan atau tata guna lahan lain menjadi sawah
berubahlah pula keseimbangan lingkungan.
Jadi jelaslah keserasian bukanlah suatu hal yang kekal, melainkan berubah-
ubah menurut umur orang atau golongan, tempat dan waktu. Karena itu melestarikan
keserasian bertentangan dengan hakekat hidup yang menginginkan perubahan.
Melestarikan keserasian akan berarti meniadakan kebutuhan dasar untuk dapat memilih.
Karena itu akan berarti menurunkan mutu lingkungan dan dengan itu mutu hidup.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan pada hakekatnya
tidak bisa dilepaskan dari pembangunan manusia itu sendiri. Manusia merupakan subjek
sekaligus objek pembangunan. Manusia berada pada posisi sentral sahingga pelaksanaan
pembangunan dan hasil-hasilya tidak boleh mengabaikan dimensi manusianya. Untuk
dapat melakukan hal tersebut, diperlukan pendekatan pembangunan yang
menitikberatkan pada segi manusia. Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mutu hidup manusia. Di lain pihak, pembangunan yang makin
meningkat akan memberikan dampak negatif, berupa resiko pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup, yang mengakibatkan rusaknya struktur dan fungsi dasar ekosistem
yang menjadi penunjang kehidupan. Kerusakan ini pada akhirnya akan menjadi beban
yang malah menurunkan mutu hidup manusia, sehingga apa yang menjadi tujuan
pembangunan akan sia-sia.
Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup merupakan
kepentingan manusia, sehingga menuntut tanggung jawab dan perannya untuk
memelihara dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Keberlanjutan pembangunan harus memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya
alam, sumber daya manusia, serta pengembangan sumber daya buatan, dan menjadi
sarana untuk mencapai keberlanjutan pembangunan, serta menjadi jaminan bagi
kesejahteraan serta mutu hidup generasi masa kini dan generasi mendatang.
3. Masalah Keamanan dan Ketertiban
Beberapa teror bom yang terjadi di beberapa kota di Indonesia akhir-akhir ini,
sperti di Bali, Jakarta dan lain-lain telah menimbulkan keresahan bagi masyarakat dan
mengganggu jalannya perekonomian. Selain itu, beberapa kota di Indonesia juga
mengalami penurunan kualitas kehidupan dengan banyaknya terjadi kerusuhan yang
disebabkan oleh konflik antar kelompok masyarakat, seperti di Poso, Palu, Ambon,
Banda Aceh dan sebagainya.

Permasalahan ini diperberat dengan masalah ketertiban Karena tidak


disiplinnya masyarakat. Hal ini tercermin dengan jelas antara lain dalam disiplain berlalu
lintas. Saat ini juga semakin sering terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah, terutama
di kota-kota besar. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal seperti tidak adanya
sosialisasi dari pemerintah, kurangnya pelibatan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, kurangnya pemamhaman akan hak-hak dan tanggung jawab masyarakta
dalam pembangunan dan lain sebagainaya.( Gita Chandrika Napitupulu dalam Bunga
rampai, 2005 : 9-10)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan:
1. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang berguna
untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan lingkungan hidup
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjamin Pemerataan dan Keadilan.
2. Menghargai Keanekaragaman Hayati
3. Menggunakan Pendekatan Integratif
4. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang

3. Bahwa hambatan dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan adalah


kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup, keamanan dan ketertiban, dan sebagainya.
4. Bahwa masalah kemiskinan dan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di suatu
kawasan tertentu memperlihatkan bahwa kawasan itu sedang dalam proses tidak
berkelanjutan.
5. Kemiskinan dan fungsi-fungsi lingkungan hidup yang telah hilang atau rusak, tercemar,
itu merupakan ancaman terhadap proses pembangunan berkelanjutan. Ancaman tersebut
tidak hanya terjadi di kawasan itu saja, tetapi juga akan mempengaruhi sub-sub sistem
lain yang membentuk kawasan itu

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka adapun saran bagi pemerintah agar dapat menerapkan
sistem pembangunan yang berkelanjutan seperti di negara-negara maju lainnya dengan jalan
menanggulangi kemiskinan serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta keamanan dan
ketertiban guna menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat khususnya di Indonesia sehingga
dapat dirasakan bukan hanya untuk di masa sekarang melainkan juga untuk generasi yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Bunga, Rampai. 2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21, Konsep dan Pedekatan
Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI
Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan hidup dan Pembangunan. Djambatan : Jakarta
Sugandhy, Aca dan Hakim, Rustam. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi
Aksara.
Tato, Syahriar. 2009. Hambatan Dalam Sistem Pembangunan Perkotaan Yang Berkelanjutan
http://syahriartato.wordpress.com/2009/12/28/hambatan-dalam-sistem-
pembangunan-perkotaan-yang-berkelanjutan/
Wicaksono, Sonny Ilham. 2012. Masalah Lingkungan Hidup dan Upaya

Anda mungkin juga menyukai