Anda di halaman 1dari 3

ADAT ISTIADAT

Menurut kamus besar bahasa Indonesia adat istiadat merupakan tata kelakuan yang kekal dan
turun temurun dari generasi ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola
pola perilaku masyarakat.

Ada 6 jenis upacara adat yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Desa Rendu Ola, yaitu:

- Gua ru’u
Pada acara gua ru’u biasanya dilakukan pada bulan 2. Biasanya pada upacara ini masyarakat
Rendu Ola berkumpul dengan tujuan memberantas hama.
- Gua wo’e
Pada acara adat gua wo’e ini, biasanya dilakikan pada bulan lima masyarakat Desa Rendu Ola
berkumpul dan makan bersama untuk menikmati hasil panen.
- Koa ngi’itau ae (potong gigi)
Acara adat tersebut dilakukan pada bulan 6 untuk melakukan pendewasaan bagi anak
perempuan atau sering disebut dengan ana weta. Alat yang digunakan untuk acara potong gigi
tersebut adalah dengan menggunakan gergaji besi, batu kikir atau batu asa. Acara potong gigi ini
biasa dilakukan untuk perempuan yang beranjak dewasa. Sehingga anak perempuan dewasa
yang belum memotong gigi masih dianggap anak kecil. Bila terjadi kesalahan (seperti hamil
diluar nikah maupun nikah secara diam-diam) maka pria yang bersangkutan dengan ana weta
tersebut akan dikenakan denda adat berupa kerbau jantan merah yang bertanduk panjang.
- Gua meje
Acara adat gua meje biasanya dilakukan pada bulan 7 yang dimana bulan tersebut dianggap
mereka sebagai bulan suci dimana pada bulan tersebut segala upacara adat dilakukan mulai dari
o Acara tinju adat. Untuk acara tinju adat sendiri dibagi menjadi dua yaitu tinju adat laki-
laki kecil atau atu co’o dan untuk laki-laki dewasa atau atu meze.
o Acara adat pengusiran hama.
Pengusiran hama biasa dilakukam oleh masyarakat Rendu Ola untuk meningkatkan hasil
panen dan medapat hasil yang memuaskan.

dimana pada bulan tersebut masyarakat Desa Rendu Ola harus menjaga situasi agar selalu
tenang. Karena, mereka mempercayai bahwa ada jin yang biasa mereka sebut uru bore
berkeliaran pada bulan tersebut. Jin tersebut menyerupai anak kecil berjubah putih, yang selalu
siap untuk membawa jiwa orang yang membuat keributan. Mereka juga mempercayai jin
tersebut ingin mencuri hasil panen mereka, sehingga mereka membuat siasat untuk mengelabui
jin tersebut dengan mengganti padi menggunakan buah kepok dan jagung menggunakan rumput
alang-alang yang disimpan dibelakang rumah. Mereka juga dilarang untuk berkeliaran di belakang
rumah selama bulan suci tersebut. Kemudian pada akhir bulan atau pada malam terakhir untuk
melepaska uru bore masyarakat deas rendu ola tidak tidur untuk mempersiapkan sesajian atau
makanan untuk uru bore tersebut dengan membakar sayap ayam atau biasa disebut taga bele di
bawah kolong rumah, setelah itu mereka membawa sayap ayam tersebut kedalam rumah pada
pukul 3 pagi dibagian dapur. Setelah itu, mereka memanggil uru bore tersebut untuk memakan
sesajian tersebut dan untuk melepas kepergian dari uru bore tersebut. Setelah semua ritual adat
tersebut sudah dijalankan mereka menyebutnya dengan istilah ire atau sudah selesai.

- Upacara Adat Persiapan


Setelah melalui rangkaian upacara adat yang panjang pada bulan tujuh tersebut, kemudian pada
bulan delapan masyarakat desa rendu ola mempersiapkan segala bahan atau jua butu yang di
perlukan pada bulan Sembilan dan sepuluh untuk keperluan sunat.

- Upacara Tau Nua


upacara adat Tau Nua biasa dlakukan pada bulan Sembilan dan sepuluh untuk pendewasaan
bagi kaum laki-laki. Pada bulan tersebut mereka juga mengumpulkan warga untuk
mendiskusikan mengenai segala hal tentang upacara Tua Nua atau biasa disebut dengan kakeo.
Semua laki-laki yang akan disunat diwajibkan untuk menggunakan kain roba meze, yang dimana
kain tersebut telah dipersiapkan pada bulan delapan, dan sebutan untuk orang yang membantu
proses sunat tersebut biasa disebut ako pajo.
Sebelum melakukan sunat laki-laki tersebut harus mandi atau biasa disebut dengan tau
ae.setelah proses sunat tersebut selesai, laki-laki tersebut sudah dikatakan dewasa atau sudah
siap kawin atau biasa disebut dengan leo dheka.dan untuk mereka yang sudah sunat dan
memiliki istri mereka sudah bisa berbicara adat yang biasa disebut dengan Tau Nua.

SISTEM PERKAWINAN DESA RENDU OLA


Untuk sistem ini sendiri, ada 3 tahap membayar belis yaitu :
o Be’o sao atau membawa ternak
o membawa emas dengan dinar
o membawa uang minimal 10 juta sebagai simbol mengganti air susu.

Pada Desa Rendu Ola juga mengenal sistem mencicil belis yang biasa disebut korobola.sistem ini
dimaksudkan bahwa setiap laki-laki yang tidak bisa membayar belis secara lunas dapat
mencicilnya dengan cara, jika saudara dari perempuan yang yang dijadikan istri meminta
sejumlah binatang maupun uang kepada laki-laki tersebut dan diberikan, maka sedikit demi
sedikit belis akan berkurang. Dan jika berlangsung secara berulang-ulang maka belis tersebut
akan dianggap lunas sesuai dengan nominal belis yang diberikan.

SISTEM UPACARA KEMATIAN

Dimulai dari adat dan kepercayaan mereka bahwa jika seseorang meninggal, mayat tersebut
hanya disimpan selama sehari kemudian dikubur agar tidak mengeluarkan bau. Sedangkan
Upacara penguburan biasanya mereka membunuh babi kerbau atau sapi sesuai dengan
kemampuan perekonomian masing-masing. Mereka juga mempunyai peraturan penguburan
mayat dimana jika orang yang meninggal adalah masyarakat biasa penguburan akan dilakukan di
belakang rumah sedangkan jika yang meninggal adalah orang yang mampu seperti petuah dan
raja maka penguburan akan dilakukan di depan rumah.

Anda mungkin juga menyukai