Anda di halaman 1dari 7

A.

Konsep Ruang Poliklinik

1. Poliklinik umum

Klinik Umum Rumah Sakit Kasih Ibu memberikan pelayanan kepada


masyarakat yang memerlukan pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum
yang berpengalaman dan profesional dalam menangani masalah kesehatan. Jam
pelayanan: Setiap hari kerja jam 08.00-14.00 WIB.

2. Poliklinik spesialis

Di Rumah Sakit Kasih Ibu terdapat poloklinik spesialis Full Timer dan
poliklinik spesialis Mitra untuk memberikan pelayanan spesialistik. Poliklinik
spesialis Full Timer buka pada pagi hari ditangani oleh tenaga dokter spesialis
tetap, meliputi:

a. Bedah Umum, dr. Sugandi, SpB.

b. Penyakit Dalam, dr. Nd. Pangesti, SpPD.

c. Obsgyn, dr. Erwin Gunawan, SpOG.

Poliklinik spesialis Mitra disediakan khusus bagi dokter-dokter spesialis yang


menjadi mitra Rumah Sakit Kasih Ibu. Sifat Praktek Poliklinik Spesialis Mitra
adalah praktek pribadi dari dokter-dokter tersebut, sedangkan Rumah Sakit Kasih
Ibu berperan dalam memberikan fasilitas pendukung administrasi dan
infrastrukturnya.

3. Poliklinik Gigi dan Mulut

Menangani masalah kesehatan gigi pada segala usia baik berupa perawatan
dan pengobatan gigi bermasalah maupun pemeliharaan gigi sehat agar tetap utuh
dan semakin baik, serta memberikan konsultasi seputar perawatan dan
permasalahan gigi. Ditangani oleh dokter gigi berpengalaman. Melayani setiap
hari kerja pagi jam 08.00-14.00 WIB, sore jam 17.00-19.00 WIB.

4. Poliklinik Ibu dan Anak (KIA) KB, Imunisasi, Periksa Kehamilan.

Melayani berbagai vaksinasi dasar maupun lanjutan oleh tenaga dokter.


Pelayanan KB oral, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/Spiral maupun suntikan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil oleh bidan berpengalaman. Melayani setiap
hari kerja jam 07.00-14.00 WIB. Pelayanan imunisasi pada hari Selasa dan
Jum’at.

5. Poliklinik akupuntur dan nyeri

Cara pengobatan tradisional yang telah disertai pemahaman ilmiah sehingga


dapat dimanfaatkan untuk penanganan nyeri bersama kedokteran modern.
Rangsangan pada titik akupuntur membantu mengurangi/mengatasi segala rasa
nyeri menggunakan disposable needle sehingga menghindari penularan penyakit
melalui jarum. Ditangani dokter spesialis yang telah menempuh pendidikan di
Beijing. Jam kerja Klinik: Senin-Jum’at jam 12.00 WIB.

B. Faktor dan potensi bahaya yang akan muncul pada poliklinik

Faktor dan potensi bahaya yang akan muncul pada poliklinik secara umum
adalah:

1. Kebisingan

Sumber kebisingan terutama berasal dari suara percakapan para


pengunjung dan karyawan serta lalu lintas. Selain itu kebisingan juga
dapat berasal dari suara genset yang dioperasikan saat listrik dari PLN
mati. Instalasi yang mempunyai intensitas kebisingan yang cukup tinggi
adalah ruang genset, ruang tunggu dan instalasi gizi.

2. Kebakaran

Sumber potensi bahaya yang dapat menimbulkan kebakaran adalah


penggunaan listrik dengan tegangan tinggi dan kompor meledak. Untuk
mencegah terjadinya kebakaran tersebut, Rumah Sakit Kasih Ibu telah
mengadakan pelatihan pemadam kebakaran yang bekerjasama dengan
DAMKAR dan menyediakan peralatan pemadam kebakaran yaitu
APAR, jenis CO2, Dry chemical, halon dan foam.

3. Kontaminasi

Poliklinik secara keseluruhan rawan terhadap kontaminasi karena


ditempat tersebut terdapat berbagai pasien dengan berbagai jenis
penyakit. Yang dimaksud kontaminasi disini adalah adanya kontak
tenaga kerja dengan penghubung penyakit yang diderita pasien atau
karena bahan-bahan kontaminasi lain baik kimia maupun biologi.

Faktor dan potensi bahaya pada tiap-tiap poliklinik antara lain:

1. Poli umum

a. Kesalahan diagnosis

b. Kesalahan identifikasi pasien/salah orang

c. Kesalahan pemberian terapi

d. Kesalahan pemberian resep

e. Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan

f. Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik

g. Limbah medis berceceran

h. Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien

i. Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

2. Poli lansia

a. Kesalahan diagnosis

b. Kesalahan identifikasi pasien/salah orang

c. Kesalahan pemberian terapi

d. Kesalahan pemberian resep

e. Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan

f. Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik

g. Limbah medis berceceran

h. Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien


i. Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

3. Poli KIA dan imunisasi

a. Kesalahan diagnosis

b. Kesalahan identifikasi pasien/salah orang

c. Kesalahan pemberian terapi

d. Kesalahan pemberian resep

e. Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan

f. Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik

g. Limbah medis berceceran

h. Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien

i. Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

j. Tidak menggunakan alat steril

4. Poli gigi

a. Kesalahan diagnosis

b. Kesalahan identifikasi pasien/salah orang

c. Kesalahan pemberian terapi

d. Kesalahan pemberian resep

e. Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan

f. Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik

g. Limbah medis berceceran

h. Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien

i. Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

j. Tidak menggunakan alat steril


C. Cara Pengendalian Potensi Bahaya di Ruang Poli

Pengendalian potensi bahaya di ruang poli telah diatur dalam Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan (Ruang Poli)
Kesehatan pasal 7:

(1)Standar K3 di Poli meliputi:


a) pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3 di Ruang Poli;
b) penerapan kewaspadaan standar;
c) penerapan prinsip ergonomi;
d) pemeriksaan kesehatan berkala;
e) pemberian imunisasi;
f) pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di Ruang Poli;
g) pengelolaan sarana dan prasarana Ruang Poli dari aspek keselamatan
dan kesehatan kerja;
h) pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja;
i) kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk
kebakaran;
j) pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan
berbahaya dan beracun; dan
k) pengelolaan limbah domestik.
(2)Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui identifikasi potensi bahaya, penilaian
risiko, dan pengendalian risiko.
(3)Penerapan kewaspadaan standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan melalui:
a) cuci tangan untuk mencegah infeksi silang;
b) penggunaan alat pelindung diri;
c) pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan;
d) penatalaksanaan peralatan; dan
e) pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
(4)Penerapan kewaspadaan standar sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5)Penerapan prinsip ergonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilakukan terhadap:
a) penanganan beban manual;
b) postur kerja;
c) cara kerja dengan gerakan berulang;
d) shift kerja;
e) durasi kerja; dan
f) tata letak ruang kerja.
(6)Pemeriksaan kesehatan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun sekali.
(7)Pemberian imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diprioritaskan bagi SDM Ruang Poli yang berisiko tinggi.
(8)Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di Ruang Poli sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(9)Pengelolaan sarana dan prasarana Ruang Poli dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g berupa
pengawasan terhadapproses pengelolaan sarana dan prasarana sesuai dengan
aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
(10)Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h berupa pengawasan terhadap
proses pengelolaan peralatan medis sesuai dengan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja.
(11)Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i dilakukan melalui:
a) identifikasi risiko koondisi darurat atau bencana;
b) analisis risiko kerentanan bencana;
c) pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana; dan
d) pengendalian kondisi darurat atau bencana.
(12)Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan
beracun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(13)Pengelolaan limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai